laporan pemicu 4 kelompok DK3.docx
-
Upload
vera-roulina -
Category
Documents
-
view
320 -
download
2
description
Transcript of laporan pemicu 4 kelompok DK3.docx
Pemicu 4 : Pubertas Dini
Seorang anak ♀ berusia 7 tahun datang ke dokter diantar ibunya dengan
keluhan kedua payudara sudah tumbuh sejak 3 bulan yang lalu. Riwayat kelahiran
dan dalam kehamilan tidak bermakna. Tidak ada sakit kepala, penglihatan ganda,
maupun muntah. Tidak terdapat riwayat pajanan terhadap radioterapi, trauma,
atau operasi di daerah kepala. Ibu menarche pada usia 12 tahun. Tinggi badan ibu
157 cm, tinggi badan ayah 160 cm. Pada pemeriksaan fisik tampak pasien stabil,
cukup aktif, tinggi badan 123 cm, berat badan 29 kg. Tidak terdapat café au lait
maupun kelainan fisis lainnya. Status pubertas A1M2P1.
I. Klarifikasi dan Definisi
- Menarche : saat seorang perempuan mengalami menstruasi pertama.
- Status pubertas : kode yang digunakan di klinik untuk menunjukkan stadium
stadium pubertas.
- A : Aksila
- M : Mammae
- P : Pubis
- Café au lait : bercak hiperpigmentasi yang berwarna seperti kopi susu.
II. Kata Kunci
- Menarche
- Status pubertas A1M2P1
- Café au lait
III. Analisis Masalah
Seorang anak ♀, 7 tahun, dengan status pubertas A1M2P1, berat badan 29
kg , dan tinggi badan 123 cm.
IV. Hipotesis
Seorang anak ♀, 7 tahun, mengalami pubertas prekoks atau pubertas dini et
causa obesitas.
V. Pertanyaan Diskusi
1
1.Jelaskan definisi dan esensi dari pubertas !
2.Faktor apa saja yang mempengaruhi pubertas ?
3.Hormon apa saja yang mempengaruhi pubertas dan bagaimana cara kerjanya ?
4.Perubahan psikis apa yang terjadi pada saat anak memasuki masa pubertas (♂
dan ♀) ?
5.Perubahan fisik apa yang terjadi pada saat anak memasuki masa pubertas (♂
dan ♀) ?
6.Bagaimana penilaian status pubertas anak ♂ dan ♀ ?
7.Dilihat dari definisi, esensi, perubahan-perubahan, dan penilaian status pubertas
yang telah dijelaskan, kapan seorang anak (♂ dan ♀) dikatakan sudah memasuki
masa pubertas ?
8.Apa saja faktor resiko yang dapat mengarah pada gangguan pubertas ?
9.Apa saja gangguan-gangguan pubertas ?
10.Jelaskan definisi dan jenis-jenis pubertas prekoks !
11.Etiologi pubertas prekoks !
12.Epidemiologi pubertas prekoks !
13.Bagaimana patofisiologi pubertas prekoks ?
14.Sindrom apa saja yang terkait dengan pubertas prekoks ?
15.Resiko apa yang dapat terjadi pada anak ♂ dan ♀ dengan pubertas prekoks ?
Bagaimana prognosisnya ?
16.Bagaimana efek pubertas dini terhadap psikologis seorang anak, dampaknya
setelah dewasa, dan bagaimana cara mengedukasinya ?
17.Bagaimana penegakan diagnosis pubertas prekoks dan apa diagnosis
bandingnya ?
18.Bagaimana tatalaksana terhadap anak ♂ dan ♀ dengan pubertas prekoks ?
19.Pada anak ♂ dan ♀ dengan gangguan pubertas (pubertas prekoks dan delay
puberty), apakah perlu dilakukan pemberian terapi ? Jika iya, apa dampaknya
jika terapi tersebut tidak diberikan ?
20.Menarche
21.Apakah menarche dini berpengaruh siklus menstruasi dan menopause anak
tersebut ke depannya ? Jika iya, jelaskan !
2
22.Mimpi basah
23.Apakah mimpi basah dini berpengaruh pada jumlah dan sterilisasi sperma anak
♂ tersebut ke depannya ? Jika iya, jelaskan !
24.Ginekomasti
25.Apa saja jenis-jenis obesitas ?
VI. Pembahasan A. Pubertas
1. Definisi dan Esensi Pubertas Ada banyak definisi dari pubertas, antara lain :- Puberty : periode dengan ciri-ciri sekunder mulai berkembang dan
kemampuan reproduksi seksual mulai di dapat.
- Pubertas : berasal dari kata puber yaitu pubescere yang artinya mendapat
pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang
menunjukkan perkembangan seksual.
- Pubertas : suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan
alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi.
Dari ketiga pengertian pubertas berdasarkan tiga sumber yang berbeda
tersebut dapat disimpulkan bahwa pubertas adalah suatu tahap atau periode dalam
perkembangan seorang anak dimana anak tersebut telah mencapai kemampuan
reproduksi yang ditandai dengan munculnya ciri-ciri kelamin sekunder yang
menandakan adanya kematangan alat-alat seksual.
Esensi dari pubertas itu sendiri adalah :
Perempuan : pembesaran payudara mulai umur 10 tahun atau lebih awal.
Laki-laki : pembesaran testis umur 11/12 tahun.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pubertas
Salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam pubertas adalah
hormon. Berikut penjelasan singkat mengenai pengaruh hormon pada masa
pubertas dan cara kerjanya :
- Pada wanita :
3
a. Hormon GnRH (Gonadotropin – Releasing Hormone) di hipotalamus
merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) di
hipofisis.
b. FSH merangsang pembentukan folikel, dimana folikel tersebut
melepaskan esterogen.
c. Estrogen merangsang pelepasan LH (Luteinizing Hormone) di hipofisis.
d. LH merangsang pelepasan oosit sekunder, masuk pada fase ovulasi siap
dibuahi.
e. Folikel de graff berubah menjadi korpus luteum, yang melepaskan
progesteron.
f. Progesteron mempertebal dinding endometrium yang kaya pembuluh
darah.
Ovum yang tidak dibuahi akan meluruh bersama dengan endometrium,
sehingga terjadilah fase menstruasi.
- Pada pria :
a. Hormon GnRH (Gonadotropin – Realising Hormone) di hipotalamus
merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH
(Luteinizing Hormone) dihipofisis.
b. LH menstimulasi sel leydig, menghasilkan testosteron.
c. FSH merangsang pematangan spermatogonium.
d. Testis yang penuh dengan sperma akan keluar spontan pada saat tidur
yaitu mimpi basah.
