Laporan Modul 3 Blok 18

download Laporan Modul 3 Blok 18

of 20

Transcript of Laporan Modul 3 Blok 18

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    1/20

    1 | P a g e

    Skenario

    Skenario 3

    Makin Menderita Setelah Cabut Gigi

    Seorang pasien datang ke klinik gigi dengan keluhan sakit yang dirasakan tiga

    hari setelah pencabutan gigi. Pasien merasa nyeri yang konstan, tumpul, dan

    terlokalisir pada daerah gigi yang telah dicabut. Pasien telah berusaha meredakan rasa

    sakitnya dengan minum obat, tetapi tidak membantu.

    Dokter gigi kemudian melakukan pemeriksaan. Dari pemeriksaan ekstraoral

    terlihat pasien mengalami trismus dengan pembukaan maksimal sebesar 22mm. dari

    pemeriksaan intraoral terlihat soket bekas pencabutan kosong dan tidak terisi bekuan

    darah. Diagnosa tentatif dokter gigi yaitu pasien mengalami alveolitis.

    Bagaimana saudara menjelaskan kasus di atas?

    Terminologi

    1. Alveolitis : kehilangan bekuan darah pada soket (dry socket).2. Diagnosa tentatif : diagnosa sementara.

    Masalah

    1. Apa penyebab, tanda dan gejala, serta penatalaksanaan untuk alveolitis?2. Apa hubungan trismus dengan alveolitis seperti skenario?3. Apa komplikasi lain pasca pencabutan selain alveolitis? Dan bagaimana

    penatalaksanaannya?

    4. Kenapa rasa sakit tidak hilang padahal sudah minum obat, sesuai dengankondisi pada skenario?

    5. Apa penyebab komplikasi pasca ekstraksi secara umum?

    Analisa Masalah

    1. Tanda dan gejala : rasa sakit yang hebat terus menerus pasca 2-4 haripencabutan, alveolus terbuka, halitosis, oedema pada pinggiran alveolus,

    limfadenopati, biasanya pada regio molar bawah.

    Penyebab: OH pasien buruk, terdapat bakteri streptococcus, terlalu sering

    berkumur, kekurangan konsumsi vitamin B1 dan C, irigasi tidak adekuat pasca

    ekstraksi, pasien perokok, anestesi dengan vasokonstriktor, trauma pada tulang

    dengan mineralisasi tinggi pada lansia.

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    2/20

    2 | P a g e

    Penatalaksanaan:

    irigasi dengan larutan saline atau H2O2, aplikasikan iodofom padasoket, apa bila perlu di rotgen.

    Diaplikasikan packing obat kedalam soket.

    Spulling dengan larutan fisiologis NaCL dan jenis antibiotik diganti. Anestesi terlebih dahulu, kemudian alveolus dilukai, diaplikasikan

    antiseptik, ditutup dengan tampon .

    2. Hubungan trismus dengan alveolitis:Hubungan trismus dengan alveolitis : infeksi yang terjadi menyebabkan

    alveolitis, rasa sakit yang hebab mnyebar menjadi trismus akibat spasme otot

    M.Masseter. Dapat pula diakibatkan suntikan berulang pada pterygoideus

    medialis saat anestesi.

    Penatalaksanaan: aplikasi antibiotik, terapi panas, terapi membuka mulut

    dengan menggunakan tang blade yang disusun untuk membiasakan

    pembukaan mulut normal.

    3. Komplikasi pasca ekstraksi: Pendarahan

    Biasanya pada pasien yang menderita penyakit hemoragi, pasien DM

    tidak terkontrol. Penatalaksanaan: instruksikan pasien menggigit

    tampon yang telah diberikan vasokonstriktor; sugestikan untuk tenang;

    soket dijahit; dapat diberi asam mefenamat untuk menghentikan

    pendarahan.

    Dolor post ekstraksi Sobekan mukosa Dislokasi TMJ Fraktur gigi dan fraktur alveolar Komplikasi dibagi 3 macam : 1) saat ekstraksi. Contohnya fraktur akar,

    fraktur mahkota, cedera jaringan lunak; 2) setelah ekstraksi. Contohnya

    pendarahan, oedema, reaksi obat; 3) beberapa saat pasca ekstraksi,

    contohnya dry soket, patah jarum, prolong anestesi.

