K3 sken 5 blok 28
description
Transcript of K3 sken 5 blok 28
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Jessica
102012373
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : [email protected]
Abstrak
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Masalah kesehatan dan
keselamatan kerja di Indonesia masih sering terabaikan sehingga masih perlu sistem manajemen
yang baik untuk kesehatan dan keselamatan kerja. Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3
adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat
mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien, dan produktif.
Kata kunci: Kesehatan dan keselamatan kerja, kecelakaan kerja, sistem manajemen K3
Abstrac
Implementation of Occupational Health and Safety is one of the efforts to create a
workplace that is safe, healthy, free from environmental pollution, so as to reduce and or free
from occupational accidents and occupational diseases that can ultimately improve efficiency
and productivity. Occupational health and safety issues in Indonesia is often overlooked that still
need good management system for occupational health and safety. Goals and objectives of K3
management system is the creation of K3 system in the workplace involving all the parties so as
to prevent and reduce accidents and occupational diseases and the creation of a workplace that
is safe, efficient, and productive.
Keywords: Health and safety, occupational accidents, management system of health and safety
1
Pendahuluan
Manusia, di dalam memenuhi seluruh elemen hidupnya, tidak akan terlepas dari istilah
“bekerja.” Bekerja menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan, selain sebagai sarana
ekonomi, bekerja juga kerapkali menjadi sarana berekspresi bagi sebagian besar orang.
Seringkali pekerjaan yang dilakukan justru berdampak pada kesehatan manusia itu sendiri, hal
ini dapat terjadi akibat faktor berat atau ringannya pekerjaan yang dilakukan, dapat pula oleh
pola perilaku individu pekerja yang berisiko, dan di sisi lain faktor lingkungan kerja juga
memberikan kontribusi untuk mempengaruhi kesehatan individu manusia sebagai pekerja.
Keselamatan kerja dan juga kesehatan para pekerja adalah hal terpenting bagi pekerja itu
sendiri baik dari segi ekonomi makro maupun mikro, dikarenakan kesehatan dan keselamatan
pekerja sangat berpengaruh pada hasil produksi perusahaan. Di Indonesia sendiri, berdasarkan
data yang diterbitkan oleh Jamsostek, pada tahun 2007 tercatat terjadi 65.474 kecelakaan yang
mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697 orang cedera. Selain
mengakibatkan kerugian jiwa, kerugian materi yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja juga
sangat besar yang berupa kerusakan sarana produksi, biaya pengobatan dan kompensasi yang
dibayarkan.
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering
terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Tingkat
kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah, padahal karyawan adalah aset
penting perusahaan. Kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat seumur hidup, di samping
berdampak pada kerugian non-materil, juga menimbulkan kerugian materil yang sangat besar.1
Pada skenario kasus, karyawan perusahaan pada proyek pembangunan mall mengalami
beberapa kecelakaan kerja terutama yang tersering adalah kaki tertusuk paku. Pada kasus
tersebut, perusahaan sudah menetapkan setiap pekerja yang masuk ke kompleks pembangunan
diharuskan memakai helm dan sepatu khusus tetapi sering kali karyawan tidak mematuhi aturan
tersebut.
Definisi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh
karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminil adalah di luar ruang
2
lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan
disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang
paling berat.2
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan kerja, dalam
kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Hubungan kerja
di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian muncul dua permasalahan yaitu kecelakaan sebagai
akibat langsung dari pekerjaan atau kecelakaan terjadi saat melakukan pekerjaan.
Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas lagi sehingga
mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke
dan dari tempat kerja. Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam
perjalanan ke dan dari tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk
kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi 2, yakni:2
Faktor Fisik. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety
condition misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.
Faktor Manusia. Perilaku pekerja itu sendiri yang tidak memenuhi keselamatan,
misalnya karena kelengahan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya. Menurut hasil
penelitian yang ada, 85 % dari kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia.