Awal pubertas memerlukan peningkatan pelepasan Gonadotropin Releasing
Hormone (GnRH) secara pulsatil dari hipotalamus. Gonadostat hipotalamus
secara progresif menjadi kurang peka oleh efek supresi steroid seks terhadap
sekresi gonadotropin. Akibatnya, kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH) meningkat yang selanjutnya akan menstimulasi gonad
sehingga tercapai keadaan homeostatik baru dari Hipothalamus-Pituitary-Gonadal
Axis (HPA).
4
Penurunan kepekaan hipotalamus dianggap penting dalam awitan pubertas.
Pada laki-laki produksi LH meningkat sebelum peningkatan tajam testosteron.
Pada pertengahan masa pubertas, sekresi LH secara pulsatil semakin nyata bahkan
pada saat tidur. Sekresi gonadotropin secara pulsatil ini merupakan stimulasi awal
terhadap maturasi gonad.
Berbagai faktor dan penyakit tertentu dapat mempengaruhi waktu pubertas
akibat gangguan keseimbangan dari HPA.
Gambar : Berbagai faktor yang mempengaruhi waktu pubertas
Berikut hormon-hormon yang mempengaruhi pubertas dan cara kerjanya :
a. Growth Hormone
Growth hormone menggalakkan pertumbuhan seluruh tubuh dengan
mempengaruhi pembentukan protein, multiplikasi sel, dan diferensiasi sel.
5
Growth hormone bekerja pada hampir semua jaringan di tubuh. Berikut adalah
efek fisiologis dari growth hormone terhadap pubertas:
Growth hormone memiliki beberapa efek metabolisme, yaitu seperti (1)
meningkatkan laju sintesis protein dari sel, (2) meningkatkan mobilisasi dari asam
lemak dari jaringan adiposa, meningkatkan asam lemak bebas dalam darah, dan
meningkatkan utilisasi asam lemak sebagai sumber energi, dan (3) menurunkan
penggunaan glukosa di tubuh.
Growth hormone menstimulasi pertumbuhan tulang dan kartilago, karena
efek metabolisme oleh GH salah satunya adalah meningkatkan sintesis protein
mengakibatkan terdepositnya protein di sel tulang dan sel kartilago yang
menyebabkan tulang tumbuh, meningkatkan laju reproduksi sel, serta konversi
kondrosit menjadi sel osteogenik. Prinsip pertumbuhan pada tulang adalah
pemanjangan epiphyseal plate dan stimulasi osteoblast.
b. Gonadotropine:
Follicle-Stimulating Hormon (FSH) : merupakan hormon hipofisis anterior,
disekresikan oleh sel-sel gonadotrope pada hipofisis. Berperan dalam
pertumbuhan folikel serta maturasi dari sel sertoli pada testes.
Luteinizing Hormon (LH) : merupakan hormon hipofisis anterior,
disekresikan oleh sel-sel gonadotrope pada hipofisis. Berperan dalam stimulasi sel
leydig dalam mensekresi testosterone, menstimulasi ovulasi, pembentukan korpus
luteum, dan sintesis estrogen dan progesterone di ovarium.
c. Sex Steroid:
Testosteron, merupakan hormon yang disekresikan oleh sel leydig yang
terletak pada bagian interstisial testis, berfungsi dalam pertumbuhan dan
pembelahan dalam proses spermatogenesis.
Estrogen, merupakan hormon yang disekresikan oleh sel sertoli, berfungsi
dalam spermiogenesis pada laki-laki. Pada perempuan, estrogen disekresi dari sel
thecal ovarium yang berfungsi dalam proliferasi dan pertumbuhan sel-sel spesifik
6
yang manifestasinya berupa perkembangan seks sekunder pada perempuan,
seperti:
- Pertumbuhan duktus pada payudara
- Peningkatan sekresi cairan pada kelenjar sebaceous
- Progresteron, merupakan hormon yang disekresikan oleh corpus luteum
(dan juga corpus luteum of gravidarum) yang berfungsi untuk mempersiapkan
uterus untuk kelahiran dan membantu perkembangan payudara untuk laktasi.
Estrogen
Pada wanita, hormon estrogen memiliki beberapa efek spesifik sebagai
berikut :
- Pada uterus dan organ seks eksternal, estrogen dihasilkan sekitar 20 kali lipat lebih banyak dibanding masa prepubertas. Peningkatan kadar hormon ini bersamaan dengan penimbunan lemak menyebabkan perubahan-perubahan spesifik, yaitu pembesaran ovarium, tuba fallopi, uterus, dan vagina. Estrogen juga mengubah epitel vagina dari epitel kuboid menjadi epitel bertingkat yang lebih resisten terhadap trauma dan infeksi.
- Pada tuba fallopi, estrogen menyebabkan proliferasi jaringan pada lapisan mukosa tuba fallopi. Jumlah dan aktivitas sel-sel silia yang penting dalam pergerakan ovum yang telah difertilisasi juga meningkat.
- Pada payudara, estrogen menyebabkanp\ perkembangan jaringan stroma, pertumbuhan sistem duktus, dan deposit lemak. Lobulus-lobulus dan alveoli berkembang menjadi lebih luas.
- Pada sistem rangka, estrogen menghambat aktivitas osteoklas sehingga mengurangi penyerapan osteosit dan meningkatkan pertumbuhan tulang, serta menyebabkan penyatuan epifisis pada tulang panjang. Diketahui efek estrogen pada wanita lebih kuat dibandingkan dengan efek testosteron pada pria, namun penghentiannya juga lebih cepat. Sehingga wanita cenderung lebih cepat tumbuh tinggi, tetapi lebih pendek daripada pria.
- Estrogen menyebabkan peningkatan deposit protein total tubuh, yang dibuktikan oleh keseimbangan nitrogen yang lebih positif setelah pemberian estrogen.
- Estrogen meningkatkan laju metabolisme tubuh, meningkatkan jumlah lemak subkutan, dan mendepositkannya pada daerah-daerah tertentu
7
seperti payudara, bokong, dan paha sehingga memunculkan gambaran melekuk pada wanita yang khas.
- Estrogen menyebabkan kulit manita memiliki tekstur yang lembut dan halus, namun lebih tebal jika dibandingkan dengan kulit anak-anak. Julit juga menjadi lebih vaskular.
TestosteronPada pria, testosteron memiliki efek spesifik sebagai berikut :- Testosteron menimbulkan pertumbuhan rambut di atas pubis, di
sepanjang linea alba kadang-kadang sampai ke umbilikus, wajah, dada, dan punggung.
