Laporan Kimia Organik III

30
Laporan Kimia Organik III : Pembuatan Sabun I. JUDUL PERCOBAAN : PEMBUATAN SABUN II. TANGGAL : 18 Oktober 2011 III. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Dapat membuat langkah kerja pembuatan sabun 2. Dapat membuat emulsi sabun 3. Dapat meramalkan reaksi pembuatan sabun 4. Dapat menjelaskan perbedaan produk sabun antara sabun yang terbuat dari alkali dengan menggunakan NaOH dan KOH 5. Dapat membuat sabun mandi yang mengandung susu IV. TINJAUAN PUSTAKA : Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak. Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di

Transcript of Laporan Kimia Organik III

Page 1: Laporan Kimia Organik III

Laporan Kimia Organik III : Pembuatan Sabun

I.                 JUDUL PERCOBAAN                     : PEMBUATAN SABUN

II.               TANGGAL                                         : 18 Oktober 2011

III.             TUJUAN PERCOBAAN                  :

1.      Dapat membuat langkah kerja pembuatan sabun

2.      Dapat membuat emulsi sabun

3.      Dapat meramalkan reaksi pembuatan sabun

4.   Dapat menjelaskan perbedaan produk sabun antara sabun yang terbuat dari alkali dengan

menggunakan NaOH dan KOH

5.      Dapat membuat sabun mandi yang mengandung susu

IV.             TINJAUAN PUSTAKA                    :

            Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak

pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa

alkali dan lemak/minyak.

Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung.

Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan

pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari

nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses

pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan

pewarna.

Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:

Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi

trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi

penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama

dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual.

Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat

Page 2: Laporan Kimia Organik III

molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun

memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih

kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.

Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan

utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun.

Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair

menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan

juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun

yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.

Bahan Baku: Minyak/Lemak

Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari

gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak

nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam

keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak

akan berwujud padat.

Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida

yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan

panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang

dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan

membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh,

seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah

teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh

memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang

tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah

meleleh pada temperatur tinggi.

Jenis-jenis Minyak atau Lemak

Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi

karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah

teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak

yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :

Page 3: Laporan Kimia Organik III

Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan

daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur

solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow

dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan

kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak

yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %.

Titer pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer di bawah 40°C dikenal dengan

nama grease.

Lard

Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh

seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan

sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi

ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.

Palm Oil (minyak kelapa sawit)

Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa

sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga

kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan

sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari

100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan

digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan

bahan lainnya.

Coconut Oil (minyak kelapa)

Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri

pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging

buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang

tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan

bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.

Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)

Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki

kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai

Page 4: Laporan Kimia Organik III

pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih

tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.

Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)

Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari

minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak

ini adalah stearin.

Marine Oil

Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan

asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu

sebelum digunakan sebagai bahan baku.

Castor Oil (minyak jarak)

Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan.

Olive oil (minyak zaitun)

Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi

memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras

tapi lembut bagi kulit.

Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang

berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan

tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam

laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan

stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.

Bahan Baku: Alkali

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,

Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik

dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun

keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut

dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat

menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat

digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut

dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yan terbuat dari

Page 5: Laporan Kimia Organik III

ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih

umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga.

Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk

mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

Bahan Pendukung

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil

saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang

siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.

NaCl

NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl

pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat

memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau

padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak

mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan

mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang

berkualitas.

Bahan aditif

Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan

untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif

tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.

V.                CARA KERJA                            

Page 7: Laporan Kimia Organik III
Page 8: Laporan Kimia Organik III

VI.              HASIL PENGAMATAN                       :

No. Perlakuan Pengamatan

Sebelum Sesudah

1. Pembuatan Sabun I:

       10 gram minyak goreng

dimasukkan kedalam gelas kimia

       Ditambahkan 1 gram asam stearat

       Dipanaskan sampai suhu 70oC

       Didinginkan sampai 50oC

       Ditambahkan larutan NaOH

       Diaduk

       Ditambahkan 12 gram alcohol

       Ditambahkan 4 gram gliserin

       Diaduk

       Didinginkan

       Ditambahkan beberapa tetes

essence

       Dituang kedalam cetakan

       Minyak goring:

orenye

       Asam stearat: serbuk

putih

       NaOH: serpihan

putih

       Etanol: jernih tidak

berwarna

       Gliseril: cairan

kental putih jernih

       Essence: parfum

bibit berwarna

kuning (++)

