Laporan Fixed
Transcript of Laporan Fixed
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Umumnya dalam melakukan analisis, digunakan dengan dua
metode, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif.
Larutan baku primer berfungsi untuk membakukan atau untuk
memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang
ketetapannya atau kepastian konsentrasinya sukar dibuat secara kualitatif.
Ini selanjutnya dapat berfungsi sebagai larutan baku (disebut baku
sekunder), setelah dibakukan jika larutan tersebut bersifat stabil, sehingga
dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain atau kadar
suatu cuplikan.
Pada bagian ini, dibatasi dengan hanya pada titrimetri (cara titrasi)
karena cara ini berkaitan erat dengan komposisi / konsentrasi tertentu
untuk tujuan-tujuan tertentu pula.
Cara ini digunakan untuk memperoleh pereaksi atau larutan yang
konsentrasinya tidak dapat dipastikan dari proses pembuatannya secara
langsung dari zat padatnya. Atau dengan kata lain pereaksi atau larutan
seperti ini, kepastian konsentrasinya hanya dapat ditetapkan melalui
proses pembakuan terhadap baku primer atau baku sekunder.
1
I.2 Maksud dan Tujuan Percoban
I.2.1 Maksud Percobaan
Untuk mengetahui dan memahami cara dalam pembuatan pereaksi
dan larutan baku.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Untuk membuat larutan baku dari Natrium hidroksida 0,1 N dan
Kalium Bromat 0,1 N dan membuat pereaksi Amonium sulfida, Natrium
karbonat, Asam Klorida encer, Amonium Karbonat, Phenolftalein, Besi (III)
Amonium Sulfat, Besi (III) klorida dan asam asetat encer.
I.3 Prinsip
Pembuatan pereaksi / larutan baku dengan melarutkan bahan
padat dalam jumlah bobot tertentu hingga dapat larut dalam air hingga
volume tertentu.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Larutan baku atau larutan standard adalah larutan yang diketahui
normalitasnya atau molaritasnya dengan tepat. Normalitas menunjukkan
kepekaan dari suatu larutan yang dinyatakan dalam jumlah ekuivalen per
liter larutan.cara yang digunakan untuk menentukan normalitas atau
molaritas suatu larutan disebut pembakuan. Pembakuan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan larutan baku yang diketahui sebagai
baku sekunder, atau dengan menimbang seksama suatu zat yang
diketahui kemurniannya sebagai baku primer.
Suatu senyawa dapat digunakan sebagai baku primer jika
memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Mudah didapat, dimurnikan, dikeringkan dan disimpan dalam keadaan
murni
b. Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100 ± 0,02 %) atau dapat
dimurnikan kembali dengan penghabluran
c. Tidak berubah selama penimbangan (zat yang higroskopis bukan
merupakan baku primer)
d. Tidak teroksidasi oleh O2 dari udara
e. Susunan kimiawinya tepat sesuai jumlahnya
f. Mempunya berat ekuivalen yang tinggi
g. Mudah larut
3
h. Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri.
Larutan baku merupakan titrasi yang perhitungannya dalam
titrimetri didasarkan pada konsentrasinya (1). Larutan baku itu telah
diketahui normalitasnya dengan tepat (2). Larutan standar merupakan
larutan yang mengandung berat tertentu suatu reagens dalam volume
tertentu larutan, bisa dalam satuan molar, atau normal (3).
Titrasi dapat dikerjakan dengan cara titrasi langsung, misalnya
dengan penambahan larutan baku perak nitrat yang setara dengan
natruim klorida dalam contoh; atau dengan cara titrasi kembali, misalnya
dengan cara penambahan sejumlah volum larutan baku perak nitrat yang
diukur secara seksama, dimana kelebihan larutan baku perak nitrat yang
diukur dengan natrium klorida ditentukan kembali dengan larutan baku
amonium triosianat yang setara dengan jumlah kelebihan larutan perak
nitrat.
Dalam titrasi suatu zat dengan menggunakan zat lain, titik akhir
yang dihitung secara teoritis dimana kedua zat tersebut setara disebut titik
stoikiometri atau titik equivalen, titrasi dihentikan pada titik yang sama, titik
akhir titrasi dimana ditegaskan dengan menggunakan indikator atau
potensiometri.
