laporan organik 2

84
PERCOBAAN I Judul : Metode Fitokimia Tujuan : (1) Untuk dapat mengidentifikasi awal tumbuh- tumbuhan yang mengandung senyawa kimia aktif. (2) Untuk mengetahui pereaksi spesifik yang digunakan dan cara pembuatannya. Hari/Tanggal : Rabu / 22 Maret 2006 Tempat : Laboratorium Kimia MIPA FKIP UNLAM Banjarmasin. 1. TEORI DASAR. Tumbuh-tumbuhan adalah penghasil berbagai jenis senyawa metabolit sekunder. Kelompok metabolit ini tidak memiliki kaitan langsung dengan tumbuh-tumbuhan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, tetapi memiliki fungsi ekologis, seperti menangkal serangan organisme lain atau sebagai penarik serangga untuk penyerbukan. Kelompok senyawa metabolit sekunder adalah alkaloid, steroid, triterpen, flavonoid, saponin dan senyawa fenolik. 2.1 Senyawa Metabolit Pada Tumbuhan 2.1.1 Alkaloid 86Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 1

Transcript of laporan organik 2

Page 1: laporan organik 2

PERCOBAAN I

Judul : Metode Fitokimia

Tujuan : (1) Untuk dapat mengidentifikasi awal tumbuh-tumbuhan yang

mengandung senyawa kimia aktif.

(2) Untuk mengetahui pereaksi spesifik yang digunakan dan cara

pembuatannya.

Hari/Tanggal : Rabu / 22 Maret 2006

Tempat : Laboratorium Kimia MIPA FKIP UNLAM Banjarmasin.

1. TEORI DASAR.

Tumbuh-tumbuhan adalah penghasil berbagai jenis senyawa metabolit

sekunder. Kelompok metabolit ini tidak memiliki kaitan langsung dengan

tumbuh-tumbuhan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, tetapi memiliki

fungsi ekologis, seperti menangkal serangan organisme lain atau sebagai penarik

serangga untuk penyerbukan. Kelompok senyawa metabolit sekunder adalah

alkaloid, steroid, triterpen, flavonoid, saponin dan senyawa fenolik.

2.1 Senyawa Metabolit Pada Tumbuhan

2.1.1 Alkaloid

Alkaloid adalah kelompok besar senyawa organik alami dalam hampir

semua jenis organisme, seperti tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi dan tingkat

rendah, binatang, serangga, mikroorganisme dan organisme laut. Berbagai efek

farmakologi yang ditimbulkannya seperti antikanker, anti-inflamasi dan anti-

mikroba, juga dapat ditimbulkan oleh alkaloid.

Beberapa contoh alkaloid dapat dilihat pada gambar 1 berikut :

Koniina Nikotina

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 1

NH NMe

N

Page 2: laporan organik 2

Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun

dari tumbuh-tumbuhan. Senyawa alkaloid dapat dipandang sebagai hasil

metabolisme dari

tumbuh-tumbuhan atau

dapat berguna sebagai cadangan bagi biosintesis protein. Kegunaan alkaloid bagi

tumbuhan ialah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan

pengatur kerja hormon.

Alkaloid bersifat basa, di alam berada sebagai garam dengan asam-asam

organik. Adanya sifat basa ini, mempermudah memisahkan ekstrak total alkaloid

dari komponen lainnya. Demikian juga, adanya nitrogen dalam alkaloid

cenderung membentuk senyawa kopleks dengan ion-ion logam berat yang tidak

larut dalam air. Sifat ini dimanfaatkan dalam merancang cara uji yang cepat

dalam mendeteksi alkaloid dalam suatu ekstrak. Pereaksi tetes yang lazim

digunakan untuk maksud tersebut adalah pereaksi Dragendorff dan Meyer.

2.1.2 Steroid

Steroid merupakan komponen pembentuk membran tanaman. Yang

termasuk golongansteroid di antaranya senyawa-senyawa sterol, sapogenin, dan

hormon. Struktur senyawa ini pada dasarnya mempunyai cincin

siklopentaperhidrofenantren.

Triterpen dan Saponin tersebar hanya dalam kelompok tanaman tertentu.

Karena keterbatasan penyebarannya, dapat dijadikan marker taksonomi

tumbuhan. Misalnya cimigenol (Cimicuuga dehurica), diosgenin (Dioscorea

hypoglauca), glychimizin (Glychimiza uralensis) adalah senyawa bioaktif.

Cimigenol telah dibuktikan mampu menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida

dalam darah, diogenin meningkatkan eksresi kolesterol dari cairan empedu dan

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 2

Page 3: laporan organik 2

glychimizin memperlihatkan berbagai efek farmakologi seperti anti-inflamasi,

antiviral dan antikanker.

2.1.3 Triterpen

Triterpen adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan

isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon yaitu skualena yang

strukturnya berupa siklik kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau asam karboksilat

Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang kurang empat golongan senyawa

antara lain triterpen sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung. Senyawa

triterpen ini berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan serangan

mikroba (Harbone. 1987). Triterpena tertentu terkenal karena rasanya terutama

karena kepahitannya. Contohnya limonin, suatu senyawa pahit yang larut dalam

lemak dan terdapat dalam buah jeruk. Citrus, senyawa termasuk dalam deret

triterpena penta siklik yang rasanya pahit serta dikenal sebagai limonoid dan

kuasinoid (Waterman dan Grundon, 1983). Kelompok triterpena pahit lainnya adalah

kukurbitasin, yang terdapat terbatas hanya dalam biji berbagai Cucurbitaceae,

meskipun dapat juga dideteksi pada suku lain termasuk Cruciferae (Curtis dan

Meade, 1971).

Adapun struktur beberapa triterpenoid antara lain :

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

OH

Kolesterol

Skualena

3

Page 4: laporan organik 2

2.1.4 Saponin

Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam

lebih dari 90 suku tumbuhan (Tsehesche dan Wulff, 1973). Saponin merupakan

senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Dari

segi ekonomi saponin penting juga karena kadang-kadang menimbulkan keracunan

pada ternak (misalnya saponin alfalfa, Medicago sativa) atau karena rasanya yang

manis (misalnya glisirizin dari akar manis, Glycyrrhiza glabra). Pola glikosida

saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai

lima dan komponen umum adalah asam glukuronat.

Saponin tersebar hanya dalam kelompok tanaman tertentu. Karena

keterbatasan penyebarannya, dapat dijadikan marker taksonomi tumbuhan. Misalnya

cimigenol (Cimicuga dehurica), diosgenin (Dioscorea hypoglauca), glychimizin

(Glychimiza uralensis) adalah senyawa boiaktif. Cimigenol telah dibuktikan mampu

menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah, diogenin meningkatkan

eksresi kolesterol dari cairan empedu dan glychimizin memperlihatkan berbagai efek

farmakologi seperti anti-inflamasi, antiviral dan antikanker.

2.1.5 Flavonoid

Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk flavon

yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan Primula, dan semuanya

mempunyai sejumlah sifat yang sama. Dikenal sekitar 10 kelas flavonoid.

Flavonoid terutama berupa senyawa larut dalam air. Mereka dapat diekstrak dengan

etanol 70 % dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan eter

minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila

ditambah basa atau amonia. Falvonoid mengandung sistem aromatik yang

terkonjugasi, flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh tetapi

beberapa kelas labih tersebar dari pada yang lainnya. Dalam tumbuhan flavonoid

terdapat dalam bentuk campuran.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 4

Page 5: laporan organik 2

II. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :

Neraca analitik

Lumpang dan alu

Gelas kimia 100 mL;250 mL

Tabung reaksi diameter 1.5 cm

Hot plate

Termolin

Erlenmeyer 250 mL

Pengangas air

Pipet tetes

Bahan-bahan yang digunakan adalah :

Buah mengkudu

Lidah buaya

Daun pepaya

Tanaman Kaki kuda (pegagan)

Tanaman Mahkota dewa

Bunga tapak dara

Tanaman temu ireng

Lada hitam

Anhidrida asetat

Aquadest

NaOH 1%

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 5

Kloroform

Kloroform-amonia

larutan Brusin

Pereaksi Meyer

Perekasi Dragendorff

Kloroform-metanol

Etanol

H2SO4 pekat

HCl pekat

Bubuk Mg

Corong biasa

Kaca arloji 1 buah

Kertas saring

Chamber KLT

Batang pengaduk

Pisau

Plat tetes

Page 6: laporan organik 2

III.PROSEDUR KERJA

1. Identifikasi Alkaloid

Ekstraksi Alkaloid

Dua atau empat gram daun, buah atau kilit batang sampel dipotong-

potong menjadi potongan kecil dan digerus bersama-sama dengan kloroform (10

mL). Kemudian menambahkan kloroform-amonia (10 mL) mengaduk dan

menyaringnya ke dalam tabung reaksi. Ke dalam ekstrak kloroform-amonia

menambahkan ± 10 tetes larutan H2SO4 5%, mengocok dan membiarkan kedua

lapisan memisah. Mengambil lapisan air (ekstrak alkaloid total) dan menempatkan

pada 2 tabung reaksi.

Uji Alkaloid

Ke dalam salah satu ekstrak alkaloid dalam air, meneteskan 1-2 tetes

pereaksi Meyar. Apabila ekstrak tersebut mengandung alkaloid akan terjadi

endapan putih atau kuning muda. Ke dalam ekstrak lainnya, menambahkan

pereaksi Dragendorff, pengujian positif akan ditunjukkan dengan terjadinya

endapan jingga. Sebagai standar digunakan larutan brusin 0,05% dalam HCl 2 N.

endapan yang sangat.

Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alkaloid

Menyiapkan plat KLT aluminium silika gel ukuran 2 x 7 cm, pipa

kapiler, chamber KLT untuk pengembangan dan pelarut pengembang (pengelusi)

kloroform-metanol (8:2). Membuat garis horizontal sekitar ½ cm dari batas bawah

plat dan menandai dua titik pada garis tersebut. Mengambil ekstrak alkaloid dalam

kloroform dengan pipa kapiler dan menotolkannya pada plat KLT. Elusi plat KLT

yang telah mengandung pelarut kloroform-metanol (9:1) dan membiarkan sampai

posisi pelarut sampai batas teratas. Setelah selesai elusi, mengeluarkan plat KLT

dari dalam vchamber dan membiarkan beberapa saat sampai plat kering.

Menyemprot plat yang telah dikembangkan dengan pereaksi semprot Dragendorff

dan memanaskan hingga kering. Adanya alkaloid akan ditunjukkan oleh noda

pada plat yang berwarna jingga. Kemudian menentukan Rf masing-masing noda.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 6

Page 7: laporan organik 2

2.. Identifikasi triterpen, Steroid dan Saponin.

Ektraksi triterpen dan Steriod

Sekitar 5 gram buah, daun, kulit atau batang sampel, digerus dengan

mortar dan hasil gerusan dididihkan dalam labu erlenmeyer dengan etanol (25

mL, 15 menit) diatas penangas air. Menyaring larutan etanol panas ke dalam

cawan porselin dan menguapkan etanol hingga diperoleh ekstrak yang kering. Ke

dalam ekstrak kering menambahkan eter, mengaduk dan memisahkan ekstrak

yang larut dalam eter ke dalam tabung reaksi dan menempatkan ekstrak eter ke

dalam lubang-lubang plat tetes. Melakukan uji Liebermann-Burchart untuk

masing-masing ekstrak eter setelah kering.