- Testosteron mengurangi pertumbuhan rambut di bagian atas kepala sehingga dapat menyebabkan kebotakan.
- Testosteron menimbulkan hipertrofi mukosa laring dan menyebabkan pembesaran laring, sehingga mengubah suara menjadi serak dan kemudian menjadi suara orang dewasa maskulin yang khas.
- Testosteron meningkatkan ketebalan kulit di seluruh tubuh dan meningkatkan kekasaran jaringan subkutan, juga meningkatkan sekresi beberapa atau semua kelenjar sebasea tubuh yang dapat menimbulkan jerawat.
- Testosteron meningkatkan perkembangan otot rata-rata sekitar 50% massa otot melebihi massa otot wanita. Hal ini berhubungan dengan peningkatan protein di bagian lain dari tubuh yang tidak berotot.
3. Perubahan Psikis saat Memasuki Masa PubertasPada saat memasuki masa pubertas, anak-anak cenderung memiliki emosi
yang labil. Bahaya psikologis yang mengancam anak-anak saat pubertas antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Ketidaksiapan remaja dalam menghadapi perubahan yang dipicu oleh :
- Sikap orang tua yang acuh terhadap perubahan anak
- Kurangnya bekal pengetahuan yang dimiliki anak
- Pandangan orang yang merendahkan dan masih mengangga tabu jika anak
menganggap tentang pubertas sehingga anak malu bertanya
2. Ketidakpuasan terhadap diri sendiri.
Sikap tidak puas atas perubahan bentuk yang dimilikinya sehingga memicu
sikap rendah diri pada anak, rasa takut ditolak oleh sekelempok sehingga anak
8
tidak dapat beradaptasi dengan baik dan kemampuan anak untuk mengembangkan
hubungan interpersonal juga tidak berkembang baik.
3. Konsep diri yang salah
Konsep diri yang salah pada anak bisa menyebabkan :
- Asosial pada anak
- Keinginan untuk balas dendam
- Agresif
- Cenderung bersikap negatif
- Rasa tidak bahagia
4. Perubahan emosi pada anak
Perubahan emosi yang dialami oleh remaja bisa mengakibatkan turunnya
prestasi anak, hal ini dipicu oleh rasa bosan yang didominasi oleh anak,
kurangnya minat pada suatu hal sehingga menyebabkan kemalasan pada anak
4. Perubahan Fisik saat Memasuki Masa PubertasUntuk perubahan fisik yang terjadi pada anak saat memasuki masa pubertas
dapat dilihat pada tabel berikut :Anak laki-laki Anak perempuan
Perubahan hormon: produksi testosteron
meningkat
Perubahan hormon: produksi
estrogen meningkat
Pertumbuhan tinggi badan melonjak Pertumbuhan tinggi badan melonjak
Rambut pubis, dada, dan ketiak tumbuhRambut pubis, dada, dan ketiak
tumbuh
Testis, skrotum, dan penis membesar Perkembangan payudara
Anggota gerak memanjang, bahu melebar Melebarnya pinggul
Bulu-bulu di wajah timbul Redistribusi lemak
Pendalaman suara-“suara pecah” Mulainya siklus menstruasi
Keringat di bawah lengan Keringat di bawah lengan
Jerawat pada wajah Jerawat pada wajah
Sering ejakulasi: pada malam hari atau
melalui masturbasi
9
5. Penilaian Status Pubertas AnakKarena onset dan perkembangan pubertas sangat variabel, Tanner telah
mengusulkan skala, yang sekarang dipakai oleh semua, untuk menggambarkan
onset dan progresi perubahan pada pubertas. Anak laki-laki dan perempuan dinilai
pada skala 5 poin. Anak laki-laki dinilai untuk perkembangan alat kelamin dan
pertumbuhan rambut pubis, dan anak perempuan dinilai untuk perkembangan
payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan.
a. Tahap – tahap perkembangan berdasarkan stadium pada laki – laki dan
perempuan:
Stadium I (remaja) - Vellos rambut berkembang melalui pubis tidak
terlihat banyak
Tahap II - Jarang, panjang, berpigmen, rambut halus, yang lurus atau
hanya sedikit melengkung. Rambut ini terlihat terutama sepanjang
labia.
Tahap III - jauh lebih gelap, kasar, dan rambut keriting sudah muncul.
Rambut telah menyebar di daerah pubis.
Tahap IV - Distribusi rambut pada dewasa d sudah merata tetapi
belum menutupi bagian pubis
10
Tahap V – rambut menutupi daerah pubis dan menyebar hingga medial
paha membentuk segitiga.
b. Tahap perkembangan payudara
11
Stadium I (remaja) - Hanya papilla terangkat
di atas
Tahap II - (Payudara Budding) -
Peningkatan payudara dan papila
mungkin terjadi seperti gundukan kecil
dan juga peningkatan beberapa
diameter areola
Tahap III - Payudara dan areola terus
membesar, meskipun mereka tidak
menunjukkan pemisahan kontur.
c. Tahapan perkembangan alat kelamin laki – laki
12
Tahap IV - areola dan papila yang
meningkatkan keatas, bentuk payudara dan
gundukan mulai terlihat karena tejadi
penambahan jaringan pada payudara
Tahap V - payudara wanita dewasa telah berkembang, papilla telrihat memajang sedikit di atas kontur payudara sebagai akibat dari resesi aerolae.
Stadium I (remaja) - Testis, kantung skrotum dan penis memiliki ukuran dan proporsi yang sama dengan yang terlihat pada awal masa kanak-kanak
Tahap II - Ada pembesaran skrotum dan testis
dan perubahan di tekstur kulit skrotum. pada
kulit skrotum terlihat memerah,
Tahap III - pertumbuhan lebih lanjut dari penis
telah terjadi, awalnya panjang, meskipun dengan
beberapa peningkatan lingkaran dan juga
peningkatan testis dan skrotum.
