Referat Fixed

36
DAFTAR ISI Bab I : Pendahuluan ................................................ ............................................. 2 Bab II : Kontrasepsi ................................................ ............................................. 4 1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat/obat- obatan .................................. 4 Senggama terputus............................................ .............................. 4 Pembilasan pascasenggama....................................... .................... 5 Perpanjangan masa menyusui (Prolonged Lactation) ................ 5 Pantang berkala (Rhythm method) .......................................... .. 5 2. Kontrasepsi secara mekanis Pria ............................................. ................................................ 6 Kondom ...................................... ................................... 6 1

description

sd

Transcript of Referat Fixed

DAFTAR ISI

Bab I : Pendahuluan ............................................................................................. 2

Bab II : Kontrasepsi ............................................................................................. 4

1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat/obat-obatan .................................. 4

Senggama terputus.......................................................................... 4

Pembilasan pascasenggama........................................................... 5

Perpanjangan masa menyusui (Prolonged Lactation) ................ 5

Pantang berkala (Rhythm method) ............................................ 5

2. Kontrasepsi secara mekanis

Pria ............................................................................................. 6

Kondom ......................................................................... 6

Wanita ....................................................................................... 7

Diafragma Vagina ......................................................... 7

Cervical Cap ................................................................. 8

3. Kontrasepsi dengan obat – obat Spermatisida ...................................... 8

4. Kontrasepsi Hormonal ……………………………………………….. 9

5. Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) ..................................................... 14

6. Kontrasepsi Mantap ..................... ........................................................... 19

Tubektomi ................................................................................. 19

Vasektomi ……………………………………………………. 22

7. Kesimpulan ........................................................................................... 23

8. Daftar Pustaka ....................................................................................... 24

BAB I

1

PENDAHULUAN

Perwujudan nyata dalam partisipasi program Keluarga Berencana adalah dengan

menggunakan kontrasepsi. Namun, terdapat kendala berupa banyaknya jenis kontrasepsi

yang beredar dipasaran dan tidak dibarengi dengan informasi-infomasi mengenai

keuntungan, kekurangan, kontraindikasi maupun efek samping dari kontrasepsi tersebut, serta

belum lagi adanya pandangan-pandangan atau norma budaya lingkungan dan orang tua yang

dapat membuat akseptor menjadi ragu-ragu dalam menggunakan kontrasepsi tersebut.

Penggunaan alat dan obat kontrasepsi memang tidak dapat lepas dari efek samping dan risiko

yang kadang-kadang dapat merugikan kesehatan, namun demikian yang harus dipikirkan

adalah keuntungan dari penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut yang lebih besar

dibanding tidak menggunakan kontrasepsi.

Adapun syarat metode kontrasepsi yang ideal adalah [2] :

Aman, artinya tidak menimbulkan komplikasi yang berat bila digunakan

Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah

kehamilan

Dapat diterima, bukan hanya oleh akseptor tapi juga oleh lingkungan budaya di

masyarakat

Terjangkau harganya oleh masyarakat

Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, kesuburan akan segera pulih,

kecuali untuk kontrasepsi mantap.

Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang nyata. Program

KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat menyelamatkan kehidupan

perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak

diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi serta memberi

keuntungan secara sosial ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat.

BAB II

2

KONTRASEPSI

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha –usaha

itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen pada

wanita disebut tubektomi dan pada pria disebut vasektomi.[1]

Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) dapat dipercaya, 2) tidak menimbukan efek yang

mengganggu kesehatan, 3) daya kerjanya diatur menurut kebutuhan, 4) tidak menimbulkan

gangguan sewaktu melakukan koitus, 5) tidak memerlukan motivasi terus-menerus, 6) mudah

pelaksanaannya, 7) murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat, 8) dapat diterima penggunaanya oleh pasangan yang bersangkutan. [2]

Akseptabilitas

Akseptabilitas suatu cara kontrasepsi ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: 1) dapat

dipercaya, 2) tidak ada efek sampingan atau hanya ada efek sampingan ringan, 3) tidak

mempengaruhi koitus, 4) mudah penggunaannya, 5) harga obat/alat kontrasepsi terjangkau.

