Laporan Kasus Skizofrenia

50
BAB I PENDAHULUAN Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. 1 Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering terjadi. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka.Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis stres merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan lingkungan. 2 Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun.Prognosis biasanya lebih buruk pada laki- laki bila dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi. 1 Pada umumnya pasien dengan skizofrenia ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (Inappropriate) atau tumpul (Blunted). Kesadaran yang 1

description

status psikiatrik

Transcript of Laporan Kasus Skizofrenia

BAB I

PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau

“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.1Skizofrenia merupakan

gangguan psikotik yang paling sering terjadi. Hampir 1% penduduk di dunia

menderita skizofrenia selama hidup mereka.Penyebab skizofrenia sampai

sekarang belum diketahui secara pasti.Namun berbagai teori telah berkembang

seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis stres

merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan

lingkungan.2

Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa

muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan

antara 25-35 tahun.Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila

dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi.1

Pada umumnya pasien dengan skizofrenia ditandai dengan penyimpangan

yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang

tidak wajar (Inappropriate) atau tumpul (Blunted). Kesadaran yang jernih dan

kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara walaupun kemunduran kognitif

tertentu dapat berkembang kemudian.1

Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5; yakni

subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan

residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan

deterioratif sederhana.2 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke

dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci

(undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia.3 Salah satu

tipe skizofrenia yang paling stabil dan paling sering dialami adalah skizofrenia

tipe paranoid. Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid dan pasien dapat

atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya. Waham dan halusinasi menonjol

1

sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh.1 Dalam hal

penatalaksanaan pasien dengan skizofrenia paranoid dapat dilakukan perawatan di

rumah sakit sesuai dengan indikasi, terapi somatik dengan pengobatan

antipsikotik, dan melakukan terapi psikososial. Prognosis pasien dengan

skizofrenia secara umum adalah 25% individu dapat sembuh sempurna, 40%

mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan.1

2

BAB II

STATUS PSIKIATRI

IDENTITAS PASIEN

Hari/tanggal : 07 April 2015

Jam : 13.00 WIB

Nama : Ny. Ma

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir/ Umur : Desa Aro, 04-06-1992

Umur : 23 Tahun

Status Perkawinan : Sudah menikah

Bangsa : Indonesia

Suku : Jambi

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Desa Aro RT 04 Kec Ma Bulian Kab.

Batanghari, Prov.Jambi

Perawatan di Rumah Sakit : Pasien belum pernah di rawat di RS

sebelumnya.

Tanggal MRS : Selasa, 07 April 2015 jam 13.00 Wib.

KETERANGAN DARI ALLO/ INFORMAN

Nama : Ny. Nh

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 36 tahun

Pekerjaan : IRT

Alamat dan telepon : Desa Aro RT 04 Kec Ma Bulian Kab.

Batanghari, Prov.Jambi

Hubungan dengan Pasien : Ibu kandung

Keakraban dengan Pasien : Akrab

Kesan pemeriksa/ Dokter terhadap keterangan yang diberikan : Dapat

dipercaya

3

I. ANAMNESIS

Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari :

1. Pasien sendiri

2. Informan (Orang tua pasien)

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan

Keluarga pasien

2. Sebab utama

Pasien mengoceh, mengamuk, sering ingin terjun ke sungai Batanghari.

3. Keluhan utama

Pasien mengoceh dan mengamuk dirumahnya sejak ± 2 bulan terakhir.

Namun, sejak + 1 minggu yang lalu amukan pasien semakin menjadi-jadi dan

pasien memiliki kecenderungan untuk bunuh diri.

