Laporan Pemicu 1 Fcp-fixed

download Laporan Pemicu 1 Fcp-fixed

of 17

description

qwer

Transcript of Laporan Pemicu 1 Fcp-fixed

PemicuPasien 21 tahun datang dengan keluhan mata merah sebelah kanan seak 1 hari yang lalu. Mulai terasa saat berkendara dengan sepeda motor, mata sedikit bengkak dan berair. Tidak merasakan adanya gangguan penglihatan.

A. Kata Kunci1. OD : merah seak 1 hari yang lalu, bengkak dan berair Terasa saat berkendara sepeda motor2. Visus normal

B. Rumusan Masalah Pasien 21 tahun, mata merah visus normal, bengkak dan berair.C. Analisis Masalah

D. Hipotesis :Pasien 21 tahun diduga mengalami cospus alienum konjungtivitis dengan DD viral konjungtivitis dan allergic konjungtivitis.

E. Pertanyaan diskusi :1. Bagaiman cara diagnosis klinis pada pasien dikasus?a. Anamesisb. Pemeriksaan fisikc. Pemeriksaan penunjang2. Mengapa mata pasien bisa bengkak dan berair?3. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap gangguan mata?4. Bagaimana alur diagnosis:a. Mata merah visus menurunb. Mata merah visus normal5. Bagaimana tatalaksana yang tepat pada pasien? a. Farmakologib. Non farmakologi6. Bagaimana Interaksi obat yang kita berikan pada pasien?7. Bagaimana prognosis pasien?8. Komplikasi yang mungkin terjadi jika pasien ini tidak ditangani dengan benar?9. Penulisan rekam medis pada pasien ini10. Penulisan resep yang rasional untuk kasus ini

F. Pembahasan1. Bagaiman cara diagnosis klinis pada pasien dikasus?

Anamesis1Mata merah bisa merupakan manifestasi dari kondisi ringan yang sembuh sendiri, seperti konjungtivitis virus, atau akibat kedaruratan yang membahayakan penglihatan, seperti glaukoma akut. Mata merah terjadi akibat peradangan konjungtiva atau episklera. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dapat digunakan pada saat anamnesis untuk membantu menegakkan diagnosis. Berapa lama mata tampak merah? Adakah rasa tidak nyaman atau iritasi? Apakah terasa nyeri? Apakah lebih buruk bila mata digerakkan? Adakah nyeri kepala yang menyertainya? Adakah gangguan penglihatan? Apakah mata terasa lengket? Adakah eksudat? Apakah mata terasa kering atau perih?

Adakah tanda sistemik (misalnya demam, malaise, muntah, atralgia, atau ruam)? Adakah rasa gatal pada mata atau adakah variasi musiman? Riwayat Penggunaan obat : adakah riwayat penggunaan obat yang mungkin menyebabkan gejala gangguan penglihatan atau pemakaian obat untuk mengobati penyakit mata? Riwayat keluarga dan sosial :adakah riwayat gejala gangguan mata dalam keluarga ( misalnya penularan konjungtivitis)?

Pemriksaan Fisik pada Mata21. Inspeksi MataInspeksi kelopak mata, bulu mata, bola mata, dan apartus lakrimal. Inspeksi juga konjungitva, sklera, kornea, ruang anterior, iris dan pupil. Gunakan oftalmoskop untuk mengkaji humor vitreous dan retina.a. Inspeksi kelopak mata, bulu mata, dan apartus lakrimal Kelopak mata harus konsisten dengan corak klien, dengan tanpa oedema atau lesi. Lipatan palpebra harus simetris dengan tidak ada kelambatan kelopak Bulu mata harus terdistribusi rata di sepanjang kelopak Bola mata harus cerah dan jernih Apartus lakrimal harus tidak mengalami inflamasi, pembengkakan atau air mata yang berlebihan

b. Inspeksi konjungitva Periksa konjungtiva palpebra hanya jika anda mencurigai adanya benda asing atau jika klien mengeluh nyeri kelopak mata. Untuk memeriksa bagian dari konjungtiva ini, minta klien untuk melihat ke bawah sementara anda menarik dengan perlahan bulu mata tengah ke depan dan ke atas dengan ibu jari dan jari telunjuk anda. Sambil memegang bulu mata, tekan tepi tarsal dengan lidi kapas untuk membalikkan kelopak mata keluar. Teknik ini membutuhkan keterampilan untuk mencegah klien merasa tidak nyaman. Tahan bulu mata ke arah alis dan periksa konjungtiva, yang seharusnya berwarna merah muda dan bebas dari pembengkakan. Untuk mengembalikan kelopak mata ke posisi normalnya, lepaskan bulu mata dan minta klien untuk melihat ke atas. Jika hal ini tidak membalikan kelopak mata, pegang bulu mata dan tarik dengan perlhan ke arah depan.