Akseptabilitas ini terbukti apabila pasangan tetap mempergunakan cara kontrasepsi yang

bersangkutan, dan baru berhenti jika pasangan ingin mendapat anak lagi, atau jika kehamilan

tidak akan terjadi lagi karena umur wanita sudah lanjut atau oleh karena ia telah menjalani

tubektomi atau bilamana suaminya telah divasektomi. [2]

Metode kontrasepsi [2]

Metode-metode dengan efektivitas bervariasi yang saat ini digunakan adalah :

1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan

2. Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita

3. Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida

4. Kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, implant)

5. Kontrasepsi dengan AKDR

6. Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi)

1. KONTRASEPSI TANPA MENGGUNAKAN ALAT-ALAT/ OBAT-OBATAN

3

1.1 Senggama terputus (coitus interuptus) [1]

Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh manusia,

dan mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai sekarang. Senggama

terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan

kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar pria,

dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang

singkat ini dapat digunakan untuk menarik keluar penis dari vagina. Keuntungannya, cara ini

tidak membutuhkan biaya, alat-alat maupun persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa

untuk mensukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria dan

bisa mengurangi kenikmatan/kepuasan dalam berhubungan seksual. Selanjutnya penggunaan

cara ini dapat menimbulkan neurasteni.

Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus

setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun).

Dan efektivitasnya akan jauh menurun jika sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih

melekat pada penis. Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh [1]

1. Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory fluid) yang

dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang (repeated

coitus);

2. Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina;

3. Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan.

1.2 Pembilasan pascasenggama (postcoital douche) [1]

Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka

atau obat lain) segera koitus merupakan cara yang telah lama sekali dilakukan untuk tujuan

kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina.

Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermasida serta menjaga asiditas vagina.

Cara ini mengurangi kemampuan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu karena

sebelum pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam jumlah besar telah memasuki

servik uteri.

1.3 Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged lactation) [1, 3]

4

Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi hamil

lebih kecil apabila mereka menyusui anaknya segera setelah melahirkan. Menyusui secara

eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama ibu

belum mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektivitasnya

dapat mencapai 98 %1. Hal ini dapat efektif bila ibu menyusui lebih dari 8 kali sehari dan

bayi mendapat cukup asupan per laktasi; ibu belum mendapat haid, dan atau dalam 6 bulan

pasca persalinan.

Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin menekan adanya ovulasi.

Tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan dapat mendahului haid pertama sehingga

apabila hanya mengandalkan pemberian ASI saja dapat memberikan resiko kehamilan untuk

itu dapat dipertimbangan pemakaian kontrasepsi lain.

Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulanMetode Amenorea Laktasi (MAL)

√ √ √

AKDR √ √ √Sterilisasi √ √Kondom/spermasida √ √ √ √Kontrasepsi Progestin

√ √

KB Alamiah √ √Kontrasepsi kombinasi

Tabel 1. Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui1

1.4 Pantang berkala ( rhythm method )

Cara ini awalnya diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann Knaus

dari Jerman, pada saat yang sama, kira-kira tahun 1931. Oleh karena itu cara ini sering juga

disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak dari hasil penyelidikan bahwa seorang

wanita hanya dapat hamil selama beberapa hari saja dalam tiap daur haidnya. Masa subur

yang disebut ”Fase Ovulasi” mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah

ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu, wanita tersebut berada dalam masa tidak subur. [1]

Kesulitan cara ini ialah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk ditentukan;

ovulasi umumnya terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Pada

wanita dengan haid yang tidak teratur, akan tetapi variasi yang tidak jauh berbeda, dapat

5

diterapkan masa subur dengan perhitungan , daur haid terpendek dikurangi 18 hari dan daur

haid terpanjang dikurangi 11 hari.