    Cedera akibat instrument Orantal fistula, yaitu dinding sinus tipis yang berlubang akibat

    penekanan berlebihan saat ekstraksi.

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    3/20

    3 | P a g e

    4. Penyebab rasa sakit tidak kunjung hilang: resisten terhadap antibiotik yangdiberikan, faktor penyebab tidak diobati, vaskularisasi yang berkurang pada

    bekas pencabutan menyebabkan obat tidak terdistribusi dengan baik.

    5. Penyebab komplikasi secara umum: kondisi fisik pasien yang lemah,kemampuan operator kurang, prosedur kerja yang tidak memenuhi SOP.

    Skema

    Tujuan Pembelajaran

    Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Mengenai Tanda dan Gejala,

    Penyebab, dan Penatalaksanaan untuk Komplikasi Ekstraksi.

    Pasien ke klinik gigi

    Anamnesa Pemeriksaan klinis

    sakit 3 hari pascaekstraksi.

    nyeri konstan, tumpul, danterlokalisir pada bekas

    daerah pencabutan.

    minum obat, tetapi sakittidak hilang

    IO:

    soket bekaspencabutan

    kosong

    bekuan darahtidak ada

    EO:

    trismus denganpembukaan

    maksimal

    22mm

    Diagnosa tentatif

    Komplikasi Ekstraksi

    Alveolitis

    Dry socketPendarahanFraktur akar dan

    tulang alveolar

    Oroantal fistulaLaserasi mukosaDolor post ekstraksi

    Tanda & gejala

    Penyebab

    Penatalaksanaa

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    4/20

    4 | P a g e

    LO. Komplikasi Ekstraksi (macam, tanda dan gejala, penyebab, dan

    penatalaksanaan)

    Cedera Jaringan Lunak (Laserasi Mukosa)

    Robekan pada Flap Mukosa

    Robekan pada flap mukosa merupakan hal yang dapat terjadi selama

    prosedur pembedahan ekstraksi gigi. Hal ini diakibatkan oleh bentuk flap

    mukosa yang tidak adekuat dan ukurannya kurang memadai, sehingga saat

    retraksi flap mengalami peregangan melebihi batas kemampuan regang

    mukosa. Robekan biasa terjadi pada akhiran insisi.

    Cara pencegahan:

    Membuat flap yang adekuat dan sesuai dengan kebutuhan saatpembedahan.

    Meminimalisir tekanan saat retraksi flap. Memberikan perhatian lebih untuk setiap langkah kerja agar

    kemungkinan robek dapat dikurangi.

    Penatalaksanaan:

    Apabila mukosa sudah robek, reposisi harus dilakukan kembali denganhati-hati dan dijahit. Biasanya hasil jahitan dapat adekuat, tetapi proses

    penyembuhannya semakin lama.

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    5/20

    5 | P a g e

    Dapat dibuat perpanjangan insisi untuk mendapatkan akses yamg lebihbaik.

    Apabila tepi sobekan mukosa bergerigi, dapat dipertimbangkan untukmengeksisi tepian mukosa agar mendapatkan margin flap yang rapisebelum dijahit. Tapi harus diperhatikan lagi jangan sampai

    pengambilan jaringan terlalu banyak karena dapat berakibat pada

    penyembuhan yang terlalu lama dan jumlah tepi attachment gingiva

    jadi berkurang.

    Luka Akibat Tusukan

    Pengkontrolan instrumen dan kekuatan yang dipakai saat ekstraksi

    mutlak dilakukan, karena pengkontrolan yang tidak stabil dapat melukai

    jaringan lunak mulut. Contohnya pada pemakaian instrument straight elevator

    atau periosteal elevator, kedua instrument ini dapat saja tergelincir tanpa

    sengaja dari area kerja dan melukai bagian lain jaringan lunak mulut. Dapat

    disimpulkan semua ini terjadi akibat kurangnya pengkontrolan tekanan atau

    kekuatan saat pemakaian instrumen.

    Kejadian ini dapat dicegah dengan mengkontrol kekuatan saat

    memegang alat dan memanfaatkan jari tangan yang bebas sebagai dukungan.