Teori Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia kerja, terjadinya
kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa teori
mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu:2,3
1. Teori Heinrich ( Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian .
Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu lingkungan,
kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau
kerugian.
Heinrich dengan Teori Dominonya menggolongkan penyebab kecelakaan menjadi 2,
yaitu:2,3
3
a. Unsafe Action (tindakan tidak aman)
Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu terjadinya suatu kecelakaan
kerja. Contohya adalah tidak mengenakan masker, merokok di tempat yang
rawan terjadi kebakaran, metode kerja salah, tidak mengikuti prosedur
keselamatan kerja, menggunakan alat yang sudah rusak, dan lain-lain. Tindakan
ini bisa berbahaya dan menyebabkan terjadinya kecelakaan.
b. Unsafe Condition (kondisi tidak aman)
Unsafe condition berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Banyak ditemui bahwa penyebab
terciptanya kondisi yang tidak aman ini karena kurang ergonomis. Unsafe
condition ini contohnya adalah kondisi permukaan tempat bekerja (lantai yang
licin) tangga rusak, udara yang pengap, kondisi penerangan (pencahayaan
kurang), terlalu bising, dan lain-lain.
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu
penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau situasi
yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja
tersebut perlu diteliti. 2,3
3. Teori Gordon
Menurut Gordon, kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban
kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak
dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang terlibat.
Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya
kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan,
dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail.2,3
4. Teori Reason
Reason menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat “lubang” dalam
sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau
peraturan mengenai keselamatan kerja. 2,3
4
5. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan, Bird mengadakan
modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen, yang
intinya sebagai berikut:2,3
Manajemen kurang kontrol
Sumber penyebab utama
Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)
Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)
Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda).
Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki
manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi di
bawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala
penyebab utama akibat kesalahan manajemen.3
Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan karena suatu sebab. Oleh karena
ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan
tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut
kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali.2
Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori tentang terjadinya suatu
kecelakaan adalah :2
1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan bahwa kecelakaan
terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian
peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja
2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident prone Theory), pada pekerja tertentu lebih
sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk
mengalami kecelakaan kerja.
3. Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan
peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri.
5
4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya
(unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe action).
5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya
seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena kesalahan manusia.
Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor mekanis
dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Golongan kedua adalah
faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Untuk menentukan sebab dari
suatu kecelakaan dilakukan analisis kecelakaan. Contoh analisis kecelakaan kerja adalah sebagai
berikut. Seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja dikarenakan oleh kejatuhan benda tepat
mengenai kepalanya. Sesungguhnya pekerja tidak perlu mengalami kecelakaan itu, seandainya ia
mengikuti pedoman kerja yang selalu diingatkan oleh supervisor kepada segenap pekerja agar
tidak berjalan di bawah katrol pengangkat barang. Jadi dalam hal ini penyebab kecelakaan adalah
faktor manusia.3
Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan
suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut
kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa
benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan tangan(manual), menginjak
atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar, dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari
kecelakaan yang menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi,
maupun di tempat datar.3
Kesehatan berpengaruh penting bagi terwujudnya keselamatan. Sebaliknya gangguan
kesehatan atau penyakit dapat menjadi sebab kecelakaan. Orang sakit tidak boleh dipaksa
bekerja, ia perlu pengobatan, perawatan dan istirahat. Jika dipaksakan untuk bekerja, sangat
besar kemungkinan orang sakit mengalami kecelakaan. Bukan hanya penyakit keras saja,
gangguan kesehatan ringan pun misalnya pusing kepala, rasa kurang enak badan, atau sekedar
merasa hidung tersumbat menyebabkan risiko terjadinya kecelakaan. Sekalipun ringan,
gangguan kesehatan menurunkan konsentrasi dan mengurangi kewaspadaan sehingga kecelakaan
terjadi.3
Apabila ditelaah lebih dalam, kecelakaan kerja yang terjadi dapat dibagi berdasarkan
faktor dari tempat kerjanya dan faktor individu. Yang dimana faktor tempat kerja dapat dibagi
6
lagi menjadi fisika, kimia, biologik, ergonomic dan psikologis (lebih ke arah individu) dan
industrial hygiene.4
a. Faktor Manusia4
Usia
Usia muda relatif lebih mudah terkena kecelakaan kerja dibandingkan dengan usia
lanjut yang mungkin dikarenakan sikap ceroboh dan tergesa-gesa. Pengkajian usia
dan kecelakaan akibat kerja menunjukkan angka kecelakaan pada umumnya lebih
rendah dengan bertambahnya usia, tetapi tingkat keparahan cedera dan
penyembuhannya lebih serius.