4
II.2 Uraian Bahan
a. Amonium Karbonat (6)
Nama Resmi : Amonii Carbonas
Nama Lain : Amonium Karbonat
Rumus molekul : (NH4)2CO3
Pemerian : Serbuk hablur, kertas, transparan; bau
tajam mirip amoniak. Oleh pengaruh
udara, sebagian terurai dan menguap
dan berubah menjadi gumpalan berpori
atau serbuk hati.
Kelarutan : Larut dalam 4 bagian air; sebagian
larut dalam etanol (95%) P
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Persyaratan kadar : Tidak kurang dari 30,0% NH3
b. Asam Asetat (6)
Nama Resmi : Acidum Aceticum Dilutum
Nama Lain : Asam Asetat / Cuka
Rumus molekul / BM : CH3COOH / 600,5
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau
menusuk, rasa asam, tajam.
5
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan
etanol
(95%) P dan dengan gliserol P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Persyaratan kadar : Tidak kurang dari 5,7% dan tidak lebih
dari 6,3% C2H4O2
c. Asam Klorida (6)
Nama Resmi : Acidum Hydroctiloridum
Nama Lain :Asam Klorida
Rumus molekul / BM : HCl / 36,46
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berbau.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Persyaratan kadar : Tidak kurang dari 9,5% dan tidak lebih
dari 10,5% HCl
d. Besi (III) Amonium Sulfat (6)
\Nama Lain : Besi (III) Amonium Sulfat
Rumus molekul / BM : Fe(NH4)(SO4)2 . 12H2O
6
Pemerian :Hablur berwarna lembayung pusat
atau serbuk hablur praktis tidak
berwarna.
Kelarutan : Larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Persyaratan kadar : Tidak kurang dari 99,0% dan tidak
lebih dari 101,0% Fe(NH4)(SO4)2 .
12H2O
e. Besi (III) Klorida (6)
Nama Lain : Besi (III) Klorida
Rumus molekul : FeCl3
Pemerian : Hablur atau serbuk heblur, hitam
kehijauan, bebas warna jingga dari
garam hidrat yang telah terpengaruh
oleh kelembaban
Kelarutan : Larut dalam air, larutan beropalesensi
berwarna jingga.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
7
f. Kalium Bromat 0,1 N (6)
Nama Lain : Kalium Bromat
Rumus molekul : KBrO3
Pemerian : Serbuk Hablur; putih.
Kelarutan : Pada suhu 15,5º larut dalam 12,5
bagian air, dalam 2 bagian air
mendidih; sangat
sukar dalam etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai larutan baku
Persyaratan kadar : Tidak kurang dari 99,8% KBrO3
g. Natrium Karbonat (6)
Nama Resmi : Natrii Carbonas
Nama Lain : Natrium Karbonat
Rumus molekul / BM : Na2CO3 / 124,00
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk
hablur putih
Kelarutan : Mudah larutan dalam air, lebih muda
larut dalam air mendidih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
8
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Persyaratan kadar : Tidak kurang dari 99,5% Na2CO3
h. Natrium Hidroksida 0,1 N (6)
Nama Resmi : Natrii Hydroxydum
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Rumus molekul / BM : NaOH / 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur
atau keping, kering, keras, rapuh dan
menunjukkan suasana hablur; putih,
mudah meleleh basah. Sangat alkalis
dan korosif. Segera menyerap CO2
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan
dalam etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai larutan baku
Persyaratan kadar : Tidak kurang dari 97,5% alkali, jumlah
dihitung sebagai NaOH, dan tidak lebih
dari 2,5% Na2CO3
9
i. Amonium Sulfida (6)
Nama Lain : Amonium Sulfida
Rumus molekul / BM : (NH4)2S
Pemerian : Kristal berwarna kuning, higroskopik
Kelarutan : Larut dalam alkohol dan sangat larut
dalam cairan amonia.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
j. Phenolftalein (6)
Nama Resmi : Phenolftalein
Nama Lain : Fenolftalein
Rumus molekul / BM : C20H14O4 / 318,32
Pemerian : Serbuk hablur putih, putih atau
kekuningan, larut dalam etanol, agak
sukar larut dalam eter.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam
etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Larutan Indikator
10
II.3 Prosedur Kerja
A. Amonium Karbonat
1. Lebih kurang 2 gr yang ditimbang saksama larutan dalam 50 mL
asam sulfat 1 N. Encerkan dengan 50 mL air, didihkan, dinginkan.