    Ketika tiba-tiba alat melenceng dari daerah kerja, jari tangan yang bebas

    langsung berfungsi sebagai bantalan atau penahan.

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    6/20

    6 | P a g e

    Penatalaksanaan:

    Darah yang keluar dapat dihentikan dengan cara menekan bagian yangluka menggunakan kasa steril.

    Rawat bagian yang luka dengan menggunakan antiseptik agar terhindardari infeksi.

    Luka tidak perlu dijahit, hal ini bertujuan untuk bendapatkan jalurdrainase yang baik apabila terjadi infeksi.

    Luka Akibat Peregangan dan Abrasi

    Luka abrasi atau luka bakar pada area bibir, sudut mulut, dan mukosa

    diakibatkan oleh instrumen rotasi, instrument metal panas, dan retraktor yang

    berkontak dengan jaringan lunak. Penggunaan tang yang tidak hati-hati saat

    pencabutan gigi juga dapat melukai jaringan lunak, terutama bibir atau

    mukosa pipi yang terjepit diantara gagang tang.

    Pencegahan dengan cara operator memperhatikan posisi saat

    pemakaian instrument. Jika ada asisten, maka asisten operator harus

    memperhatikan keadaan pasien serta posisi penempatan alat. Contohnya saat

    penggunaan retraktor pipi, asisten meregang pipi pasien hanya selama operator

    bekerja dan peregangan mukosa pipi disesuaikan dengan kebutuhan operator.

    Penatalaksanaan:

    Luka abrasi kecil dapat sembuh sendiri dalam waktu 4 sampai 7 hari(tergantung kedalaman luka).

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    7/20

    7 | P a g e

    Luka yang cukup besar dan dalam dapat diolesi dengan antibiotiktopikal untuk mencegah infeksi. Pengolesan cukup pada daerah luka

    saja dan selama masa penyembuhan. Penyembuhannya memakan

    waktu 5 sampai 10 hari.

    Masalah Saat Ekstraksi Gigi

    Fraktur Akar Gigi

    Masalah yang paling sering terjadi berkaitan dengan ekstraksi gigi

    adalah fraktur pada akar gigi yang dicabut. Jenis akar yang panjang, berkelok,

    divergen, atau adanya hipersementosis dan lain-lain, sering menyebabkan

    fraktur.

    Penatalaksanaan:

    Sisa akar dapat dikeluarkan dengan menggunakan cryer dan straightelevatorapabila memungkinkan.

    Pada pencabutan molar maksila, apabila fragmen akar yang tertinggalhanya 1/3 apikal dapat dapat dipertimbangkan untuk dibiarkan saja

    tanpa harus diangkat. Peninggalan akar bertujuan agar akar yang

    tersisa tidak terambil secara paksa dan menghindari terdorongnya

    fragmen ke dalam sinus maxillaris atau menyebabkan terbentuknya

    fistula oroantral pada kebanyakan kasus. Selain itu, peninggalan

    fragmen akar tidak akan menimbulkan reaksi biologis atau penolakan

    benda asing oleh tubuh, karena gigi merupakan bagian dari tubuh itu

    sendiri. Indikasi lainnya adalah fragmen akar yang dibiarkan tidak

    mengalami ganggren atau masalah apikal. Hal ini haruslah

    diinformasikan kepada pasien terlebih dahulu.

    Apabila diindikasikan untuk dikeluarkan secara bedah, sebaiknyadidahului dengan pemeriksaan radiografi dan dilakukan oleh operator

    yang berpengalaman dengan menggunakan teknik pembuatan flap.

    DisplacementAkar Gigi

    Sisa akar gigi maksila masuk ke bagian anatomi lain dari maksilla,

    seperti sinus, dapat saja sewaktu-waktu terjadi. Biasanya penggunaan straight

    elevatordengan penekanan terlalu besar ke arah apikal justru mendorong akar

    gigi ke dalam sinus dengan menjebol dinding sinus.

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    8/20

    8 | P a g e

    Penatalaksanaan:

    Tentukan ukuran fragmen yang masuk ke sinus, periksa apakahfragmen yang masuk berasal dari gigi yang infeksi atau terdpat infeksi

    periapikal, kemudian periksa keadaan sinus maksilaris apakah dalam

    keadaan sehat atau terinfeksi.