Uji Liebermann-Burchard

Ke dalam ekstrak kering pada plat tetes, memasukkan beberapa tetes

anhidrida asetat dan mengaduk hingga merata. Meneteskan 1-2 tetes H2SO4 pekat

dan mengamati warna yang terbentuk. Sebagai standar triterpenoid digunakan biji

mahoni yang mengandung triterpenoid 0,05% (+++). Pembentukan warna ungu

terang, merah, atau merah muda yang kuat untuk triterpenoid dianggap (+++) dan

terbentuk warna biru atau biru kehijauan untuk steroid sebagai standar digunakan

kolesterol 1 mg (+++), pembentukan warna tersebut yang tidak begitu kuat

dianggap (++) dan warna yang lemah sebagai (+).

Uji Busa dengan Metode Siemes

Bagian yang tidak larut dalam eter dari pengerjaan bagian 2.1

dimasukkan ke dalam tabung dan menambahkan air 5 mL, mengocok kuat-kuat

dan membiarkan busa yang terbentuk. Sebagai standar digunakan daun lidah

buaya dengan korelasi tinggi busa relatif terhadap kadar saponin yaitu tinggi busa

3 cm sebagai (+++), antara 2-3 cm sebagai (++), tinggi busa sekitar 1-2 cm

sebagai (+) dan dinyatakan (-) bila tidak ada busa.

Analisis Kromatografi Lpis Tipis (KLT) Triterpen

Dalam percobaan ini digunakan ekstrak triterpen dalam diklorometan

yang telah disediakan. Menyiapkan plat KLT aluminiun silika gel ukuran 2 x 7

cm. Pipa kapiler chamber KLT untuk pengembangan dan pelarut pengembang

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 7

Page 8: laporan organik 2

(pengelusi) heksan-etil asetat (7:3). Membuat garis horizontal sekitar ½ cm dari

batas bawah plat dan menandai 2 titik pada garis tersebut. Mengambil ekstrak

triterpen dengan pipa kapiler dan menotolkan pada KLT (dengan sekecil mungkin

totolan). Melakukan hal yang sama untuk ekstra alkaloid di dalam chamber yang

telah mengandung pelarut heksan-etil asetat (7:3) dan membiarkan sampai posisi

pelarut pada batas teratas. Setelah selesai mengelusi, mengeluarkan plat KLT dari

dalam chamber dan membiarkan beberapa saat hingga plat kering.

Menyemprotkan plat yang telah dikembangkan dengan pereaksi semprot LB

disesuaikan (campuran H2SO4 pekat 1 mL, anhidrida asetat 20 mL dan kloroform

50 mL), dan setelah itu memanaskan sekitar 85o-95oC selama 15 menit. Adanya

triterpen akan ditunjukkan oleh noda pada plat yang berwarna ungu atau biru.

Menghitung Rf masing-masing noda.

3. Uji Flavonoid

Dengan pereaksi Shinoda

Sebanyak 0,5 gram serbuk sampel diekstrak dengan 5 mL etanol

panas selama 5 menit didalam tabung reaksi. Selanjutnya hasil ekstrak disaring

dan filtratnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat lalu menambahkan 0,2 gram

bubuk Mg. Bila timbul warna merah muda atau orange menandakan sampel

mengandung flavonoid.

Dengan NaOH 1%

Menambahkan 2 tetes NaOH 10% ke dalam ekstrak metanol yang

diperoleh dengan cara di atas. Adanya flavonoid perubahan warna kuning-merah.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 8

Page 9: laporan organik 2

IV. HASIL PENGAMATAN

No sampelKandungan senyawa bahan Alam

Alkaloid Triterpenoid Steroid Saponin flavonoid

1

2

3

4

5

6

7

8

mengkudu

Lidah buaya

Daun pepaya

Kaki kuda

Mahkota dewa

Daun tapak dara

Temu ireng

Lada hitam

(+++)

(+++)

(+++)

(++)

(-)

(+++)

(+)

(+++)

(+++)

(-)

(+)

(-)

(+)

(-)

(+)

(+)

(-)

(+++)

(+++)

(-)

(-)

(+++)

(-)

(-)

(+)(+)(+)

(+)

(-)

(-)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(++)

(++)

(-)

(-)

(+)

(+)

Keterangan ;

(+++) : Kandungan kuat

(++) : Kandungan sedang

(+) : Kandungan sedikit

(-) : Tidak mengandung

No SampelHarga Rf hasil KLT

Alkaloid Triterpen/ steroid

1

2

3

4

5

6

7

8

Buah mengkudu

Lidah buaya

Daun pepaya

Kaki kuda

Mahkota dewa

Daun tapak dara

Temu ireng

Lada hitam

0,96 cm

0,88 cm

0,57 cm

0,92 cm

-

0,22 cm

0,81 cm

0,85 cm

0,85 cm

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 9

Page 10: laporan organik 2

V. ANALISA DATA

1. Identifikasi Alkaloid

Ekstraksi Alkaloid

Bahan atau sampel yang di uji pada percobaan kali ini ialah buah mengkudu,

daun lidah buaya, daun pepaya, pegagan (kaki kuda), buah mahkota dewa, bung

tapak dara, temu ireng dan lada hitam.

Pada percobaan uji ekstrak alkaloid ini, masing-masing 4 ram sampel

dipotong-potong menjadikecil dan digerus hingga menghalus. Setelah itu,

menambahkan kloroform pada gerusan, kemudian ditambahkan lagi kloroform-

amoniak, mengaduknya dan menyaring ke dalam tabung reaksi. Setelah itu

ditambahkan 10 tetes larutan H2SO4 5% maka akanmenghasilkan 2 lapisan larutan,

dimana lapisan atas merupakan lapisan air dan lapisan bawah merupakan ekstrak

alkaloid. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa ini tidak dapat bercampur yang

disebabkan perbedaan kepolaran.

Uji Alkaloid

Pada saat melakukan uji alkaloid, ke dalam masing-masing tabung yang

berisi ekstrak alkaloid, diteteskan pereaksi Meyer sebanyak 2 tetes. Pereaksi Meyer

merupakan pereaksi/ reagent yang digunakan untukmenguji adanya alkaloid dalam

sampel (tanaman). Pereaksi Meyer merupakan campuran dari pengenceran 1,36 gram

HgCl2 dalam 60 mL aquadest dan 5 gram KI dalam 10 mL aquadest.

Untuk mengetahui adanya kandungan alkaloid pada sampel, maka pada saat

penambahan pereaksi Meyer akan terbentuk endapan putih atau kuning muda. Untuk

sampel buah mengkudu, lidah buaya, daun pepaya, bunga tapak dara dan lada hitam

memiliki kandungan alkaloid yang banyak. Hal ini terlihat adanya endapan putih saat

penambahan pereaksi Meyer. Sedangkan sampel tanaman kaki kuda hanya

mengandung alkaloid yang tidak terlalu banyak (sedang) dan sampel temu ireng

mengandung paling sedikit alkaloid.

Selain pereaksi Meyer, ada pereaksi lain untuk mendeteksi adanya alkaloid

pada tanaman yaitu pereaksi Dragendoff. Pereaksi ini diperoleh dengan cara

mencampurkan hasil pengenceran dari 8 gram KI dalam 10 mL aquadest dan 0,85

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 10

Page 11: laporan organik 2

gram Bismut subnitran [BiNO3(OH)2BiO(OH)] dalam 10 mL asam asetat glasial,

kemudian campuran ini diencerkan dengan aquadets hingga volume total 100 mL.

Penambahan perekasi dragendorff pada sampel bila menghasilkan endapan

berwarna jingga, itu berarti sampel mengandung alkaloid. Endapan ini terlihat sangat

banyak pada tanaman (sampel) buah mengkudu, lidah buaya,daun pepaya, bunga

tapak dara dan pada lada hitam. Pada tanaman kaki kuda, endapan jingganya tidak

terlalu banyak (sedang), sedangkan pada temu ireng hanya ditemukan sedikit

endapan. Pada percobaan uji alkaloid ini, hanya sampel mahkota dewa saja yang

tidak ada kandungan alkaloidnya. Hal itu terbukti saat menambahkan pereaksi

Dragendorff dan pereaksi Meyer, pada sampeltidak terbentuk endapan putih maupun

endapan jingga.

Alkaloid sesungguhnya diturunkan secara biosintesis dari asam amino dan

biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Adanya senyawa ini

didalam tanaman berperan sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan

dan pengatur kerja hormon.

Secara kimia, alkaloid sangat heterogen dan banyak jenisnya sehingga agak sukar

untuk mengidentifikasinya dari satu tumbuhan batu tanpa mengetahui kira-kira jenis

alkaloid yang dikandungnya.

Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alkaloid

Kromatografi lapis tipis atau KLT merupakan kromatografi serapan, tetapi

dapat juga merupakan kromatografi partisi karena bahan penyerap dilapisi air dari

udara. Metode penampakan bercak terhadap alkaloid dilakukan dengan pereaksi

pengendapan maupun pereaksi warna. Pereaksi pengendapan didasarkan pada

kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang mempunyai berat atom

tinggi, seperti merkiri, bismut, tungsten dan iod. Pereaksi Meyer mengandung

Kalium Iodida dan merkuri klorida, sedangkan pereaksi Dragendorff mengandung

bismut nitrat dan merkuri klorida dalam asam nitrat berair.

Pereaksi dragendorff merupakan pereaksi bercak atau noda yang paling

sering digunakan. Sebagian besar alkaloid yang mengandung nitrogen tersier dan

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 11

Page 12: laporan organik 2

kuartener bereaksi dengan pereaksi Dragendorff yang memberikan warna jingga.

Sensitifitas deteksi dgan pereaksi Dragendorff pada KLT adalah 0,5-3 µg.

Pada percobaan kromatografi lapis tipis ini, yang bersifat sebagai fase diam

adalah aluminium silika gel pada plat KLT dan fase geraknya adalah kloroform-

metanol. Proses percobaan KLT ini pertama-tama mengambil ekstrak alkaloid dalam

kloroform dengan menggunakan pipa kapiler kemudian menotolkannya pada plat

KLT dan langsung memasukkannya ke dalam chamber. Pada chamber (bejana

pengembang) tersebut diberi kertas saring pada sisi dinding bejana dan fase gerak

(kloroform-metanol) sampai kedalaman 0,5 cm supaya kedapat-ulanganya baik, jarak

antara permukaan fase gerak dan garis batas harus sama (1-2 cm). Harga Rf sering

tidak sama karena perbedaan kejenuhan.

Setelah dielusi, plat KLT dikeluarkan dari chamber dan membiarkan

beberapa saat hingga plat kering. Setelah plat kering, maka disemprotkan pereaksi

Dragendorff pada plat tersebut. Pereaksi Dragendorff memberikan warna cokelat

atau orange dengan alkaloid. Pada KLT, warna itu akan segera muncul selama

penyemprotan dan warna tidak stabil. Adanya alkaloid akan ditunjukkan dengan

adanya bercak atau noda yang berwarna orange.