4. Riwayat perjalanan penyakit pasien sekarang

Pasien mulai suka mengoceh dan tertawa sendiri serta mengamuk

dirumahnya semenjak ± 2 bulan terakhir. Namun sejak ± 1 minggu yang lalu,

pasien semakin mengamuk dan berniat menyakiti dirinya sendiri dan

berkeinginan untuk terjun ke sungai Batanghari dan terjun dari rumah (rumah

panggung), pasien sering membakar kasur dirumahnya dan memukuli

suaminya. Menurut keluarganya gangguan pada pasien ini terjadi dikarenakan

pasien merasa kecewa kepada ayahnya yang menjual cincin kawin pasien

untuk membeli motor, dan pasien mengaku bahwa sakit yang dialaminya

karena diguna- guna oleh orang, melalui air yang dipercikkan kepadanya

ketika pasien menikah 4 bulan yang lalu. Pasien merasa diikuti oleh orang

lain yang berniat mencelakainya dan pasien juga sering mendengar suara

yang menyuruh pasien untuk terjun ke sungai dan melompat dari atas

rumahnya. Bahkan pasien memiliki ide yang berulang-ulang untuk bunuh

diri. Semenjak 2 bulan terakhir pasien sudah berhenti bekerja karena

4

suaminya takut pasien akan mengamuk di tempat kerja. Sebelumnya pasien

bekerja sebagai buruh pabrik. Semenjak itu pasien hanya dirumah saja, sehari

– hari pasien sering tiba- tiba tertawa dan menangis sendiri. (pasien tidak

stabil , cenderung ingin melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri).

Suami dan keluarga pasien menjadi lebih berhati-hati dan waspada ketika

berbicara dengan pasien karena takut pasien tersinggung dan langsung marah.

Sebelum mengalami gejala-gejala pada ± 2 bulan terakhir ini, pasien

adalah anak yang periang, ramah dan baik namun jika ada masalah pasien

cenderung untuk memendamnya sendiri dan tidak menceritakan pada

keluarga. Pasien juga mudah merasa cemas jika menghadapi suatu masalah.

5. Riwayat penyakit pasien sebelumnya

A. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.

B. Riwayat Medis dan Psikiatrik yang lalu

1. Gangguan Mental atau Emosi

Belum pernah menderita gangguan jiwa sebelumnya.

2. Gangguan Psikosomatis

Riwayat mengalami gangguan psikosomatis tidak ada.

3. Kondisi Medik

Riwayat penyakit fisik berat dan riwayat penyalahgunaan zat dan

obat-obatan tidak ada.

4. Riwayat Trauma

Tidak ada trauma fisik maupun psikis.

5. Gangguan Neurologi

Tidak ada riwayat gangguan neurologi.

6. Riwayat Keluarga pasien

a. Identitas Orang tua

5

IDENTITAS ORANG TUA

Ayah: Tn. Mh Ibu: Ny. Nh

Bangsa Indonesia Indonesia

Suku Jambi Jambi

Agama Islam Islam

Pendidikan Tamat SD Tamat SD

Pekerjaan Swasta Ibu Rumah Tangga

Umur 42 tahun 36 tahun

Alamat Desa Aro RT 04 Kec Ma

Bulian Kab. Batanghari,

Prov.Jambi

Desa Aro RT 04 Kec Ma

Bulian Kab. Batanghari,

Prov.Jambi

Hubungan Akrab Akrab

b. Kepribadian

No Nama L/P Usia Hubungan Sifat1 Tn. Mh L 42 tahun Ayah/ Dekat Pemarah, tegas,

disiplin2 Ny. Nh P 36 tahun Ibu/ Dekat Pendiam, sabar,

penyayang3 Tn. Ha L 25 tahun Kakak/ kurang

dekatPendiam, sabar

4 Nn. Mi P 21 tahun Adik/ Dekat Pendiam, penyayang5 Tn. Rq L 12 tahun Adik/ Dekat Pendiam, sabar

c. Struktur keluarga yang tinggal serumah saat ini

No Nama L/P Usia Hubungan Sifat1 Tn. Rd L 28 tahun Suami Pendiam, tegas, disiplin2 Ny. Ma L 23 tahun Pasien Periang, baik (sebelum

sakit )Mudah tersinggung, pemarah ( setelah sakit )

d. Pasien anak ke 2 dari 4 orang bersaudara

6

Keterangan :

Laki laki Perempuan Pasien

e. Urutan saudara dan usianya :

1. Tn. Ha (25 Tahun)

2. Ny. Ma (23 Tahun)

3. Nn. Mi (21 Tahun)

4. Tn. Rq (12 Tahun)

f. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik pada

anggota keluarga:

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan

pasien.

1. Gambaran seluruh faktor-faktor fisik dan mental yang bersangkutan

dengan perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit

(Premorbid)

1. Riwayat prenatal dan perinatal

Pasien dikandung 9 bulan, dilahirkan secara normal dengan bantuan

bidan.

