sken 9 blok 18

21
Kasus Asma Bronkial pada Anak-anak Disusun Oleh : Melyana Sari 102013300/D10 Email : [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 Abstrak Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma terus meningkat terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia. Studi di Asia Pasifik baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman yang direkomendasikan Global Initiative for Asthma (GINA). Ciri-ciri klinis yang dominan adalah riwayat episode sesak, terutama pada malam hari yang sering disertai batuk. Pada pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukan adalah mengi. Asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu genetik dan lingkungan, mengingat patogenesisnya tidak jelas, asma didefinisikan secara deskripsi yaitu penyakit inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan, dengan gejala episodik berulang berupa batuk, sesak napas, mengi dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari, yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan Kata kunci : asma, mengi episodik, hipereaktifitas bronkus 1

Transcript of sken 9 blok 18

Kasus Asma Bronkial pada Anak-anakDisusun Oleh : Melyana Sari102013300/D10Email : [email protected] Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510Abstrak Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma terus meningkat terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia. Studi di Asia Pasifik baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman yang direkomendasikan Global Initiative for Asthma (GINA). Ciri-ciri klinis yang dominan adalah riwayat episode sesak, terutama pada malam hari yang sering disertai batuk. Pada pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukan adalah mengi. Asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu genetik dan lingkungan, mengingat patogenesisnya tidak jelas, asma didefinisikan secara deskripsi yaitu penyakit inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan, dengan gejala episodik berulang berupa batuk, sesak napas, mengi dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari, yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatanKata kunci : asma, mengi episodik, hipereaktifitas bronkusAbstrack Asthma is a chronic inflammatory disease of the airways that is characterized by episodic wheezing, cough, and tightness in the chest due to airway obstruction. In the last 30 years the prevalence of asthma continues to increase, especially in developed countries. Increase occurred also in the Asia-Pacific countries such as Indonesia. Studies in the Asia Pacific region have recently demonstrated that the level of absenteeism due to asthma is much higher than in the United States and Europe. Nearly half of all asthma patients had been treated in hospital and visits to emergency departments each year. This is due to the management and treatment of asthma are still far from the recommended guidelines Global Initiative for Asthma (GINA). The characteristics of the dominant clinical episode is narrated tightness, especially at night is often accompanied by a cough. On physical examination, signs are often found is wheezing. Asthma is influenced by two factors: genetics and environment, considering the pathogenesis is unclear, asthma defined in the description that the chronic inflammatory disease of the airways that causes the bronchial hyperreactivity to various stimuli, with recurrent episodic symptoms such as cough, shortness of breath, wheezing and tightness in the chest, especially at night or early morning, which generally are reversible either with or without treatmentKeyword : asthma, episodic wheezing, bronchial hipereaktifitas

A. Pendahuluan a. Latar Belakang MasalahAsma merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak. Kejadian asma meningkat baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan meningkatnya industry dan pola hidup, sehingga tingkat polusi cukup tinggi, meskipun hal ini masih perlu dibuktikan. Serangan asma adalah episode perburukan yang progresif dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan atau berbagai kombinasi dari gejala tersebut. Derajat serangan asma dapat dimulai dari serangan ringan hingga serangan berat yang dapat mengancam nyawa. Serangan asma biasanya mencerminkan terdapatnya kegagalan seperti gagalnya tatalaksana jangka panjang atau penghindaran dengan pencetus. Berat serangan tidak ada hubungan dan frekuensinya. Asma dapat diderita seumur hidup sebagaimana penyakit allergi lainnya dan tidak dapat disembuhkan secara total. Upaya terbaik yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit asma adalah dengan cara menghindari faktor-faktor penyebabnya

b. Rumusan MasalahSeorang anak laki-laki berusia 6 tahun dibawa ibunya ke poliklinik karena sering batuk sejak 3 bulan yang lalu