Bilangan Rf merupakan jarak yang ditempuh senyawa pada kromatografi,

nisbi terhadap garis depan. Bilangan Rf diperoleh dengan mengukur jarak antara titik

awal dan pusat bercak yang dihasilkan senyawa,dan jarak ini kemudian dibagi jarak

antara titik awal dan garis depan (yaitu jarak yang ditempuh cairan pengembang).

Pada percobaan menggunakan KLT, diperoleh harga Rf dari masing-masing sampel,

sebagai berikut :

1. Buah mengkudu

Rf = = = 0,96

2. Lidah Buaya

Rf = = = 0,89

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 12

Jn Jp

6,3 6,5

Jn Jp

5,8 6,5

Page 13: laporan organik 2

3. Tapak Dara

Rf = = = 0,22

4. Daun Pepaya

Rf = = = 0,57

5. Pegagan

Rf = = = 0,92

6. Lada Hitam

Rf = = = 0,85

7. Temu Ireng

Rf = = = 0,81

Keterangan :

Rf : Factor Retensi yaitu derajat retensi pada kromatografi lempeng.

Jn : Jarak noda / jarak yang ditempuh senyawa terlarut

Jp : Jarak Pelarut

2. Identifikasi triterpen, Steroid dan Saponin

Ekstraksi triterpen dan Steroid

Antara triterpen dan steroid terdapat kesamaan yaitu system umum titian.

Adanya triterpen dalam tanaman ditunjukkan dengan adanya warna ungu terang,

merah dan merah muda yang kuat. Sedangkan untuk steroid ditunjukkan dengan

adanya warna biru atau biru kehijauan.

Dari berbagai macam perlakuan pada sample tanaman ekstraksi ini

dilakukan untuk mengambil senyawa yang diinginkan dari sample. Adapun

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 13

Jn Jp

3 3,5

Jn Jp

3,7 6,5

Jn Jp

6 6,5

Jn Jp

5,5 Jp

Jn Jp

5,36,5

Page 14: laporan organik 2

penggunaan pelarut etanol dan dilakukan pendidihan ini dimaksudkan untuk

mempercepat proses ekstraksi dan penyaringan dilakukan untuk memisahkan ekstrak

tanaman tersebut dari bagian padatnya.

Proses penguapan dapat membantu agar pelarut etanol menguap sehingga

terpisah dan tidak teridentifikasi pada pengujian senyawa.

Uji Liebermann-Burchart

Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan triterpen dan

steroid pada tanaman yang akan diujikan . Triterpen dan steroid merupakan salah

satu pembentukkan jaringan dalam biosintesisnya sama – sama berasal dari koenzim

asetil yang melalui banyak tahapan akan terbentuk triterpen dan steroid. Jalur

biosintetik itu ialah sebagai berikut :

O H3C CH2CO2H D3CH3CSCoA banyak tahapan C - H2O CH2 - CO2

CH2OHAsetil Koenzim A

Asam mevalonat

CH2OH

CH2OH

geranol

Tarnesol

Limomena Ke terpena & steroid yang lebih tinggi

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 14

Alkohol isopentenil

CH2OH + CH2OH

CH2OH

Page 15: laporan organik 2

Adanya warna yang nampak pada triterpena yaitu warna ungu terang,

merah atau merah muda kuat dan steroid yaitu warna biru, karena adanya rantai

jenuh sehingga ketika ditambahkan larutan atau pereaksi Liebermann – Burchard

menghasilkan warna tertentu.

Sampel yang mengandung triterpen ialah buah mengkudu ( kandungan triterpennya

kuat yaitu menghasilkan warna merah), daun papaya, mahkota dewa, temu ireng dan

lada hitam mengandung sedikit triterpenoid. Triterpen tersusun atas isoprene “ kepala

dan ekor “ dimana pada bagian ujung terdapat cabang metil.

Rumus umum terpenoid :

Triterpen terbentuk dari 6 satuan isoprene yang rumusnya

CH3

CH2 = C-CH=CH2

Senyawa triterpen banyak diantaranya terdapat sebagai glikosida,ester dari

asam organic dan terdapat / terikat pada protein. Komposisi senyawa ini merupakan

kelipatan satuan lima atom karbon dan mempunyai kerangka isopentil. Triterpen

larut dalam lemak dan terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan. Keisomeran

merupakan hal yang umum pada triterpen dan pasangan isomer dapat terisolasi dari

tumbuhan. Kebanyakan senyawa terpen merupakan senyawa alisiklik, cincin

sikloheksan biasanya terpilin dalam bentuk kursi. Maka umumnya terdapat isomer

geometric yang berbeda tergantung pada cincinnya.

Steroid adalah senyawa yang mempunyai kerangka dasar karbon yang mengandung

system cincin terdiri dari 4 buah cincin dari 14 atom karbon. Termasuk gabungan ini

adalah steroid, sapogenin dan hormone. Struktur senyawa ini pada dasarnya

mempunyai cincin siklohidrofenantren.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 15

CH2OH

Page 16: laporan organik 2

Dari percobaan yang dilakukan ternyata lidah buaya, daun papaya dan daun

tapak dara mengandung steroid. Hal ini dibuktikan dengan adanya warna biru

kehijauan pada larutan ketika ditambahkan pereaksi Liebermann – Burchard.

Uji Busa Dengan Metode Siemes

Uji busa dengan metode Simes ini dilakukan untuk mengetahui adanya

kandungan saponin pada sample (tanaman). Terbentuknya busa putih disebabkan

saponin adalah kelompok glikosida dengan 1 triterpenoid. SSAponin mirip dengan

sabun yang relative satbil jika dikocok saponin akan mudah tersuspensi dalam air

dan membentuk misel.

Rumus umum saponin ialah :

CH3

O

Gula

Berdasarkan sifat senyawa saponin yang melalui hidrolisis alkalis akan

menghasilkan sabun dan berlawanan dengan sifat senyawa triterpen dan steroid

maka lidah buaya, temu ireng, dan daun pegagan mengandung saponin sedangkan

pada mengkudu, lada hitam daun papaya dan daun tapak dara tidak mengandung

saponin karena dari pengujian menghasilkan pengujian negative.

Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Triterpen

Dalam percobaan KLT ini, yang berperan sebagai fase diam adalah plat KLT

aluminium silica gel ukuran 2 x 7 cm, dan fase geraknya ialah heksan – etil asetat.

Pada uji KLT triterpen ini ternyata dapat dilihat bahwa daun papaya mengandung

triterpen hal ini terlihat dengan adanya noda biru pada plat KLT.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 16

Page 17: laporan organik 2

Harga Rf dari daun pepaya adalah

Rf = = = 0,85

Sedangkan pada lidah buaya, tidak terdapat triterpen karena tidak terlihat

noda biru. Analisis ini hanya untuk senyawa yang mengandung triterpen.

Uji Flavonoid

Flavonoid mengandung C15 terdiri dari 2 inti fenolat yang dihubungkan

oleh tigasatuan karbon. Gambar kerangka dasar flavonoid :

C C C C

Flavonoid mengandung system aromatic yang terkonjugasi yang

terdapat pada tumbuhan dalam bentuk kombinasi glikosida dan flavonoid terdapat

pada tumbuhan berpembuluh.

Dengan pereaksi Shinoda

Adanya flavonoid dalam jaringan tumbuhan dinyatakan dengan adanya warna

larutan yang berubah menjadi merah, merah muda atau orange. Warna ini merupakan

warna yang diserap oleh tumbuhan dan dipancarkan ketika ada pelarut tertentu yang

ditambahkan. Flavonoid dalam tumbuhan berfungsi sebagai pembentuk jaringan

tumbuhan.

Dalam percobaan ini sample tumbuhan / tanaman dihaluskan dan diekstrak

dengan etanol panas selama 5 menit, kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan

larutan HCI pekat yang akan memberikan suasana asam pada filtrate. Serbuk Mg

ditambahkan sebagai indicator warna pada larutan. Dari ke 8 sampel, ternyata daun

papaya, pegagan, temu ireng dan lada hitam yang mengandung flavonoid. Terbukti

dengan adanya warna merah kekuningan pada larutan saat ditambahkan serbuk Mg.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 17

JnJp

5,56,5

Page 18: laporan organik 2

Dengan NaOH 10%

Pada percobaan ini, ekstrak etanol yang telah diperoleh ditambahkan dengan

larutan NaOH, ternyata daun papaya, pegagan, temu ireng dan lada hitam yang

merupakan sample yang mengandung flavonoid. Hal ini terlihat adanya warna

orange pada larutan.

Flavonoid berupa senyawa fenol oleh karena itu warnanya berubah menjadi

orange ketika ditambahkan NaOH (basa).

VI. KESIMPULAN

1.Tanaman yang mengandung alkaloid antara lain :

Buah Mengkudu

Daun tapak dara

Lidah buaya

Kaki kuda

Daun pepaya

Lada hitam

Temu ireng

2.Alkaloid dapat diidentifikasi dengan cara antara lain :

Uji dengan pereaksi Meyer

Uji dengan pereaksi Dragendorf

Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alkaloid

3.Tanaman yang mengandung Steroid antara lain :

Daun tapak dara

Kaki kuda

Lidah buaya

4.Tanaman yang mengandung Triterpen antara lain :

Mahkota dewa

Buah mengkudu

Daun pepaya

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 18

Page 19: laporan organik 2

Lada hitam

Temu ireng

5.Steroid dan Triterpen pada tanaman dapat diidentifikasi antara lain:

Uji Liebermann – Burchart

Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

6. Tanaman yang mengandung saponin antara lain :

Daun tapak dara

Mahkota dewa

Lidah buaya

Buah mengkudu

7.Saponin pada tanaman dapat diidentifikasi antara lain :

Uji Busa dengan metode Siemes

8.Tanaman yang mengandung Flavonoid antara lain :

Kaki kuda

Daun pepaya

Lada hitam

Temu ireng

9.Flavonoid pada tanaman dapat diidentifikasi antara lain :

Dengan pereaksi Shinoda

Dengan NaOH 10 %

Dengan keterangan hasil pada masing – masing pengujian adalah sebagai berikut :

endapan yang sangat banyak dapat dinyatakan sebagai (+++)

endapan sedang (++)

endapan sedikit (+)

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 19

Page 20: laporan organik 2

PERCOBAAN II

Judul : Pemisahan dan Hidrolisis Piperin dari Lada Hitam.

Tujuan : Dapat memisahkan dan menghidrolisis senyawa piperin dari lada

hitam.

Hari / Tanggal : Rabu, 29 Maret 2006

Tempat : Laboratorium Kimia, FKIP UNLAM Banjarmasin

I. TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan lada (Piper ningrum L) termasuk tumbuhan semak atau perdu dan

sering kali memanjat dengan akar-akar pelekat. Tumbuhan lada ini dikenal dengan

beberapa nama antara lain piper, lada, merica, dan sakang. Dari perlakuan

terhadap buah lada dapat diperoleh lada hitam atau lada putih. Lada hitam di

peroleh dari buah lada yang belum masak, dikeringkan bersama kulitnya hingga

kulitnya berkeriput dan berwarna hitam .Lada putih berasal dari buah yang masak

dan kulitnya sudah dihilangkan dan dikeringkan sehingga warnanya putih

(Anwar,dkk.1994).

Berdasarkan sistem klasifikasi dari Cronquist dalam Pasuki (1994), klasifikasi

tanaman lada adalah sebagai berikut:

Divisi : Magndrophyta.