2. Masa kanak-kanak awal (kelahiran sampai usia 3 tahun)

a. Kebiasaan makan dan minum

Pasien mendapat ASI sampai usia ± 1 tahun, diberikan makanan

tambahan sejak usia 6 bulan. Pasien kadang-kadang rewel dan

terbangun malam hari. Kemudian tertidur kembali setelah disusui.

b. Perkembangan awal

7

Kesehatan pasien cukup baik, jarang sakit, pertumbuhan dan

perkembangan normal, sesuai umur. Pasien merupakan anak yang

periang, penurut dan suka bergaul dengan teman seusianya.

c. Gejala-gejala dari gangguan perilaku

Tidak ditemukan gangguan perilaku

d. Kepribadian dan tempramen

Pasien adalah anak yang periang dan penurut.

3. Masa kanak-kanak (usia 3-11 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan anak lainnya.

Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya. Pasien merupakan anak yang

periang, penurut dan suka bergaul dengan teman seusianya. Masa

kanak-kanak akhir (pubertas hingga remaja)

a. Hubungan sosial

Pasien merupakan anak yang periang, penurut, suka bergaul dengan

teman seusianya dan memiliki beberapa teman akrab.

b. Riwayat pendidikan

Pasien menempuh pendidikan Sekolah Dasar, setelah lulus SD

pasien tidak melanjutkan ke SMP.

c. Masalah emosi dan fisik

Pasien adalah anak yang periang dan penurut.

d. Aktivitas sosial

Hubungan pasien dengan keluarga baik, hubungan pasien dengan

tetangga pada awalnya baik, namun hubungan pasien mulai tidak

harmonis dengan tetangga semenjak pasien mengalami keluhan –

keluhan psikiatri.

e. Latar belakang agama

Pasien taat beribadah

f. Riwayat hukum

Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum

g. Riwayat seksual

8

Pasien mulai menyukai lawan jenis pada saat usia 14 tahun.

4. Masa remaja - dewasa

Masa remaja pasien tidak ada masalah, pasien orang yang ramah dan

baik dilingkungan keluarga dan juga lingkungan tempat tinggalnya

(Tetangga), pasien mulai mengenal pacaran pada usia 14 tahun dengan

pemuda dari desa tempat tinggalnya.

a. Riwayat pekerjaan

Semenjak 2 bulan terakhir pasien sudah berhenti bekerja karena

suaminya takut pasien akan mengamuk di tempat kerja. Sebelumnya

pasien bekerja sebagai buruh pabrik. Semenjak itu pasien hanya dirumah

saja, sehari - hari pasien sering tiba- tiba tertawa dan menangis sendiri.

(pasien tidak stabil , cenderung ingin melakukan hal-hal yang

membahayakan diri sendiri). Suami dan keluarga pasien menjadi lebih

berhati-hati dan waspada ketika berbicara dengan pasien karena takut

pasien tersinggung dan langsung marah.

b. Perkawinan, sosial keluarga dan rumah tangga :

Pasien sudah menikah. Menurut orang tua pasien tidak ada masalah

dengan kehidupan perkawinannya, hanya saja pasien merasa kecewa pada

saat cincin kawin pasien yang dipinjam oleh ayahnya dijual dan uangnya

dibelikan motor, semenjak itu pasien mudah tersinggung dan pemarah.

2. Stressor psikososial

Tidak ada

3. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita pasien

Tidak ada

4. Ide bunuh diri (suicide) :

Ada, pasien berkeinginan untuk terjun ke sungai Batanghari dan juga

ingin melompat dari rumah (rumah panggung).

5. Penggunaan alkohol/zat adiktif lainnya :

Tidak ada

I. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK KHUSUS

9

A. Gambaran Umum

1. Penampilan : Tampak sehat/ rapi

Sikap Tubuh : Tenang dan cenderung diam

Kesehatan fisik : Sehat

2. Perilaku dan aktifitas psikomotor

Cara berjalan : Normal

Motorik : Otomatisme perintah

3. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

B. Pembicaraan dan fragmen pembicaraan

Gaya bicara : Gaya bicara tidak spontan

Pembicaraan : inrelevan

C. Afek, mood, dan emosi lainnya

Afek : Datar

Mood : Depresi

D. Pikiran : waham kendali (+), waham bizar (+)

E. Persepsi : Halusinasi auditorik(+), halusinasi

visual(+)

F. Mimpi dan fantasi : Os ingin memiliki pekerjaan yang langsung

membuatnya kaya raya dan tidak ingin

memiliki atasan ataupun bos karena os

tidak suka di suruh-suruh.