c. Tujuan Penelitian Untuk memberikan informasi bagi pembaca mengenai penanganan penyakit asma bronkial serta memberitahu bagaimana patofisiologi dan penatalaksanaan dari penyakit ini yang biasanya didominasi oleh anak-anak d. Hipotesis Seorang anak laki-laki yang berusia 6 tahun diduga mengalami asma bronkial B. Pembahasan a. Anamnesis1Seorang anak dikatakan menderita serangan asma apabila didapatkan gejala batuk dan mengi yang memburuk dengan progresif. Selain keluhan batuk dijumpai sesak napas dari ringan sampai berat. Pada serangan asma gejala yang timbul bergantung pada derajat serangannya. Pada serangan ringan, gejala yang timbul tidak terlalu berat. Pasien masih lancar berbicara dan aktifitasnya tidak terganggu. Pada serangan sedang, gejala bertambah berat anak sulit mengungkapkan kalimat. Pada serangan asma berat, gejala sesak dan sianosis dapat dijumpai berbicaranya pun terputus-putus. Oleh karena itu, anamnesis yang dipakai dalam kasus anak yang diduga mengalami asma adalah dengan teknik alloanamnesis, yaitu menanyakan berbagai hal kepada orang tua si anak yang dapat mendukung atau menyingkirkan berbagai kemungkinan yang ada pada akhirnya akan membantu kita untuk menegakkan suatu diagnosis. Dalam alloanamnesis kita dapat menanyakan hal-hal sebagai berikut : Apakah anak mendapat serangan mengi berulang ? Apakah anak mengalami gangguan batuk pada malam hari ? Apakah batuk atau mengi timbul sesudah aktifitas ? Apakah batuk atau mengi atau rasa berat di dada timbul sesudah paparan allergen atau polutan ? Apakah keluhan membaik setelah diterapi obat asma ? b. Gejala Klinis2Serangan akut yang spesifik jarang dilihat sebelum anak berusia dua tahun. Secara klinis asma dibagi oleh tiga stadium :Stadium I : waktu terjadinya edema dinding bronkus, batuk paroksismal atau batuk yang terus menerus. Hal ini terjadi karena iritasi dan batuk kering. Sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing yang merangsang batuk

Stadium II : sekresi bronkus bertambah banyak dan batuk dengan dahak yang jernih dan berbusa. Pada stadium ini anak akan merasa sesak napas sehingga anak akan berusaha napas lebih dalam. Ekspirasi memanjang dan terdengar bunyi mengi. Tampak otot napas tambahan turut bekerja. Anak tampak gelisah, pucat dan sianosis di sekitar mulut. Pada anak yang lebih kecil cenderung terjadi pernapasan abdominal, reaksi suprasternal dan interkostal

Stadium III : obstruksi atau spasme bronkus lebih berat, aliran udara sangat sedikit sehingga suara napas hamper tidak terdengar. Stadium ini sangat berbahaya karena sering disangka ada perbaikan juga batuk seperti ditekan. Pernapasan dangkal, tidak teratur dan frekuensi napas yang mendadak tinggi

c. Pemeriksaan Fisik3Gejala dan serangan asma pada anak tergantung pada derajat serangannya. Pada serangan ringan anak masih aktif, dapat berbicara lancar tidak dijumpai adanya retraksi baik di sela iga maupun epigastrium. Frekuensi napas masih dalam batas normal. Pada serangan sedang dan berat dapat dijumpai adanya wheezing terutama pada saat ekspirasi, retraksi dan peningkatan frekuensi napas dan denyut nadi bahkan dapat dijumpai sianosis. Dasar penyakit ini adalah hiperaktifitas bronkus akibat adanya inflamasi kronik saluran respiratorik. Akibatnya timbul hipersekresi lender, udem dinding bronkus dan konstriksi otot polos bronkus. Ketiga mekanisme patologi diatas mengakibatkan timbulnya gejala batuk, pada auskultasi dapat terdengar ronkhi basah kasar dan mengi. Pada saat serangan dapat dijumpai anak yang sesak dengan komponen ekspirasi yang lebih menonjol

d. Pemeriksaan Penunjang4Pada serangan asma berat, pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah analisis gas darah (AGD) dan foto rontgen thoraks proyeksi antero-posterior. Pada AGD dapat dijumpai adanya peningkatan pCO2 dan rendahnya pO2 (hipoksemia). Pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan adalah uji fungsi paru bila kondisi memungkinkan. Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan adanya penurunan FEV 1 yang mencapai 6 tahun) pemeriksaan faal paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang sederhana adalah peak flow meter atau yang lebih lengkap yaitu spirometer. Uji provokasi bronkus dengan histamin, metakolin, gerak badan, udara kering dan dingin atau dengan salin hipertonis sangat menunjang diagnosis

g. EtiologiSecara umum faktor risiko asma dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :71. Faktor genetik : hiperreaktifitas, atopi atau riwayat alergi keluarga2. Faktor lingkungan : alergen didalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing dan jamur), makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, makanan laut), obat-obatan tertentu, ekspresi emosi yang berlebihan (terlalu senang atau terlalu sedih), asap rokok (perokok aktif atau perokok pasif), polusi udara, perubahan cuaca dan exercise induced asthma