Masa aman ialah sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi. Untuk dapat

menggunakan cara ini, wanita sekurang-kurangnya harus mempunyai catatan daur haidnya

selam 6 bulan. Cara ini lebih tinggi efektivitasnya jika dibarengi pula dengan pengukuran

suhu basal badan. Menjelang ovulasi suhu basal badan turun, kurang dari 24 jam sesudah

ovulasi suhu badan naik lagi sampai tingkat yang lebih tinggi. Pengukuran suhu basal

diselenggarakan tiap hari sesudah haid berakhir sampai mulainya haid berikutnya, dilakukan

sewaktu bangun pagi sebelum menjalankan kegiatan apa-apa, dengan memasukkan

termometer dalam rektum atau di bawah lidah selama 5 menit. [1]

2. KONTRASEPSI SECARA MEKANIS

2.1 PRIA

2.1 Kondom

Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus, dan

mencegah tumpahnya sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah silindris dengan pinggir

yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung

sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm dan panjang lebih kurang 19 mm.

Kondom dilapisi dengan pelicin yang mempunyai sifat spermatisid. [1]

Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kontrasepsi juga dapat memberi

perlindungan terhadap penyakit kelamin. Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan yang

mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam kenikmatan

sewaktu melakukan koitus. Sebab-sebab kegagalan memakai kondom ialah bocor atau

koyaknya alat itu atau tumpahnya sperma yang disebabkan oleh tidak dikeluarkannya penis

segera setelah terjadi ejakulasi. Efek samping kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi

terhadap bahan untuk membuat karet. [1]

Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam

penggunaannya. Mengenai pemakaian kondom perlu diperhatikan hal-hal berikut : [1,3]

1. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik.

2. Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada pria yang tidak

bersunat, prepusium harus ditarik terlebih dahulu.

6

3. Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk menampung sperma. Pada

kondom yang mempunyai kantong kecil di ujungnya, keluarkanlah udara terlebih

dahulu sebelum kondom dipasang.

4. Pergunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom untuk mencegah

terjadinya robekan.

5. Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan tahanlah

kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina, supaya sperma tidak

tumpah.

2.2 WANITA

2.2.1 Pessarium

Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan kontrasepsi. Secara umum

pessarium dapat dibagi atas dua golongan, yakni (1) diafragma vaginal ; dan (2) cervical cap. 1,3]

2.2.1.1 Diafragma vaginal

Pada tahun 1881 Mensinga dan Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk pertama

kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan.

Dewasa ini diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan per

elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis yang tidak dapat berkarat,

ada pula yang dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti

per.

Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan sampai

sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat diafragma, obat spermatisida

dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya. Diafragma vaginal sering

dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal seperti : [1,3]

1. keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik.

2. jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan perlindungan

yang terus-menerus.

3. jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara waktu

oleh karena sesuatu sebab.

7

Diafragma paling cocok untuk dipakai pada wanita dengan dasar panggul yang tidak

longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik.

Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat dibenarkan, misalnya pada

1) sistokel yang berat; 2) prolapsus uteri; 3) fistula vagina; 4) hiperantefleksio atau

hiperretrofleksio uterus.

Umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek sampingan. Efek

sampingan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obat spermatisida yang

dipergunakan, atau oleh karena terjadi perkembangbiakan bakteri yang berlebihan dalam

vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama terpasang di situ.

Efektivitas nya sedang (bila digunakan dengan spermasida angka kegagalan 6-18 kehamilan

per 100 perempuan per tahun pertama) [2].

Kekurangan khasiat diafragma vaginal ialah : 1) diperlukan motivasi yang cukup

kuat; 2) umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan tidak untuk dipergunakan

secara massal; 3) pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan; 4) tingkat

kegagalan lebih tinggi daripada pil atau AKDR.

Keuntungan cara ini ialah : 1) hampir tidak ada efek sampingan; 2) dengan motivasi yang

baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan; 3) dapat dipakai sebagai

pengganti pil atau AKDR pada wanita-wanita yang tidak boleh mempergunakan pil atau

AKDR oleh karena suatu sebab. [1].