Titrasi dengan natrium hidroksida 1 N menggunakan indikator larutan
merah metil P.(6)
2. Larutkan 96,1 gr amonium karbonat (NH4)2CO2 di dalam air dan
encerkan hingga 1 liter. Reagen yang telah dibuat harus dipanaskan
kemudian didinginkan sebelum penggunaan untuk menghilangkan
amonium karbonat dari larutan.(7)
3. A Garam komersial* 72 gr
B NH4OH 3M 250 mL
Campurkan A ke dalam B hingga homogen, kemudian encerkan
dengan aquades sampai volume larutan 500 mL.(5)
*Garam ini merupakan campuran (NH4OH)2CO3.H2O
B. Asam Asetat encer
1. Timbang saksama 20 gr dalam labu bersumbat yang berisi 50 mL air.
Titrasi dengan natrium hidroksida menggunakan indikator larutan
fenolftalein P.(6)
2. Encerkan 114 mL kristal asam asetat dengan air hingga 1 liter.(7)
3. Ukur 60 mL CH3COOH (17,4 M ; 99-100%) ; segera tuangkan ke
dalam botol reagen di atas, tutup rapat dan homogenkan.(5)
11
C. Asam Klorida encer
1. Timbang saksama 10 mL, campurkan dengan 20 mL air. Titrasi
dengan natrium hidroksida 1 N menggunakan larutan indikator metil
merah P.(6)
2. Ke dalam 500 mL air dimasukkan 265 mL asam klorida terkonsentrasi,
kemudian encerkan dengan air hingga 1 liter.(7)
3. (a) isi botol reagen 1 L dengan ± 1 L aquades
(b) ukur ± 9 mL HCl pekat (p.a : 11,6 M ; 3,6%), tuangkan perlahan ke
botol; tutup rapat, dan kocok sebentar supaya homogen.(5)
D. Besi (III) Amonium Sulfat
1. Ukur saksama 40 mL, dimasukkan ke dalam labu tersumbat kaca,
tambahkan 5 mL asam klorida P, campur, tambahkan 3 gr kalium
iodida P dalam 10 mL air. Tutup labu, biarkan 10 menit. Titrasi dengan
natrium tiosulfat 0.1 N menggunakan indikator larutan kanji P.
Lakukan titrasi blangko.(6)
2. Besi (III) amonium sulfat p.a
HNO3 1M 100mL
Larutkan garam ke dalam HNO3 1 M sampai diperoleh larutan
jenuhnya.(5)
3. Kristalisasi larutan besi (II) sulfat dengan amonium sulfat. Besi (II)
sulfat dioksidasi menjadi besi (III) sulfat dengan penambahan sulfur
12
dan asam nitrat. Setelah penambahan amonium sulfat, kristal besi (III)
amonium sulfat akan mengendap.(8)
E. Besi (III) Klorida
1. Larutkan 2,0 gr dalam 100 mL air, tambahkan 2 mL asam fosfat P.
Titrasi dengan kalium permanganat 0,1N hingga warna merah jambu ;
diperlukan tidak lebih dari 0,1 mL kalium permanganat.(6)
2. Larutkan 135,2 gr besi (III) klorida heksahidrat dalam air, tambahkan
beberapa mL asam klorida terkonsentrasi jika diperlukan, dan
encerkan dengan air hingga 1 liter. Jika cairan berubah gelap,
tambahkan lagi asam klorida.(7)
3. A FeCl3 . 6 H2O 67,6 gr
B HCl pekat 10 mL
Akuades 40 mL
Campurkan A ke dalam B hingga melarut, lalu encerkan dengan
akuades sampai volum larutan 500 mL.(5)
F. Kalium Bromat
1. Larutkan 1 gr dalam air dan encerkan dengan air secukupnya hingga
250,0 mL. Pada 25,0 mL tambahkan 3 gr kalium iodida P dan 10 mL
asam klorida P, encerkan dengan air secukupnya hingga 100,00 mL.
Titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N.(6)
13
2. Larutkan 16,7 gr kalium bromat, KBrO3 dalam air kemudian encerkan
hingga 1 liter.(7)
3. Keringkan kalium bromat pada suhu 180ºC selama satu sampai dua
jam. Timbang saksama 2,784 gr kalium bromat dan larutkan dalam 1
liter. Hitung normalitasnya.(2)
4. Pembakuan
Ukur saksama 40 mL, masukkan ke dalam labu bersumbat kaca,
tambahkan 3 gr kalium iodida P dan 3 mL asam klorida P, biarkan
selama 5 menit. Titrasi dengan Natrium Tiosulfat 0,1 N menggunakan
indikator larutan kanji P. Lakukan titrasi blangko. Hitung normalitas
larutan.(6)
5. Pembakuan
Pindahkan secara seksama sejumlah volume lebih kuran 40 mL
larutan ke dalam labu Erlenmeyer bersumbat kaca, tambahkan 3 gr
kalium iodide P dan 3 mL asam klorida P, titrasi iodium yang
dibebaskan dengan Natrium tiosulfat 0,1 N LV, tambahkan 3 mL kanji
LP mendekati titik akhir. Lakukan penetapan blangko dan hitung
normalitasnya.
G. Natrium karbonat
1. Larutkan sisa yang diperoleh pada kadar air dalam 50 mL air. Titrasi
dengan asam sulfat 1N menggunakan indikator larutan jingga metil.(2)
2. Larutkan 53 gr natrium karbonat anhidrat, Na2CO3 dalam air kemudian
encerkan hingga 1 liter.(7)
14
3. Timbang seksama kurang lebih 1,5 gr natrium karbonat anhidrat baku
primer yang telah dipanaskan pada suhu 270ºC selama 1 jam.
Larutkan ke dalam 100 mL air dan tambahkan 2 tetes merah metil.
Tambahkan asam perlahan-lahan dari buret sambil dikocok dengan
teratur sampai timbul warna merah muda. Panaskan larutan sampai
mendidih dan titrasi dilanjutkan sampai warna merah larutan tidak
hilang dengan pemanasan.(6)
H. Natrium Hidroksida
1. Larutkan 45 gr natrium hidroksida dalam 950 mL air, tambahkan
larutan jenuh barium hidroksida yang baru dibuat sampai tidak
terbentuk endapan lagi, kocok campuran baik-baik dan biarkan dalam
botol tertutip kedap selama satu malam, tuangkan cairan bening
saring beningannya.(5)
2. Timbang saksama 2 gr, larutkan dalam 25 mL air, tambahkan 5 mL
larutan natrium klorida P. Titrasi dengan asam klorida 1N
menggunakan indikator larutan phenolftalein P. Lenjutkan titrasi
dengan asam klorida 1 N menggunakan indikator larutan biru
bromfenol P.(7)
3. a. siapkan di dalam botol plastic 1 L bertutup sebanyak 1 L akuades
dingin (hasil pendidihan selama ±5 menit).
b. Timbang kasar bersama gelas kimia 100 mL ±4,1 gr NaOH (p.a
butiran) secara cepat dan segera tuangi dengan akuades dari botol
15
plastic di atas sebanyak 50 mL; aduk agar segera larut; cepat
tuangkan kembali cairan ini ke dalam botol; tutup rapat; dan
homogenkan.(3)
4. Pembakuan
Keringkan 5 gr Kalium Biftalat pada 105 C selama 3 jam dan timbang
seksama (bila kalium biftalat terdapat dalam bentuk kristal yang besar-
besar, sebelum dikeringkan digerus sampai halus terlebih dahulu).