Kelas : Magnolipisida.

Anak Kelas : Magnolidae.

Bangsa : Piperales.

Suku : Piperaceae.

Marga : Piper.

Spesies : Piper Ningrum L.

Piperin (1–piperilpiperidin ) C17H19O3N merupakan alkaloid dengan inti piperidin.

Piperin berbentuk kristal berwarna kuning dengan titik leleh 127-129,50C,

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 20

Page 21: laporan organik 2

merupakan basa yang tidak optis aktif, dapat larut dalam alkohol, benzena, eter,

dan sedikit larut dalam air (Anwar,dkk.1994).

Piperin terdapat dalam beberapa spesies piper dan dapat dipisahkan baik dari lada

hitam maupun lada putih perdagangan piperin juga dapat ditemukan pada cabe

jawa. Kandungan piperin biasanya berkisar antara 5-92% (Anwar,dkk.1994).

Struktur piperin adalah sebagai berikut :

Piperin dapat mengalami fotoisomerisasi oleh sinar membentuk isomer

isochavisin (trans-cis), isopiperin (cis-trans), chavisin (cis-cis) dan piperin (trans-

trans) (Anwar,dkk.1994).

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 21

O

O

H

H

H

O N

Isochavisin

O

O

H

H

H

H

O N

Isopiperin

O

H

H

O

H

H N

Chavisin

O

H

HH

O

H N

O

Piperin

N

CO CH

CH CH

HC

O CH2

O

Page 22: laporan organik 2

Piperin merupakan amida (R-CONH2). Reaksi hidrolisis amida dapat

dilakukan baik dalam suasana asam maupun basa. Dalam kedua kondisi ini, asam

dan basa berfungsi sebagai pereaksi dan bukan sebagai katalis. Dalam suasana asam,

terjadi penyerangan air terhadap amida sedangkan dalam suasana basa terjadi

penyerangan ion hidroksil terhadap atom karbon karbonil amida (Anwar,dkk.1994).

Reaksi hidrolisis amida dalam suasana basa dapat digambarkan sebagai

berikut:

+ -OH R – C – OH + NH3

Reaksi dalam suasana asam dapat digambarkan sebagai berikut:

+ H+ + H2O R- C – +OH2

+ NH4+

Hidrolisis piperin dapat dilakukan dengan menggunakan larutan 10% KOH-Etanol

menjadi asam piperat. Reaksi hidrolisis piperin dapat digambarkan sebagai berikut

(Anwar,dkk.1994):

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 22

O-

O-

R - CO

NH2

R - C

+OH

NH2 NH2

OH

R - CO

O-

N

CO CH

CH CH

HC

O CH2

O

NH2

R - CO R - C

O

NH2

Page 23: laporan organik 2

Oksidasi asam piperat dengan memutuskan ikatan rangkap di dekat cincin akan menghasilkan senyawa piperonal yang merupakan bahan dasar pembuatan parfum (Anwar,dkk.1994).

+ +

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 23

KOH

CH3OH

Piperin

N

H

Piperidin

+

Asam Piperat

HOOC CH

CH CH

HC

O CH2

O

KMnO4

COOH

COOH

Asam Oksalat Asam PiperonilatPiperonal

HOOC CH

CH CH

HC

O CH2

O

H2CCHO

O

OH2C

COOH

O

O

Page 24: laporan organik 2

II. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang di gunakan antara lain :

Rangkaian Alat refluks

Gelas Ukur (100 mL dan 10 mL)

Gelas Kimia (250 mL)

Corong Biasa (kecil dan besar)

Kertas Saring Biasa

Corong Buchner

Rotary Evaporator

Pipet Tetes

Pengaduk Magnet (kecil)

Neraca Analitik

Kaca Arloji

Hot Plate

Cawan Penguap

Alat Ekstraksi Sokhlet

Sendok (plastik)

Penangas Minyak ( )

Spatula (kaca)

Benang ketapi (secukupnya)

Bahan-bahan yang di gunakan antara lain:

Serbuk lada hitam 80 gram

KOH etanol 10% (50 mL)

Etanol 95% (teknis, secukupnya)

Air Panas (10 mL)

HCl 6 M (6 mL)

Batu Didih (6 Butir)

Vaselin (secukupnya)

Arang Aktif (0,1 gram)

Minyak Goreng ( )

Etanol Absolut (250 mL)

Kapas(2Buah)

III. Cara Kerja

A. Pemisahan Piperin Dari Lada Hitam

1. Membersihkan lada hitam perdagangan dari kotoran dan mengeringkan

kemudian melakukan penggilingan sampai menjadi serbuk lada.

2. Membungkus 80 gram serbuk lada dengan kertas saring dan memasukkan ke

dalam alat sokhlet.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 24

Page 25: laporan organik 2

3. Melakukan ekstraksi selama 5 jam dengan menggunakan pelarut etanol

absolut.

4. Menyaring ekstraktan dan melakukan evaporasi untuk memisahkan pelarut

etanol.

5. Memasukkan 30 mL larutan 10% KOH-etanol ke dalam residu dan

melakukan penyaringan.

6. Mendiamkan larutan basa etanol 1 malam kemudian memisahkan kristal yang

terbentuk dari larutannya.

7. Melakukan rekristalisasi dengan pelarut etanol 95% teknis.

8. Menimbang kristal yang dihasilkan.

A. Hidrolisis Piperin

1. Melakukan refluks 1 gram piperin dan 20 ml larutan 10% KOH-Etanol

selama 3 jam.

2. Melakukan penguapan Etanol, mensuspensikan residu dengan air panas dan

menetralkan dengan HCl 6 M.

3. Menyaring larutan dengan penyaring buchner kemudian mencuci padatan

dengan air dingin.

4. Mengrekristalisasi padatan dengan pelarut etanol sampai mendapatkan titik

leleh yang konstan.

IV. HASIL PENGAMATAN

A. Pemisahan Piperin dari Lada Hitam

PERLAKUAN HASIL PENGAMATANMemasukkan serbuk lada hitam ke dalam

kertas saring yang dibulatkan kemudian

Serbuk lada hitam yang digunakan

sebanyak 80 gram.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 25

Page 26: laporan organik 2

memasukkan ke dalam sokhlet.

Melakukan proses ekstraksi menggunakan

sokhlet dengan penangas minyak.

Siklus terbentuknya larutan hijau

kekuningan adalah siklus:

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

Larutan lada hitam berwarna hijau

kekuningan.

23 menit

37 menit

45 menit

53 menit

59 menit

65 menit

72 menit

79 menit

85 menit

93 menit

99 menit

106 menit

112 menit

119 menit

126 menit

132 menit

137 menit

146 menit

153 menit

166 menit

173 menit

180 menit

186 menit

192 menit

198 menit

203 menit

211 menit

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 26

Page 27: laporan organik 2

27

28

29

30

31

32

33

Melakukan evaporasi

Larutan lada hitam + 30 mL KOH-Etanol

10% kemudian Menyaringnya

Mendiamkan selama 1 malam kemudian

menyaring larutan.

Kristal + 30 mL etanol.

Memanaskan.

Menyaring dengan corong Buchner +

Labu penghisap.

Mendinginkan larutan dengan es batu.

Mendiamkan selama 1 malam dalam

lemari es.

Menimbang

217 menit

224 menit

229 menit

236 menit

242 menit

249 menit

262 menit

Diperoleh pelarut etanol bening dan larutan lada hitam berwarna hijau lumut.

Larutan coklat kehitaman dan Filtrat

berwarna cokelat dan terdapat endapan

setelah disaring.

Ada endapan cokelat berbentuk kristal jarum bening.

Kristal melarut.

Sebagian pelarut menguap.

Larutannya berwarna lebih bening dari

sebelumnya.

Mulai terbentuk sedikit endapan dalam

larutan.

Terbentuk kristal kuning kecoklatan

berbentuk jarum.

Massa kristal: 1,273 gram.

B. Hidrolisis Piperin

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN1 gram piperin + 20 mL larutan 10%

KOH-etanol

Merefluks selama 3 jam dengan alat

refluks + batu didih + batang magnetik

Warna larutan hijau kekuning-kuningan

Menghasilkan larutan + residu berwarna

hijau muda. Larutannya menjadi

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 27

Page 28: laporan organik 2

Melakukan evaporasi.

Memanaskan

Menetralkan dengan HCl 6 M.

Menyaring dengan corong Buchner

Mencuci padatan kemudian

mengrekistalisasi dengan pelarut etanol,

mengeringkan dan menimbang padatan.

homogen.

Etanol terpisah dari larutan awal. pH

residu yang terpisah dari etanol adalah

14.

pH = 13

1 tetes pH = 13

2 tetes pH = 13

4 tetes pH = 13

6 tetes pH = 13

10 tetes pH = 13

15 tetes pH = 13

20 tetes pH = 13

25 tetes pH = 13

30 tetes pH = 13

35 tetes pH = 4

Padatan yang dihasilkan berwarna

kuning muda.

Massa kristal : 1,04 gram.

V. ANALISIS DATA

A. Pemisahan Piperin dari Lada Hitam

Pada percobaan ini, lada hitam yang sudah berbentuk serbuk sebanyak 80 gram

dimasukkan ke dalam kertas saring yang dibulatkan / dibentuk sedemikian rupa

agar dapat masuk ke dalam alat ekstraksi sokhlet. Serbuk ini dimasukkan ke

dalam kertas saring dan diikat dengan benang agar serbuk tidak pecah/keluar dari

kertas saring pada saat proses ekstraksi berlangsung.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 28

Page 29: laporan organik 2

Setelah itu, memasukkan kertas saring yang berisi serbuk lada hitam ke dalam alat

sokhlet (adaptor) kemudian memasukkan 250 mL etanol absolut ke dalam labu

bundar (labu penguapan) dan merangkai alat sokhlet tersebut serta melakukan

proses ekstraksi selama 4 jam 22 menit. Pada proses ekstraksi ini menggunakan

pelarut etanol karena sampel piperin dapat larut dalam pelarut ini selain eter dan

benzena. Juga menggunakan penangas minyak karena suhu yang diperlukan untuk

mendapatkan piperin cukup tinggi (lebih dari 1000C). Dalam percobaan / proses

ekstraksi ini juga digunakan batu didih yang digunakan untuk menjaga tekanan

dan suhu larutan supaya tetap stabil dan tidak terjadi letupan selama proses ini

berlangsung.

Proses yang terjadi selama berada dalam sokhlet adalah pelarut etanol yang berada

dalam labu didih tersebut mengalami pemanasan kemudian didinginkan

menggunakan kondensor yang berupa pendingin bola yang menyebabkan aliran

uap lebih turbulen sehingga efek pendinginan semakin baik. Uap tadi kemudian

mengembun dan bila volumenya mencukupi, pelarut etanol yang telah membawa

solut akan keluar melalui pipa kecil ke dalam labu. Proses ini berlangsung secara

terus menerus/kontinu (Anwar,dkk.1994).

Dalam proses pada alat sokhlet ini mengalami 33 siklus yang kontinu dan

menghasilkan larutan lada hitam atau ekstraktan yang berwarna hijau kekuningan.

Setelah itu, ekstraktan tadi melalui proses evaporasi yang bertujuan untuk

memisahkan pelarut etanol dari zat terlarut (ekstraktan dari lada hitam) yang

berwarna hijau lumut. Pada proses ini dihasilkan pelarut etanol kembali yang

bening.

Larutan lada hitam (ekstraktan) ditambahkan dengan 30 mL larutan KOH-Etanol

10% menghasilkan larutan yang berwarna cokelat kehitaman. Dengan

penambahan ini maka piperin yang dihasilkan terhidrolisis menjadi asam piperat

meskipun larutan ekstraktan tadi belum murni piprin karena masih mengandung

zat pengotor.

Setelah itu, menyaring menggunakan kertas saring menghasilkan filtrat yang

berwarna cokelat dan endapan (sedikit) berwarna hijau kekuningan namun masih

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 29

Page 30: laporan organik 2

belum murni. Kemudian mendiamkan kembali selama 1 malam ternyata endapan

yang dihasilkan berwarna cokelat dan berbentuk kristal jarum bening. Hal ini

membuktikan bahwa pengendapan telah sempurna.

Kristal yang telah berhasil diperoleh tadi direkristalisasi untuk mendapatkan

kristal yang lebih murni. Pemurnian padatan/kristal dengan rekristalisasi ini

didasarkan pada perbedaan dalam kelarutannya dalam pelarut tertentu atau

campuran tertentu. Rekristalisasi ini dilakukan menggunakan pelarut etanol,

ternyata kristal yang dihasilkan tadi melarut dalam etanol kemudian memanaskan

larutan menggunakan cawan penguap sehingga sebagian pelarut menguap. Setelah

itu, menyaring larutan panas dari partikel bahan tak terlarut menggunakan corong

buchner maka larutannya berwarna lebih bening dari sebelumnya. Hal ini

dilakukan karena kristal yang dihasilkan sangat halus.

Mendinginkan larutan dengan mendiamkannya di dalam es batu ternyata mulai

terbentuk sedikit endapan dalam larutan dan setelah mendiamkan selama 1 malam

dalam lemari es terbentuk kristal berwarna kuning kecoklatan berbentuk jarum

yang dinamakan piperin sebanyak 1,273 gram.

Didalam proses rekristalisasi ini, juga menggunakan karbon aktif sebanyak 0,1

gram. Hal ini dikarenakan hasil suatu reaksi organik dapat mengandung pengotor

berwarna yang dapat dillihat dari warna larutan tempat kristal tersebut melarut.

Pada rekristalisasi ini, pengotor ini bisa larut dalam pelarut mendidih dan sebagian

di serap oleh kristal dan sebagian yang lain memisah pada pendinginan. Pengotor

ini dapat dipisahkan dengan mendidihkan zat dalam larutan dan sedikit arang

aktif. Arang aktif menyerap zat pengotor berwarna dan filtrat biasanya bebas dan

oleh sebab itu terjadi kristal murni. Hal ini dapat dilihat dari warna larutan yang

agak bening dibandingkan sebelumnya setelah proses pelarutan dengan etanol dan

arang aktif melalui pemanasan.

Berdasarkan hasil percobaan, kristal yang diperoleh dari 80 gram lada hitam

adalah 1,273 gram kristal piperin atau 1,59 %. Hal ini tidak sesuai dengan teori

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 30

Page 31: laporan organik 2

yang menyatakan bahwa piperin yang terkandung dalam lada hitan sebanyak 5-92

%.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya waktu yang digunakan selama proses ekstraksi

menggunakan sokhlet selama 4 jam 22 menit yang seharusnya adalah 5 jam

sehingga pemisahan piperin belum benar-benar sempurna sehingga ekstrak

piperin yang diperoleh masih sedikit.

Berdasarkan hasil persentasi diatas maka percobaan ini dapat dikatakan kurang

berhasil, namun piperin yang dihasilkan sebanyak 1,273 gram tersebut sudah

mencukupi untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu proses hidrolisis.

B. Hidrolisis Piperin

Pada percobaan ini dilakukan proses hidrolisis terhadap senyawa piperin yang

dihasilkan pada percobaan sebelumnya. Pada percobaan sebelumnya dihasilkan

senyawa piperin sebanyak 1,273 gram kemudian diambil sebanyak 1 gram untuk

dihidrolisis.

Pada proses hidrolisis piperin ini, piperin direaksikan dengan larutan KOH-Etanol

10% sebanyak 20 mL menghasilkan larutan berwarna. Hal ini merupakan proses

hidrolisis piperin dalam suasana basa.

Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 31

N

CO CH

CH CH

HC

O CH2

O

KOH

CH3OH

Piperin

Page 32: laporan organik 2

+

+

Seperti pada reaksi diatas hidrolisis piperin menghasilkan senyawa piperidin dan

asam piperat yang merupakan asam karboksilat. Reaksi hidrolisis ini berlangsung

lebih sempurna setelah melalui proses pengrefluksan dengan pemanasan selama 3

jam.

Adapun tahapan reaksi lengkapnya adalah sebagai berikut:

HO- +

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 32

N

H

Piperidin

C

ON CH

N HC

HC

CHON

ON

CH2

HOOC CH

CH CH

HC

O CH2

O

Asam Piperat

Page 33: laporan organik 2

+

Dari tahapan-tahapan reaksi ini terlihat bahwa dalam suasana basa terjadi

penyerangan ion hidroksil (OH-) terhadap atom karbon karbonil amida dan dalam

kondisi ini, basa berfungsi sebagai pereaksi atau reaktan dan bukan sebagai

katalis.

Dalam proses pengrefluksan ini digunakan juga batu didih dan pengaduk

magnetik. Batu didih berfungsi untuk menjaga suhu dan tekanan dalam ruang

alat refluks agar tetap konstan / stabil sehingga tidak terjadi letupan-letupan pada

saat reaksi berlangsung. Sedangkan pengaduk magnetik berfungsi untuk

mengaduk larutan agar kedua pereaksi dapat bertumbukan lebih cepat sehingga

reaksi hidrolisis piperin ini dapat berlangsung lebih cepat dan sempurna.

Proses pengrefluksan ini bertujuan agar senyawa yang stabil tidak keluar dari

sistem dan pereaksinya dapat bereaksi secara sempurna.

Setelah pengrefluksan selama 3 jam, melakukan penguapan menggunakan

evaporasi sehingga pelarut etanol terpisah dari larutannya kemudian

mensuspensikan residu dengan air panas. Hal ini dilakukan untuk mencuci residu

(hidrolisat) dan menghilangkan partikel-partikel zat lain yang masih terdapat

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 33

C

ON CH

N HC

HC

CHON

ON

CH2

HO-

C

ON CH

HC

HC

CHON

ON

CH2

N

H

PiperidinAsam Piperat

-O

Page 34: laporan organik 2

didalamnya. Setelah itu, menetralkannya dengan larutan HCl 6 M karena

hidrolisis ini berlangsung dalam keadaan basa. Jadi, harus dinetralkan. pH residu

yang terpisah dari etanol adalah 14. Ini menunjukkan bahwa zat tersebut bersifat

basa kuat yang merupakan piperidin. Sebelum menetralkan tersebut dilakukan

pemanasan terlebih dahulu menghasilkan pH larutan sebesar 13 kemudian

penetralan dengan HCl tetes demi tetes. Pada tetesan 1 sampai tetesan ke 30 pH

larutan tetap 13, namun pada saat 35 tetes HCl 6 M yang ditambahkan pH larutan

langsung turun menjadi 4. Pada percobaan ini menghasilkan larutan residu yang

bersifat asam bukan netral. Hal ini dikarenakan tetesan yang dilakukan terlalu

banyak sehingga terjadi lonjakan pH yang drastis, seharusnya praktikan lebih hati-

hati lagi dalam menambahkan larutan HCl 6 M dan sedikit demi sedikit.

Meskipun larutan dan residu yang dihasilkan dalam suasana asam tetap dilakukan

proses penyaringan padatan menggunakan corong buchner menghasilkan padatan

berwarna kuning muda. Penyaringan ini mengunakan corong buchner karena

butiran padatan yang dihasilkan sangat halus.

Setelah proses penyaringan, maka padatan yang dihasilkan seharusnya dicuci

kemudian direkristalisasi lagi menggunakan pelarut etanol, namun pada percobaan

kali ini hal tersebut tidak dilakukan sehingga kristal padatan yang dihasilkan

masih bercampur dengan pengotornya. Hal ini terlihat dari massa kristal yang

dihasilkan sebesar 1,04 gram, lebih besar dari 1 gram piperidin yang merupakan

bahan awalnya sehingga persentase piperidin yang dihasilkan sebesar 104%. Hasil

presentase ini lebih dari 100% seingga percobaan ini dapat dikatakan kurang

berhasil karena tidak mungkin persentase kristal lebih dari 100%. Hal ini

dikarenakan belum murninya padatan yang dihasilkan dan masih belum kering

(agak basah).

VI. KESIMPULAN

1. Pada percobaan pemisahan piperin dari lada hitam menghasilkan kristal

berbentuk jarum yang berwarna kuning merupakan senyawa piperin dan

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 34

Page 35: laporan organik 2

hidrolisis piperin menghasilkan padatan asam piperat berwarna kuning muda.

2. Proses hidrolisis piperin dilakukan dalam suasana basa dimana OH- bertindak

sebagai pereaksi yang menyerang atom karbon karbonil amida.

3. Berdasarkan hasil percobaan dari pemisahan piperin dari lada hitam diperoleh

piperin sebanyak 1,273 gram dan persentasenya sebesar 1,59% dan pada

reaksi hidrolisis piperin diperoleh kristal sebanyak 1,04 gram dan

persentasenya sebesar 104%.

4. Persentase piperin yang diperoleh masih terlalu sedikit dibandingkan dengan

yang seharusnya karena waktu ekstraksi yang dilakukan dalam sokhlet masih

kurang dari 5 jam sehingga pemisahan belum begitu sempurna.

5. Asam piperat yang dihasilkan dari hidrolisis piperin mempunyai persentase

lebih dari 100% karena kristal yang ditimbang masih belum begitu kering.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 35

Page 36: laporan organik 2

VIII. LAMPIRAN

A. LAMPIRAN PERHITUNGAN

Perhitungan persentase piperin yang dihasilkan dari ekstraksi lada hitam adalah

sebagai berikut:

% Piperin

=

= 1,59 %

Perhitungan persentase padatan (kristal) piperidin yang dihasilkan adalah sebagai

berikut:

% Piperidin

=

= 104 %

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II 36

Page 37: laporan organik 2

PERCOBAAN III

Judul : Isolasi Trimiristin dan Penyabunan Trimiristin menjadi Asam Miristat

Tujuan : 1. Mengisolasi trimiristin dari biji pala dengan metode ekstraksi kontinu

2. Melakukan reaksi penyabunan dan hidrolisis trimiristin untuk mendapatkan asam miristat

Hari / Tanggal : Rabu, 12 April 2006

Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

II. I. TINJAUAN PUSTAKA

Pala (Myrictica fragrans) termasuk family Myristicaceae yang merupakan

salah satu dari sekian banyak sumber daya hayati yang sudah dikenal. Bagi

masyarakat pala merupakan rempah-rempah yang juga bisa dimanfaatkan untuk

menyembuhkan kembung, mual-mual, pegal di pinggang, mula akibat haid dan

sebagai obat pembius (Soesino. 1990).