       Minyak goreng+ asam

stearat larutan

       Setelah dipanaskan 70oC:

larutan kental putih

       Setelah ditambahkan NaOH

larutan lebih encer

       Setelah ditambah alcohol dan

gliserin: larutan menjadi tidak

homogen: larutan

bening+gumpalan yang tidak

larut

       Setelah ditambah essence:

tercium bau harum

       Sabun tidak homogen(++)

2. Pembuatan Sabun II:

       10 gram minyak kelapa

dimasukkan kedalam gelas kimia

       Ditambahkan 1 gram asam stearat

       Dipanaskan sampai suhu 70oC

       Didinginkan sampai 50oC

       Ditambahkan larutan NaOH

       Diaduk

       Ditambahkan 12 gram alcohol

       Minyak kelapa: putih

       Asam stearat: serbuk

putih

       NaOH: serpihan

putih

       Etanol: jernih tidak

berwarna

       Gliseril: cairan

       Minyak kelapa+ asam

stearat larutan

       Setelah dipanaskan 70oC:

larutan kental putih

       Setelah ditambahkan NaOH

larutan lebih encer

       Setelah ditambah alcohol dan

gliserin: larutan menjadi tidak

Page 9: Laporan Kimia Organik III

       Ditambahkan 4 gram gliserin

       Diaduk

       Didinginkan

       Ditambahkan beberapa tetes

essence

       Dituang kedalam cetakan

kental putih jernih

       Essence: parfum

bibit berwarna

kuning(++)

homogen: larutan

bening+gumpalan yang tidak

larut

       Setelah ditambah essence:

tercium bau harum

       Sabun tidak homogen(+)

3. Sifat emulsi Sabun I:

Tabung A

       Dimasukkan 3 mL aquades+ 5

tetes minyak kelapa sawit kedalam

tabung reaksi

       Ditambahkan 2 mL larutan sabunI

(dari 0,2 gram sabun yang

dilarutkan dalam 7 mL aquades

panas)

       Dikocok utuk mendapatkan emulsi

       Didiamkan

       Dihitung waktunya mulai sejak

didiamkan sampai terjadi

pemisahan antara miyak dan air

       Aquades: jernih tidak

berwarna

       Minyak goreng:

oranye

       Larutan sabun: putih

keruh

       Aquades+minyak goreng

terdapat 2 lapisan (minyak

dan air)

       Setelah ditambah larutan

sabun dan dikocok: larutan

keruh,  terjadi pemisahan

antara minyak dan air atau

larutan mengemulsi selama 6

menit serta terdapat buih (+)

Tabung B

       Dimasukkan 3 mL aquades+ 5

tetes minyak kelapa sawit kedalam

tabung reaksi

       Dikocok utuk mendapatkan emulsi

       Didiamkan

       Dihitung waktunya mulai sejak

didiamkan sampai terjadi

pemisahan antara miyak dan air

       Aquades+minyak goreng

terdapat 2 lapisan (minyak

dan air)

       Setelah dikocok terdapat

gelembung udara dan laapisan

minyak dan air tidak menyatu

       Larutan minyak +air tidak

mengemulsi (emulsi (-))

Page 10: Laporan Kimia Organik III

       Waktu yang diperlukan 1

menit 10 detik

Sifat emulsi Sabun II:

TabungA

       Dimasukkan 3 mL

       aquades+ 5 tetes minyak kelapa ke

dalam tabung reaksi

       Ditambahkan 2 mL larutan sabun

II (dari 0,2 gram sabun yang

dilarutkan dalam 7 mL aquades

panas)

       Dkocok utuk mendapatkan emulsi

       Didiamkan

       Dihitung waktunya mulai sejak

didiamkan sampai terjadi

pemisahan antara miyak dan air

       Aquades: jernih tidak

berwarna

       Minyak kelapa: putih

       Larutan sabun: putih

keruh

       Aquades+minyak kelapa

terdapat 2 lapisan (minyak

dan air)