G. Sensorium

1. Kesadaran : Kompos mentis

2. Orientasi W/T/O : baik/baik/baik

3. Konsentrasi dan kalkulasi : Terganggu

4. Memori : Baik

5. Pengetahuan umum : terganggu

10

6. Pikiran abstrak : terganggu

H. Insight : Derajat 3 yaitu sadar bahwa dirinya sakit tetapi menyalahkan

orang lain, atau faktor dari luar, atau faktor organik sebagai penyebabnya.

I. Kemampuan mengendalikan rangsang dari dalam diri : terganggu

II. PEMERIKSAAN INTERNA

Keadaan Umum

Sensorium: Composmentis Suhu: 36,2 °C BB: -

Nadi: 80 x/menit Pernafasan:18x/menit TB : -

TD:120/70 mmHg Turgor: Baik Status Gizi: Cukup

Sistem Kardiovaskular : dalam batas normal

Sistem Respiratorik : dalam batas normal

Sistem Gastrointestinal : dalam batas normal

Sistem Urogenital : dalam batas normal

III.PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS

LAINNYA :

Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOG/PETUGAS SOSIAL DAN LAIN-

LAIN :

Tidak dilakukan

11

V. RESUME

Atas dasar gejala-gejala di atas, maka berdasarkan PPDGJ-III

dipertimbangkan diagnosis berupa F20.0 Skizofrenia Paranoid, dengan

pedoman diagnostik yakni:

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

Sebagai tambahan :

Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;

a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau

memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal

berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau

bunyi tawa (laughing);

b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual

atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi

jarang menonjol;

c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan

keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang

paling khas;

Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan serta

gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol

“Pedoman Diagnostik Skizofrenia (F20.-) ” 4

Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya 2

gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas).

(a) - Thought echo = isi pikiranya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun

isinya sama, namun kualitasnya berbeda

- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikiranya di ambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal)

12

- Thought broadcasting = isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahui nya.

(b) - Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh

sesuatu kekuatan tertentu dari luar.

- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

sesuatu kekuatan dari luar

- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar

- Delusion perception = pengalaman indrawi yang tak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya mistik/mukjizat.

(c) Halusinasi auditori :

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara) atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian

tubuh.

(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya: perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau

berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)

Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini harus ada secara jelas:

(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja yang terjadi setiap

hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus

(f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolation),

yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau

neologisme

(g) Perilaku katatonik, seperti gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu atau

fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor

(h) Gejala-gejala negative seperti : sikap sangat apatis, bicara yang jarang,

dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar.

13

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas berlangsung selama kurun waktu

satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodromal);

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam suatu

mutu keseluruhan (overall quality) dari beberpa aspek perilaku peribadi

(personal behavior), bermanisfestasii sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-

absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

VI. DIAGNOSIS BANDING

1. F 22.0 Gangguan Waham Menetap

Waham-waham (baik tunggal, maupun sebagai suatu sistem waham) harus

sudah ada sedikitnya tiga bulan lamanya, dan harus bersifat pribadi dan

bukan budaya setempat, serta tidak ada bukti terdapatnya penyakit pada

otak.

VII. DIAGNOSIS

Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid

Aksis II : Gangguan kepribadian cemas

Aksis III : Tidak ada diagnosis aksis III

Aksis IV : Masalah dengan “ primary support group” (Keluarga)

Aksis V : 60-51 Gejala sedang (Moderate), Disabilitas sedang

VIII. TERAPI

1. Terapi di IGD

a. Injeksi Govotil 1 amp

b. Injeksi Diazepam 1 amp

c. Haloperidol 5 mg 2x1

d. Triheksifenidil 2 mg 2x1

e. Chlorpromazin 100 mg 1x1

4. Terapi Rumatan saat Rawat Inap

a. Haloperidol 5 mg 2x1

b. Triheksifenidil 2 mg 2x1

14

c. Chlorpromazin 100 mg 1x1

5. Terapi Kejuruan

Dengan cara mengikuti kegiatan rehab yang rutin diadakan di RSJ setiap 1

minggu sekali sehingga os dapat mengisi waktu luang dengan kegiatan

positif serta os bisa sekaligus menyalurkan hobi dan keterampilannya.

6. Terapi Psikoedukasi

Dengan cara memberikan edukasi atau informasi mengenai penyakit yang

diderita pasien berisi tanda dan gejala kekambuhan yang mungkin timbul

serta pentingnya peran keluarga dalam kepatuhan minum obat pasien.

Mengubah stigma keluarga pasien terhadap penyakit yang di derita

sehingga keluarga bisa memberikan support yang lebih kepada pasien.