Larutkan dalam 75 mL air bebas CO2, tambahkan 2 tetes fenolftalein
dan titrasi dengan natrium hidroksida sampai terbentuk warna merah
yang tetap. Hitung normalitasnya. Tiap 1 mL larutan hidroksida 1 N
mengandung 204,2 berat molekul kalium biftalat.(2)
5. Pembakuan
a. Pipet secara teliti ke dalam 3 gelas Erlenmeyer 250 mL masing-
masing sebesar 25 mL larutan baku KH-ftalat 0,1000 M*.
b. Tambahkan masing-masing 2 tetes indikator pp.
c. Titrasi setiap larutan dengan larutan NaOH dari buret.
d. Hentikan penitrasian bila warna merah jambu muda timbul secara
menetap (15 detik) walaupun cairan digoyang.
*dapat pula digunakan kristalnya langsung dengan manyiapkan 3 gelas
Erlenmeyer yang diberi nomor urut.(3)
6. Pembakuan
16
Lebih kurang 300 mg kalium biftalat secara seksama yang sebelumnya
sudah dikeringkan; masukkan dalam Erlenmeyer. Tambah 75 mL air
bebas CO2, tutup Erlenmeyer, kocok-kocok hingga larut sempurna. Titrasi
dengan larutan Natrium hidroksida dengan indikator pp hingga warna
berubah menjadi merah.
I. Phenolftalein
1. Larutkan 0,5 gr phenolftalein C6H4(COOH) . CH(C6H4OH) dalam 100
mL etanol.(6)
2. Larutkan 200 mg phenolftalein P dalam 60 mL etanol (90%) P.
Tambahkan air secukupnya hingga 100,0 mL.(7)
3. A Fenolftalein 100 mg
Etanol 100 mL
B Akuades 100 mL
Homogenkan dulu larutan A dan tambahkan larutan B ke dalamnya.
(5)
J. Amonium Sulfida
1. Campurkan 50 mL larutan amonia 2M dengan hidrogen sulfida
sehingga sampel kecil (1 mL) dari larutan tersebut tidak menyebabkan
penguapan pada larutan magnesium sulfat. Kemudian tambahkan 500
mL larutan amonia 2M. Tuangkan larutan pada botol rapat. Larutan
17
harus tidak berwarna. Warna kuning atau orange mengindikasikan
bahwa terdapat sejumlah polisulfida di dalam larutan.(6)
2. Larutkan dan jenuhkan 120 mL amonia encer P. Dengan hidrogen
sulfida P. Tambahkan 80 mL amonia encer P. Larutan amonium
sulfida P. Harus dibuat baru.(5)
3. Mencampurkan antara hidrogen sulfida dengan jumlah tertentu akan
amonia.(7)
18
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah baskom, batang
pengaduk, botol semprot, buret, cawan porselen, erlenmeyer, gelas arloji,
gelas piala, gelas ukur, klem, labu tentukur, neraca analitik, pipet tetes,
sendok tanduk.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air bebas
karbondioksida, akuades, aluminium foil, amonium karbonat, amonium
sulfida, asam asetat encer, asam klorida encer, besi (III) amonium sulfat,
besi (III) klorida, kalium biftalat, kalium bromat, kertas label, kertas
timbang, natrium hidroksida, natrium karbonat.
III.2 Cara Kerja
A. KBrO3
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 1,394 gr KBrO3 pada timbangan analitik dengan wadah
kertas timbang.
3. Dicatat massa KBrO3
19
4. Disiapkan aquades 500 mL
5. Dimasukkan KBrO3 ke dalam labu tentukur 500 mL perlahan-lahan.
6. Ditambahkan aquades 500 mL secara perlahan-lahan, sedikit demi
sedikit.
7. Dilarutkan KBrO3 dalam 500 mL aquades
B. NaOH
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 1,000 gr NaOH pada timbangan analitik dengan wadah
gelas arloji
3. Gelas arloji tempat NaOH padat ditutup dengan gelas arloji lain
4. Disiapkan air bebas CO2 250 mL dalam gelas piala dan ditutup
dengan aluminium foil
5. Dimasukkan NaOH ke dalam labu takar 250 mL perlahan-lahan.
6. Dimasukkan air bebas CO2 sedikit
7. Dilakukan pengadukan untuk malarutkan NaOH
8. Ditambahkan air bebas CO2 hingga 250 mL dan medimasukkan ke
dalam botol gelap.
