fixed responsi.doc

70
LAPORAN KASUS NEFROLITHIASIS Pembimbing dr. Setianingsih, Sp.Rad dr. Ardhiana Kasaba, Sp.Rad Disusun Oleh : Faiza Rizandy Widiana 201410401011006 Maulana Sapurta 201410401011007 Melisa Indah Purnama 201410401011008 Gusti Ramadani 201410401011035

Transcript of fixed responsi.doc

LAPORAN KASUSNEFROLITHIASIS

Pembimbing

dr. Setianingsih, Sp.Raddr. Ardhiana Kasaba, Sp.Rad

Disusun Oleh :Faiza Rizandy Widiana

201410401011006

Maulana Sapurta

201410401011007Melisa Indah Purnama

201410401011008Gusti Ramadani

201410401011035SMF RADIOLOGI RSU HAJI SURABAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

Laporan kasus dengan judul Nefrolithiasis telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian Ilmu Radiologi.

Surabaya, Februari 2015Pembimbing 1

Pembimbing 2dr. Setianingsih, Sp.Rad

dr. Ardhiana Kasaba, Sp.Rad

DAFTAR ISIHalaman Judul ...................................................................................................

1

Lembar Pengesahan ...........................................................................................

2

Daftar Isi ............................................................................................................

3

Daftar Gambar ...................................................................................................

4

Kata Pengantar ..................................................................................................

5

Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................

6

Bab 2 Presentasi Kasus ......................................................................................

8

2.1Identitas Pasien ....................................................................................8

2.2Anamnesis ...........................................................................................8

2.3Pemeriksaan Fisik ................................................................................9

2.4Pemeriksaan Penunjang .......................................................................11Bab 3 Tinjauan Pustaka ......................................................................................14

3.1Definisi.................................................................................................14

3.2Etiologi................................................................................................. 14

3.3Epidemiologi........................................................................................ 16

3.4 Patogenesis........................................................................................... 17

3.5Klasifikasi............................................................................................ 18

3.6Manifestasi Klinisi............................................................................... 23

3.7Diagnosis............................................................................................... 24

3.8Diagnosis Banding................................................................................ 28

3.9Penatalaksanaan..................................................................................... 29

3.10Pencegahan............................................................................................. 35

3.11Diagnosis............................................................................................... 35

3.12Prognosis............................................................................................... 38Bab 4 Analisis Kasus ..........................................................................................38Bab 5 Kesimpulan................................................................................................ 43

Daftar Pustaka ....................................................................................................44DAFTAR GAMBAR

Gambar 1Batu Saluran Kemih......................................................................14Gambar 2Batu Saluran Kemih....................................................................

19Gambar 3Batu Kalsium Oxalat ..................................................................

20Gambar 4Batu Asam Urat ..........................................................................

20Gambar 5Batu Struvit.................................................................................

22Gambar 6Batu Sistin...................................................................................

23

Gambar 7Foto Polos Abdomen.................................................................

25Gambar 8IVP.............................................................................................

26Gambar 9USG...........................................................................................27

Gambar 10ESWL........................................................................................30

Gambar 11PNL..........................................................................................,32

Gambar 12Bedah Terbuka...........................................................................33

KATA PENGANTARAssalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis telah menyelesaikan penulisan laporan kasus dengan judul Nefrolithiasis.Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada program pendidikan profesi dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang yang dilaksanakan di RSU Haji Surabaya.

Ucapan terima kasih dokter pembimbing dan semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya laporan kasus ini.

Tulisan laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan hati, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga tulisan laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Februari 2015BAB 1