Untuk menginspeksi konjungtiva bulbar, buka kelopak mata dengan perlahang dengan ibu jari atau jari telunjuk anda. Minta klien untuk melihat ke atas, ke bawah, ke kiri, dan ke kanan, sementara anda memeriksa keseluruhan kelopak mata bagian bawah.

c. Inspeksi kornea, ruang anterior, dan iris Untuk menginspeksi kornea dan ruang anterior, arahkan cahaya senter ke dalam mata klien dari beberapa sudut sisi. Normalnya, kornea dan ruang anterior bersih dan transparan. Hitung kedalaman ruang anterior dari samping dengan menggambarkan jarak antara kornea dengan iris. Iris harus teriluminasi dengan cahay dari samping. Permukaan kornea normalnya tampak bercahaya dan terang tanpa adanya jaringan parut atau ketidakteraturan. Pada klien lansia, arkus senilis (cincin abu-abu putih di sekeliling tepi kornea) merupakan hal yang normal. Uji sensitivitas korneal, yang menunjukkan keutuhan fungsi saraf kranial V (saraf trigemeinus) dengan sedikit mengusapkan kapas di permukaan kornea. Kelopak di kedua mata harus menutup ketika anda menyentuh kornea. Gunakan kapas yang berbeda untuk setiap mata untuk menghindari kontaminasi silang. Inspeksi bentuk iris, yang harus tampak datar jika dipandang dari samping, dan juga warnanya.

d. Inspeksi pupil Periksa kesamaan ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya, dan akomodasi pada pupil masing-masing mata. Untuk menguji reaksi pupil terhadap cahay, gelapkan ruangan dan dengan klien menatap lurus ke arah titik yang sudah ditentukan, sorotkan senter dari samping mata kiri ke tengah pupilnya. Kedua pupil harus berespons; pupil yang menerima cahaya langsung berkonstriksi secara langsung, sementara pupil yang lain berkonstriksi secara bersamaan dan secara penuh. Sekarang uji pupil mata kanan. Pupil harus bereaksi segera, seimbang, dan cepat (dalam 1 sampai 2 detik). Jika hasilnya tidak meyakinkan, tunggu 15 sampai 30 detik dan coba lagi. Pupil harus bundar dan sama sebelum dan sesudah kelihatan cahaya. Untuk menguji akomodasi, minta klien menatap objek di seberang ruangan. Normalnya pupil akan dilatasi. Kemudian minta klien untuk menatap jari telunjuk anda atau pada pensil yang berjarak 60 cm. Pupil harus berkonstriksi dan mengumpul seimbang pada objek. Ingat bahwa pada klien lansia, akomodasi dapat berkurang.

2. Palpasi Mataa. Palpasi dengan perlahan adanya pembengkakan dan nyeri tekan pada kelopak mata. Kemudian, palpasi bola mata dengan menempatkan kedua ujung jari telunjuk di kelopak mata di atas sklera sementara klien melihat ke bawah. Bola mata harus teras sama keras.b. Kemudian, palpasi kantong lakrinal dengan menekankan jari telunjuk pada lingkar orbital bawah pada sisi yang paling dekat dengan hidung klien. Sambil menekan, observasi adanya regurgitasi abnormal materi purulen atau air mata yang berlebihan pada punctum, yang dapat mengindikasikan adanya sumbatan dalam duktus nasolakrimal.

3. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus) a. Pemeriksaan tajam penglihatan : Lakukan uji penglihatan dalam ruangan yang cukup tenang, tetapi anda dapat mengendalikan jumlah cahaya. Gantungkan kartu Snellen atau kartu E yang sejajar mata responden dengan jarak 6 meter Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan Mata kiri responden ditutup dengan penutup mata atau telapak tangan tanpa menekan bolamata Responden disarankan membaca huruf dari kiri ke kanan setiap baris kartu Snellen atau memperagakan posisi huruf E pada kartu E dimulai baris teratas atau huruf yang paling besar sampai huruf terkecil (baris yang tertera angka 20/20) Penglihatan normal bila responden dapat membaca sampai huruf terkecil 20/20 (tulis 020/020) Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca atau memperagakan posisi huruf E kurang dari setengah baris maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka di atasnya. Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca atau memperagakan posisi huruf E LEBIH dari setengah baris maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka tersebut.

b. Pemeriksaan uji penglihatan dengan hitung jari : Bila responden belum dapat melihat huruf teratas atau terbesar dari kartuSnellen atau kartu E maka mulai hitung jari pada jarak 3 meter (tulis 3/60). Hitung jari 3 meter belum bisa terlihat maka maju 2 meter (tulis 2/60), bila belum terlihat maju 1 meter (tulis 1/60). Bila belum juga terlihat maka lakukan goyangan tangan pada jarak 1 meter (tulis 1/300) Goyangan tangan belum terlihat maka senter mata responden dan tanyakan apakah responden dapat melihat SINAR SENTER (jika ya tulis 1/888) Bila tidak dapat melihat sinar senter disebut BUTA TOTAL (tulis 0/0)

c. Selanjutnya, uji fungsi visual, termasuk ketajaman penglihatan jarak dekat dan jarak jauh, persepsi warna dan penglihatan perifer.1) Uji penglihatan jarak jauh Untuk menguji penglihatan jarak jauh pada klien yang dapat membaca bahasa inggris, gunakan grafik alfabet Snellen yang berisi berbagai ukuran huruf. Untuk klien yang buta huruf atau tidak dapat berbicara bahasa inggris, gunakan grafik Snellen E, yang menunjukkan huruf-huruf dalam berbagai ukuran dan posisi. Klien menunjukkan posisi huruf E dengan menirukan posisi tersebut dengan jari tangannya. Uji setiap mata secara terpisah dengan terlebih dahulu menutup satu mata dan kemudian mata yang lain dengan kartu buram berukuran 3 x 5 atau penutup mata. Setelah itu, uji penglihatan binokular klien dengan meminta klien membaca gambar dengan kedua mata terbuka. Klien yang normalnya memakai lensa korektif untuk penglihatan jarak jauh harus memakainya untuk uji tersebut. Mulai dengan baris yang bertanda 20/20. Jika klien salah membaca lebih dari dua huruf, pindahlah ke baris berikutnya 20/25. Lanjutkan sampai klien dapat membaca baris tersebut dengan benar dengan kesalahan yang tidak lebih dari dua. Baris tersebut menunjukkan ketajaman penglihatan jarak jauh klien.

2) Uji penglihatan jarak dekatUji penglihatan jarak dekat klien dengan memegang grafik Snellen atau kartu dengan kertas koran berukuran 30,5 sampai 35,5 cm di depan mata klien, klien yang normalnya memakai kacamata baca harus memakainya untuk uji ini. Seperti pada penglihatan jarak jauh, uji setiap mata secara terpisah dan kemudian bersamaan.

3) Uji persepsi warnaMinta klien untuk mengidentifikasi pola bulatan-bulatan warna pada plat berwarna. Klien yang tidak dapat membedakan warna tidak akan mendapatkan polanya.