C. FeCl3
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 5,0 gr FeCl3 pada timbangan analitik dengan wadah gelas
arloji.
20
3. Gelas arloji tempat FeCl3 ditutup dengan gelas arloji lain
4. Dimasukkan FeCl3 ke dalam erlenmeyer 500 mL
5. Dimasukkan aquades sedikit demi sedikit
6. Campuran dilarutkan
7. Dicukupkan dengan aquades hingga 250 mL
8. Digunakan corong untuk memindahkannya ke botol
D. (NH4)2CO3
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 24,025 gr amonium karbonat
3. Dimasukkan amonium karbonat yang telah ditimbang ke dalam labu
erlenmeyer
4. Dilarutkan dengan ditambahkan aquades sedikit demi sedikit hingga
250 mL
5. Dihomogenkan campuran pada labu erlenmeyer.
E. Fe(NH4)(SO4)2
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 8 gr besi (III) amonium sulfat
3. Dimasukkan besi (III) amonium sulfat ke dalam labu erlenmeyer.
4. Dilarutkan dengan ditambahkan akuades sedikit demi sedikit hingga
100 mL
5. Campuran dihomogenkan
21
F. HCl encer
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan asam asetat ke dalam gelas ukur hingga 6mL
3. Ditambahkan aquades ke dalam gelas ukur hingga 94 mL
4. Dimasukkan aquades ke dalam erlenmeyer lalu asam asetat
G. Natrium Hidroksida 0,1 N
1. Disiapkan alat, bahan dan larutan NaOH yang ingin dibakukan
2. Ditimbang kalium biftalat 5 gr
3. Disiapkan air bebas karbondioksida 75 mL
4. Dimasukkan kalium biftalat ke dalam labu Erlenmeyer kemudian
menambahkan air bebas karbondioksida
5. Dihomogenkan campuran kalium biftalat dan air bebas karbondioksida
6. Ditambahkan dua tetes indikator fenolftalein ke dalam larutan kalium
biftalat sebagai analit (titer)
7. Dititrasi larutan kalium biftalat dengan natrium hidroksida
8. Dihitung normalitasnya.
H. Kalium Bromat 0,1 N
1. Disiapkan alat dan bahan termasuk larutan kalium bromat yang akan
dibakukan.
2. Ditimbang 3 gr kalium iodida P
22
3. Diukur 40 mL larutan kalium bromat yang akan dititrasi
4. Diukur 3 mL asam klorida encer
5. Dimasukkan 40 mL larutan kalium bromat, 3 gr kalium iodida P, dan 3
mL asam klorida ke dalam labu erlenmeyer
6. Ditutup dan disimpan labu Erlenmeyer tersebut dalam keadaan
terlindung dari cahaya
7. Dititrasi dengan natrium tiosulfat hingga terjadi perubahan warna
8. Dihitung normalitasnya
23
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Natrium Hidroksida
No. Baku primerReplikasi
1 2 3
1.
Air bebas
karbondioksida+Kalium
biftalat+PP
4,8 2,1 3
Dari data di atas didapatkan normalitas:
N = Berat sampel(mg) x n
Volume titrasi x BM
Berat sampel (kalium biftalat)= 50 mg
Volume titrasi = dalam tabel (mL)
Berat Molekul(BM) kalium biftalat = 204,2
n (valensi) = 1
Maka:
N1 = 0,05 N
N2 = 0,116 N
N3 = 0,87 N
24
Dimana Normalitas rata-rata adalah 0,07 N, Namun karena adanya
kesalahan sehingga titrasi pertama tidak dimasukkan menjadi 0,098 N
pada normalitas rata-rata dari titrasi kedua dan ketiga.
IV.2 Kalium Bromat
No. Baku sekunderReplikasi (mL)
1 2
1.Natrium Tiosulfat (suasana
asam)10,1 10,3
Pada data di atas, normalitas dari Kalium Bromat didapatkan:
V1N1 = V2N2
V1 adalah volume natrium tiosulfat sebagai titran (dalam tabel)
V2 adalah volume kalium bromat sebagai titer
N1 adalah normalitas natrium tiosulfat
N2 adalah normalitas kalium bromat yang ingin diketahui
N1 = 0,118 N, V2 = 10 mL, sehingga
1. Normalitas titrasi pertama = 0,119 N
2. Normalitas titrasi kedua = 0,121 N
Sehingga normalitas rata-rata dari larutan KBrO3 yang didapatkan adalah
0,12 N.