    Fragment akar yang berasala dari kondisi gigi dan periapikal yangsehat dapat dibiarkan saja di dalam sinus, tapa dilakukan tindakan

    pengeluaran, karena dapat diterima secara biologis oleh tubuh dan

    perforasi pada dinding sinus lama-kelamaan akan diisi oleh jaringan

    ikat. Namun diperlukan kontrol berkala untuk memastikan apakah

    nantinya terjadi infeksi atau tidak.

    Apabila ukuran fragmen 2-3 mm dan keadaan sinus sehat, operatoratau surgeon harus berani membuat keputusan untuk mengeluarkan

    fragmen akar. (1) lakukan rontgen foto untuk memastikan ukuran dan

    letak fragmen di dalam sinus, (2) irigasi melalui soket apeks yang

    terbuka dansuction kembali larutan irigasi dari sinus, (3) cek kembali

    melalui gambaran radiografi apakah fragmen akar ikut terbawa.

    Untuk ukuran fragmen akar yang besar, kondisi gigi dan sinus yangtidak baik, diperlukan tindakan bedah dengan menggunakan teknik

    Caldwell-Luc approach ke sinus maksilla pada regio fossa kaninus.

    Tindakan ini hanya boleh dilakukan oleh ahlinya.

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    9/20

    9 | P a g e

    Cedera Pada Struktur Osseus

    Fraktur Processus Alveolar

    Penggunaan tekanan yang berlebihan saat menggunakan tang pada saat

    ekstraksi dapat menyebabkan fraktur pada tulang alveolar. Bagian yang paling

    sering mengalami fraktur adalah bagian bukal kortikal plate gigi kaninus

    maksilla, bukal kortikal plate molar maksilla (terutama M1), dinding dasar

    sinus yang berbatasan dengan maksilla, tuberositas maksila, dan tulang labial

    insisivus mandibular.

    Penatalaksanaan:

    Apabila keseluruhan tulang telah terekstraksi bersamaan gigi, janganreposisi kembali. Tetapi pastikan reposisi jaringan lunak sebaik

    mungkin di atas tulang yang tersisa untuk mencegah penyembuhan

    yang lama. Tepian tulang yang tajam dihaluskan dengan bone file atau

    tang rongeur.

    Saat ekstraksi telah dilakukan fiksasi dengan menggunakan jari danterasa fraktur pada bukal cortical plate, maka saat itu sebenarnya

    tulang masih melekat pada periousteum dan lakukan teknik open

    ekstraksi.

    Fraktur Tuberositas Maksila

    Keadaan lainnya yang dapat terjadi adalah fraktur dari tuberositas

    maksilla. Ikut terbawanya tuberositas maksilla disebabkan oleh tekanan yang

    berlebihan saat ekstraksi molar 3 atau molar 2 yang berada paling akhir dari

    lengkung rahang.

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    10/20

    10 | P a g e

    Penatalaksanaan:

    Apabila terasa mulai terjadi patahan dan masih melekat pada jaringanperiousteum, tahan menggunakan jari, gigi dicabut dengan cara yang

    biasa dan lebih lembut, kemudian dijahit untuk mendapatkan stabilitas.

    Jika sudah terjadi mobilisasi yang banyak pada tuberositas maksilla,ada 2 cara penanganan: (1) splinting gigi yang akan dicabut, undur

    pencabutan 6-8 minggu sampai penyembuhan tulang terjadi, kemudian

    ekstraksi dengan open surgical technique. (2) lakukan separasi

    mahkota, sisakan akar dan tunggu penyembuhan 6-8 minggu,

    kemudian lakukan ekstraksi akar dengan cara biasa.

    Tuberositas maksila sudah terangkat keseluruhan pada saat ekstraksigigi, tidak boleh dilakukan reposisi tulang. Cukup reposisi terhadap

    jaringan lunak dan pastikan tidak terjadi penyembuhan yang lama.

    Oroantral Fistula (Oroantral Communication)

    Oroantral fistula atau oroantral communication adalah lubang antara prosesus

    alveolaris dan sinus maksilaris yang tidak mengalami penutupan dan mengalami

    epitelisasi. Ada beberapa penyebab terjadinya oroantral fistula, antara lain:

    Pencabutan gigi posterior rahang atas terutama M1, M2, P2, dimana akarnyadekat dengan anthrum.

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    11/20

    11 | P a g e

    Kecelakaan menggunakan alat seperti penggunaan elevator dengan tekananyang berlebihan ke arah superior dalam tindakan pengambilan fragmen atau

    ujung akar molar atau premolar, penggunaan kuret yang tidak benar sehingga

    menyebabkan terjadinya penembusan epitel yang tipis dari sinus maksilaris.

    Bentuk dinding dasar anthrum yang berlekuk mengikuti kontur akar gigisehingga tulang dasar anthrum menjadi menipis.

    Adanya jaringan patologis pada ujung akar gigi seperti kista radikuler,granuloma periapikal dan adanya suatu neoplasia. Keradangan pada daerah

    periapikal mengakibatkan terjadinya kerusakan pada struktur tulang di daerah

    infeksi sehingga tulang menjadi rapuh.

    Enukleasi atau pengeluaran kista besar pada maksila. Fraktur pada segemn prosesus alveolaris rahang atas yang besar.

    Tanda dan gejala oroantral fistula:

    Adanya pembukaan atau lubang antara rongga mulut dengan anthrum. Pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit kecuali terjadi infeksi akut pada

    sinus.

    Pada saat minum atau kumur-kumur, pasien mengeluhkan adanya cairan yangkeluar dari hidung.

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    12/20

    12 | P a g e

    Selain itu, kita juga dapat mendiagnosis apakah sudah terjadi komunikasi dengan cara

    sebagai berikut:

    Selesai ekstraksi, periksa gigi yang dicabut (gigi maksilla) apakah dibagianakar ada tulang yang menempel atau tidak. Jika ada, dapat dicurigai telah

    terjadi perforasi sinus.

    Ada atau tidaknya tulang yang menempel masih membuka kemungkinanterjadinya komunikasi, maka dilakukan nose-blowing test, yaitu test dengan

    cara pasien meniup dengan hidung tertutup dan mulut terbuka. Apabila

    komunikasi terjadi, pada hasil test akan terdengar hembusan udara melalui

    daerah yang mengalami kerusakan, pada soket gigi akan terlihat gelembung

    udara seperti busa yang terperagkap di dalam darah, dan kaca mulut yang

    diletakkan dibawah bekas ekstraksi berembun. Namun, jangan instruksikan

    pasien untuk meniup udara terlalu keras karena nantinya justru menimbulkan

    komunikasi itu sendiri.

    Cara pencegahan sebaiknya dilakukan foro rotgen terlebih dahulu sebelum

    tindakan pencabutan gigi untuk mengetahui posisi akar gigi posterior rahang atas

    yang letaknya dekat dengan antrum dan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit

    periapikal pada jaringan disekitar ujung akar gigi. Pengontrolan tekanan yang

    diberikan pada instrumen dan tindakan yang selalu berhati-hati mutlak dilakukan

    sehingga terjadinya oroantral fistula dapat dihindari.

    Penatalaksanaan:

    Diameter komunikasi 2mm Tidak diperlukan perawatan bedah, tetapi pastikan terjadinya

    pembekuan darah di dalam soket dan meminta pasien mengikuti

    instruksisinus precautions untuk mencegah bekuan darah tanggal.lara

    Operator dilarang untuk melakukan probing melalui soket ke dalamsinus, karena dapat memperbesar perforasi dan malah menjadi jalan

    masuk bagi bakteri.

    Diameter komunikasi 2-6mm Untuk menjaga bekuan darah pada area maka diperlukan penjahitan

    pada soket.

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    13/20

    13 | P a g e

    Pada soket juga dapat ditambahkan bahan perangsang untuk bekuandarah seperti gelatin sponge (gelfoam) sebelum dijahit.

    Instruksikan pasien untuk mengikuti sinus precautions dan dibekalidengan antibiotik seperti amoxicillin, cephalexin, atau clindamycin

    selama 5 hari untuk mengurangi kemungkinan terjadinya sinusitis.