Jenis Kelamin
Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi daripada pada
laki-laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik laki-laki
adalah 65%. Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-rata sekitar 30% lebih
rendah dari laki-laki. Tugas yang berkaitan dengan gerak berpindah, laki-laki
mempunyai waktu reaksi lebih cepat daripada perempuan.
Koordinasi Otot
Koordinasi otot berpengaruh terhadap keselamatan pekerja. Diperkirakan
kekakuan dan reaksi yang lambat berperan dalam terjadinya kecelakaan kerja.
Kecenderungan Celaka
Konsep popular dalam penyebab kecelakaan adalah “accident prone theory”.
Teori ini didasarkan pada pengamatan bahwa ada pekerja yang lebih besar
mengalami kecelakaan dibandingkan pekerja lainnya. Hal ini disebabkan karena ciri-
ciri yang ada dalam pribadi yang bersangkutan.
Pengalaman Kerja
Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil
kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan
terhadap kecelakaan kerja bertambah baik sesuai dengan usia, maka kerja atau
lamanya bekerja di tempat yang bersangkutan.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal dan pendidikan non-formal akan mempengaruhi peningkatan
pengetahuan pekerja dalam menerima informasi dan perubahan, baik secara langsung
7
maupun tidak langsung. Tuntutan pekerjaan atau job requirements pada seorang
pekerja adalah:
1. Pengetahuan (pengetahuan dasar dan spesifik tentang pekerjaan).
2. Fungsional (keterampilan dasar dan spesifik dalam mengerjakan suatu
pekerjaan).
3. Afektif (kemampuan dasar dan spesifikasi dalam suatu pekerjaan).
Kelelahan
Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu industri. Kelelahan
merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk melakukan
aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya penurunan fungsi-fungsi
kesadaran otak dan perubahan pada organ di luar kesadaran. Kelelahan disebabkan
oleh berbagai hal, antara lain kurang istirahat, terlalu lama bekerja, pekerjaan rutin
tanpa variasi, lingkungan kerja yang buruk serta adanya konflik.
b. Faktor lingkungan4
Lokasi / tempat kerja
Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha, dimana
terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat
itu. Desain di lokasi kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan kecelakaan
kerja. Tempat kerja yang baikapabila lingkungan kerja aman dan sehat.
Faktor fisika: pajanan fisik seperti kebisingan, temperatur, getaran,
pencahayaan, radiasi
Faktor kimia: terpapar bahan-bahan yang bersifat kimiawi
Faktor biologi: pajanan biologi yang ada di sekitar seperti virus, parasit,
bakteri dan jamur
Faktor ergonomik/fisiologis: pajanan yang mempengaruhi anatomi serta
fisiologis kerja.
Faktor psikologis
Peralatan dan perlengkapan
Proses produksi adalah bagian dari perencanaan produksi. Langkah penting dalam
perencanaan adalah memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif sesuai dengan
8
apa yang diproduksinya. Pada dasarnya peralatan/perlengkapan mempunyai bagian-
bagian kritis yang dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu: bagian-bagian
fungsional dan bagian-bagian operasional. Bagian-bagian mesin yang berbahaya
harus ditiadakan denga jalan mengubah konstruksi, memberi alat perlindungan
(APD). Peralatan dan perlengkapan yang dominan menyebabkan kecelakaan kerja,
antara lain:
‐ Peralatan/perlengkapan yang menimbulkan kebisingan.