4) Uji fungsi otot ekstraokulerUntuk mengkaji fungsi otot ekstraokuler klien, perawat harus melakukan tiga tes: enam posisi kardinal tes penglihatan, tes terbuka-tertutup, dan tes refleks cahaya korneal.a) Enam posisi kardinal tes penglihatan Duduk langsung di depan klien, dan pegang objek silindris, seperti pensil, tepat di depan hidung klien, dan menjauh sekitar 46 cm dari hidung klien. Minta klien untuk memperhatikan objek tersebut pada saat dan menggerakkannya searah jarum jam melewati enam posisi kardinal-medal superior, lateral superior, lateral, lateral inferior, dan medial-kembalikan objek ke titik tengah setelah setiap gerakan. Melalui tes ini, mata klien akan tetap paralel pada saat bergerak. Perhatikan adanya temuan abnormal, seperti nistagmus, atau deviasi salah satu mata yang menjauh dari objek.b) Tes tertutup-terbuka Minta klien menatap suatu objek pada dinding yang jauh yang berhadapan. Tutupi mata kiri klien dengan kartu buram dan observasi mata kanan yang tidak ditutp akan adanya gerakan atau berputar-putar. Kemudian, lepas kertas dari mata kiri. Mata harus tetap diam dan berfokus pada objek, tanpa bergerak atau berputar-putar. Ulangi proses tersebut dengan mata kanan.c) Tes refleks cahaya korneal Minta klien untuk melihat lurus ke depan sementara anda mengarahkan sinar senter ke batang hidung klien dari jarak 30,5 sampai 38 cm. Periksa untuk memastikan apakah kornea memantulkan cahaya di tempat yang tepat sama di kedua mata. Refleks yang tidak simetris menunjukkan ketidakseimbangan otot yang menyebabkan mata menyimpang dari titik yang benar.

5) Uji penglihatan perifer Duduk berhadapan dengan klien, dengan jarak 60 cm, dengan mata anda sejajar dengan mata klien. Minta klien menatap lurus ke depan. Tutupi satu mata anda dengan kertas buram atau tangan anda dan minta kien untuk menutup matanya yang tepat bersebrangan dengan mata anda yang ditutup Kemudian, ambil sebuah objek, misalnya pensil dari bidang superior perifer ke arah lapang pandang tengah. Objek tersebut harus berada pada jarak yang sama di antara anda dan klien Minta klien untuk mengatakan pada anda saat objek tersebut terlihat. Jika penglihatan perifer anda utuh, anda dan klien akan melihat objek tersebut pada waktu yang bersamaan. Ulangi prosedur searah jarum jam pada sudut 45 derajat, periksa lapang pandang superior, inferior, temporal, dan nasal. Ketika menguji lapang pandang temporal, anak akan mengalami kesulitan menggerakkan objek sampai cukup jauh sehingga anda dan klien tidak dapat melihatnya. Jadi lakukan uji lapang pandang temporal ini dengan meletakkan pensil sedemikian rupa di belakang klien dan di luar lapang pandang klien. Bawa pensil tersebut berkeliling secara perlahan sampai klien dapat melihatnya.

4. Reflek Pupil Pasien disuruh melihat jauh Setelah itu pemeriksa mata pasien di senter / diberi cahaya dan lihat apakah ada reaksi pada pupil. Normal akan mengecil Perhatikan pupil mata yang satunya lagi, apakah ikut mengecil karena penyinaran pupil mata tadi disebut dengan reaksi cahaya tak langsung Cegah reflek akomodasi dengan pasien disuruh tetap melihat jauh

5. Pemeriksaan Sensibilitas KorneaTujuan : Untuk mengetahui apakah sensasi kornea normal, atau menurunAlat : Kapas sterilCara Pemeriksaan Bentuk ujung kapas dengan pinset steril agar runcing dan halus Fiksasi mata pasien keatas agar bulu mata tidak tersentuh saat kornea disentuh Fiksasi jari pemeriksa pada pipi pasien dan ujung kapas yang halus dan runcing disentuhkan dengan hati-hati pada kornea, mulai pada mata yang tidak sakit.

Hasil Pada tingkat sentuhan tertentu reflek mengedip akan terjadi. Penilaian dengan membandingkan sensibilitas kedua mata pada pasien tersebut.

6. Eversi Kelopak MataPemeriksaan untuk menilai konjungtiva tarsalisCara Pemeriksaan : Cuci tangan hingga bersih Pasien duduk didepan slit lamp Sebaiknya mata kanan pasien diperiksa dengan tangan kanan pemeriksa. Ibu jari memegang margo, telunjuk memegang kelopak bagian atas dan meraba tarsus, lalu balikkan Setelah pemeriksaan selesai kembalikan posisi kelopak mata. Biasakan memeriksa kedua mata.