    Tambahan, decongestant nasal spray atau oral decongestant jugadapat diberikan untuk mengkerutkan mukosa nasal agar menjagajalur

    ostium. Selama ostium terbuka dan normal drainase sinus dapat terjadi,

    maka kemungkinan sinusitis dan infeksi sinus dapat dikurangi.

    Lakukan kontrol berkala. Diameter komunikasi 7mm

    Operator harus mempertimbangkan perawatan dengan prosedur flapdan biasanya dikerjakan oleh ahli (oral and maxillofacial surgeon).

    Penentuan desain flap perlu dipertimbangkan agar suplai darah tetap memadaiuntuk menghindari terjadinya nekrosis dan hilangnya jaringan karena

    hilangnya sirkulasi darah yang sempurna. Flap harus bebas dari semua

    perlekatan periosteal agar dapat berotasi atau berubah letak untuk menutupi

    kerusakan yang terjadi tanpa membuat tekanan pada jaringan. Flap harus di

    desain agar garis sutura tidak diletakkan di daerah perforasi dan semua margin

    yang diperlukan dapat diperoleh dan dipertahankan dengan cara penjahitan.

    Beberapa prosedur yang disarankan untuk menutup oroantral fistula yang

    terjadi diantaranya adalah kombinasi jaringan mukoperiostem bukal dan

    palatal, teknik flap bukal, dan teknik flap palatal. Kombinasi jaringan

    mukoperiosteum bukal dan palatal merupakan prosedur sederhana yang dapat

    memberikan hasil yang baik bagi penutupan daerah oroantral fistula yang

    terbuka secara tidak sengaja setelah pencabutan.

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    14/20

    14 | P a g e

    Sinus precautions bertujuan untuk mencegah tekanan udara di dalam sinusterlalu rendah atau terlalu tinggi agar bekuan darah tidak tanggal. Instruksikan

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    15/20

    15 | P a g e

    pasien untuk tidak menghembuskan nafas terlalu keras melalui hidung (seperti

    membuang ingus), dilarang bersin dengan keras, dilarang menghisap area

    bekas pencabutan, dan dilarang merokok.

    Kontrol berkala, paling lama 2 minggu.

    Perdarahan Pasca Ekstraksi

    Prosedur ekstraksi gigi memancing mekanisme hemostatik karena : (1)

    jaringan rongga mulut memiliki tingkat vaskularisasi yang tinggi, (2) ekstraksi gigi

    meninggalkan luka yang terbuka, (3) sulit untuk mengkontrol bahan dressing tanpa

    tekanan dan mencegah pendarahan bertambah, (4) pasien akan memainkan lidahnya

    pada area bekas pencabutan dan bekuan darah akan tanggal, sehingga menimbulkan

    pendarahan lagi, (5) enzim saliva dapat melisis bekuan darah sebelum terbentuknya

    jaringan granulasi.

    Tanda-tanda terjadinya perdarahan adalah sukarnya darah berhenti pasca

    ekstraksi, karena perdarahan yang normal hanya terjadi selama 12-24 jam pasca

    ekstraksi dan apabila pasien mulai mengalami syok (berkeringat, denyut nadi lemah,

    tekanan darah menurun) lebih baik segera dilarikan ke rumah sakit. Perdarahan hebat

    biasanya terjadi pada individu yang memiliki trauma operasi yang besar, haemoragi,

    penyakit dengan gangguan fungsi dan aktivasi platelet, hipertensi tidak terkontrol,

    pasien dengan perawatan NSAIDs, DM tidak terkontrol, defisiensi haemostasis seperti

    antikoagulan atau thrombocytopenia, penyakit herediter seperti von Willebrand

    syndrome dan haemophilia.

    Penatalaksanaan:

    Perdarahan biasa dapat ditangani dengan menginstruksikan pasien menggigitkasa steril selama 15-30 menit.

    Perlukaan harus diperiksa secara seksama untuk melihat apakah adaperdarahan dari arteri. Bila ada, maka diperlukan penekanan pada area

    tersebut. Jika gagal, jepit artei menggunakan hemostat dan jahit menggunakan

    resorbable sutura.