PENDAHULUAN

Urolithiasis atau Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih ginjal, uteter dan kandung kemih yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (nephrolithiasis), ureter ( Ureterolithiasis) maupun di dalam vesika urinaria (vesicolithiasis). 1,2Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia. Di negara-negara berkembang, banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas. Hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia, rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan salah satu dari tiga penyakit terbanyak di bidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna. Sedangkan di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. 1Batu saluran kemih dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih bagian bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis.1Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. 1Berdasarkan letaknya, batu saluran kemih terdiri dari batu ginjal, batu ureter, batu buli-buli dan batu uretra. Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, dan sistin, silikat dan senyawa lainnya. Semua tipe batu saluran kemih memiliki potensi untuk membentuk batu staghorn, namun pada 75% kasus, komposisinya terdiri dari matriks struvit-karbonat-apatit atau disebut juga batu struvit atau batu triple phosphate, batu fosfat, batu infeksi, atau batu urease.1,3Dalam penegakan diagnosis diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Daeri anamnesis dan pemeriksaan fiisik dicurigai adanya batu oleh karena itu diperlukan pmeriksaan penunjang antara lain: Foto Polos Abdomen, Intra Vena Pielografi (IVP), USG, Renogram, Analisis batu, Kultur urin, Pemeriksaan Mikroskopik Urin 2,3BAB 2

PRESENTASI KASUS2.1 Identitas Pasien

Nama

: Ny. Risa Astria MelindaUsia

: 28 tahunJenis kelamin: Perempuan

Alamat: Kartini Gg 21 Pengarang, Sumenep

Pendidikan: SMA

Pekerjaan: Ibu Rumah TanggaAgama: Islam

Suku

: Jawa

Tanggal : 9 Februari 20152.2 Anamnesis

2.2.1 Keluhan utama: Nyeri pinggang kanan dan kiri2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang:

Nyeri pinggang kanan dan kiri dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri hilang timbul, semakin hari semakin berat. Saat serangan nyeri berat, cekot cekot tidak ada penjalaran. Pasien tidak bisa beraktivitas dan tidak membaik dengan istirahat. Kencing dirasakan seperti ada tepungnya. Kencing merah tidak dikeluhkan2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat infeksi sebelumnya disangkal

Hipertensi: disangkal

DM: disangkal

Asam urat: disangkal

Kolesterol : disangkal

2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat hipertensi (+) pada ibu pasien

DM dalam keluarga

: (-)

- Stroke dalam keluarga

: (-)2.2.5 Riwayat Penyakit Sosial:

Pasien adalah ibu rumah tangga mengaku minmnya cukup dan selama ini kencingnya lancer. Suka minum teh kemasan dan minuman penyegar sachet. Sumber air minum yang digunakan adalah air sumur. Di daerah sekitar rumah ada yang menderita batu ginjal.2.3 Pemeriksaan Fisik :

2.3.1 Status Present:

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos mentis

GCS : 4-5-6

Vital Sign : a. TD : 120/80 mmHg

b. Nadi : 84 x/min

c. Temp : 36,8 C

d. RR : 20 x/min

2.3.2 Kepala: A/I/C/D: -/-/-/-

2.3.3 Leher :

Inspeksi : benjolan (-), pembesaran kgb(-)

Palpasi : deviasi trakea (-)2.3.4 Thoraks:

Paru :

a. Inspeksi : bentuk dada normal, pola pernapasan reguler,

retraksi dinding dada (-), tidak tampak adanya

massa.

b. Palpasi : ekspansi dinding dada simetris, stem fremitus

dalam batas normal, tidak teraba adanya massa

c. Perkusi : sonor pada kedua lapang paru d. Auskultasi : suara vesikular kanan kiri, Rh(-)/(-),

Wh (-)/(-)

Jantung :

a. Inspeksi : vousure cardiaq(-), iktus tidak tampak. b. Palpasi : iktus teraba tak kuat angkat c. Perkusi : batas jantung kanan batas jantung kiri dbn. d. Auskultasi: S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)2.3.5 Abdomen :

Inspeksi : dalam batas normal

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : supel, nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani, nyeri ketok costovertebrae +/+2.3.6 Ekstremitas : edema (-)

2.4 Pemeriksaan Penunjang :

- Pemeriksaan Darah Hasil Laboratorium :

Hb

: 10,8 g/dl

Leukosit: 17.710 /mm3

Hematokrit: 32,2 %

Thrombosit: 287.000 /mm3 Foto thorax AP

Deskripsi :

Foto thorax AP

Cor : ukuran dan bentuk kesan normal

Pulmo : corakan bronkhovaskuler dalam batas normalSinus costofrenikus dextra dan sinistra : tajam

Tulang : os clavicula, os scapula, vertebrae thoracalis I-IV, costae dalam batas normal.