Adapun klasifikasi Tanner dapat dilihat dari nilai dari Sex Maturity Rating
(SMR) pada perempuan maupun laki-laki dalam tabel berikut :
Tabel 1 -- Klasifikasi SMR pada perempuan:
SMR Stage Pubic Hair Breasts1 Preadolescence Preadolescence2 Sparse, lightly pigmented,
straight, medial border of labiaBreast and papilla elevated as small mound, diameter of areola increased
3 Darker, beginning to curl, increased amount
Breast and areola enlargement, no contour separation
4 Coarse, curly, abundant, but less than adult
Areola and papilla form secondary mound
5 Adult feminine triangle, spread to medial surface of thighs
Mature, nipple projects, areola part of general breast contour
Tabel 2 -- Klasifikasi SMR pada laki-laki:
SMR Stage Pubic Hair Penis Testes1 None Preadolescence Preadolescence2 Scanty, long, slightly
pigmentedMinimal change/ enlargement
Enlarged scrotum, pink, texture altered
3 Darker, starting to curl, small amount
Lengthens Larger
4 Resembles adult type, but less quantity, coarse, curly
Larger, glans and breadth increase in size
Larger, scrotum dark
13
Tahap IV - Penis membesar secara signifikan
pada panjang dan lingkarannya dan
pengembangan lebih lanjut dari glans penis.
Testis dan skrotum terus membesar dan
berwarna gelap
Tahap V - alat kelamin dewasa ini berkaitan dengan ukuran dan bentuk.
5 Adult distribution, spread to medial surface of thighs
Adult size Adult size
Jadi, berdasarkan definisi dan penilaian Tanner di atas, dapat disimpulkan
bahwa pada perempuan, tanda pubertas pertama adalah tahap SMR2 yaitu
munculnya bakal payudara (breast buds/ thelarche) sekitar usia 8-12 tahun.
Menstruasi mulai sekitar 2-2½ tahun kemudian. Tahap SMR3-4 (usia rata-rata 12
tahun; rentang normal 9-16 tahun) adalah kecepatan perkembangan tertinggi.
Perubahan lainnya adalah pembesaran ovarium, uterus, labia, dan clitoris serta
penebalan endometrium dan mukosa vagina.
Pada laki-laki, tanda pubertas pertama adalah tahap SMR2 yaitu
pembesaran volume testis dimulai pada usia 9½ tahun. Tahap SMR3 adalah
pertumbuhan penis. Tahap SMR4 merupakan tahap laju perkembangan tertinggi
yang ditandai volume testis yang mencapai ±9-10 cm. Perubahan lainnya adalah
pembesaran tubulus seminiferus, epididimis, vesikel seminalis, dan prostat.
Adrenarche adalah peningkatan produksi adrenal androgen (utamanya
berupa dehydroepiandrosterone Sulfate/ DHEAS) sekitar usia 6 tahun, dengan
perkembangan berupa bau ketiak dan tumbuhnya rambut halus pada genital.
6. Fisiologi PubertasAntara masa anak awal dan usia sekitar 8-9 tahun (yaitu fase pra pubertas),
aksis hipotalamus-pituitari-gonad adalah tidak aktif, seperti direfleksikan oleh
kadar hormone luteinisasi (LH) serum dan juga hormone seks (yaitu estradiol
pada anak perempuan) yang tidak terdeteksi. Pada fase ini, aktivitas hipotalamus
dan kelenjar pituitary diduga tertekan oleh jalur pengendalian saraf dan oleh
umpan balik negative oleh sejumlah kecil steroid gonad dalam sirkulasi.
Pubertas terjadi akibat peningkatan ambang batas terhadap inhibisi umpan
balik tersebut, tetapi mekanisme penyesuainya masih belum diketahui. Penelitian
jangka panjang menunjukkan bahwa sejak usia 6 tahun, telah terjadi ritme
pelepasan LH pada malah hari, yang frekuensi dan amplitudonya akan meningkat
14
secara bertahap. Pemeriksaan ultrasonografi ovarium juga menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas folikel sejak pertengahan masa kanak-kanak.
Satu sampai tiga tahun sebelum mulainya pubertas, kadar LH serum yang
rendah selama tidur menjadi dapat diperagakan (yaitu masa peripubertas) dan
menjadi nyata secara klinis. Sekresi LH selama tidur ini terjadi dengan cara
berdenyut dan mungkin mencerminkan pengeluaran episodic endogen hormone
pelepas gonadotropin dari hipotalamus (GnRH). Denyut LH nokturna
amplitudonya terus meningkat dan pada sebagian kecil frekuensinya juga
meningkat ketika mendekati pubertas klinis. Denyut sekresi gonadotropin ini
menyebabkan pembesaran dan maturasi gonad dan sekresi hormone seks.
Munculnya cirri-ciri kelamin sekunder pada awal pubertas merupakan kulminasi
interaksi yang akitf dan mapan yang terjadi pada hipotalamus, kelenjar pituitary
dan gonad pada masa peripubertas. Menjelang mid pubertas, denyut LH menjadi
jelas kelihatan bahkan pada siang hari dan terjadi dengan interval sekitar 90-120
menit.
Kejadian kritis kedua terjadi pada pertengahan dan akhir masa remaja pada
wanita, padanya terjadi siklisitas dan ovulasi. Mekanisme umpan balik positif
berkembang ke arah meningkatnya kada estrogen pada pertengahan siklus yang
menyebabkan kenaikan LH yang jelas.
Androgen korteks adrenal juga memainkan peran pada maturasi pubertas.
Kadar dehidroepiandrosteron (DHEA) serum dan sulfatnya (DHEAS) mulai
meningkat sekitar usia 6-8 tahun, sebelum meningkatnya LH atau hormone
kelamin dan sebelum perubahan fisik pubertas paling awal nampak.
7. Gangguan pada Pubertas
A. Pubertas Prekoks
Bila tanda-tanda pubertas ditemukan sebelum usia 8 tahun pada perempuan
dan sebelum usia 9 tahun pada laki-laki.
Sifatnya:
- Lengkap (komplet) yaitu jika tanda-tanda pubertas tumbuh lengkap;
pada pria penis, rambut pubik dan testis tumbuh bersama-sama,
15
sedangkan pada wanita payudara, rambut pubik dan haid. Biasanya
pencetusnya terletak di intrakranial
- Tidak lengkap (inkomplet) yaitu disini gejala pubertas hanya sebagian,
misalnya pada pria hanya penis dan rambut pubik tumbuh, sedang testis
tetap infantil, atau pada wanita hanya payudara tumbuh (telars prematur)
ataupun hanya rambut pubik (pubars prematur). Pada semua keadaan
tersebut perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya neoplasma di
adrenal atau gonad.
B. Puberts Terlambat (Delay Puberty)
Keterlambatan pubertas sering terdapat dengan riwayat keluarga. Variasi
perkembangan ini lebih sering ditemukan pada anak pria dibandingkan wanita.
Pubertas dapat dianggap terlambat kalau perkembangan mammae pada
anak wanita belum terjadi menjelang umur 13 tahun, atau terdapat selang waktu
lebih dari lima tahun antara permulaan pertumbuhahan mammae dengan
menarche. Anak pria dapat dipandang mengalami keterlambatan pematangan
seksual kalau menjelang lebih dari 13,5 tahun pembesaran testis beum dimulai
atau terdapat selang waktu lebih dari lima tahun antara permulaan dan
penyempurnaan pertumbuhan genetalia.
Pada sebagian kecil kasus yang penting keterlambatan tersebut
dipengaruhi oleh gangguan lingkungan maupun kesehatan anak yang
bersangkutan. Bila keterlambatan tersebut tidak dapat diterangkan melalui adanya
riwayat keluarga atau bila tidak ada ditemukan suatu gangguan, harus dilakukan
pemeriksaan terhadap kemungkinan gangguan regulasi pelepasan gonadotropindi
hipotalamus-hipofisis atau gangguan respons gonadal.
Hipogonadotropik hipogonadisme merupakan keadaan bersifat herediter
yang dapat muncul sebagai gejala tersendiri atau timbul bersamaan dengan
gangguan sensasi penghidu yang disebut sebagai sindrom Kallman. Beratnya
keadaan tersebut ssangat bervariasi dan keadaan tersebut mungkin saja baru
diketahui pada masa dewasa. Penyebab hipogonadotropik hipogonadisme yang
didapat antara lain adalah tumor di daerah hipotalamus hipofisis.
16
Hipergonadotropik hipogonadisme merupakan keadaan dimana tingginya
kadar LH dan FSH menunjukkan adanya gangguan respons gonadal dan
gangguuan pada mekanime umpan baliknya. Pemeriksaan ultrasonografi ovarium
dan palpasi testis membantu menentukan kelainan gonad. Penyebab utama pada
anak perempuan adalah sindrom Turner, tetapi dapat pula disebabkan oleh
disgenesis ovarium sebagai penyebab tersendiri. Pada anak laki-laki mungkin
disebabkaan gangguan kongenital pada diferensiasi testis, atau rusaknya testis
sebagai akibat torsi intrauterus dan infark.
8. Definisi, Jenis-Jenis, dan Etiologi Pubertas Prekoks
Pubertas Precocious (pubertas prekoks) didefinisikan sebagai onset dari
karakteristik seks sekunder sebelum usia 8 tahun pada perempuan dan 9 tahun
pada laki-laki. Namun, penggunaan istilah ini harus berhati-hati karena terkesan
sewenang-wenang dalam memutuskan perkembangan anak yang notabene
bervariasi, terutama jika terdapat perbedaan etnis dan ras.
Pubertas Precocious dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Central Precocious Puberty (Gonadotropin dependent/ true precocious
puberty) Disebut true karena jenis pubertas ini adalah yang
membutuhkan aktivasi system hipothalamus-pituitari-gonad dan bentuk
perkembangan selalu isoseksual. Sel-sel gonadotropin tumbuh besar dan
aktivitasnya mengakibatkan peningkatan sekresi hormone dan maturasi
seks yang progressive.
b. Peripheral Precocious Puberty (Gondadotropin independent/ precocious
pseudopuberty) Disebut pseudo karena muncul karakteristik seks
sekunder tetapi tanpa aktivasi sistem hypothalamus-pituitari-gonad,
bentuk perkembangan dapat isoseksual atau heteroseksual
(contraseksual). Precocious pseudopuberty dapat menginduksi maturasi
dari sistem hypothalamus-pituitari-gonad dan memicu terjadinya onset
true precocious puberty. Bentuk campuran ini umumnya dapat terjadi
karena berbagai kondisi salah satunya hyperplasia adrenal congenital,
17
Sindrom McCune-Albright dan precocious puberty keluarga yang
terbatas pada laki-laki (familial male-limited precocious puberty).
Dalam klasifikasi pubertas prekoks oleh Styne, membagi klasifikasi
pubertas prekoks menjadi beberapa bagian.
Pada perempuan:
1. Pubertas Prekoks Sentral
Pubertas prekoks sentral merupakan pubertas prekoks yang disebabkan oleh
kematangan hipothalamik-pituitari-gonad yang prematur; ini selalu diisoseksual
dan tidak hanya melibatkan perkembangan karakter seksual sekunder, tetapi juga
perkembangan gonad. Peningkatan tinggi dan berat serta maturasi tulang
dipercepat, dan penutupan epifisis dini menimbulkan postur yang pendek.
2. Pubertas Prekoks Perifer
Pseudopubertas prekoks pada perempuan disebabkan stimulasi berlebihan
estrogen pada ovarium, kortikal adrenal dan sumber eksogen. Pseudopubertas
relatif jarang pada perempuan. Pada kelainan hipotiroidisme sering disertai oleh
pertumbuhan, tulang dan gangguan pubertas. Tidak begitu banyak pasien dengan
kegagalan kelenjar tiroid dan hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
18
mengalami peningkatan perkembangan pubertas. Peningkatan sekresi subunit α
mengiringi hipersekresi TSH. Pada penelitian terbaru menyebutkan peningkatan
sekresi dari subunit α dapat mengaktivasi reseptor gonadotropin. Kemungkinan
hal tersebut dapat meningkatkan hiperproduksi dari FSH dan LH begitupula
dengan prolaktin. Pasien dengan perkembangan payudara dapat ditemukan adanya
galaktorrea.
Pada laki – laki:
1. Pubertas Prekoks Sentral
Pubertas prekoks sentral terjadi karena perkembangan pubertas terlalu cepat
sesuai yang tercantum pada tabel diatas. Kebanyakan pada laki – laki dengan
pubertas prekoks sentral terdapat kelainan pada sistem saraf pusatnya
dibandingkan yang idiopatik. Oleh karena itu penilaian pada anak laki – laki
dengan perkembangan pubertas dini dilakukan dengan scanning MRI. Kelainan
sistem saraf pusat tersebut yaitu didapat (abses, kemoterapi, granuloma, inflamasi,
radiasi, pembedahan, trauma), abnormalitas kongenital (kista arakhnoid,
hidrosefalus, hamartroma hipotalamus, displasia septo – optik, kista suprasellar),
tumor (ademona sekresi LH, astrositoma, glioma – dapat bergabung dengan
neurofibromatosis, kraniofaringioma, epidimoma) dan lain - lain.
Pubertas prekoks sentral pada anak laki – laki dikarakteristikkan tidak hanya
dari pemeriksaan kadar testosteron, basal dan kadar GnRH-stimulted
gonadotropin saja, tetapi perkembangan fisik pubertas termasuk pertumbuhan
testis.
2. Pubertas Prekoks Perifer
Pubertas prekoks perifer prekoks pada anak laki – laki biasanya disebabkan
oleh peningkatan endogen androgen yang tidak terdiagnosis atau penatalaksanaan
inadekuat pada kongenital hiperplasia adrenal (CAH) yang disebabkan oleh
defisiensi 21 – hidroksilase.
19
Tabel 3 – Kondisi yang mengakibatkan Precocious Puberty
GONADOTROPIN-DEPENDENT PUBERTYIdophaticOrganic brain lesions Hypothalamic hamartoma Brain tumors, hydrocephalus, severe head trauma, myelomeningoceleHypothyroidism, prolonged and untreatedCOMBINED GONADOTROPIN-DEPENDENT AND GONADOTROPIN-INDEPENDENT PUBERTYTreated congenital adrenal hyperplasiaMcCune-Albright syndrome, lateFamilial male precocious puberty, lateGONADOTROPIN-INDEPENDENT PUBERTYFemalesIsosexual (feminizing) conditions McCune-Albright syndrome Autonomous ovarian cysts Ovarian tumors Granulosa–theca cell tumor associated with Ollier disease Teratoma, chorionepithelioma Sex-cord tumor with annular tubules (SCTAT) associated with Peutz-Jeghers syndrome Feminizing adrenocortical tumor Exogenous estrogensHeterosexual (masculinizing) conditions Congenital adrenal hyperplasia Adrenal tumors Ovarian tumors Glucocorticoid receptor defect Exogenous androgensMalesIsosexual (masculinizing) conditions Congenital adrenal hyperplasia Adrenocortical tumor Leydig cell tumor Familial male precocious puberty Isolated Associated with pseudohypoparathyroidism hCG-secreting tumors Central nervous system Hepatoblastoma Mediastinal tumor associated with Klinefelter syndrome Teratoma
20
Glucocorticoid receptor defect Exogenous androgenHeterosexual (feminizing) conditions Feminizing adrenocortical tumor SCTAT associated with Peutz-Jeghers syndrome Exogenous estrogensINCOMPLETE (PARTIAL) PRECOCIOUS PUBERTY
Premature thelarche
Premature adrenarche
Premature menarche
Faktor resiko yang dapat mengarah pada pubertas prekoks :
1) GDPP (gonadotropin dependent precocious puberty)a. Abnormalitas sitem saraf pusat, yang dapat terjadi akibat
Tumor, termasuk di dalamnya glioma, astrositoma, hamartoma, tumor badan pineal, tumor germ cell yang menyekresikan hCG.
Trauma SSP (termasuk infeksi, radiasi, operasi) Hamartoma pada hipotalamus Kelainan congenital seperti hidrosefalus dan kista
arakhnoid.b. Kelainan non SSP
Genetik. Pubertas dini biasanya bersifat autosom dominan dalam pewarisannya, contohnya pada Russel-Silver Syndrome dan Mc Cune-Albright Syndrome (MAS)
2) GIPP (gonadotrophin independent precocious puberty)a. Congenital adrenal hyperplasia (CAH)b. Tumor di hati (seperti hepatoma, hpatoblastoma); koriokarsinoma
pada gonad, badan pineal, mediatinum; tumor adrenal. c. Tumor pada ovariumd. MAS
e. Hipotiroidisme atau sindrom van Wyk-Grumbach
3) Faktor genetik : riwayat keluarga dengan pubertas prekoks dapat
menyebabkan anak pubertas prekoks.
4) Kegemukan : terjadinya peningkatan leptin (peptida yang diproduksi
jaringan lemak dan disekresikan ke darah) memicu pengeluaran
GnRH, yang merangsang pengeluaran FSH dan LH sehingga
21
terjadinya pembentukan estrogen, dan pada akhirnya mempengaruhi
cepatnya haid.
9. Epidemiologi Pubertas Prekoks
Pubertas prekoks lebih sering terjadi pada anak perempuan. Hal ini
dimungkinkan karena pubertas prekoks membawa sifat genetik yang autosomal
dominan dan lebih sering akibat paparan hormon estrogen dini pada usia bayi.
Etiologi terbanyak terjadinya pubertas prekoks pada anak perempuan adalah
idiopatik. Sedangkan etiologi yang signifikan pada anak laki-laki adalah karena
terdapat kelainan pada sistem saraf pusat.
10.Patofisiologi Pubertas Prekoks
Pubertas prekoks yang bergantung gonadotropin diawali dengan aktivasi
hipofisis-hipothalamus, dan serupa dengan mekanisme yang terlihatpada
pubertas normal. Hipothalamus menyekresi hormone pencetus LH
(LHRH, LH-releasing hormone) pada ledakan periodik yang menstimulasi
hipofisis melepaskan LH dan FSH. LH dan FSH menstimulasi gonad
untuk menghasilkan hormn-hormon seks penyebab maturasi seksual.
Pubertas prekoks yang tidak bergantung gonadotropin adalah hasil
produksi hormone seks oleh adrenal atau gonad, atau dari pajanan terhadap
steroid.
Kombinasi pubertas prekoks akibat dari aktivasi sekunder aksis gonad-
hipofisis-hipothalamus oleh peningkatan kadar steroid seks dari area
perifer.
11.Sindrom Terkait Pubertas Prekoks
Sindrom terkait pubertas prekoks yang berhubungan dengan kasus pada
diskusi ini adalah sindrom McCune-Albright. Sindrom McCune-Albright adalah
kelainan genetik yang ditandai dengan kelainan pigmentasi kulit dan pertumbuhan
tulang akibat mutasi gen GNAS1. Gen yang bermutasi tidak diturunkan dari orang
tua, tetapi berkembang sewaktu tahap perkembangan bayi di dalam kandungan.
22
Jadi, tidak bersifat diturunkan. Penderita sindrom ini seringkali menunjukkan
gejala pubertas dini, yang disertai dengan pertumbuhan yang cepat yang dapat
menyebabkan deformitas pada lengan, tungkai, dan tulang kepala. Gejala lainnya
adalah hiperpigmentasi kulit yang abnormal, besar, dan mudah patah tulang.
Tidak ada tatalaksana, tetapi prognosis bagus karena memiliki masa hidup yang
normal. Gejala : bercak cafe au lait yang tidak teratur dan tidak merata terutama
pada punggung, kelainan bentuk tulang wajah, mens dini pada anak perempuan,
menunjukkan gejala pubertas prekoks, dan patah tulang.