Pala merupakan tumbuhan yang banyak ditanam diperkebunan, antara lain di

Indonesia. Pala memiliki sifat yang khas yaitu menetralkan, hal inilah yang

menyebabkan pala sering digunakan sebagai obat.

Komponen yang terdapat pada pala yaitu Arilus : Minyak atsiri, minyak

lemak, zat samak dan zat pati, lemak, saponin, miristisin, elemesi, enzim lifase,

pektin, hars dan asam oleanolat. Kulit buat : Minyak atsiri dan zat samak. (IPTEKnet.

2005)

Senyawa trimiristin dapat diisolasi dari biji pala dengan metode ekstraksi

kontinu menggunakan sokhlet dan metode perkolasi. Asam miristat juga dapat

diperoleh dari trimiristin dengan reaksi penyabunan dan hidrolisis.

Pala merupakan tanaman yang sangat baik tumbuh di daerah tropis. Tanaman

ini berbentuk pohon, tinggi lebih kurang 10 meter, batang tegak, berkayu, warna

putih lonjong, ujung dan pangkal runcing, warna hijau mengkilap. Nama lokal

Simplisia yaitu Myristicae, Arillus, Macis ; kembang pala (selubung) pala dan

Page 38: laporan organik 2

Myristicae fructus Cortex ; kulit buah pala. Karena pala memiliki sifat khas yaitu

menetralkan selain digunakan sebagai bumbu dapur dapat juga sebagai obat.

Komposisi kimia atau kandungan zat-zat pada biji pala yaitu :

1. Minyak atsiri sampai 10 %, berisi miristin (yang bersifat membius), sekitar 4

% pinen, 80 % kamper, 8 % dipente, 6 % safrol, 6 % alkohol, eugenol dan

iso-egenol.

2. Minyak lemak sekitar 40 % berupa gliserida dari asam miristat, asam oleat

dan asam linoleat.

3. Abu 4 %, zat putih telur 25 %, dan 40 % pati dan gula (Sudarmaji. 1989)

Adapun uraian makroskopik biji pala adalah sebagai berikut :

1. Bentuk bulat telur, panjang sekitar 2 cm sampai 3 cm, sedangkan

lebarnya sekitar 1,5 cm sampai 2 cm.

2. Warna permukaan biji pala coklat muda, beratur dangkal, banyak

bertitik-titik dan bergaris-garis kecil serta berwarna coklat muda.(IPTEKnet.

2005)

A. Isolasi Trimiristin dari Biji Pala

Trimiristin adalah suatu gliserida (ester lemak) yang terbentuk dari gliserol

dan asam miristat. Gliserida ini terdapat dalam biji pala dengan kadar yang tinggi

tanpa bercampur dengan ester-ester yang lain.

Untuk mendapatkan trimiristin perlu dilakukan isolasi dari biji pala dengan

metode ekstraksi kontinu menggunakan pelarut non polar, misalnya eter atau n-

heksana dengan sokhlet dan dimurnikan dengan cara rekristalisasi ,menggunakan

aseton.

Ekstraksi padat-cair atau lazim disebut ekstraksi pelarut, dimana zat yang

akan diekstraksi terdapat dalam fasa padat. Cara ini banyak digunakan dalam isolasi

senyawa organik (padat) dari bahan alam. Senyawa akan larut dalam pelarut jika

kekuatan atraktif antara dalam pelarut polar dan sebaliknya. Jadi sifat kepolaran

senyawa, zat terlarut maupun pelarut, merupakan dasar paling penting dalam proses

ekstraksi. Efisiensi ekstraksi padat-cair ini ditentukan oleh besarnya ukuran partikel

zat padat yang mengandung zat organik, dan banyaknya kontak dengan pelarut. Oleh

Page 39: laporan organik 2

karena itu dalam percobaan ini akan diperkenalkan metode ekstraksi kontinu

menggunakan sokhlet dan metode perkolasi. (Tim Dosen. 2006)

Karena sampel biji pala berupa padatan, maka ekstraktor yang paling populer

adalah sokhlet. Pelarut yang ada dalam labu didih dipanaskan kemudian mengembun.

Bila volumenya mencukupi pelarut yang telah membawa solut akan keluar melalui

pipa kecil ke dalam labu. Proses ini akan berlangsung terus menerus (kontinyu).

(Anwar, dkk. 1994)

Struktur Trimiristin adalah sebagai berikut :

O

CH2 – O – C – (CH2)2 CH3

O

CH2 – O – C – (CH2)2 CH3

O

CH2 – O – C – (CH2)2 CH3

B. Penyabunan Trimiristin menjadi Asam Miristat

Asam miristat merupakan asam lemak dengan rumus molekul H3C

(CH2)2CO2H. Massa molekul 98 g/mol, komposisinya banyak terdapat pada lemak

hewan dan kelapa, titik disosiasinya 103 0C (Anwar, dkk. 1996).

Untuk mendapatkan Asam miristat dari Trimiristin perlu dilakukan realisasi

penyabunan dan hidrolisis menggunakan NaOH menghasilkan gliserol dan garam

natrium. Setelah dilakukan pengasaman dengan HCl maka terbentuklah kristal asam

miristat yang dapat dikumpulkan dengan cara penyaringan vakum.

Ekstraksi padat cair atau biasa disebut ekstraksi pelarut, dimana zat yang akan

diekstraksi terdapat dalam fasa padat. Cara ini banyak digunakan dalam isolasi

senyawa organik (padat) dari bahan alam. Senyawa akan alrut dalam pelarut jika

kelarutan aktraktif antara kedua molekul (zat terlarut dan pelarut) adalah sesuai.

Yang polar larut dalam pelarut polar dan non polar akan larut dalam senyawa non

polar pula. Jadi, sifat kepolaran senyawa, zat terlarut maupun pelarut merupakan

dasar paling penting dalam proses ekstraksi. Efisiensi ekstraksi padat cair ini

ditentukan oleh dasarnya ukuran partikel zat padat yang akan mengandung zat

organik, dan banyaknya kontak dengan pelarut. Oleh karena itu, dalam percobaan ini

Page 40: laporan organik 2

akan diperkenalkan metode ekstraksi kontinu menggunakan soxhlet dan metode

perkolasi.

Sabun merupakan salah atu produk yang diperoleh dari minyak. Reaksi

pembentukan sabun dari minyak dilakukan dengan mereaksikan suatu alkali (NaOH

atau KOH) dengan minyak. Reaksi ini dikenal dengan reaksi Saponifikasi

(Penyabunan). Di samping sebagai reaksi pembentukan sabun, reaksi ini dapat

berguna untuk menunjukkan adanya asam lemak yang berbeda dalam suatu minyak.

Persamaan reaksi penyabunan dituliskan sebagai berikut :

O

CH2-O-C-R1 R1CO2Na CH2-OH

O

CH-O-C-R2 + 3 NaOH R2CO2Na + CH-OH

O

CH2-O-C-R3 R3CO2Na CH2-OH

Minyak sabun glisrol

Sabun merupakan bahan surfaktan. Bahan ini dapat mengurangi

tegangan anta muka permukan larutan. Dengan adanya sifat ini, proses

pembentukan busa atau sifat emulsi akan meningkat.

Di tinjau dari strukturnya, sabun terdiri dari dua bagian, yaitu bagian

hidrofilik dan bagian hidrofobik. Bagian hidrofilik akan menuju ke lapisan air,

sedangkan bagian hidrofobik menuju ke lapisan udara. Dengan adanya kedua

bagian tersebut maka cairan minyak dalam air akan teremulsi sehingga sabun

dapat digunakan untuk membersihkan minyak dalam air.

Proses pembentukan emulsi air sabun-minyak digambarkan sebagai berikut :

Page 41: laporan organik 2

Trimiristin adalah suatu gliserida (ester lemak) yang terbentuk dari gliserol dan

asam miristat. Penyabunan trimiristin menggunakan NaOH menghasilkan gliserol

dan garam natrium dari asam miristat. Bila larutan basa ini diasamkan akan

menghasilkan asam miristat yang dapat dikumpulkan dengan cara penyaringan

vakum.

O

CH2-O-C-(CH2)12-CH3 CH2-OH

O O

CH-O-C-(CH2)12-CH3 CH-OH + 3 Na+ -O-C-(CH2)12-CH3

O Natrium maristin

CH2-O-C-(CH2)12-CH3 CH2-OH

trimiristin HCl

O

3 HO-C-(CH2)12-CH3

asam miristat

II. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan yaitu :

1. Seperangkat alat Sokhlet

2. Corong Buchner

3. Corong Kaca

4. Desikator

5. Evaporator

6. Gelas Kimia 250 mL

7. Gelas Ukur 10 mL dan 200

mL

8. Kertas Saring Whatman

9. Labu Dasar Bundar 250 Ml

10. Pipet tetes

11. Batang Pengaduk

minyak

Page 42: laporan organik 2

12. Lumpang dan Alu

13. Kaca Arloji

14. Neraca Analitik (Model

AND GR – 200

15. Pompa Vakum

16. Termolyn Cimarec 3

17. Kertas Indikator

18. Seperangkat Alat Refluks

Bahan-bahan yang diperlukan yaitu :

1. Serbuk biji Pala

2. Aquadest

3. Aseton (merck. Pa)

4. Batu didih

5. n-heksana (merck. Pa)

6. NaOH 6 M (merck. Pa)

7. Etanol

8. Es Batu

9. HCl Pekat (merck. Pa)

III. CARA KERJA

A. Isolasi Trimiristin dari Biji Pala

1. Serbuk biji pala sebanyak 83,2 gram datambahkan dengan 250 mL n-heksan.

Kemudian melakukan sokletasi dengan menggunakan penangas air.

2. Melakukan evaporasi dengan alat rotatori evaporator.

3. Hasil dari evaporasi ditambahkan dengan 45 mL aseton, kemudian

memanaskan dan menyaringnya ketika larutan masih panas.

4. Filtrat yang dihasilkan didinginkan

5. Menyaring dengan menggunakan corong Buchner, kristal yang dihasilkan

dicuci dengan aseton. Kemudian mengeringkan kristal yang dihasilkan

B. Penyabunan Trimiristin menjadi Asam Miristat

1. mengambil 0,8 g trimiristin dan memasukkannya ke labu dasar bundar 250

mL

Page 43: laporan organik 2

2. menambahkan 12 mL NaOH 6 M, 12 mL etanol dan menambahkan batu

didih, lalu merefluks selama 1 jam

3. mengambil larutan yang dihasilkan, menempatkan dalam gelas kimia 250

mL dan memasukkan ke wadah yang berisi air es

4. menambahkan HCl pekat sebanyak 12 mL sedikit demi sedikit, sambil

mengaduk dengan hati-hati hingga larutan bersifat asam dan terbentuk

endapan (kristal)

5. mengumpulkan kristal dengan corong buchner dan mencucinya dengan air

dingin sebanyak 10 mL

6. mengeringkan kristal, menimbang kristal yang diperoleh dan menghitung

rendemennya, seta membandingkan dengan perhitungan secara teoritis

IV. HASIL PENGAMATAN

A. Isolasi Trimiristin dari Biji Pala

No. Perlakuan Hasil Pengamatan

Page 44: laporan organik 2

1 83,2 g serbuk pala + 250 mL n.heksana

Mengekstraksi menggunakan sokhlet

dengan penangas air

Siklus penyokletan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Ekstrak berwarna kuning

39 menit

46 menit

53 menit

58 menit

65 menit

73 menit

80 menit

87 menit

93 menit

100 menit

108 menit

115 menit

123 menit

130 menit

137 menit

145 menit

152 menit

159 menit

165 menit

172 menit

179 menit

2 Mengevaporasi ekstrak Larutan kuning jingga (berupa

minyak pala)

3 Minyak pala + 45 mL aseton

memanaskan dan menyaring panas-

Diperoleh filtrat.