2.2.1.2 Cervical cap

Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk mangkuk yang

dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya ialah dari diameter 22 mm

sampai 33 mm; jadi lebih kecil daripada diafragma vaginal. Cap ini dipasang pada porsio

servisis uteri seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini jarang dipakai untuk kontrasepsi. [1,3]

3. KONTRASEPSI DENGAN OBAT-OBAT SPERMATISIDA

Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2 komponen, yaitu zat

kimiawi yang mampu mematikan spermatosoon, dan vehikulum yang nonaktif dan yang

dipergunakan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin erat hubungan antara zat kimia

dan sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh sebab itu, obat yang paling baik ialah yang

dapat membuat busa setelah dimasukkan ke dalam vagina, sehingga kelak busanya dapat

mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium uteri eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat

8

spermatisida umumnya digunakan bersama-sama dengan cara lain (diafragma vaginal), atau

apabila ada kontraindikasi terhadap cara lain. Efek sampingan jarang terjadi dan umumnya

berupa reaksi alergi. [1]

Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam bentuk :

1. Suppositorium : Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium dimasukkan

sejauh mungkin ke dalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru mulai aktif setelah 5

menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.

2. Jelly atau creme. 1) Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly, 2) Delfen

vaginal cream. Jelly lebih encer daripada cream. Obat ini disemprotkan ke dalam

vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai

1 jam.

3. Tablet busa : Sampoon, Volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet terlebih

dahulu dicelupkan ke dalam air, kemudian dimasukkan ke dalam vagina sejauh

mungkin. Lama kerjanya 30-60 menit.

4. C-film, yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air. Dalam

vagina obat ini merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan menyebar pada porsio

uteri dan vagina. Obat mulai efektif setelah 30 menit. [1]

Efektivitas KB spermatisid ini kurang (3 – 21 kehamilan per 100 perempuan per tahun

pertama) [3].

4. KONTRASEPSI HORMONAL

Saat diperkenalkan pada tahun 1960, kontrasepsi hormonal menjadi sebuah perubahan

drastis dari metode-metode tradisional sebelumnya. Kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai

bentuk, oral, injeksi, dan implant. Kontrasepsi oral adalah kombinasi estrogen dan progestin

atau hanya progestin – mini pil. Kontrasepsi injeksi atau implant hanya mengandung

progestin atau kombinasi estrogen dan progestin. Pada tahun 1995, 10,4 juta wanita di AS

menggunakan kontrasepsi oral untuk mengendalikan kesuburannya. [2]

4.1 Kontrasepsi estrogen plus progestin (kombinasi)

Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron dapat diberikan per oral, suntikan IM,

atau dalam bentuk koyo. Kontrasepsi oral paling sering digunakan dan sering terdiri dari

9

kombinasi suatu zat estrogen dan bahan prosgestasional yang diminum tiap hari selama 3

minggu dan berhenti selama 1minggu, agar terjadi perdarahan lucut (with drawal bleeding)

dari uterus. [2]

Efektivitasnya tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari

(1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan) 2.

Mekanisme kerja

Efek kontraseptif obat-obat yang mengandung steroid bersifat multiple, tetapi efek

yang terpenting adalah mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan gonadotropin releasing

factors dari hypothalamus. Yang mana hal ini dapat menghambat sekresi follicle stimulating

hormone dan lutenizing hormone dari hipofisis. [3]

Progestin menyebabkan terbentuknya mucus servik yang kental, sedikit, selular, dan

menghambat jalannya sperma. Kapasitasi sperma juga mungkin terhambat. Seperti estrogen,

progestin menyebabkan endometrium menjadi kurang memungkin kan untuk implantasi

blastokista. Akhirnya progestin juga dapat menghambat ovulasi dengan menekan

gonadotropin.