3. Exercise induced asthma merupakan obstruksi jalan napas yang berhubungan dengan exercised tanpa mempertimbangkan ada tidaknya asma bronkial. Beberapa literatur menyebutnya sebagai exercised induced bronchospasme (EIB). Exercised induced asthma harus dibedakan antara penderita asma dengan atlit. Pada atlit saat latihan fisik, terjadi hiperventilasi karena meningkatnya kebutuhan oksigen. Hiperventilasi ini menyebabkan saluran napas berusaha lebih untuk menjaga kelembaban dan suhu udara yang masuk ke dalam alveolus tetap optimal. Berikut adalah faktor-faktor pemicu terjadinya asma :4 Pemicu : allergen dalam ruangan seperti tungau, debu rumah, binatang berbulu (anjing, kucing, tikus, kecoa), serta pajanan asap rokok Pemacu : rhinovirus, ozon, dan pemakaian beta 2 agonist Pencetus : infeksi viral saluran napas, aeroallergen seperti bulu-bulu binatang, allergen dalam rumah, menangis, tertawa, hip Pencetus : infeksi viral saluran napas, aeroallergen seperti bulu-bulu binatang, allergen dalam rumah, menangis, tertawa, hipventilasi akibat melakukan olahraga yang berlebihan dan kondisi komorbid (rhinitis, sinusitis dan gastroesofageal reflux disease atau GERD)

h. Epidemiologi5Asma adalah penyebab tunggal terpenting untuk morbiditas penyakit pernapasan dan menyebabkan 2000 kematian/tahun. Prevalensinya sekarang sekitar 10-15%, semakin meningkat di masyarakat barat. Insidensi mengi tertinggi pada anak-anak (satu dari tiga anak mengalami mengi dan satu dari tujuh anak sekolah terdiagnosis asma). Asma pada anak-anak di Amerika Serikat dianggap sebagai penyebab tersering adanya kunjungan ke instalasi gawat darurat, rawat inap dan tidak masuk sekolah. Walaupun asma tidak sering menyebabkan kematian. Namun, dilaporkan 164 kematian anak akibat asma pada tahun 1998

i. Patofisiologi6Istilah asma berasal dari kata yunani yang artinya terengah-engah dan berarti serangan napas pendek. Istilah ini hanya ditunjukan untuk keadaan-keadaan yang menunjukan respons abnormal saluran napas terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan napas yang meluas. Perubahan patologis yang menyebabkan obstruksi jalan napas terjadi pada bronkus ukuran sedang dan bronkiolus berdiameter 1 mm. penyempitan jalan napas disebabkan oleh bronkospasme, edema mukosa dan hipersekresi mukus yang kental. Asma dapat dibagi dalam tiga kategori :1. Asma ekstrinsik atau alergik ditemukan pada sejumlah kecil pasien dewasa dan disebabkan oleh alergen yang diketahui. Bentuk ini biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dengan keluarga yang mempunyai riwayat penyakit atopik termasuk eksema, dermatitis dan asma. Asma alergik disebabkan oleh kepekaan individu terhadap alergedalam bentuk serbuk sari yang dihirup, bulu halus binatang, spora jamur, debu, serat kain atau yang lebih jarang terhadap makanan seperti susu atau cokelat. Pajanan terhadap alergen, meskipun hanya dalam jumlah yang sangat kecil, dapat mengakibatkan serangan asma