Page 45: laporan organik 2

panas

4 Mendinginkan filtrat Terbentuk kristal Trimiristin

berwarna orange.

5 Menyaring dengan corong Buchner

mencuci kristal dengan aseton dan

mengeringkan

Diperoleh kristal Trimiristin

kering sebesar 16,7 g

B. Penyabunan Trimiristin menjadi Asam Miristat

No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1 0,8 g Trimiristin + 12 mL NaOH 6 M +

12 mL etanol + batu didih

Merefluks selama 1 jam

Campuran berwarna coklat

kekuningan dan homogen

2 Campuran hasil refluks + 12 mL HCl

pekat

Sambil mengaduk dan menempatkan

dalam bak yang berisi es batu

Menghasilkan uap dan terbentuk

endapan/kristal yang berwarna

putih kekuningan dan setelah

dikeluarkan dari es kristal

mencair.

3 Menambahkan HCl terus menerus

sambil menguji dengan kertas indikator

sampai larutan bersifat asam

HCl yang ditambahkan sebanyak 6

mL pH larutan = 1

4 Mendiamkan hingga terbentuk kristal Terbentuk kristal yang berwarna

putih

5 Menyaring dengan corong Buchner dan

mengeringkan

Diperoleh kristal Asam Miristat

kering berwarna putih sebesar 1,3

gram

Page 46: laporan organik 2

V. ANALISIS DATA

A. Isolasi Trimiristin dari Biji Pala

Pada percobaan ini, untuk mendapatkan trimiristin dengan ekstraksi kontinu;

terlebih dahulu sampel harus dihaluskan yang bertujuan agar zat-zat yang terkandung

dalam biji pala mudah melarut dalam pelarut. Pelarut yang digunakan dalam isolasi

trimiristin ini adalah n-heksana, karena trimiristin adalah trigliseraldehid yang bersifat

nonpolar sehingga mudah larut dalam pelarut non polar seperti n-heksana.

Dalam percobaan ini, sample (biji pala) yang digunakan harus dihaluskan terlebih

dahulu, supaya zat-zat yang terkandung dalam biji pala dapat mudah melarut dalam

pelarut dan agar hasil ekstraksi yang didapatkan akan lebih sempurna. Adapun

pelarut yang digunakan ialah n-heksana, karena n-heksana bersifat non-polar,

bersama seperti zat yang terkandung dalam biji pala, sehingga mampu melarutkan.

Biji pala yang telah dihaluskan, kemudian ditimbang sebanya 83,2 gram dan

dibungkus dengan kertas saring dimana ujung atas dan bawah ditutup dengan kapas

dan diikat dengan benang gandir. Dibungkus dengn kertas saring dengan dinding

yang tipis agar lemaknya dapat dengan mudah diserap oleh pelarut. n-heksana

merupakan pelarut yang paling non polar dibandingkan dengan pelarut organik

lainnya. Trimistin merupakan lipida (trigselida) yang terbentuk dari gliserol dan

asam miristat yang merupakan rantai hidrokarbon yang panjang, sehingga senyawa

ini bersifat non-polar. Dengan sifat yang sama ini, diharapkan lebih banyak trimistin

yang dapat larut dalam n-heksana akan semakin banyak pula yang dapat diisolasi.

Proses selanjutnya ialah mengisolasi trimistin dengan cara sokletasi menggunakan

soxhlet yang akan menghasilkan ekstraksi sempurna dalam 3 jam sampai dihasilkan

larutan bening pda saat larutan pada pipa kecil yang keluar membawa solut ke dalam

labu.

Setelah disokletasi, ekstrak (larutan) di evaporasi tujuannya untuk memisahkan

pelarut (n-heksana) dari trimiristin. Proses evaporasi ini dilakukan berdasarkan

perbedaan titik didik kedua komponen campuran. karean titik didih n-heksana lebih

rendah dari titik didih minyak. n-heksana yang bening akan terpisah dari minyak

sehingga diperoleh trimiristin (minyak pala) yang berwarna orange.

Page 47: laporan organik 2

Trimiristin yang merupakan minyak pala hasil evaporasi ditambahkan dengan 45

ml aseton untuk melarutkan zat yang masih terkandung dalam residu (trimiristin).

Dengan penambahan aseton, diperoleh larutan dengan 2 lapisan yaitu lapisan atas

yang bening dan lapisan bawah yang kekuningan. Kemudian larutan didinginkan;

maka terbentuklah kristal berwarna orange kristal ini disaring dengan menggunakan

corong buchner dan pompa vakum, setelah dicuci dengan aseton, kemudian kristal

dibiarkan mengering.

Kristal yang dihasilkan merupakan kristal krimiristin dengan berat 16,7 gram.

Dari data yang diperoleh, maka dapat dihitung kadar atau persentasi rendemen

trimiristin dari biji pala ini.

Berat asam miristat percobaan% rendemen = x 100 %

Berat biji pala halus

16,7 gram% rendemen = x 100 x

83,2 gram

= 20,1 %

B. Penyabunan Trimiristin menjadi Asam Miristat

Dalam percobaan ini, untuk mendapatkan asam miristat dengan pnyabunan digunakan

0,8 trimiristin hasil refluks kemudian ditambahkan dengan NaOH pekat 6 M dan

etanol serta batu didih yang berfungsi agar suhu larutan tetap konstan dan tidak

meledak-ledak. Kemudian campuran direfluks selama 1 jam, dan diperolh campuran

(larutan) yang berwarna coklat kekuningan.

Proses selanjutnya adalah melakukan penambahan HCl pekat panas pada

larutan dari hasil refluks. Penambahan HCl ini untuk memisahkan sabun dari gliserol.

Sabun dalam air akan membentuk koloid. Pada penambahan lautan HCl, gliserol dan

alcohol akan terikat pada larutan HCl, sedangkan sabun (asam miristat) mengendap.

Penyabunan dengan NaOH menghasilkan sabun yang keras. Sabunyang diperoleh

dengan logam Na dengan asam lemak tinggi pada umumnya mudah larut dalam air

panas. Hasil kelarutan ini menghasilkan larutan koloid yang berwarna putih susu.

Page 48: laporan organik 2

Kristal yang diperoleh kemudian disaring dengan corong buchner dan

kemudian dikeringkn. Sebelum dikeringkan, kristal dicuci dengan air dingin terlebih

dahulu. Kristal yang dihasilkan sebanyak 1,3 gram dari 0,8 gram trimiristin. Asam

miristat yang diperoleh berupa kristal berwarna putih kekuningan.

Persamaan reaksi penyabunan ini adalah :

O

CH2-O-C-(CH2)12-CH3 CH2-OH

O O

CH-O-C-(CH2)12-CH3 + 3 NaOH CH-OH + 3 Na-O-C-(CH2)12-CH3

O Natrium maristin

CH2-O-C-(CH2)12-CH3 CH2-OH

Trimiristin gliserol

CH2-OH O O

CH-OH + 3 Na-O-C-(CH2)12-CH3 + HCl 3 HO-C-(CH2)12-CH3

CH2-OH asam miristat

Gliserol

Dari hasil pengamatan yang diperoleh, dapat dihitung persentase rendemen dari asam

miristat :

Hasil yang diperoleh terlalu banyak, ini kemungkinan besar karena adanya

zat lain yang menyebabkan kristal masih basah, seperti adannya garam NaCl dan

gliserol yang merupakan hasil samping yang belum terpisah dari asam miristat.

Dari hasil teoritis, diperoleh harga asam miristat :

1 mol trimiristin ~ 3 mol asam miristat (dari reaksi)

maka ;

Page 49: laporan organik 2

1,11.10-3 mol trimiristin ~ 3,33.10-3 mol asam miristat

maka ;

massa asam miristat = 3,33.10-3 mol x 228 g/mol

= 0,76 gram

Dari perbedaan antara hasil teoritis dengan hasil eksperimen ini, dapat disimpulkan

bahwa masih terdapat pengotor atau zat lain yang mengakibatkan kristal asam

miristat masih basah (belum kering)

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan dapat ditarik kesimpulan yaitu :

1. Trimiristin dapat diisolasi dari biji pala dengan metode ekstraksi kontinu dengan

alat sokhlet menggunakan pelarut n-heksana.

2. Dari 83,02 gram serbuk pala diperoleh dari rendemen trimiristin sebesar 16,7

gram atau 20,1 %.

3. Asam Miristat diperoleh dari reaksi penyabunan dan hidrolisis trimiristin

menggunakan NaOH dengan hasil samping gliserol dan NaCl.

4. Dari 0,8 gram trimiristin diperoleh rendemen asam miristat sebesar 1,3 gram atau

162,5 %

5 Reaksi penyabunan dikenal dengan reaksi Saponifikasi

6 Di tinjau dari strukturnya, sabun terdiri dari 2 bagian yaitu bgian hidrofilik dan

hidrofobik

7 Penyabunan dengan NaOH menghasilkan sabun yang keras

8 rendemen asam miristat yang diperoleh dari pemnyabunan adalah sebesar 162,5%

dengan berat 1,3 gram dari 0,8 gram trimiristin

Page 50: laporan organik 2

PERCOBAAN IV

Judul : Analisa Aspirin dan kafein dalam Tablet.

Tujuan : Menentukan aspirin dan kafein dalam bermacam – macam obat.

Hari/Tanggal : Rabu / 03 Mei 2006

Tempat : Laboratorium Kimia MIPA FKIP UNLAM Banjarmasin.

1. TEORI DASAR.

Asam salisilat terdapat dialam dalam bentuk senyawa ester sebagai glikoksida dan

sebagai komponen minyak atsiri. Didalam tubuh manusia, metil salisilat tersebut

dihidrolisa menjadi asam salisilat dan dikenal dengan nama salol, digunakan sebagai

antiseptik usus.

OH

+ O + H3C OH OH O

O CH3

Asam Salisilat Anhidrida Asam Aspirin

Aspirin membentuk senyawa kompleks dengan tembaga (II) yang berwarna biru.

Walaupun garam kompleks ini tidak memiliki nilai pengobatan, pembentukan senyawa

kompleks tersebut menggambarkan kemudahan dari senyawa – senyawa asam hidroksi

benzoat dan ester – esternya membentuk senyawa kompleks dengan kation – kation

seperti Ca2+ dan Fe2+. Pembentukan senyawa ini diduga (dengan Ca2+) melatar belakangi

sifat analgesik dari aspirin.