Efek gabungan dari estrogen dan progestin dalam kaitannya dengan kontrasepsi

adalah supresi ovulasi yang sangat efektif, blockade penetrasi sperma oleh mucus serviks,

dan penghambatan implantasi di endometrium apabila dua mekanisme pertama gagal. [3]

Efek yang menguntungkan

Pil kombinasi estrogen plus progestin adalah bentuk kontrasepsi reversibel paling efektif

yang tersedia. Dilaporkan angka kegagalan 0,32 per 100 wanita-tahun atau kurang. Efek

menguntungkan lainnya yang dilaporkan adalah kepadatan tulang meningkat; pengeluaran

darah menstruasi dan anemia berkurang; angka kehamilan ektopik lebih rendah sampai 90%;

dismenorea yang berkaitan dengan endometriosis berkurang; kista ovarium fungsional

sampai 80% dan salpingitis berkurang; keluhan premenstruasi berkurang; angka kanker

endometrium dan ovarium berkurang sampai 40%; berbagai penyakit payudara jinak

berkurang sampai 40%; perbaikan hirsutisme; perbaikan akne; pencegahan aterogenesis;

insiden dan keparahan penyakit radang panggul berkurang; dan perbaikan rematoid artritis.3,5

Kemungkinan efek yang merugikan

Efek metabolik [1,5]

Lipoprotein dan lemak

10

Kontrasepsi oral kombinasi meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol total.

Estrogen menurunkan konsentrasi kolesterol LDL dan meningkatkan HDL,

sedangkan sebagian progestin menyebabkan hal yang sebaliknya. Hal ini penting

untuk mengetahui pada proses pembentukan penyakit pembuluh arteri.

Metabolisme karbohidrat

Kontrasepsi oral dapat menurunkan toleransi glukosa pada sejumlah pemakai dengan

persentase yang signifikan. Hal ini tampaknya terjadi sebagai akibat langsung dosis

estrogen yang digunakan. Progestin biasanya meningkatkan sekresi insulin dan

menciptakan resistensi insulin. Karena efek ini, steroid kontrasepsi dapat

mengintensifkan diabetes yang sudah ada atau mungkin ternyata cukup diabetogenik

sehingga mampu memicu munculnya diabetes secara klinis pada wanita yang rentan.

Tapi efek ini seperti pada kehamilan, efek diabetogeniknya sering reversibel apabila

kontrasepsi oralnya dihentikan.

Metabolisme protein

Estrogen akan meningkatkan pembentukan berbagai globulin oleh hati. Meningkatnya

pembentukan angiotensinogen tampaknya berkaitan dengan dosis, dan konversinya

oleh renin menjadi angiotensin I dicurigai menimbulkan hipertensi. Fibrinogen dan

mungkin faktor II, VII, IX, X, XII, XIII, akan meningkat sejalan dengan dosis

estrogen, dan insiden kedua bentuk trombosis ini berkaitan dengan dosis estrogen.

4.2 Kontrasepsi progestasional

4.2.1 Progestin oral

Disebut juga mini pill adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 μg atau kurang

yang diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh karena insiden perdarahan ireguler

dan angka kehamilannya jauh lebih tinggi. Pilihan yang baik bagi ibu yang menyusui, mulai

diminum pada minggu ke 6 setelah melahirkan [1,2,3]. Pil ini mengganggu kesuburan tapi tidak

selalu menghambat penetrasi ovulasi. Kemungkinan sebabnya adalah terbentuknya mukus

serviks yang menghambat penetrasi sperma dan perubahan pematangan endometrium

sehingga dapat menolak implantasi blastokista. [1,2]

11

4.2.2 Kontrasepsi progestin suntik

Depo medroksiprogesteron asetat (Depo provera) dan Noretindron etantat (Norgest)

telah banyak dipakai secara luas. Mekanisme kerja kedua obat adalah menghalangi terjadinya

ovulasi dengan jalan menekan pembentukan Releasing Factor dari hipothalamus, termasuk

inhibisi ovulasi, peningkatan kekentalan mukus serviks, dan implantasi ovum dihalangi. [1]

Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral. Kekurangannya

mencakup amenorea berkepanjangan, perdarahan uterus selama dan setelah pemakaian, dan

amenorea. [1]

Depo medroksiprogesteron disuntikan dalam-dalam di kuadran luar atas bokong tanpa

dipijat untuk memastikan agar obat dilepaskan secara perlahan-lahan. Dosis lazim adalah 150

mg setiap 90 hari [3].