    Bahan untuk mengkontrol pendarahan: Soket ditutup dengan gelatin sponge (gelfoam) dan dijahit. Absorbable

    gelfoam merangsang formasi atau pembentukan bekuan darah. Jahitan

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    16/20

    16 | P a g e

    membantu mempertahankan posisi gelfoam selama proses koagulasi.

    Kemudian taruh kasa steril diatasnya dan ditekan.

    Material lain yang dapat digunakan untuk mengkontrol pendarahanadalah oxidized regenerated cellulose (e.g., Surgicel). Material ini

    mampu merangsang koagulasi lebih baik dari gelfoam karena bisa

    dimasukka ke dalam soket dibawah tekanan. Namun, selulosa yang

    dimasukkan ke dalam soket dapat memperlama penyembuhan soket.

    Karena itu, selulosa dipacking kedalam soket hanya untuk keadaan

    pendarahan yang persisten.

    Apabila diperlukan perhatian khusus terhadap pasien dengankemampuan bekuan darah kurang, dapat dipersiapkan liquid topical

    thrombin yang bisa dicampur bersamaan dengan gelatin sponge dan

    ditaruh ke dalam soket. Liquid thrombin ini akan melewati fase

    koagulasi dan membantu mengubah fibrinogen menjadi fibrin dan

    membentuk bekuan darah. Kemudian jahit soket dan letakkan kasa

    steril diatasnya.

    Material terakhir yang dapat membantu menghantikan pendarahanadalah collagen. Collagen akan mendorong agregasi platelet dan

    membantu kecepatan koagulasi darah. Collagen tersedia dalam

    berbagai bentuk, ada microfibular kolagen (avitene), sediaan tanam

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    17/20

    17 | P a g e

    (collaplug), dan bentuk pita (collatape). Material-material ini lebih

    mudah digunakan, tetapi harganya relative mahal.

    Dry Socket (Alveolar Osteitis)

    Setelah pencabutan gigi, terbentuk bekuan darah di tempat pencabutan,

    bekuan ini terbentuk oleh jaringan granulasi, dan akhirnya terjadi pembentukan tulang

    secara perlahan-lahan. Bila bekuan darah ini rusak, maka pemulihan akan terhambat

    dan menyebabkan sindroma klinis yang disebut alveolar osteitis (dry socket).

    Penyebab dry socket belum terlalu jelas, tapi merupakan hasil dari aktivitas

    fibrinolitik disekitar socket. Perubahan plasminogen menjadi plasmin yang

    menyebabkan fibrinolisis pada bekuan darah di soket bekas pencabutan. Kerusakan

    bekuan darah ini dapat disebabkan oleh trauma pada saat ekstraksi (ekstraksi dengan

    komplikasi), dokter gigi yang kurang hati-hati, penggunaan kontrasepsi oral,

    penggunaan kortikosteroid, dan suplai darah (suplai darah di rahang bawah lebih

    sedikit daripada rahang atas). Kurang nya irigasi saat dokter gigi melakukan tindakan

    yang dapat menyebabkan dry socket. Gerakan menghisap dan menyedot seperti

    kumur-kumur dan merokok segera setelah pencabutan dapat mengganggu dan

    merusak bekuan darah. Kontaminasi bakteri adalah faktor penting, oleh karena itu

    orang dengan oral hygiene buruk lebih beresiko mengalami dry socket pasca

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    18/20

    18 | P a g e

    pencabutan gigi. Demikian juga pasien yang menderita gingivitis, periodontitis, dan

    perikoronitis.

    Untuk gambaran klinis, daerah pasca pencabutan yang mengalami dry socket

    awalnya terisi oleh bekuan darah yang berwarna keabu-abuan yang kotor, kemudian

    bekuan ini hilang dan meninggalkan soket tulang yang kosong. Tulang terekspos dan

    sangat sensitif. Penderita biasanya mengeluhkan sakit yang parah dan dapat tibul bau

    tidak sedap. Hal ini dapat terjadi kurang dari 24 jam setelah ekstraksi namun dapat

    juga terjadi 3-4 hari pasca pencabutan. Kadang-kadang dapat terjadi pembengkakan

    dan limfadenopati. Frekuensi alveolar osteitis lebih tinggi pada rahang bawah dan gigi

    posterior. Kemungkinan paling besar pada kelompok umur 40 tahun.