7. Pemeriksaan Dengan Oftalmoskop Untuk melakukan pemeriksaan dengan oftalmoskop, tempatkan klien di ruang yang digelapkan atau setengah gelap, anda dan klien tidak boleh memakai kacamata kecuali jika anda sangat miop atau astigmatis. Lensa kontak boleh dipakai oleh anda atau klien. Duduk atau berdiri di depan klien dengan kepala anda berada sekitar 45 cm di depan dan sekitar 15 derajat ke arah kanan garis penglihatan mata kanan klien. Pegang oftalmoskop dengan tangan kanan anda dengan apertura penglihat sedekat mungkin dengan mata kanan anda. Letakkan ibu jari kiri anda di mata kanan klien untuk mencegah memukul klien dengan oftalmoskop pada saat anda bergerak mendekat. Jaga agar telunjuk kanan anda tetap berada di selektor lensa untuk menyesuaikan lensa seperlunya seperti yang ditunjukkan di sini. Instruksikan klien untuk melihat lurus pada titik sejajar mata yang sudah ditentukan di dinding. Instruksikan juga pada klien, bahwa meskipun berkedip selama pemeriksaan diperbolehkan, mata harus tetap diam. Kemudian, mendekat dari sudut oblik sekitar 38 cm dan dengan diopter pada angka 0, berfokuslah pada lingkaran kecil cahaya pada pupil. Cari cahaya oranye kemerahan dari refleks merah, yang harus tajam dan jelas melewati pupil. Refleks merah menunjukkan bahwa lensa bebas dari opasitas dan kabut. Bergerak mendekat pada klien, ubah lensa dengan jari telunjuk untuk menjaga agar struktur retinal tetap dalam fokus. Ubah diopter positif untuk melihat viterous humor, mengobservasi adanya opasitas. Kemudian, lihat retina, menggunakan lensa negatif yang kuat. Cari pembuluh darah retina dan ikuti pembuluh darah tersebut ke arah hidung klien, rotasi selektor lensa untuk menjaga agar pembuluh darah tetap dalam fokus. Karena fokus tergantung pada anda dan status refraktif klien maka diopter lensa berbeda-beda untuk sebagian besar klien. Periksa dengan cermat seluruh struktur retina, termasuk pembuluh darah retina, diskus optikus, latar belakang retina, makula dan fovea. Periksa pembuluh darah dan struktur retina untuk warna, perbandingan ukuran arteri dan vena, refleks cahaya arteriol, dan persilangan arteriovenosa. Mangkuk fisiologis normalnya berwarna kuning-putih dan dapat terlihat. Periksa makula pada bagian akhir karena sangat sensitis terhadap cahaya.

2. Mengapa mata pasien bisa bengkak dan berair?3

Proses peradangan pada mata bermanifestasi sebagai mata bengkak dan berair. Air mata yang dikeluarkan dalam jumlah banyak berfungsi sebagai pembersih permukaan bola mata, sedangkan reaksi tumor (pembengkakan) terjadi karena penumpukan sel-sel radang dan ekstravasasi cairan ke ruang interstisial di sekitar mata. Begitu pula dengan mata merah, mata merah menunjukkan keterlibatan pembuluh darah dalam proses inflamasi. Pada bola mata hal ini disebut injeksi (sclera, limbus, kongjungtiva, dll).

3. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap gangguan mata?4, 5

Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk ke saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up, dan berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut) menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut belum dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya non-spesifik. Tidak ada efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena seringkali merah dan terasa mengganggu secara menahun.

Paparan di lingkungan dapat sangat mempengaruhi kesehatan mata, sehingg perlu diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam dunia pekerjaan. Lebih dari 65.000 pekerja di USA mengalami gangguan pada mata hingga menyebabkan morbiditas dan kerusakan yang signifikan.1. Abrasi korneaSeringkali pada pekerja didapatkan benda asing yang menempel kemudian menetap di mata yang seterusnya menyebabkan trauma karena benda asing tidak dikeluarkan dan seringkali menyebabkan perasaan mengganjal sehingga penderita menggosok matanya.

2. Gangguan akibat benda asingKejadian ini dekat dengan komplikasi berupa abrasi kornea. Misalnya pada petugas pemadam kebakaran sering terpapar dengan abu dan puing-puing yang bisa juga meningkatkan insiden alergi pada mata.3. Trauma benda tumpul4. Rasa terbakar akibat zat kimiaAlkali (pH>10) jika terkena mata dapat lebih membahayakan daripada asam (pH