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad fungsional : Dubia ad bonam

15

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Skizofrenia merupakan sindroma klinis dari berbagai keadaan patologis

yang sangat mengganggu yang melibatkan gangguan proses berpikir, emosi dan

tingkah laku. Menurut PPDGJ-III, Skizofrenia adalah suatu sindrom dengan

variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang

tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.1

Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofrenia ada 5 yakni

subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan

residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan

deterioratif sederhana. Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6

subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci (undifferentiated),

simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia.3

3.2 Epidemiologi

Penelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang terjadi, seperti

skizofrenia, sulit dilakukan. Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan

hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang

dewasa dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000

penduduk. Ini merupakan temuan utama dari penelitian di 10-negara yang

dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia di Indonesia

belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap-tiap subtipe

skizofrenia.4

Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan

perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset yang

lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15

sampai 25 tahun, sedangkan perempuan 25 sampai 35 tahun. Beberapa penelitian

telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita untuk

terganggu oleh gejala negatif dan wanita lebih mungkin memiliki fungsi sosial

yang lebih baik daripada laki-laki.Pada umumnya, hasil akhir untuk pasien

16

skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien skizofrenia

laki-laki.

3.3 Etiologi

Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara

pasti.Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan

hipotesis dopamin.Model diastesis stres merupakan satu model yang

mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Model ini

mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik

(diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan

stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkungan

dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang

penuh ketegangan).2

Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu

banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua pengamatan.

Pertama, kecuali untuk klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik berhubungan

dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik

tipe 2. Kedua, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperti

amfetamin) merupakan salah satu psikotomimetik. Namun belum jelas apakah

hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin atau

terlalu banyaknya reseptor dopamin atau kombinasi kedua mekanisme

tersebut.Namun ada dua masalah mengenai hipotesa ini, dimana hiperaktivitas

dopamin adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis dopamin efektif

dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien teragitasi berat.Kedua,

beberapa data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik mungkin

meningkatkan kecepatan pembakarannya sebagai respon dari pemaparan jangka

panjang dengan obat antipsikotik.Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas

awal pada pasien skizofrenia mungkin melibatkan keadaan hipodopaminergik. 2

Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin

yaitu:

1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala positif

pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways memproyeksikan

17

badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang

otak kemudian ke nukleus akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan

penting pada emosional, perilaku khususnya halusinasi pendengaran, waham

dan gangguan pikiran. Antipsikotik bekerja melalui blokade reseptor dopamin

ksususnya reseptor dopamin D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin

pathways menyebabkan gejala positif meningkat. 2

2. Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke daerah

serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal dopamin

pathways adalah sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif pada

penderita skizofrenia. Gejala negatif dan kognitif disebabkan terjadinya

penurunan dopamin di jalur mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral

prefrontal korteks. Penurunan dopamin di mesokortikal dopamin pathways

dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunan sekunder terjadi melalui

inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui blokade

antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal

dapat memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala kognitif. 2

3. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra pada

batang otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan bagian

dari sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di nigostriatal dopamin

pathways dapat menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan

pada penyakit parkinson yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun

hiperaktif atau peningkatan dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya

gangguan pergerakan hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik. 2

4. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah

hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal tuberoinfundibular

dopamin pathways mempengaruhi oleh inhibisi dan penglepasan aktif

prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan inhibitor pelepasan

prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini akibat lesi atau

penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi peningkatan prolaktin yang

dilepas sehingga menimbulkan galaktorea, amenorea atau disfungsi seksual.2

18

Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan diteliti

mengenai hubungannya dengan skizofrenia.Diantaranya :

Serotonin

Aktivitas serotonin telah berperan dalam perilaku bunuh diri dan impulsif

yang juga dapat ditemukan pada pasien skizofrenik.2

Norepinefrin

Sistem noradrenergik memodulasi sistem dopaminergik dengan cara

tertentu sehingga kelainan sistem noradrenergik predisposisi pasien untuk

relaps.2

Asam amino

Neurotransmiter asam amino inhibitor gamma-aminobutiric acid (GABA)

mengalami penurunan dihipokampus yang menyebabkan hiperaktivitas

neuron dopaminergik dan noradrenergic.2

Dan juga faktor genetika juga dilakukan penelitian untuk mencari hubungan

terjadinya skizofrenia.Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang menderita