Aspirin dapat dibuat dari asam salisilat yang didestilasikan dengan asetil klorida

atau anhidrida asetat. Senyawa ini bersifat asam. Untuk mengetahui konsentrasi aspirin

dalam tablet, dilakukan titrasi dengan larutan NaOH standar. Dalam reaksi netralisasi ini

Page 51: laporan organik 2

gugusan asetil lebih sukar dilepaskan daripada gugusan karbonil hingga terjadi reaksi

sebagai berikut :

OH O

+ OH - + H2O

O O

O CH3 O CH3

Kafein adalah senyawa alkaloid yang merupakan turunan dari putih. Nama lain

dari kafein adalah : 1,3,7 trimetil – xantin. Kafein terdapat dalam biji kopi (1-2 %) dan

dalam daun the (2-4 %), mempunyai efek fisiologi yaitu sebagai perangsang syaraf

(stimulan).

Pada kafein terdapat ikatan rangkap yang dapat diisolasi / diadisi lod. Untuk

mengetahui kadar atau konsentrasi kafein, maka larutan yang mengandung kafein

ditambahkan larutan iod yang telah diketahui volume dan konsentrasinya secara

berlebihan. Kelebihan iod setelah terjadi reaksi adisi titrasi dengan larutan natrium

tiosulfat (Na2S2O3).

Titrasi diakhiri jika terjadi perubahan warna yang konstan selama satu menit dari

indikator fenolftalien.

II. ALAT DAN BAHAN.

Alat – alat yang digunakan adalah :

- Lumpang Porselen. - Butet.

- Erlenmeyer. - Klem dan statif.

- Gelas Kimia. - Pipet tetes.

- Penangas air. - Neraca elektrik.

Bahan – bahan yang diperlukan adalah :

- Tablet (Aspelect dan panadol).

- Indikator pp.

Page 52: laporan organik 2

- Alkohol teknis.

- NaOH.

- Amilum (Larutan kanji).

- Na2S2O3.

- Larutan lod.

III.PRODESUR KERJA.

A. Penentuan kadar Aspirin.

1. Menimbang berat tablet yang mengandung aspirin.

2. Memasukkan tablet kedalam lumpang porselinnya, menggerus sampai halus.

3. Memasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml. Lumpang, membilasnya dengan 10 ml

alkohol hingga bersih dan memasukkannya kedalam erlenmeyer.

4. Menggoyang – goyang erlenmeyer selama 5 menit, kemudian memanaskan hingga

mendidih diatas penangas.

5. Menambahkan 5 ml air suling dan 1-2 tetes indikator pp.

6. Menitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah jambu.

B. Penentuan kadar kafein.

1. Menimbang tablet yang mengandung kafein dengan neraca elektrik.

2. Menghaluskan 2 tablet yang akan dianalisa dengan menggunakan lumpang dan alu.

3. Memasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml.

4. Mencuci lumpang porselinnya dengan 10 ml alkohol.

5. Memasukkan kedalam labu ukur ukur, menggoyang – goyang labu ukur selama 10

menit.

6. Menambahkan 5 ml asam sulfat 10% dan 20 ml larutan lod 0,1 N.

7. Mengocok sampai larut dan membiarkan selama 10 menit, dan menyaring.

8. Mengambil 20 ml filtratnya dan memasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml.

9. Menambahkan larutan kanji sebagai indikator.

10. Menitrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna hilang.

Page 53: laporan organik 2

IV. HASIL PENGAMATAN.

No Percobaan Pengamatan

* Penentuan kadar Aspirin dalam tablet.

1. Menimbang aspirin (aspelect)

berwarna kuning.

2. Dihaluskan dan memasukkan

kedalam erlenmeyer + 10 ml etanol.

3. Menggoyang selama 5 menit.

4. Memanaskan

5. Menambahkan 5 ml aquadest.

6. Menambah indikator pp.

7. Menitrasi dengan NaOH.

* Penentuan kadar kafein dalam tablet.

1. Menimbang 2 tablet panadol

berwarna putih.

2. Memasukkan kedalam erlenmeyer

+ 10 ml etanol, menggoyang –

goyang selama 10 menit.

3. Menambahkan H2SO4 5 ml 10%.

4. Menambahkan 20 ml larutan lod.

Mendiamkan selama 10 menit.

5. Menyaring dengan corong

Buchrer.

6. Mengambil 20 ml fitrat + 5 tetes

larutan kanji.

7. Menitrasi larutan dengan Na2S203.

- Berat tabut : 0,45 gram

- Larutan berwarna kuning dan belum

bercampur sempurna.

- Larutan bercampur sempurna.

- Larutan terdapat kristal.

- Larutan tetap kuning.

- Larutan homogen, tetap kuning.

- Larutan berwarna merah muda pada

volume NaOH : 8,9 ml dan ada endapan

putih.

Beratnya = 1,3 gram

Larutan keruh ada endapan – endapan

kecil berupa serbuk tablet.

Larutan tambah keruh dan keabu – abuan

Larutan berwarna coklat tua.

Larutan tetap berwarna coklat.

Larutan tetap

Volume Na2S2O3 = 65 mL

Warna larutan coklat sangat muda

Page 54: laporan organik 2

V. ANALISA DATA.

A. Penetuan kadar Aspirin dalam tablet.

Percobaan yang pertama menggunakan tablet yang mengandung aspelet (aspirin)

dengan tujuan untuk menentukan konsentrasi aspirin dalam tablet tersebut.

Untuk menentukan kadar aspirin ini, pertama dilakukan adalah menggerus tablet

tersebut sampai halus agar mudah menganalisanya dalam bentuk larutan, sehingga tablet

tersebut ditambahkan 10 ml alkohol yang berfungsi sebagai pelarut bagi serbuk aspirin

tersebut. Kemudian larutan dimasukkan dalam labu erlenmeyer kemudian mengaduk –

aduk sampai benar – benar terlarut semua serbuk. Dan untuk memudahkan dalam

pelarutan, dilakukan pemanasan. Penambahan air suling sebanyak 5 ml dimasukkan

untuk pengenceran.

Konsentrasi aspirin ini dalam tablet dapat diketahui dengan menitrasi dengan NaOH

tersebut yang standar, sampai warna larutan yang semula putih agak keruh menjadi

merah muda dengan menggunakan indikator pp.

Dalam reaksi netralisasi ini gugusan asetil lebih sukar dilepaskan dari pada gugusan

karbonil hingga terjadi reaksi sebagai berikut.

OH

+ OH- + H2O

O O

O CH3 O CH3

Berat tablet aspirin adalah : 0,45 gram sehingga dengan mengetahui volume NaOH

yanh diperoleh yakni sebanyak 8,9 ml dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Konsentrasi Aspirin = V mL x 0,01802 x 100%

Berat tablet

= 8,9 mL x 0,01802 x 100 %

0, 45 gram

= 35,64 %

Page 55: laporan organik 2

Atau

Konsentrasi Aspirin = V NaOH x 18,08 miligram dalam 1 tablet.

= 8, 9 mL x 18,08 = 160,9 mg / tablet.

B. Penentuan Kadar Kafein Dalam Tablet

Pada percobaan kedua ini perlakuan awal sama yakni tablet harus digerus sampai

halus agar mudah dilarutkan dan memudahkan dalam penitrasian. Adapun tablet yang

digunakan pada percobaan kali ini adalah panadol.

Adapun pelarut yang digunakan juga sama dengan pelarut pada percobaan

pertama yakni alkohol sebanyak 10 mL. Setelah dilarutkan dengan alkohol dalam labu

erlenmeyer, dilakukan penggoyangan yang bertujuan supaya cepat terjadi proses

pelarutan sehingga larutan menjadi homogen (bercampur dengan sempurna).

Penambahan H2SO4 10 % dimaksudkan agar larutan bebas dari pengotor yang

mungkin ada. Sedangkan penambahan Iod bertujuan untuk mengetahui kadar atau

konsentrasi kafein dengan mengetahui volume dan konsentrasinya secara berlebihan.

Warna larutan yang dihasilkan setelah ditambahkan larutan Iod berwarna coklat tua, ini

menunjukkan terjadi pembentukkan iod dalam larutan.

Setelah didiamkan selama 10 menit agar larutan tersuspensi maka larutan

dilakukan penyaringan dan menghasilkan filtrat yang kemudian ditambahkan larutan

kanji sebagai indikator. Dan menitrasi dengan menggunakan Na2S2O3 0,1 N sampai

warna hilang. Namun meskipun sudah mengalami penambahan sebanyak 65 mL

Na2S2O3 tetap saja warna larutan tidak hilang, yang ada warna larutan coklat muda. Hal

ini karena kanji yang digunakan bukan kanji dari laboratorium tapi kanji dari pasar

sehingga tidak dapat dijamin keasliannya.

Reaksi yang terjadi dalam proses titrasi adalah sebagai berikut :

I2 + S2O3 2- I - + S4O6 2-

Dari percobaan ini kita ketahui bahwa kafein adalah senyawa golongan alkaloid

yang merupakan turunan dari purin. Dengan nama lain adalah 1,3,7 trimetil xantin. Pada

kafein terdapat ikatan rangkap yang dapat diadisi dengan iod. Sehingga kadar kafein

dapat ditemukan atau ditentukan dengan titrasi iodometri seperti yang dilakukan pada

percobaan kali ini.

Page 56: laporan organik 2

Adapun perhitungan untuk menentukan konsentrasi dalam tablet adalah sebagai

berikut :

Konsentrasi kafein = (20 – V Na2S2O3) x 0,00485 x 100 %

Berat tablet

= (20 – 65 mL ) x 0,00485 x 100 %

1,3 gram

= - 16,79 %

VI. KESIMPULAN

1. Aspirin atau asam salisilat dialam dalam bentuk senyawa ester sebagai glikoksida

yang dikenal dengan nama salol dan digunakan untuk antisepktik usus.

2. Kafein adalah senyawa golongan alkaloid yang merupakan turunan dari purin dengan

nama lainnya 1,3,7 trimetil - Xantin. Kafein mempunyai efek fisiologi sebagai

perangsang syaraf.

3. Konsentrasi aspirin yang diperoleh dari penitrasian dengan NaOH adalah : 35,64 %

Page 57: laporan organik 2

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, AS. 1998. Kimia Organik Bahan Alam.Jakarta : Karunika

Agus, Kardinan.dkk.2003.Budi Daya Tanaman Obat Secara Organik. Agromedia

Pustaka : Tangerang.

Anwar, Chairil. Dkk, 1996, Pengantar Praktikum Kimia Oganik, Depdikbud, Jakarta.

Fessenden and Fessenden, 1982, Kimia Organik Jilid I dan II, Erlangga, Jakarta.

Harbone, J.B. 1987.Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. ITB : Bandung.

Harno Dwi Pranomo, dkk. 1996.Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta :

Depdikbud.

IPTEKnet.@2005. Tanaman Obat Indonesia.

Lisnawati, 2004, Isolasi dan Karakterisasi Piperin dan Lada Hitam, Skripsi sarjana,

FKIP UNLAM, Banjarmassin (Tidak Dipublikasikan).

Mursito, Bambang. 2002. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Jantung. Penebar

Swadaya :Jakarta.

Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Yogyakarta : Kanistus

Tim Dosen Kimia Organik. 2006.Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. Laboratorium

Kimia FKIP Unlam Banjarmasin.

Slamet, Sudarmadji. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

Soesino. 1990. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi Vol 2 No. 3 Tahun 1996. Rineka

Cipta. Jakarta.

Tim Dosen Kimia Organik. 2006. Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. FKIP UNLAM.

Banjarmasin.