       Setelah ditambah larutan

sabun dan dikocok: larutan

putih keruh (+),terjadi

pemisahan antara minyak dan

air atau larutan mengemulsi

selama 3 menit serta terdapat

buih (+++)

Tabung B

       Dimasukkan 3 mL aquades+ 5

tetes minyak kelapa kedalam

tabung reaksi

       Dikocok utuk mendapatkan emulsi

       Didiamkan

       Dihitung waktunya mulai sejak

didiamkan sampai terjadi

pemisahan antara miyak dan air

       Aquades+minyak goreng

terdapat 2 lapisan (minyak

dan air)

       Setelah dikocok terdapat

gelembung udara dan laapisan

minyak dan air tidak menyatu

       Larutan minyak+air tidak

mengemulsi tetapi lapisan

tidak begitu terlihat jika

dibandingkan dengan lapisan

pada sabun dari minyak

Page 11: Laporan Kimia Organik III

goreng atau emulsi (+)

       Waktu yang diperlukan yaitu

1 menit

 

VII.    PEMBAHASAN                             :

Percobaan I : Pembuatan sabun

Reaksi pembuatan sabun secara umum adalah

Page 12: Laporan Kimia Organik III

Dari percobaan yang telah dilakukan, yaitu pembuatan sabun. Reaksi pembentukkan sabun

dari minyak dilakukan dengan mereaksikannya suatu alkali (NaOH), Reaksi ini disebut dengan

Reakisi Saponifikasi (penyabunan). Pertama-tama disiapkan semua bahan yang diperlukan

seperti minyak kelapa sawit dan minyak kelapa, asam stearat, NaOH, gliserin, alcohol, dan

minyak zaitun.

Dimulai dengan mencampurkan minyak goreng (kelapa sawit) dan NaOH larutan (yang

diperoleh dengan melarutkan NaOH padatan ini ke dalam 3.3 mL air).  Ke dalam minyak kelapa

sawit kemudian ditambahkan asam stearat 1 gram, dimana fungsi dari asam stearat adalah untuk

mengeraskan sabun dan menstabilkan busa. Setelah itu campuran tersebut dipanaskan pada suhu

70° C  agar asam stearat mencair, namun pemanasan ini jangan panas karena dengan suhu terlalu

panas akan mengoksidasi minyak yang menyebabkan warnanya menjadi cokelat, hal ini

behubungan erat dengan bilangan peroksida yaitu nilai untuk menentukan derajat kerusakan pada

minyak atau lemak yang disebabkan oleh autooksidasi. Setelah itu dimasukkan Larutan NaOH

Page 13: Laporan Kimia Organik III

dan diaduk perlahan secara terus menerus agar larutan tersebut bercampur secara merata,

penambahan NaOH ini dilakukan setelah campuran didinginkan pada suhu 50°C. Penambahan

Larutan NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam karena NaOH bersifat basa. Basa yang

digunakan adalah NaOH agar diperoleh sabun yang padat, tetapi jika digunakan basa KOH maka

yang diperoleh adalah sabun cair (lunak).  Kemudian ditambah dengan 12 gram alcohol dan 4

gram gliserin, setelah penambahan ini campuran dipanaskan dan diaduk hingga terbentuk larutan

jernih. Fungsi dari penambahan alcohol dan gliserin, yaitu alcohol berfungsi sebagai pelarut pada

proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.

Sedangkan gliserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi sebagai pelembap pada kulit.

Glycerin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis. Kemudian membiarkan

campuran agak dingin kemudian ditambah dengan minyak zaitun yang fungsinya sebagai

pewangi pada sabun, dan selanjutnya dituangkan ke dalam cetakan sebelum campuran memadat.

Selanjutnya yaitu pembuatan sabun dari minyak kelapa dimana cara, bahan, serta

perlakuannya sama seperti pada pembuatan sabun dengan menggunakan minyak kelapa sawit.

-          Sabun dari minyak sawit

Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai

pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit.

Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid

sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih

dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa.

Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit

harus dicampur dengan bahan lainnya.

-          Sabun dari minyak kelapa

Coconut Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering

digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh

melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan

asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap

oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak

kaproat, kaprilat, dan kaprat.