‐ Peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang tidak efektif.
‐ Peralatan/perlengkapan dengan temperatur tinggi ataupun terlalu rendah.
‐ Peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya.
‐ Peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang tinggi.
‐ Peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi dengan pelindung, dll.
Shift kerja
Shift kerja adalah bekerja di luar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat
termasuk hari libur dan bekerja mulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 atau
lebih. Shift kerja malam biasanya lebih banyak menimbulkan kecelakaan kerja
dibandingkan dengan shift kerja siang, tetapi shift kerja pagi-pagi tidak menutup
kemungkinan dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja.
Sumber kecelakaan
Sumber kecelakaan merupakan asal dari timbulnya kecelakaan, bisa berawal dari
jenis perlatan/perlengkapannya, berawal dari faktor human error, dimana sumber dari
jenis kecelakaan merambat ke tempat-tempat lain, sehingga menimbulkan
kecelakaan kerja.4
c. Faktor Individu
Untuk faktor individu ini lebih mengarah ke arah psikologi seseorang pada saat
melakukan pekerjaannya sehari-hari. Psikologi kerja ini merupakan bagian dari unsur
ergonomik (anatomi, fisiologis, psikologi). Stress di lingkungan kerja berkaitan dengan
lingkungan fisik tempat kerja, bekerja dalam shift, beban kerja yang berlebihn, bekerja
monoton, mutasi dalam pekerjaan, tidak jelasnya peran kerja, konflik dengan teman kerja
dan lain-lain.5
9
Yang dapat lebih mudah mengalami stress dan akibat lainnya yaitu penyakit
jantung adalah orang yang memiliki kepribadian tipe A. Kepribadian tipe A adalah tipe
kepribadian dengan ciri seperti dorongan kompetisi yang tinggi, ketaatan yang tinggi
akan waktu, ambisius, agresif, bekerja untuk pencapaian kinerja, selalu tergesa-gesa, dan
relatif tidak sabar. Jenis kepribadian tipe A selalu dalam keadaan stress dan tegang.
Sehingga orang yang memiliki kepribadian seperti ini sangat rentan sekali.5
Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan stress kerja, 2 hal diantaranya adalah :
gaya managemen diri yang buruk dan juga adanya faktor psikososial. Gaya management
diri yang buruk, diantaranya :6
Kurangnya partisipasi pekerja untuk pengambilan keputusan.
Komunikasi yang buruk di tempat kerja.
Tidak ada/kurangnya kebijakan yang peduli keluarga.
Hubungan interpersonal/ lingkungan sosial yang buruk.
Jenjang karir yang tidak jelas.
Kurangnya dukungan dari rekan kerja maupun atasan.
Adanya faktor psikososial juga dapat mengakibatkan stress kerja, antara lain:6
Gaji / upah yang lebih kecil dari Upah Minimum Regional (UPR) / Upah Minimum
Provinsi (UMP).
Beban kerja yang tidak teratur.
Beban kerja yang berat/banyak secara mendadak.
Tidak prospek dalam jenjang karir.
Kemampuan pekerja yang tidak digunakan secara optimal.
Kurang penghargaan.
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
Undang-Undang Ketenagakerjaan mewajibkan setiap perusahaan yang memiliki lebih
dari 100 pekerja, atau kurang dari 100 pekerja tetapi dengan tempat kerja yang berisiko tinggi
(termasuk proyek konstruksi), untuk mengembangkan SMK3 dan menerapkannya ditempat
kerja. SMK3 perlu dikembangkan sebagai bagian dari sistem manajemen suatu perusahaan
secara keseluruhan. SMK3 mencakup hal-hal seperti struktur organisasi, perencanaan,
pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
10
pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Sistem Managemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja harus diperhatikan terlebih bagi pemrakarsa supaya proses produksi,
peningkatan kualitas dan kendali biaya dapat terus dioptimalkan. Fungsi managemen mengarah
di aspek kualitas, produksi, kecelakaan/kerugian dan biaya. Terdapat 4 program K3 di tempat
kerja , yaitu :7
1) Komitmen manajemen dan keterlibatan pekerja.