Sindrom lain terkait pubertas prekoks adalah :a. GDPP (gonadotropin dependent precocious puberty)
Russel-Silver Syndrome Mc Cune-Albright Syndrome (MAS)
b. GIPP (gonadotrophin independent precocious puberty) MAS Hipotiroidisme atau sindrom van Wyk-Grumbach
12.Efek Pubertas Prekoks terhadap Psikologis Seorang Anak, Dampaknya
Setelah Dewasa, dan Cara Mengedukasi
Anak dengan pubertas prekoks dapat mengalami masalah dalam
bersosialisasi dengan anak-anak seusianya. Selain itu, anak juga cenderung
merasa minder dan kesulitan dalam memilih pakaian dan kemungkinan memulai
aktivitas seksualnya lebih dini.
Edukasinya dengan pemberian dukungan dan bimbingan karena anak-anak
pubertas prekoks ini memiliki insidensi masalah perilaku yang cukup tinggi akibat
ketidaksesuaian usia dan penampilan, serta suasana alam perasaan.
13.Penegakan Diagnosis dan Diagnosis Banding Pubertas Prekoks
Diagnosis dilakukan dengan:
- Tes laboratorium berupa tes serum hormone dalam darah, tes
immunometric terhadap LH, tes stimulasi GnRH dan leuprolide.
- Pemeriksaan radiologi berupa MRI Otak dan Pelvic USG.
Diagnosis banding pubertas prekoks adalah telarche premature, menarche
premature, dan pubarche premature.
23
14.Tatalaksana Terapi pada Anak dengan Pubertas Prekoks dan Prognosisnya
a. Pubertas terlambat (delayed puberty)
Keterlambatan pubertas harus di terapi segera karena pasien akan
mengalami keterlambatan maturasi tulang dan pertumbuhan dan tanpa pengobatan
akan memperlihatkan adanya perawakan pendek, gambaran fisik seperti anak-
anak dan tidak terlihatnya gambaran karakteristik seks sekunder. Keadaan ini juga
dapat menyebabkan terjadinya gangguan psikologi.
Terapi dilakukan saat pasien memperlihatkan tanda-tanda keterlambatan
pubertas, dan dihentikan saat pasien telah mengalami pubertas. Pasien terapi
memiliki prognosis yang baik.
b. Pubertas prekoks (precocious puberty)
Setiap anak dengan prekositas seksual harus segera dievaluasi karena:
- Beberapa anak tersebut menderita penyakit serius yang berhubungan
dengan kelainan ini.
- Tanpa memperhatikan etiologinya, perkembangan seksual yang terjadi
sebelum usia 6-7 tahun dapat berhubungan dengan perawakan pendek
pada masa dewasa jika tidak diobati.
- Prekositas seksual tidak disertai dengan pematangan psikoseksual
terhadap pelecehan seksual.
Terapi diberikan sedini mungkin, dan dihentikan saat pasien telah mencapai
umur pubertas normal. Terapi memiliki efektivitas dan keberhasilan yang tinggi
bila diberikan sedini mungkin.
15.Menarche
Menarche adalah haid pertama yang terjadi akibat proses sistem hormonal
yang kompleks. Menarche merupakan salah satu tanda bahwa remaja tersebut
telah mengalami perubahan dalam dirinya dan juga disertai dengn berbagai
masalah dan perubahan-perubahan baik fisik, biologi, psikologi, maupun sosial
yang harus dihadapi oleh remaja karena ini masa yang sangat penting karena
merupakan masa peralihan kemasa dewasa.
24
Menarche sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang
terjadi pada seorang gadis sedang menginjak dewasa. Perubahan timbul karena
serangkaian interaksi antara beberapa kelenjar didalam tubuh.
Umur normal seorang perempuan menarche adalah 10-16 tahun. Tergantung
juga pada berbagai faktor seperti kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat relatif
tubuh terhadap tinggi badan.
Batas akhir haid smpai umur 45-50 tahun. Panjang rata-rata daur menstruasi
adalah 28 hari namun berkisar 21-40 hari.
Sebuah jurnal menyatakan bahwa pubertas prekoks tidak berpengaruh pada siklus menstruasi, dan wanita dengan pubertas prekoks cenderung mendapat menopause lebih lama daripada yang normal.
16.Mimpi Basah
Mimpi basah artinya bermimpi tentang hal-hal seksual yang menggairahkan
yang ditandai dengan keluarnya sperma yang spontan dan membasahi celananya.
Mimpi basah pertama kali sekitar usia tulang 13 tahun.
17.Ginekomastia
Ginekomastia (gyneco=wanita; mastia=payudara) merupakan pembesaran
kelenjar mamae yang terjadi pada laki-laki. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan fisiologi hormon steroid yang bersifat sementara (reversibel) maupun
menetap.
Tabel: Klasifikasi ginekomastia
A. Ginekomastia fisiologis
Ginekomastia pada neonatus
Ginekomastia pubertas
Ginekomastia usia lanjut
B. Ginekomastia patologis
- Defisiensi testosteron
Kelainan kongenital (anorkhia kongenital, Sindrom Klinefelter,
resistensi androgen (feminisasi testis dan sindrom Reifenstein),
kelainan sintesis testosteron)
25
Gagal testis sekunder (orkhitis virus, trauma, kastrasi, penyakit
neurologis dan granulomatosa, gagal ginjal)
- Peningkatan produksi estrogen
Peningkatan sekresi estrogen testis (tumor testis, karsinoma
bronkogenik dan tumor • lain memproduksi hCG, true
hermaphroditism)
Peningkatan zat untuk aromatisasi jaringan ekstra-glanduler
(penyakit adrenal, hati, • kelaparan, tirotoksikosis)
Peningkatan aromatisasi ekstraglanduler
- Obat-obatan
Estrogen atau obat yang beraksi seperti estrogen (dietilstilbestrol, obat
kosmetika yang mengandung estrogen, pil KB, digitalis, makanan yang
terkontaminasi estrogen, fitoestrogen)
Obat yang meningkatkan produksi estrogen endogen
(gonadotropin,klomifen)
Obat penghambat sintesis testosteron (ketokonazol, metronidazol,
simetidin, etomi dat, alkylating agents, cisplatin, flutamid,
spironolakton)
Obat yang mempunyai mekanisme aksi tidak diketahui (busulfan,
isoniazid, metil•
Dopa, zat penghambat pompa kalsium, kaptopril, antidepresan trisiklik,
penisilamin, diazepam, marijuana, heroin)
C. Gikenomastia idiopatik
Tabel: Perbedaan gambaran ginekomastia pubertas dan patologis
ParameterGinekomastia
pubertas
Ginekomastia
patologis
Awitan Usia 10-18 tahun Sebelum usia 10
26
tahun
Obat penyebab Tidak ada Riwayat positif
Riwayat keluargaGinekomastia
transien
Ginekomastia
permanen
Penyakit kronis(-)
Hati, ginjal,
fibrosis kistik,
hipertiroid, kolitis
ulseratif, trauma dinding
dada
Penyakit genital(-)
Orkitis, trauma
testis, kriptorkismus,
hipospadia
Awitan pubertasNormal dan
sebelum terjadi
ginekomastia
Prekoks atau
setelah terjadi
ginekomastia
Pemeriksaan fisisGizi baik, testis
membesar, pubertas
stadium II-IV
Kurang gizi,
goiter, testis kecil atau
asimetris,
under masculinized
Massa mamae Pusat cakram di
bawah papila
Keras, massa
asimetris tidak di bawah
papila, limfadenopati
regional
18.Obesitas
Jenis-jenis obesitas
a. Menurut distribusi lemak
1) Gynoid (Bentuk Peer)
Lemak disimpan di sekitar pinggul, paha, dan bokong Tipe ini
cenderung dimiliki wanita. Lemak penyebab kegemukan ini terdiri
27
atas lemak tidak jenuh serta sel lemak kecil dan lembek. Resiko
terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil, kecuali resiko
terhadap penyakit arthritis dan varises vena (varicose veins). Akan
tetapi, lebih sukar menurunkan kelebihan berat tubuh pada tipe ini
karena lemak-lemak tersebut lebih sukar mengalami proses
metabolisme.