skizofrenia jika anggota keluarga lainnya juga menderita skizofrenia dan

kemungkinan penderita skizofrenia berhubungan dekat dengan saudara tersebut

(contoh: sanak saudara derajat pertama atau derajat kedua). Petanda kromosom

terletak pada lengan panjang kromosom 5, 11, dan 18; lengan pendek kromosom

15 dan kromosom X adalah yang paling sering dilaporkan.2

3.4 Patogenesis4

Pada skizofrenia terdapat penurunan aliran darah dan ambilan glukosa,

terutama di korteks prefrontalis (pada pasien dengan gejala positif) dan juga

terdapat penurunan jumlah neuron (penurunana jumlah substansi grisea). Selain

itu, migrasi neuron yang abnormal selama perkembangan otak secara

patofisiologis sangat bermakna.

Makna patofisiologis yang khusus dikaitkan dengan dopamin;avaibilitas

dopamin atau agonis dopamin yang berlebihan dapat menimbulkan gejala

skizofrenia, dan penghambat reseptor dopamine-D2 telah sukses digunakan

dalam penatalaksanaan skizofrenia. Disisi lain, penurunan reseptor D2 yang

ditemukan di korteks prefrontalis (A1), dan penurunan reseptor D1 dan D2

19

berkaitan dengan gejala negative skizofrenia, seperti kurangnya emosi.

Penurunan reseptor dopamin mungkin terjadi akibat pelepasan dopamin

meningkat dan hal ini tidak memiliki efek patogenetik.

Gambar 3.1. Pathogenesis Skizofrenia

3.5 Gejala dan Diagnosis

Gejala dari skizofrenia paranoid berupa gejala “positif” dan “negatif” dari

skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas

menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan

dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti

dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan

20

diri dan kinerja sosial yang buruk.3 Gejala waham dan halusinasi dapat muncul

dan terutama waham curiganya.2

Kriteria Diagnosis Skizofrenia menurut PPDGJ-III dan DSM-IV-TR, adalah: 1,2

Tabel 3.1. Kriteria Diagnostik Skizofrenia

Menurut PPDGJ-III Menurut DSM-IV-TR

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :

(a) “Thought echo” : Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kulitasnya berbeda; atau“Thought insertion or withdrawal” : Isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar (withdrawal); dan“Thought broadcasting” : Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;

(b) “Delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dati luar; atau“Delusion of influence” : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau“Delusion of passivity” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;(tentang ‘dirinya”: secara jelas

A. Gejala karakteristik : Dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika telah berhasil diobati):1) Waham2) Halusinasi3) Bicara terdisorganisasi

(misalnya sering menyimpang atau inkoheren)

4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

5) Gejala negatif, yaitu: afek datar, alogia, atau kehilangan minat

Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama lainnya.

B. Disfungsi sosial/pekerjaan: Untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bwah

21

merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);“Delusional perception” : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

(c) Halusinasi auditorik :- Suara halusinasi yang

berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :

(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau

tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan)

C. Durasi : Tanda ganguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala prodromal atau residual. Selama periode prodromal atau residual, tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negative atau 2 atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim)

D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gannguan mood. Gangguan skizoafektif dan ganggaun mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena : (1) Tidak ada episode depresif

berat, manic, atau campuran yang telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif, atau

(2) Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah relative singakat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.

22

berbulan-bulan terus menerus;(f) Arus pikiran yang terputus

(break) atau yang mengalami sisispan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;

(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

(h) Gejala-gejala “negative” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis lansung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif. Jika terdapat riwayat adanya gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya satu bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil)

23

Kriteria Diagnosis Skizofrenia Paranoid menurut PPDGJ-III dan DSM-IV-TR,

adalah: 1,2

Tabel 3.2. Kriteria Diagnostik Skizofrenia Paranoid

PPDGJ-III DSM-IV-TR

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

Sebagai tambahan:- Halusinasi dan/atau waham harus

menonjol.a. Suara-suara halusinasi yang

mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);

b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol;

c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau delusion of passivity, dan keyakinan dikejar-kejar

- Gangguan afektif, dorogan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol

Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria berikut:

A. Preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang sering.

B. Tidak ada hal berikut ini yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau atau katatonik, atau afek datar atau tidak sesuai

3.5 Diagnosa Banding

1. Gangguan waham (F22.0)

a. Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khasklinis atau gejala yang

paling mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun suatu

24

sistem waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus

bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat.

b. Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap/

“full-blown” (F32.-) mungkin terjadi secara intermitten, dengan syarat

bahwa waham-waham tersbut menetap pada saat-saat tidak terdapat

gangguan afektif itu

c. Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak

d. Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada

dan bersifat sementara

e. Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar

pikiran, penumpulan afek, dsb)

2. F23. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

Gejala psikotik harus dalam masa dua minggu/kurang.