2. Asma intrinsik atau idiopatikDitandai dengan sering tidak ditemukannya faktor-faktor pencetus yang jelas. Faktor nonspesifik seperti flu biasa, latihan fisik atau emosi dapat memicu serangan asma. Asma intrinsik lebih sering timbul sesudah usia 40 tahun dan serangan timbul sesudah infeksi sinus hidung atau pada percabangan trakeobronkial. Makin lama serangan makin hebat, sehingga akhirnya keadaan ini berlanjut menjadi bronkitis kronik dan emfisema

3. Asma campuranAsma campuran yang terdiri dari komponen-komponen asma ekstrinsik dan intrinsik. Sebagian besar pasien asma intrinsik akan berlanjut menjadi bentuk campuran dan anak yang menderita asma ekstrinsik sering sembuh sempurna saat dewasa mudaSetelah pasien terpajan alergen penyebab atau faktor pencetus, segera akan timbul dispnea. Pasien merasa seperti dicekik dan harus berdiri atau duduk dan berusaha penuh mengerahkan tenaga untuk bernapas. Kesulitan utama terletak pada saat ekspirasi. Percabangan trakeobronkial melebar dan memanjang selama inspirasi, tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkiolus yang sempit, mengalami edema dan terisi mukus, yang dalam keadaan normal akan berkontraksi sampai tingkatan tertentu pada ekspirasi. Udara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan, sehingga terjadi hiperinflasi progresif paru. Akan timbul mengi ekspirasi memanjang yang merupakan ciri khas asma sewaktu pasien berusaha memaksakan udara keluar. Serangan asma seperti ini dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti batuk produktif dengan sputum berwarna keputih-putihan

j. Penatalaksanaan5Tujuan terapi asma adalah : Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma Mencegah kekambuhan Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya Mengupayakan aktifitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise Menghindari efek samping obat asma Mencegah obstruksi jalan napas yang irreversibelApabila tujuan ini tercapai maka perlu re-evaluasi tatalaksananya apakah perlu tingkat pengobatan dinaikkan (step up) atau perubahan pengobatan atau bila tujuan telah tercapai dan stabil 1-3 bulan apakah sudah perlu dilakukan penurunan pelan-pelan (step down). Syarat step down antara lain : Pengendalian lingkungan harus tetap baik Asma sudah terkendali selama 3 bulan berturut-turut ICS hanya boleh diturunkan 25% setiap 3 bulannya sampai dengan dosis terkecil yang masih dapat mengendalikan asmanya Bila step down gagal, perlu dicari sebabnya dan kalau sudah dikoreksi, ICS dapat diturunkan bersama dengan penambahan LABA atau LTRATatalaksana medika mentosa Obat asma dapat dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu obat pereda (reliever) dan obat pengendali (controller). Obat pereda digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma jika sedang timbul sedangkan obat pengendali yang disebut juga obat pencegah atau obat profilaksis. Obat ini digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma, yaitu inflamasi kronik saluran napasObat-obat pereda (reliever) Bronkodilator Short acting beta 2 agonist terbaik dan terpilih untuk terapi asma akut pada anak. Obat ini menstimulasi reseptor beta 2 adrenergik menyebabkan perubahan ATP menjadi cylic-AMP sehingga timbul relaksasi otot polos jalan napas yang menyebabkan terjadinya bronkodilatasi Beta 2 agonist selektifObat yang sering dipakai adalah salbutamol oral 0,1-0,15 mg/kgBB/kali, setiap 6 jam, terbutalin oral 0,05-0,1 mg/kgBB/kali, setiap 6 jam, dosis fenoterol 0,1 mg/kgBB/kali, setiap 6 jam. Efek samping pemberian obat ini antara lain tremor otot skeletal, sakit kepala, agitasi, palpitasi dan takikardi

Methyl xantinEfek bronkodilatasi methyl xantin setara dengan beta 2 agonist, tapi karena efek sampingnya lebih banyak dan batas keamanannya sempit, obat ini diberikan pada serangan asma berat dengan kombinasi beta 2 agonist dan antikolinergik. Methyl xantin cepat diarbsorpsi setelah pemberian oral, rectal atau parenteral. Dosis aminofilin intravena inisial bergantung kepada usia :1-6 bulan : 0,5 mg/kgBB/jam6-11 bulan : 1 mg/kgBB/jam1-9 tahun : 1,2-1,5 mg/kgBB/jam>10 tahun : 0,9 mg/kgBB/jamEfek samping obat ini adalah mual, muntah, sakit kepala,. pada konsentrasi yang lebih tinggi dapat timbul kejang, takikardi dan aritmia