Noetindron etantat disuntikan dengan cara yang sama dalam dosis 200mg, tetapi

penyuntikan obat ini harus diulang setiap 60 hari.

4.2.3 Implan progestin (sistem Norplant)

Sinonim : Alat kontrasepsi bawah kuliat (AKBK), Implant, KB susuk.

Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung lenovorgestrel yang dibungkus

dalam kapsul silastic-silicone (polydimethylsiloxane) dan disusukkan di bawah kulit. Jumlah

kapsul yang disusukkan di bawah kulit adalah sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul

panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonrogestrel. Setiap hari sebanyak 30 mcg

levonorgesrel dilepaskan ke dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonorgesrel

adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini-pill atau pil kombinasi

atau pun pada AKDR yang bioaktif. [1]

Mekanisme kerja

1. Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma.

2. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk

implantasi zygote.

3. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.

12

Kelebihan norplant antara lain adalah cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh

menggunakan obat yang mengandung estrogen, perdarahan yang terjadi lebih ringan, tidak

menaikkan tekanan darah, risiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan

dengan pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Selain itu cara Norplant ini

dapat digunakan untuk jangka panjang (5 tahun) dan bersifat reversibel. Menurut data-data

klinis yang ada dalam waktu satu tahun setelah pengangkatan Norplant, 80 % sampai 90 %

wanita dapat menjadi hamil kembali. [1]

Efek samping Norplant antara lain adalah gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting,

perdarahan haid memanjang atau lebih sering berdarah (metrorrhagia), amenorea; mual-mual,

anoreksi, pening, sakit kepala, kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan,

timbulnya akne, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaan pil KB. [1,2]

Indikasi [1,2]

1. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak

bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR.

2. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen.

Kontraindikasi [1,2]

1. Kehamilan atau disangka hamil

2. Penderita penyakit hati

3. Kanker payudara

4. Kelainan jiwa (psikosis, neurosis),

5. Varikosis,

6. Riwayat kehamilan ektopik,

7. Diabetes mellitus,

8. Kelainan kardiovaskular.

Waktu pemasangan Waktu yang paling baik untuk pemasangan Norplant adalah sewaktu haid

berlangsung atau masa pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat

disingkirkan. Keenam kapsul yang masing-masing mengandung 36 mg levonorgestrel

ditanamkan pada lengan kiri atas (atau pada lengan kanan atas akseptor yang kidal) lebih

kurang 6 – 10 cm dari lipatan siku. [1,2]

13

5. KONTRASEPSI DENGAN AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )

Memasukkan benda-benda atau alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah

kehamilan, yang telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Awalnya penggembala-penggembala

unta bangsa Arab dan Turki berabad lamanya melakukan cara ini dengan memasukkan batu

kecil yang bulat dan licin kedalam alat genital unta mereka, dengan tujuan untuk mencegah

terjadinya kehamilan dalam perjalanan jauh [1] .

Mekanisme kerja [1]

Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi

pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR dalam kavum uteri

menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang

dapat menghancurkan blastokista dan sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai

AKDR sering kali dijumpai sel-sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa.

Disamping itu ditemukan juga sering timbulnya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang

dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam

uterus pada wanita tersebut.

Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh karena ion

logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh terhadap sperma.

Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion logam tembaga (Cu);

pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam makin lama makin

berkurang. [1]

Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 – 0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun

pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).

Jenis-jenis AKDR

Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang paling banyak

digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR jenis copper T dan spiral (Lippes

loop). Bentuk yang beredar dipasaran adalah spiral (Lippes loop), huruf T (Tcu380A,

Tcu200C, dan NovaT), tulang ikan (MLCu350 dan 375), dan batang (Gynefix). Unsur

tambahan adalah tembaga (cuprum), atau hormon (Levonorgestrel). [1]

14

Keuntungan-keuntungan AKDR [1]

AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena :

1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali

motivasi

2. Tidak menimbulkan efek sistemik

3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal

4. Efektivitas cukup tinggi

5. Reversibel

6. Tidak ada pengaruh terhadap ASI

Efek samping AKDR[1]

Perdarahan

Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulan-bulan

pertama pemakaian

Rasa nyeri dan kejang di perut

Gangguan pada suami

Ekspulsi (pengeluaran sendiri)

Komplikasi AKDR [1]

Infeksi

AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak

menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan disucihamakan. Jika

terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang subakut

atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR.