3.6 Terapi

Dapat diberikan terapi berupa:

a. Perawatan di rumah sakit

b. Terapi somatic (antipsikotik dan obat-obat lain)

c. Terapi psikososial

d. Psikoterapi keluarga, kelompok, individu

1. Perawatan di rumah sakit2,3

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan

diagnostik, menstabilkan medikasi, Keamanan pasien karena gagasan

bunuh diri atau membunuh, perilaku yang sangat kacau termasuk

ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan

adalah ikatan efektif antara pasien dan system pendukung masyarakat.

Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah

sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan

pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.

25

Perawatan dirumah sakit menurunkan stress pada pasien dan

membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya

perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan

tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan

dirumah sakit harus memiliki orientasi praktis kearah masalah kehidupan,

perawatan diri, kualitashidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan

dirumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas

perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan

keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas

hidup.

2. Terapi obat Anti psikotik

Farmakoterapi merupakan terapi utama dalam pasien skizofrenia.

Tabel 3.3 Obat Anti Psikotik

No Golongan Obat Dosis Anjuran

A Obat Anti-Psikosis Tipikal

1 Phenotiazine

Rantai Alipatic

Rantai Piperazine

Rantai Piperidine

Chlorpromazine

Perphenazine

Trifluoperazine

Flupherazine

Thioridazine

150-600 mg/hari

12-24 mg/hari

10-15 mg/hari

10-15 mg/hari

150-300 mg/hari

2 Butyrophenon Haloperidol

Droperidol

5-15 mg/hari

7,5-15 mg/hari

3 Diphenyl-Butyl-Piperidine Pimozide 2-4 mg/hari

B Obat Anti-Psikosis Atipikal

1 Benzamide Sulpiride 300-600 mg/hari

2 Dibenzodiazepine Clozapine

Olanzapine

Quetiapine

Zotepine

25-100 mg/hari

10-20 mg/hari

50-400 mg/hari

75-100 mg/hari

3 Benzisoxazole Risperidone 2-6 mg/hari

26

Aripiprazole 10-15 mg/hari

Indikasi penggunaan

1. Gejala sasaran : syndrome psikosis

Diagnosis sindrom psikosis

Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas

Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental

Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari6

2. Sindrom psikosis dapat terjadi pada :

a. Sindrom psikosis fungsional : skizofrenia, psikosis paranoid,

psikosis afektif, psikosis reaktif singkat, dll

b. Sindrom psikosis organic : sindrom delirium, dementia, intoksikasi

alcohol dll7

Kontraindikasi

1. Penyakit hati (hepatotoksik)

2. Penyakit darah (hematotoksik)

3. Epileps (menurunkan ambang kejang)

4. Kelainan jantung (menghambat irama jantung)

5. Febris yang tinggi (thermoregulator diSSP)

6. Ketergantungan alcohol (penekanan SSP meningkat)

7. Penyakit SSP (Parkinson, tumor otak)

8. Gangguan kesadaran disebabkan CNS-depresan (kesadaran makin

memburuk7

Efek samping

1. Sedasi dan inhibisi psikomotor

2. Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik; mulut

kering, kesulitan miksi & defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, TIO

meningkat, gangguan irama jantung)

27

3. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut,akhatisia, sindrom Parkinson :

tremor, bradikinesia, rigiditas)

4. Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolic

(jaundice), hematologic (agranulositosis), biasanya untuk pemakaian

jangka panjang

Cara penggunaan

1. Pemilihan obat :

Pemilihan obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis

yang dominan dan efek samping obat.pergantian obat disesuaikan

dengan dosis ekivalen

Apabila obat anti-psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis

dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang

memadai dapat diganti dengan obat anti-psikosis lain dengan dosis

ekivalennya, dimana profil efek sampingnya belum tentu sama

Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti-psikosis sebelumnya

baik dapat digunakan kembali

2. Pengaturan dosis :

Perlu dipertimbangkan :

Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2 – 4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2 – 6 jam

Waktu paruh : 12 – 24 jam (pemberian 1- 2 X /hari)