AntikolinergikObat yang digunakan adalah ipratropium bromide. Kombinasi dengan nebulisasi beta 2 agonist menghasilkan efek bronkodilatasi yang lebih baik. dosis anjuran 0,1 cc/kgBB, nebulisasi tiap 4 jam. Obat ini dapat juga diberikan dalam larutan 0,025% dengan dosis : untuk usia diatas 6 tahun 8-20 tetes. Usia kecil 6 tahun 4-10 tetes. Efek sampingnya adalah kekeringan atau rasa tidak enak dimulut. Antikolinergik inhalasi tidak direkomendasikan pada terapi asma jangka panjang pada anak

Kortikosteroid Kostikosteroid sistemik memerlukan waktu paling sedikit 4 jam untuk mencapai perbaikan klinis, efek maksimum yang dicapai dalam waktu 12-24 jam. Preparat oral yang di pakai adalah prednisone, prednisolon atau triamnisolon dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari diberikan 2-3 kali sehari selama 2-5 kali sehari. Metilprednisolon merupakan pilihan utama karena kemampuan penetrasi ke jaringan paru lebih baik, efek anti inflamasi lebih besar dan efek mineralokortikoid minimal. Dosis metilprednisolon intravena yang dianjurkan adalah 1mg/kgBB setiap 4 sampai 6 jam

Obat-obat pengontrol asmaObat-obat asma pengontrol pada anak-anak termasuk inhalasi dan sistemik yaitu inhalasi glukokortikoid, leukotrien modifiers, long acting inhaled beta 2 agonist, teofilin, cromones dan long acting oral beta 2 agonist

k. Prognosis6Sejalan dengan bertambahnya usia anak, sebagian besar anak akan mengalami pebaikan. Pada anak-anak prasekolah yang mengalami mengi hanya pada saat pilek, mungkin gejala akan menghilang setelah usia 5-8 tahun. Secara umum, semakin berat suatu asma maka perbaikan akan tercapai pada usia yang lebih tua. Asma mungkin berulang pada masa remaja dan dewasa. Oleh karena itu, sebaiknya untuk mencegah daripada mengobati lagi seperti tidak merokok dan menghindari alergen potensial di tempat bekerja

l. Komplikasi7Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus berkepanjangan yang mengancam jiwa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan dapat terjadi pada beberapa individu. Pada kasus ini, kerja pernapasan sangat meningkat . apabila kerja pernapasan meningkat, kebutuhan oksigen juga meningkat. Karena individu yang mengalami serangan asma tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen normalnya, individu semakin tidak sanggup memenuhi oksigen yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk berinspirasi dan berekspirasi melawan spasme bronkiolus, pembengkakan bronkiolus dan mukus yang kental. Situasi ini dapat menyebabkan pneumothorax akibat besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi. Apabila individu kelelahan, dapat terjadi asidosis respiratorik, gagal napas dan kematian

C. Kesimpulan Dari penjelasan diatas, diketahui bahwa anak tersebut batuk-batuk dan dari riwayat keluarga memiliki riwayat alergi. Alergi yang diderita anak ini adalah asma bronkial, asma merupakan inflamasi yang ditandai adanya mengi dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Penatalaksanaan asma terdiri dari pemberian obat bronkodilator sebagai pereda (beta 2 agonist seperti salbutamol dan terbutalin) dan pencegahannya tentu saja menghindari faktor-faktor penyebabnya

DAFTAR PUSTAKA1. Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : AGC.2. Crockett, A. (1997) Penanganan Asma dalam Penyakit Primer, Jakarta : Hipocrates.3. Crompton, G. (1980) Diagnosis and Management of Respiratory Disease, Blacwell Scientific Publication.4. Price, S & Wilson, L. M. (1995) Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-prosesPenyakit, Jakarta : EGC5. Penyakit Asma.2007. Penyebab Penyakit Asma, Ciri-ciri Penyakit Asma dan GejalaPenyakit Asma dan Pengobatan Penyakit Asma, Asma Bronkial ( Asma Bronchial ). http://penyakitasma.com/penyakit-asma/#more-56.

13