2) Analisis risiko di tempat kerja.
3) Pencegahan dan pengendalian bahaya.
Menetapkan prosedur kerja berdasarkan analisis, pekerja memahami dan
melaksanakannya.
Aturan dan prosedur kerja dipatuhi.
Pemeliharaan sebagai usaha preventif.
Perencanaan untuk keadaan darurat.
Pencatatan dan pelaporan kecelakaan.
Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja.
Pemeriksaan tempat kerja secara berkala.
4) Pelatihan untuk pekerja dan manager.
SMK3 memiliki peran yang cukup penting dalam proses kerja dalam suatu perusahaan
(pemrakarsa). Apabila SMK3 yang diberlakukan tidak cukup baik maka akibatnya dapat dilihat
dari banyaknya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan juga proses produksi mengalami
kemunduran. Tujuan khusus dari SMK3 adalah mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja,
kebakaran, peledakaan dan PAK, mengamankan mesin instalasi, pesawat, alat, bahan dan hasil
produksi, menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian antara
pekerjaan dengan manusia atau antara manusia dengan pekerjaan. Penerapan K3 yang baik dan
dan terarah dalam suatu wadah industri tentunya akan memberikan dampak lain, salah satunya
adalah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan optimal.7
Tujuan dari Sistem Manajemen K3 adalah:7
1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik
buruh. petani. nelayan. pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas.
11
2. Sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja, memelihara, dan meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja,
merawat dan meningkatkan efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia,
memberantas kelelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta semangat bekerja.
Pencegahan Kecelakaan
Sudah jelas bahwa kecelakaan menelan biaya yang sangat banyak. Dari segi biaya saja
dapat dipahami, bahwa kecelakaan harus dicegah. Pernyataan ini berbeda dari pendapat jaman
dahulu yang menyatakan bahwa kecelakaan adalah nasib. Kecelakaan dapat dicegah, asal ada
kemauan untuk mencegahnya. Dan pencegahan didasarkan atas pengetahuan tentang sebab-
sebab kecelakaan itu terjadi. Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang sebab-
sebab kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan di suatu perusahaan diketahui dengan mengadakan
analisa kecelakaan. Maka dari itu sebab-sebab dan cara analisanya harus betul-betul diketahui.
Pencegahan ditujukan kepada lingkungan, mesin-mesin alat-alat kerja, dan manusia.
Lingkungan harus memenuhi syarat-syarat diantaranya:8
1. Lingkungan kerja yang baik. Syarat-syarat lingkungan kerja meliputi:
a. Ventilasi.
b. Penerangan cahaya.
c. Sanitasi, dan
d. Suhu udara.
2. Pemeliharaan rumah tangga yang baik. Pemeliharaan rumah tangga perusahaan meliputi:
a. Penimbunan.
b. Pengaturan mesin.
c. Bejana-bejana dan lain-lain.
3. Keadaan gedung yang selamat, harus memiliki:
a. Alat pemadam kebakaran.
b. Pintu keluar darurat.
c. Lubang ventilasi.
d. Lantai yang baik.
4. Perencanaan yang baik, meliputi:
a. Pengaturan operasi.
b. Pengaturan tempat mesin.
12
c. Proses yang selamat.
d. Cukup alat-alat.
e. Cukup pedoman-pedoman pelaksanaan dan aturan-aturan.