Perforasi

Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi pula

kemudian.

Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus segera dikeluarkan segera

karena ditakutkan akan terjadinya ileus, begitu pula dengan yang mengandung logam.

Pengeluaran dapat dilakukan dengan laparotomi jika dengan laparoskopi gagal, atau

setelah terjadi ileus. Jika AKDR yang menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan

linear, dan tidak mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.

Kehamilan

15

Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi oleh

karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka keguguran

dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ

sedang benangnya masih kelihatan, sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan

terjadinya abortus setelah dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi

jka benangnya tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada dalam uterus. [1]

Kontraindikasi pemasangan AKDR [1]

Kontraindikasi pemasangan AKDR dibagi atas 2 golongan, yaitu kontraindikasi yang relatif

dan kontraindikasi mutlak.

Yang termasuk kontraindikasi relatif ialah:

1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus

2. Insufisiensi serviks uteri

3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi mioma, dsb.

4. Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri

Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :

1. Kehamilan

2. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis (Penyakit Menular Seksual)3

3. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis

4. Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan

5. Pasangan yang tidak lestari/harmonis

Pemasangan AKDR [1,2]

AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :

Sewaktu haid sedang berlangsung

Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari terakhir haid.

Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu sedang terbuka dan

lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul akibat pemasangan

tidak seberapa dirasakan, kemungkinan pemasangan pada uterus yang sedang hamil

tidak ada. [1]

Sewaktu postpartum

Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:

16

1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang melahirkan

sebelum dipulangkan dari rumah sakit.

2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan setelah

partus atau abortus.

3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa tiga bulan

setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak ada hubungan sama sekali

dengan partus atau abortus.

Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin,

menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai 6-8 minggu

postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua dan

minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.

Sewaktu postabortum

Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan

psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan

kontraindikasi

Beberapa hari setelah haid terakhir

Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum AKDR

dipasang.

Tehnik pemasangan AKDR [1]

Pada umumnya tehnik pemasangan adalah sama pada setiap jenis AKDR, tapi disini

diterangkan mengenai cara pemasangan jenis lippes loop karena yang paling banyak

digunakan di Indonesia.

Tehniknya berupa:

Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja ginekologi

dalam posisi litotomi.

Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan betadine

Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar uterus

Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan

antiseptik. Lalu dengan tenakulum dijepit bibir depan porsio uteri, dan dimasukkan

sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah dan panjangnya kanalis servikalis serta

kavum uteri.

17

AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehnik tanpa sentuh, lalu dorong ke

dalam kavum uteri hingga mencapai uterus.

Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga AKDR

bebas.

Setelah selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan tenakulum juga

dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3 cm keluar dari ostium uteri, dan

akhirnya spekulum diangkat.

Pemeriksaan setelah pemasangan AKDR dilakukan 1 minggu sesudahnya;

pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan.

Cooper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilepaskan lebih

awal apabila diinginkan.[1]

Cara mengeluarkan AKDR [1,2]

Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan cara menarik benang AKDR yang

keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset, atau dengan cunam.

Kadang-kadang benang tidak tampak dari ostium uteri eksternum.

Tidak terlihatnya benang oleh karena :

Akseptor menjadi hamil

Perforasi usus

Ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor

Perubahan letak AKDR sehingga benang tertarik ke dalam rongga uterus, seperti

adanya mioma uterus. [1]

18

6. METODE KONTRASEPSI MANTAP (TUBEKTOMI dan VASEKTOMI)

Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita sedangkan

vasektomi ialah pada kedua vas deferens pria,yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak

dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.[1,2]

6.1 Tubektomi

Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran telur wanita

untuk mencegah proses fertilisasi. Tindakan tersebut dapat dilakukan setelah persalinan atau

pada masa interval. Setelah dilakukan tubektomi, fertilitas dari pasangan tersebut akan

terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi pascapersalinan

ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai dari

subumbilikus dan rendahnya resiko infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah

terlampaui maka pilihan untuk tetap memilih tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan

atau pada masa interval. [3]

Keuntungan tubektomi ialah .[1,2] :

Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berulang-ulang

Efektivitas hampir 100%

Tidak mempengaruhi libido seksualis

Kegagalan dari pihak pasien tidak ada

Indikasi metode dengan operasi (M.O)

Seminar kuldoskopi Indonesia pertama di Jakarta (18-19 Desember 1972) mengambil kesimpulan, sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat-syarat berikut [1,2] :

1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup2. Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup3. Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup

Pada konferensi khusus perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia di Medan (3-5 Juni 1976 ) dianjurkan pada umur antara 25-40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut :

1. Umur antara 25-30 tahun dengan 3 anak atau lebih2. Umur antara 30-35 tahun dengan 2 anak atau lebih3. Umur antara 35-40 tahun dengan 1 anak atau lebih.

19

Cara penutupan tuba

1. Cara Madlener

Bagian tengah dari tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk suatu lipatan trebuka. Kemudian, dasar dar lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat, dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak dapat diserap. Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba. Sekarang cara madlener tidak dilakukan lagi oleh karena angka kegagalannya relatif tinggi, yaitu 1% sampai 3%. [1,2]

2. Cara Pomeroy

Cara pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah dari tuba sehingga membenuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba diatas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0-0,4%. [1,2,4]

3. Cara Irving

Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap; ujung proksimal dari tuba ditanamkan ke dalam miometrium, sedangkan ujung distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum. [1,2,4]

20

4. Cara Aldridge

Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal bersama-sama dengan fimbria ditanam kedalam ligamentum latum. [1,2,4]

5. Cara Uchida

Pada cara ini tuba ditarik keluar abdomen melalui suatu insisi kecil (minilaporotomi) di atas simfisisi pubis. Kemudian di daerah ampulla tuba dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut mengembung. Lalu, sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut. Serosa disebabkan dari tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya di bawah serosa, sedangklan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar serosa. Luka sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0. [1,2,4]

6. Cara Kroener

Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping di bawah fimbria. Jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya.

21

Seluruh fimbria dipotong. Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut.Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialah sangat kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%. [1,2,4]

6.2 Vasektomi

Indikasi vasektomiPada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan suami-istri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi di lakukan pada dirinya. 1,2]

Kontraindikasi vasektomiSebetulnya tidak ada kontraindikasi vasektomi; hanya apabila ada kelainan lokal atau umum yang dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, kelainan itu harus disembuhkan dahulu. [1,2]

Keuntungan vasektomi ialah :1. Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental;2. Tidak mengganggu libido seksualitas;3. Dapat dikerjakan secara poliklinis.

BAB III

KESIMPULAN

22

Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, baik bersifat

sementara maupun permanen.

Pemilihan alat kontrasepsi sebaiknya didasari atas pengetahuan dan informasi yang cukup

dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi agar masyarakat dapat memperoleh informasi

yang selengkap-lengkapnya atas pemilihan kontrasepsi yang mereka pilih. Dengan pemilihan

yang tepat dari kontrasepsi, dihararapkan perencananaan kehamilan yang baik dapat

mengendalikan laju pertumbuhan penduduk yang kelak dapat berpengaruh pada peningkatan

kualitas sumber daya manusia pada masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

23

1. Wiknjosastro H. 2002. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

2. Saifuddin A B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi Pertama

cetakan Keempat. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

3. Cunningham F G, Gant NF. 2006. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Operasi Kebidanan dan Kandungan Keluarga

Berencana Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC

5. Rabe, Thomas. 2003. Buku Saku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Hipokrates.

6. Mochtar, Rustam.2003. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

24