Percobaan II : Sifat Emulsi Sabun

a.       Minyak kelapa

Page 14: Laporan Kimia Organik III

            Pada pengujian emulsi sabun ini yaitu dengan cara melarutkan sabun 0.2 gram dengan

aquades 3 mL, larutan tersebut dicampur dengan minyak kelapa sebanyak 5 tetes kemudian

dikocok. Pengocokan ini dilakukan agar menghasilkan emulsi. Kemudian didiamkan dan diamati

pemisahan lapisan yang terjadi dengan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan

lapisan tersebut. Ternyata 3 menit terjadi pemisahan lapisan antara lapisan air dan lapisan

minyak. Berarti sabun yang dibuat itu tidak mengalami emulsi secara sempurna.

            Sebagai pembanding dari pengujian emulsi sabun ini yaitu dengan cara mencampur

aquades 3 mL dengan 5 tetes minyak kelapa dengan tanpa pemberian sabun pada larutan tersebut

dan dikocok kuat- kuat agar bercampur homogen. Setelah didiamkan dan diamati, tarnyata

membutuhkan waktu 1 menit untuk terjadinya pemisahan antara lapisan air dengan lapisan

minyak.

b.      Minyak kelapa sawit

Perlakuan pada uji emulsi sabun dengan menggunakan minyak kelapa, dan 6 menit

terjadi pemisahan antara lapisan air dan lapisan minyak sehingga pada pembuatan sabun

menggunakan minyak kelapa mengalami emulsi yang lebih sempurna dibandingkan sabun dari

minyak kelapa.

Pada pembandingnya, pengujian emulsi menggunakan minyak kelapa sawit ditambah

dengan aquades, waktu yang dibutuhkan untuk memisahkan antara lapisan air dan lapisan

minyak yaitu 1 menit 10 detik.

VIII. DISKUSI                                         :

Hasil pembuatan sabun dari minyak kelapa sawit, tidak memadat secara sempurna/tidak

homogeny, sedangkan pada sabun dari minyak kelapa tidak dapat memadat sama sekali.

Walaupun telah didinginkan selama ± 1 minggu. Ada beberapa factor yang menyebabkan hal

demikian terjadi. Yang pertama dalam penambahan alcohol mungkin kurang pelan atau tidak

dengan sedikit demi sedikit, kemungkinan kedua yaitu pada pengadukan, pengadukan yang

dilakukan terlalu cepat sehingga mempengaruhi terbentuknya campuran yang homogen. Dan

kemungkinan yang ketiga yaitu ada salah satu bahan pembuatan sabun ini yang sudah kadaluarsa

atau rusak sehingga mempengaruhi hasil akhir dari pembuatan sabun ini.

Page 15: Laporan Kimia Organik III

IX.             KESIMPULAN                            :

Sabun yang dihasilkan tidak jadi dalam artian campuran sabun tidak homogeny yaitu

disebabkan beberapa factor, diantaranya adalah penambahan alcohol yang tidak perlahan-lahan,

pengadukan yang terlalu keras dan salah satu bahan yang rusak.

Namun meski kurang berhasil, sabunnya minimal dapat mengalami emulsi, walaupun tidak

sempurna, terbukti karena 6 menit baru terjadi pemisahan antara lapisan air dengan lapisan

minyak (untuk sabun dari minyak kelapa sawit), sedangakan pada sabun dari minyak kelapa baru

terjadi pemisahan antara lapisan air dengan lapisan minyak selama 3 menit.

X.                JAWABAN PERTANYAAN                 :

1.   Bagaimana cara membuat sabun keras dan lunak (dalam bentuk alur kerja/diagram alir?

      Pembuatan Sabun Keras

Page 17: Laporan Kimia Organik III

 

2.         Tulislah secara lengkap reaksi pembuatan sabun!

Page 18: Laporan Kimia Organik III

3.            Bagaimana diagram alur untuk emulsi sabun?

Page 20: Laporan Kimia Organik III

4.         Jelaskan bagaimana proses terjadinya emulsi sabun!

Emulsi adalah dispersi atau suspensi metastabil suatu cairan lain yang kedua tidak saling

melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut

emulsifier atau emulsifying agent yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua

fase cairan. Cara kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat

terikat baik pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan di sekeliling minyak

sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya

butir-butir minyak satu sama lainnya. Bahan emulsifier dapat berupa : protein, gum, sabun, atau

garam empedu. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur, tetapi saling ingin

terpisah karena mempunyai berat jenis yang berbeda.

Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian yang terdispersi yang

terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang juga dikenal dengan continous

phase, yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga

agar butir minyak tadi tetap tersuspensi dalam air. Senyawa ini molekul-molekulnya mempunyai

afinitas terdapat kedua cairan tersebut. Daya afinitasnya harus parsial dan tidak sama terhadap

kedua cairan itu. Emulsi temporer terjadi bila minyak dan air saja yang dikocok bersama-sama,

akan berbentuk butir-butir lemak dan terbentuklah suatu emulsi, tetapi bila dibiarkan partikel-

partikel minyak akan bergabung lagi dan memisahkan diri dari molekul-molekul air. Karena itu

harus cepat digunakan, atau harus dikocok lagi sebelum waktu pemakaian. Berbeda dengan

emulsi sementara, emulsi yang mantap (permanent emulsion) memerlukan bahan ketiga yang

mampu membentuk sebuah selaput (filen) disekeliling butiran yang terdispersi, sehingga

mencegah bersatunya kembali butir-butir tersebut. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk

Page 21: Laporan Kimia Organik III

bahan ketiga diantaranya adalah emulsifier, stabilizer atau emulsifying agent. Beberapa bahan

yang dapat berfungsi sebagai emulsifier adalah kuning telur, telur utuh, gelatin, pasta kanji,

kasein, albumin, atau beberapa tepung yang sangat halus seperti tepung paprica atau mustard.

French dressing yang biasanya tidak begitu stabil dibuat menjadi lebih stabil dengan

penambahan dalam banyak tepung paprika yang dapat membentuk lapisan tipis disekeliling

butir-butir lemak yang terdispersi.

Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik

pada minyak maupun air. Bila emulsifier tersebut lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air

(polar). Maka dapat lebih membatu terjadinya dispersi minyak dalam air sehingga terjadilah

emulsi minyak dalam air (o/w). Sebagai contoh adalah susu. Sebaliknya bila emulsifier lebih

larut dalam minyak (nonpolar) terjadilah emulsi air dalam minyak (w/o). Contohnya mentega

dan margarin. Cara kerja emulsifier dapat terilustrasikan bila butir-butir lemak telah terpisah

karena adanya tenaga mekanik (pengocokan), maka butir-butir lemak yang terdispersi tersebut

segera terselubungi oleh selaput tipis emulsifier. Bagian molekul emulsifier yang nonpolar larut

dalam lapisan luar butir-butir lemak. Sedangkan bagian yang polar menghadap ke pelarut (air,

continous phase).

Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang

bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai

kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.

Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam miyak, hidrofobik)

Polar : COONa+  larut dalam air, hidrofilik, memisahkan kotoran polar)

Proses penghilangan kotoran.

- Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan permukaan.

- Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikat molekul kotoran.

Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul kotoran dan molekul sabun membentuk

suatu emulsi

- Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan menarik molekul

kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.

5.         Jelaskan perbedaan produk sabun antara sabun dengan menggunakan alkali NaOH dengan

KOH!

Page 22: Laporan Kimia Organik III

Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.

Sabun Padat

Sabun padat dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak sawit serta

menggunakan alkali (NaOH). Untuk memadatkan sabun dapat digunakan asam stearat.

Sabun Cair

Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak serta

menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin

atau alcohol.

XI.             DAFTAR PUSTAKA                              :

Anonim, A.2009.Komponen Pembuatan Sabun.http://naturalmilksoap.blogspot.com   (diakses pada Senin, 24 Oktober 2011 Pukul 20:05 WIB).

Anonim, B.2010.Sabun. www.rayakudus.indonetwork.co.id   (diakses pada Senin, 24 Oktober 2011 Pukul 20:05 WIB

 Anwar, Chairil, dkk. 1966. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Priyono, Agus.2009.Makalah Pembuatan Sabun.Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Riau.

Rohman, Saepul.2009.Bahan Pembuatan Sabun.http://majarimagazine.com (diakses pada Jum’at, 21

Oktober 2011, Pukul  10:09 WIB)

Page 23: Laporan Kimia Organik III

Hidajati, Nurul dkk. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik II.  Surabaya : Laboratorium Kimia

Organik, Jurusan Kimia, FMIPA, Unesa.