Menurut Permenaker No. 5/MEN/1996 pengendalian kecelakaan kerja bisa dilakukan
melalui 3 metode pengendalian kecelakaan kerja, yaitu:9
1. Pengendalian teknis atau rekayasa (engineering control)
Adalah melakukan rekayasa pada bahan dengan cara;
‐ Eliminasi, yaitu dengan cara menghilangkan sumber bahaya secara total.
‐ Substitusi, mengganti material maupun teknologi yang digunakan dengan material atau
teknologi lain yang lebih aman bagi pekerja dan lingkungan.
‐ Minimalisasi, yaitu mengurangi jumlahpaparan bahaya yang ada di tempat kerja.
‐ Isolasi, memisahkan antara sumber bahaya dengan pekerja.
Pengendalian teknis atau rekayasa diperkirakan dapat memberikan hasil atau efektifitas
penurunan risiko sebesar 70%-90% (perubahan disain atau penggantian mesin dan 40%-70%
pemberian batas atau barier).
2. Pengendalian Administrasi (administrative control)
Yaitu pengendalian bahaya dengan kegiatan yang bersifat administrasi seperti pemberian
penghargaan, training dan penerapan prosedur.
3. Penggunaan alat pelindung diri (APD)
Yaitu alat yang digunakan untuk melindungi pekerja agar dapat memproteksi dirinya sendiri.
Pengendalian ini adalah alternatif terakhir yang dapat dilakukan bila kedua pengendalian
sebelumnya belum dapat mengurangi bahaya dan dampak yang mungkin timbul.9
Alat Pelindung Diri (APD)
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha tehnis pengamanan tempat, peralatan dan
lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih
13
belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri (personal
protective devices). Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan:10
1. Enak dipakai.
2. Tidak mengganggu kerja.
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.
Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya-bahaya
kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan
pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan-lipatan
yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala rambut,
baju yang pas dan tidak memakai perhiasan-perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap
bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan
dapat meledak oleh aliran listrik statis.
Alat-alat proteksi diri beraneka ragam macamnya. Jika digolong-golongkan menurut
bagian-bagian tubuh yang dilindunginya, maka jenis alat-alat proteksi diri dapat dilihat pada
daftar dibawah ini:10
1. Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan.
2. Mata : kaca-mata dari berbagai gelas (googles).
3. Muka : perisai muka.
4. Tangan dan jari-jari : sarung tangan.
5. Kaki : sepatu.
6. Alat pernafasan : respirator/masker khusus.
7. Telinga : sumbat telinga, tutup telinga.
8. Tubuh : pakaian kerja dari berbagai bahan.
Kesimpulan
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan
dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3
diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari
dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja
14
dan penyakit akibat hubungan kerja. Kecelakaan kerja harus diteliti dan ditemukan, agar untuk
selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya
preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali.
Daftar pustaka
1. McKenzie, James F. Kesehatan masyarakat. Edisi ke-4. Jakarta: EGC;2007.h.615.
2. Suma’mur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Gunung Agung;2005.h.207-
17.
3. Ridley J. Kecelakaan dalam ikhtisar kesehatan dan keselamatan kerja. Edisi ke-3. Jakarta:
Erlangga;2007.h.113-20.
4. Okti FP. Keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia;2008.h.8-17
5. Harrington JM. Buku saku kesehatan kerja. Jakarta: EGC;2003.h.9-10
6. Jeyaratnam J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: EGC;2009.h.20.
7. Suardi R. Sistem manajemen K3 dan manfaat penerapannya dalam sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit PPM; 2007.h.15-6, 23-34
8. Chandra B. Imu kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta: EGC;2009.h.213-4.
9. Ridley J. Hukum-hukum kesehatan dan keselamatan kerja: health and safety in brief. Jakarta:
Erlangga;2008.h.22-36, 113-20.
10. Dainur. Higine perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja (hiperkes) dalam materi-materi
pokok ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Widya Medika;2003.h.71-2, 75-8.
15