2) Apple Shape (Android)
Biasanya terdapat pada pria dan wanita yang sudah mengalami
menopouse.. Dimana lemak tertumpuk di di bagian tubuh sebelah atas,
yaitu di sekitar perut, dada, pundak, leher, dan muka. Resiko
kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe Gynoid,
karena selsel lemak di sekitar perut lebih siap melepaskan lemaknya
ke dalam pembuluh darah dibandingkan dengan sel-sel lemak di
tempat lain. Lemak yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat
menyebabkan penyempitan arteri (hipertensi), diabetes, penyakit
gallbladder, stroke, dan jenis kanker tertentu (payudara dan
endometrium). Namun, penderita kegemukan tipe ini masih memiliki
segi yang menguntungkan, yaitu lebih mudah menurunkan berat tubuh
dibanding tipe ginoid.
3) Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid
umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetic.
b. Menurut tingkatan
1) Simple Obesity
Kelebihan berat tubuh sebanyak 20%-30% dari berat ideal.
2) Mild Obesity
Kelebihan berat tubuh sebanyak 30%-40% dari berat ideal.
3) Moderat Obesity
Kelebihan berat tubuh sebanyak 40%-100% dari berat ideal.
4) Morbid Obesity
28
Kelebihan berat tubuh sebanyak dua kali lipat dari berat ideal.
c. Menurut usia
1) Juvenile Onset Obesity
Obesitas yang di mulai pada masa muda.
2) Adult Onset Obesity
Obesitas yang di mulai pada masa dewasa.
VII. Mind Maping
29
VII. Kesimpulan
Anak ♀, 7 tahun, menderita pubertas prekoks immature et causa gangguan
idiopatik.
30
Anak ♀ 7 tahun
Keluhan :Telarche premature
Pemfis :- Tinggi badan 123 cm- Berat badan 29 kg- Café au lait (-)
- Pubertas A1M2P1
Anamnesis :- Sakit kepala (-)- Penglihatan ganda (-)- Muntah (-)- Pajanan radioterapi (-)- Trauma (-)- Operasi kepala (-)
Tatalaksana ? Pubertas prekoks
DefinisiFaktor resiko Dampak Prognosis Patofisiologi
DAFTAR PUSTAKA
1. American Psychological Assosiation. 2002. A Reference for Professionals
Developing Adolescents. Washington Dc.
2. Azwar, Syamsul. 2003. Keterlambatan Pubertas. Sari Pediatri. Vol.4.
No.4. Hal. 176-179
3. Division Xenical. 2007. Body Mass Index (BMI) = Index Massa Tubuh.
4. http://www.obesitas.web.id/bmi%28i%29.html diakses pada tanggal 30
Oktober pukul 21.03 WIB
5. Dorland, W. A. Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
6. From Tanner JM: Growth at Adolescence, 2nd ed. Oxford, England,
Blackwell Scientific Publications, 1962. SMR, sexual maturity rating
7. Ganong WF. Review of medical physiology. 20th ed. USA: The McGraw-
Hill Companies; 2001. p.505-6.
8. Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2006. Textbook of Medical Physiology
11th Edition pp 907. United States: Elsevier
9. Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2006. Textbook of Medical Physiology
11th Edition pp 922-3. United States: Elsevier
10. Heffner, Linda J dan Schust, Danny J. 2006. At a Glance: Sistem
Reproduksi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga EMS
11. Hurlock. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan Edisi 5. Yogyakarta: Erlangga
12. Kliegman, Robert M. Behrman, Ricard E. Jenson, Hal B. Stanton, Bonita
F. 2007. Nelson Textbook of Pediatric 18th Edition: Chapter 12
Adolescence. United States: Saunders
13. Kliegman, Robert M. Behrman, Ricard E. Jenson, Hal B. Stanton, Bonita
F. 2007. Nelson Textbook of Pediatric 18th Edition: Chapter 563 Disoders
of Pubertal Development. United States: Saunders
14. Krisna, dkk. 2010. SAP Tentir FK UI 2010. Jakarta.
31
15. Lewer, Helen. 1996. Belajar Merawat di Bangsal Anak. Jakarta: EGC
16. Mary E. Muscari, M. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
17. Monks. 2002. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: UGM
18. Pulungan, Aman B. 2009. Masalah Pubertas Pada Anak dan Remaja.
http://www.idai.or.id/remaja/artikel.asp?q=201001261406. Diakses di
Pontianak tanggal 1 Oktober 2012.
19. Timmreck, Thomas. C. 2004. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Edisi 2.
Jakarta: EGC
20. http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/
sindrom-mccune-albright-_-951000103663
21. Universitas Sumatera Utara. Update : 30 september 2012
22. Vander et.al. Human physiology – the mechanism of body function. 8th ed.
USA: The McGraw-Hill Companies; 2001. p. 681-3.
23. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Khusus Keperawatan Pediatric Edisi 4
pp 445. Jakarta: EGC
24. www.emedicine.medscape.com . Update : 30 september 2012
32