25
BAB V
PEMBAHASAN
Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat
berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembentuk larutan yaitu zat
terlarut (solute) dan zat pelarut (soluen). Pada percobaan ini, dilakukan
pembuatan larutan baku dan pereaksi. Larutan baku yang dibuat yaitu
NaOH 0,1 N dan KBrO3 0,1 N, dan pereaksi yang dibuat yaitu (NH4)2CO3,
(NH4)2S, HCl, CH3COOH, FeCl3, Fe(NH4)(SO4)2, Na2CO3, serta indikator
fenolftalein (PP).
Untuk larutan NaOH dan KBrO3 yang akan dibakukan digunakan
baku primer atau sekunder. NaOH menggunakan baku primer kalium
biftalat dan KBrO3 menggunakan baku sekunder Natrium tiosulfat.
Pada proses pembakuan Natrium hidroksida, larutan yang dititrasi
mengalami peningkatan pH oleh titran natrium hidroksida. Oleh sebab itu,
indikator yang digunakan adalah fenolftalein yang memberikan perubahan
warna pada suasana basa yaitu memberikan warna merah jambu muda.
Natrium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat sehingga hanya sedikit
volume titran natrium hidroksida dapat merubah pH dari titer yang
merupakan campuran homogen air bebas karbondioksida dan kalium
biftalat. Dari hasil pengamatan tersebut, volume titran (NaOH) untuk
bereaksi dengan titer adalah 2,1 mL dan 3 mL sehingga dapat diketahui
normalitas dari larutan NaOH yang telah dibuat.
26
Pada proses pembakuan Kalium bromat, baku yang dipakai yaitu
baku sekunder, Natrium tiosulfat. Prinsip pembakuan kalium bromat ini
menggunakan metode Oksidometri, yaitu terjadi reaksi oksidasi-reduksi.
Kalium bromat memiliki oksidator BrO3- yang bersifat asam dan bereaksi
dengan Natrium tiosulfat yang memiliki reduktor S2O32- sehingga reaksi
tersebut dapat diidentifikasi dengan adanya indicator larutan kanji.
27
BAB VI
PENUTUP
VI.I Kesimpulan
Data percobaan larutan baku dan pereaksi ini adalah larutan baku
yang dibuat yaitu NaOH dengan baku primer Kalium biftalat mendekati
normalitas yang ingin dicapai dengan perbedaan 0,002 N karena
diprediksi adanya faktor kesalahan, begitupula pada proses pembakuan
kalium bromat terdapat penyimpangan sebesar 0,02 N dari normalitas
yang ingin diperoleh. Adapun larutan baku ini dapat dipakai sebagai baku
sekunder larutan lain. Dan pereaksi yang telah dibuat akan digunakan
untuk percobaan selanjutnya.
VI.2 Saran
Disarankan untuk penambahan bahan dan alat laboratorium. Unuk
alat yang tidak berfungsi baik, sebaiknya diganti.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Ghali, Ibnu G, dkk. Kimia Farmasi Analisis . Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. 2007
2. Susanty, dkk. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif .
Makassar : UNHAS. 2011
3. Sukmanah, dkk . Kimia Kedokteran . Jakarta : Bina Kupa
Aksara.1990
4. Wunas, Yeanny , Susanti S . Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif .
Makassar : Lembaga penerbitan UNHAS
5. Mulyono. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium . Jakarta : PT.
Bumi Aksara. 2009
6. Dirjen POM. Farmakope Indonesia. Depkes RI. 1979. Edisi III
7. G , Shela . Vogel’s Text book of macro and semimicro Qualitative
Inorgans analysis . New York : Logman
8. Marzuki, Asnah, dkk. Penuntun Kimia Analisis. Makassar:
Laboratorium Kimi Farmasi. 2012
29