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak

dari efek samping sehingga tidak begitu menggangu kualitas hidup

pasien7

3. Cara pemberian :

Dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikan setiap 2 – 3 hari

dosis efektif (timbul sindrom psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu

dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8 –

12 minggu diturunkan setiap 12 minggu dosis maintenance

28

dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun tapering off (dosis diturunkan

tiap 2-4 minggu) stop7

4. Lama pemberian :

a) Paien sindrom psikosis (multiepisode) terapi maintenance ± 5

tahun

b) Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya

dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala

psikosis mereda sama sekali

c) Untuk psikosis reaktif singkat penurunan obat secara bertahap

setelah hilang gejala dalam kurun waktu 2 minggu- 2 bulan7

5. Penggunaan perenteral :

a) Obat anti-psikosis yang long-action (fluphenazine decanoate 25

mg/cc atau haloperidol decanoas 50 mg/cc, im, untuk 2- 4 minggu)

penting untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan

obat

b) Dosis mulai dari ½ cc setiap 2 minggu pada bulan pertama,

kemudian baru ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan7

3. Terapi psikososial2,3

a. Terapi perilaku

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan

ketrampilan social untuk meningkatkan kemampuan sosial,

kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi

interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau

hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti

hak istimewa dan pas jalan dirumah sakit. Dengan

demikian,frekuensi perilaku maladaptive atau menyimpang seperti

berbicara lantang, berbicara sendirian dimasyarakat, dan postur

tubuh aneh dapat diturunkan.

29

b. Terapi berorintasi - keluarga

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia sering kali

dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien

skizofrenia kembali sering kali mendapatkan manfaat dari terapi

keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode

pemulangan segera, topic penting yang dibahas didalam terapi

keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan

kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas

mendorong anak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk

melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu

optimistic tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat

skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.

Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti

skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah

penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif

dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan

angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi

keluarga sebesar 25-50% dan 5-10% dengan terapi keluarga.

c. Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada

rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok

mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara

psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif

dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan

meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang

memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif,

tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi individual

Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual

dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa

terapilah membantu dan menambah efek terapi farmakologis.Suatu

konsep penting didalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah

30

perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien

sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat

dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terap i dan

pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh

pasien. Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang

ditemukan didalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan

hubungan sering kali sulit dilakukan. Pasien skizofrenia sering kali

kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan

kemungkinan sikap curiga,cemas,bermusuhan,atauteregresi jika

seseorang mendekati.Pengamatanyangcermat darijauhdanrahasia,

perintahsederhana, kesabaran, ketulusan hati,dankepekaan terhadap

k

aidahsosialadalahlebihdisukaidaripadainformalitasyangprematurdan

penggunaan nama pertamayang merendahkan diri.Kehangatan

atauprofesipersahabatanyangberlebihanadalah tidak tepat dan

kemungkinandirasakan sebagai usaha untuk suapan,manipulasi,atau

eksploitasi.

3.7 Prognosis

Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang.

Secara umum 25% individu sembuh sempurna,

40% mengalami kekambuhan dan

35% mengalami perburukan.

Tabel 2.3 Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada

prediktor prognosis spesifik.2

Prognosis baik Prognosis buruk

Onset lambat

Faktor pencetus yang jelas

Onset akut

Riwayat sosial, seksual, pekerjaan

pramorbid baik

Onset muda

Tidak ada faktor pencetus

Onset tidak jelas

Riwayat sosial, seksual, pekerjaan

pramorbid buruk

31

Gejala gangguan mood

Menikah

Riwayat keluarga gangguan mood

Sistem pendukung yang baik

Gejala positif

Perilaku menarik diri, autistik

Tidak menikah, bercerai, janda/duda

Riwayat keluarga skizofrenia

Sistem pendukung yang buruk

Gejala negatif

Tanda dan gejala neurologis

Riwayat trauma perinatal

Tidak ada remisi dalam tiga tahun

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

32

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock B, Sadock V A. Kaplan & Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis,

Edisi 2. Jakarta: EGC. 2010. Hal 179-181.

2. Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. Skizofrenia

Dalam: synopsis psikiatri. Jilid satu. Jakarta: Binapura Aksara; 2010. hal.

474; 699 – 743.

3. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III.

Jakarta: PT. Nuh Jaya. 2001. Hal 53-55.

4. Maramis, Fwilly Dkk. Skizofrenia dalam catatan ilmu kedokteran jiwa.

Edisi : II. Jakarta 2009. Airlangga University Press.hal : 259 – 281

33