    Pencegahan : wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lebih beresiko mengalami

    dry socket setelah ekstraksi. Oleh karena itu sebaiknya tindakan pencabutan

    dijadwalkan pada hari dimana kadar estrogen rendah, yaitu saat tidak ada

    suplementasi estrogen, sekitar hari ke-22 hingga 28 dari siklus menstruasi. Irigasi

    yang baik selama tindakan ekstraksi juga dapat mencegah dry socket. Beberapa

    penelitian menganjurkan pemakaian obat kumur chlorhexidine 0,12% segera setelah

    pencabutan dan 7 hari pasca pencabutan dapat mencegah terjadinya dry socket.Penatalaksanaan:

    Terdiri dari irigasi dan dressing bahan medikamen. Terlebih dahulu soketdiirigasi lembut menggunakan larutan saline steril. Melakukan kuretase pada

    soket dilarang, karena hanya akan meningkatkan rasa sakit dan tulang yang

    terpapar semakin luas. Sedot kembali larutan saline dengan hati-hati dan kasa

    yang telah diberi iodoform di letakkan di dalam soket.

    Bahan medikasi terdiri dari eugenol untuk mengurangi rasa sakit, topikalanastetik seperti benzocaine. Rasa sakit akan berkurang setelah 5 menit.

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    19/20

    19 | P a g e

    Dressing diganti selama 3-6 hari kedepan dan irigasi kembali dengan salinesetiap pergantian dressing. Setelah rasa sakit reda, bahan dressing tidak boleh

    diletakkan lagi karena justru memperlama penyembuhan.

    Cedera Pada Struktur yang Berdekatan

    Cedera Syaraf Regional

    Nervus kranial cabang ke-5 yang mensyarafi oral tidak luput dari

    cedera selama proses ekstraksi. Cabang spesifik yang paling sering terkena

    seperti N. Mentalis, N. Ligualis, N. Bukalis, dan N. Nasopalatinus. Cedera

    syaraf ini diakibatkan ketidak hati-hatian operator saat melakukan insisi flap

    teknik open ekstraksi ataupun saat melakukan ekstraksi untuk gigi impaksi.

    Akibatnya dapat menyebabkan parasthesia pada bagian wajah dan mati rasa.

    Keadaan ini dapat hilang ataupun bertahan.

    Penatalaksanaan: segera rujuk pasien setelah dideteksi adanya cedera,

    perawatan dapat ditunda 3-6 bulan. Perawatan yang terdiri dari dekompresi,

    anastomosis, atau graft biasanya memberikan hasil yang baik.

    Cedera pada TMJ

    Selama proses ekstraksi, TMJ juga tidak luput dari cedera. Cedera

    padaTMJ biasanya terjadi akibat dukungan rahang yang inadekuat selama

    prose ekstraksi untuk menahan tekanan, terlalu lama membuka mulut. Hal ini

    dapat diketahui saat pasien merasa sakit dan tidak dapat menutup mulut.

    Penatalaksanaan:

    Selama ekstraksi asisten operator dapat membantu pasien dengan caramenahan rahang bawah pasien.

    Jika pasien mengeluhkan sakit pada TMJ sehabis prosedur ekstraksi,instruksikan pasien untuk mengkompres rahang dengan menggunakan

    handuk hangat, istirahatkan rahang, diet lunak, dan beri resep

    ibuprofen 600-800 mg setiap 4 jam untuk beberapa hari. Untuk pasien

    yang tidak bisa mentoleransi nonsteroidal anti-inflammatory drugs,

    maka acetaminophen dapat menjadi pilihan.

  • 7/30/2019 Laporan Modul 3 Blok 18

    20/20

    20 | P a g e

    Daftar Pustaka

    Hupp, James R.et all. 2008. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery (fifth

    edition). Missoury : Mosby Elsevier

    Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta : EGC Penerbit

    Buku Kedokteran.

    Sulastra, I Wayan. Oroantral Fistula As One Of The Complications Of Dental

    Extraction And Their Treatment. Jurnal PDGI, Vol 58 No. 1, Januari-April 2009.