Soft tissue : dalam batas normal

Kesimpulan : Foto thorax dalam batas normal

Foto BOF

Deskripsi :

Foto BOF :

Bayangan gas usus: Distribusi merata sampai cavum pelvis, tidak didapatkan tanda dilatasi usus

Hepar lien: Ukuran dan bentuk dalam batas normal

Tulang:

Costae: Alignment normal, trabekulasi normal, tidak didapatkan proses keradangan maupun keganasan

Vertebrae: tampak scoliosis, lipping (-), trabekulasi normal, tidak didapatkan proses keradangan maupun keganasan.

Tulang pelvis, sacroiliac joint, hip joint dalam batas normal

Udara bebas: udara bebas (-)

Kontur ginjal: ukuran kedua renal tampak membesar, didapatkan batu radiopaque multiple pada pelvis renalis sinistra dan dextra; dextra setinggi L1 dan L3, sinstra setinggi

Psoas Shadow kanan kiri simetris.

Kesimpulan : Nefrolithiasis Dex Sin dengan HidronefrosisBAB 3

NEFROLITHIASIS3.1 Definisi 2Batu di dalam saluran kemih adalah massa keras seperti batu yang berada di ginjal dan salurannya dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih, atau infeksi.

Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (nephrolithiasis), ureter ( Ureterolithiasis) maupun di dalam vesika urinaria (vesicolithiasis). Proses pembentukan batu saluran kemih ini disebut urolithiasis

Gambar 1. Batu Saluran Kemih 33.2 Etiologi 4,5Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya.a. Faktor intrinsik itu antara lain adalah :

1. Herediter (keturunan)

Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.

2. Umur

Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.

3. Jenis kelamin

Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan.

b. Faktor ekstrinsik diantaranya adalah:

1. Geografi

Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagi daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.

2. Iklim dan temperatur

3. Asupan air

Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.

4. Diet

Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih.

5. Pekerjaan

Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.

3.3 Epidemiologi 6,7Berdasarkan data dari Urologic Disease in America pada tahun 2000, insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih atas adalah pada kelompok umur 55-64 tahun 11,2 per-100.000 populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 10,7 per-100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih atas adalah pada jenis kelamin laki-laki 74 per-100.000 populasi, sedangkan pada perempuan 51 per-100.000 populasi. Insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih bawah adalah pada kelompok umur 75-84 tahun 18 per-100.000 populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 11 per-100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih bawah adalah jenis kelamin laki-laki 4,6 per-100.000 populasi sedangkan pada perempuan 0,7 per-100.000 populasi.Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Amerika Serikat pada tahun 2005, jenis kelamin laki-laki dengan batu kalsium 75%, batu asam urat 23,1%, batu struvit 5%, dan batu cysteine 0,5%, sedangkan pada perempuan jenis batu kalsium 86,2%, batu asam urat 11,3%, batu struvit 1,3%, dan batu cysteine 1,3%. Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Australia Selatan pada tahun 2005 yaitu pada jenis kelamin laki-laki jenis batu kalsium oksalat 73%, batu asam urat 79%, sedangkan pada perempuan jenis batu struvit 58%. Analisis jenis batu berdasarkan kelompok umur, jenis batu kalsium oksalat 50-60 tahun, batu asam urat 60-65 tahun dan batu struvit 20-55 tahun.Penelitian yang dilakukan oleh Hardjoeno dkk pada tahun 2002-2004 di RS dr.Wahidin Sudirohusodo Makasar berdasarkan jenis kelamin proporsi tertinggi adalah jenis kelamin laki-laki 79,9 % sedangkan wanita 20,1%. Di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2007 jumlah pasien rawat inap BSK 113 orang, berdasarkan kelompok umur proporsi tertinggi adalah kelompok umur 46-60 tahun 39,8%, berdasarkan jenis kelamin proporsi tertinggi adalah jenis kelamin laki-laki 80,5%, dan berdasarkan jenis batu proporsi yang tertinggi adalah jenis batu kalsium oksalat 100%, struvite 96,5%, dan Cystine 66,4% .3.4 Patogenesis 3,8,9,10Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna, stiktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.

Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu menyumbat saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastabel dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu3.5 Klasifikasi Batu Saluran Kemih 2,10Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat, dan sistin. Kandungan batu saluran kemih terbanyak terdiri dari :1. 75 % kalsium.2. 15 % batu tripe/batustruvit(Magnesium Amonium Fosfat).3. 6 % batu asam urat.4. 1-2 % sistin (cystine).

Gambar 2. Batu Saluran Kemih 3a. Batu kalsiumKalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK yaitu sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di jumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait dengan kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua tipe yang berbeda, yaitu:

1. Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna cokat/ hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.

2. Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.

Gambar 3. Batu Kalsium Oxalat 3b. Batu asam urat

Gambar 4. Batu Asam Urat3Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat. Pasien biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit BSK, karena keadaan tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.

c. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat) Batu struvit disebut juga batu infeksi. Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan organisme yang memproduksiurease. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperti pada reaksi: CO(NH2)2+H2O(2NH3+CO2.

Sekitar 75% kasus batu staghorn, didapatkan komposisi batunya adalah matriks struvit-karbonat-apatit atau disebut juga batu struvit atau batu triple phosphate, batu fosfat, batu infeksi, atau batu urease, walaupun dapat pula terbentuk dari campuran antara kalsium oksalat dan kalsium fosfat.

Gambar 5. Batu Struvit 3Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih >7. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.

d. Batu Sistin Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysine dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine yang asam. Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu yang statis karena imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih.

Gambar 6. Batu Sistin 3Suasana basa ini yang memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amoniun fosfat (MAP) atau (Mg NH4PO4.H2O) dan karbonat apatit (Ca10[PO4]6CO3. Karena terdiri atas 3 kation Ca++ Mg++ dan NH4+) batu jenis ini dikenal dengan nama batu triple-phosphate. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan Stafilokokus. Meskipun E.coli banyak menyebabkan infeksi saluran kemih, namun kuman ini bukan termasuk bakteri pemecah urea.3.6 Manifestasi Klinis5,7,8Batu pada kaliks ginjal memberikan rada nyeri ringan sampai berat karena distensi dari kapsul ginjal. Begitu juga baru pada pelvis renalis, dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi. Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi.Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri.

Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran kemih, biasanya pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic junction), dan ureter. Nyeri bersifat tajam dan episodik di daerah pinggang (flank) yang sering menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan pada batu ureter distal sering ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai keadaan ini.Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam-menggigil.3.7 Diagnosis 2,10Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan fisik untuk menegakkan diagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium dan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal. Pemeriksaan Penunjang2,3Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan diagnosis dan rencana terapi antara lain:1. Foto Polos Abdomen Secara radiologik, batu dapat radioopak atau radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi.

Gambar 7. Foto Polos Abdomen 3Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio opak dan paling sering dijumpai diantara batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen). Urutan radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel 1.

Jenis BatuRadioopasitas

KalsiumOpak

MAPSemiopak

Urat/SistinNon opak

Tabel 1. Urutan Radioopasitas Beberapa Jenis Batu Saluran Kemih

2. Intra Vena Pielografi (IVP)

Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.

Gambar 8. IVP 33. Ultrasonografi (USG)

Gambar 9. USG

Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu, menentukan ruang dan lumen saluran kemih, serta dapat digunakan untuk menentukan posisi batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertingggalnya batu.Pemeriksaan USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal.

4. Pemeriksaan Mikroskopik Urin, untuk mencari hematuria dan Kristal.

5. Renogram

Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal kedua ginjal secara terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini dipakai untuk memastikan ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah pada ginjal yang sakit.

6. Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya.

7. Kultur urin, untuk mecari adanya infeksi sekunder.

8. DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase alkali serum.

3.8 Diagnosis Banding5,7,8Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut, misalnya distensi usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu, jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik saluran cerna, kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu pada perempuan perlu juga dipertimbangkan adneksitis.Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan apalagi bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi. Pada batu ginjal dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor Grawitz.3.9 Penatalaksanaan2,3,5Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan atau terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena suatu indikasi sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah menimbulkan infeksi saluran kemih, harus segera dikeluarkan.Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti diatas, namun diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu yang diderita oleh seorang pilot pesawat terbang) memiliki resiko tinggi dapat menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang menjalankan profesinya dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran kemih. Pilihan terapi antara lain :

1. Terapi Konservatif

Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter