Laporan Kasus Skill Lab Klinik Prostodonsia Prin

13
LAPORAN KASUS SKILL LAB KLINIK PROSTODONSIA BLOK ORAL DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN PENYAKIT DENTOMAKSILOFASIAL “EDENTULOUS RIDGE PADA MAKSILA DAN MANDIBULA” Oleh Kelompok Tutorial I : 1. Zhara Hafzah Audilla 131610101003 2. Ria Dhini Musyarofah 131610101004 3. Catur Putri Kinasih 131610101005 4. Alfin Tiara S. 131610101007 5. Dewi Muflikhah 131610101012 6. Adriano Joshua 131610101065 7. Alfin Ananda S 131610101066 8. Roni Handika 131610101068 9. Nektara Titan D 131610101082 10. Emastari Rosyda A. 131610101086 11. Safira Niza Ulfita 131610101087 12. Dessy Fitri W 131610101086 13. Ferdina Recky 131610101052 14. Adnan Rasyid 131610101053

description

skill lab prosto

Transcript of Laporan Kasus Skill Lab Klinik Prostodonsia Prin

LAPORAN KASUS SKILL LAB KLINIK PROSTODONSIA

BLOK ORAL DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN PENYAKIT DENTOMAKSILOFASIAL

EDENTULOUS RIDGE PADA MAKSILA DAN MANDIBULA

Oleh Kelompok Tutorial I :

1. Zhara Hafzah Audilla

1316101010032. Ria Dhini Musyarofah

1316101010043. Catur Putri Kinasih

1316101010054. Alfin Tiara S.

1316101010075. Dewi Muflikhah

1316101010126. Adriano Joshua

1316101010657. Alfin Ananda S

1316101010668. Roni Handika

1316101010689. Nektara Titan D

13161010108210. Emastari Rosyda A.

13161010108611. Safira Niza Ulfita

13161010108712. Dessy Fitri W

13161010108613. Ferdina Recky

131610101052

14. Adnan Rasyid

131610101053

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Laporan Kasus Skill Lab Klinik Prostodonsia yang berisi tentang Edentulous Ridge Pada Maksila dan Mandibula. Kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. drg. Dewi Kristiana, M. Kes. yang telah memberi kami kesempatan dan bimbingan untuk lebih mendalami materi tutorial tentang prostodonsia.

2. drg. Rahardyan P, M.Kes.,Sp.Pros. yang telah membimbing kami pada saat skill lab prostodonsia

3. Teman-teman kelompok tutorial I yang telah berperan aktif dalam pembuatan laporan kasus ini. Kami sadar bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki laporan kami yang selanjutnya. Semoga laporan kami dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi tutorial I.Jember, 10 April 2015Penulis

ABSTRAKEdentulous total dapat didefinisikan sebagai keadaan fisik dari rahang yang diikuti hilangnya seluruh gigi dan hilangnya sebagian atau seluruh jaringan pendukung gigi. Faktor penyebab kehilangan gigi adalah karies, periodontitis, trauma, dan yang paling sering adalah prosespenuaan. Prostodonsia adalah ilmu kedokteran gigi yang mempelajari metode rehabilitasi dan pemeliharaan fungsi rongga mulut, kenyamanan, penampilan dan kesehatan pasien dengan pembuatan restorasi gigi asli dan atau penggantian gigi hilang beserta jaringan lunak rongga mulut dan maksilofasial dengan bahan pengganti buatan. Berdasarkan jumlah gigi yang hilang dan diganti dengan gigi tiruan, maka prostodonsia dibagi menjadi dua bagian yaitu gigi tiruan lengkap (full denture) dan gigi tiruan sebagian (partial denture). Full denture merupakan gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi asli beserta bagian jaringan gingiva yang hilang akibat edentulous total. PENDAHULUANDi seluruh dunia jumlah populasi lansia bertambah dengan cepat. Seluruh kelompok lansia bertambah 75%, sedangkan lansia yang berusia 80 tahun ke atas bertambah 134%. Populasi lansia diperkirakan akan meningkat 35% pada negara industri dan 75% pada negara berkembang. Pada lansia terjadi kasus kehilangan gigi yang tinggi dikarenakan penyakit karies pada masa muda hingga tuanya yang menyebabkan dilakukan tindakan pencabutan, maupun kehilangan gigi akibat penyakit periodontal yang disebabkan oleh penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus yang diderita oleh sebagian besar lansia (Basker dkk, 1996). Selain itu faktor terbesar yang mengakibatkan edentulous adalah degenerasi.Kehilangan gigi memberikan pengaruh buruk terhadap konsumsi makanan lansia. Lansia tanpa gigi cenderung mengubah pilihan makanannya, seperti mengkonsumsi makanan yang kurang serat, kurang daging dan sedikit sayur dan buah. Hal tersebut tentu saja mengakibatkan berkurangnya intake nutrisi terhadap lansia dan meningkatkan prevelensi peradangan gastro intestinal (Basker dkk, 1996).Selain mengakibatkan pengaruh buruk terhadap konsumsi makanan, edentulous juga menimbulkan kondisi patologi yang tidak dirasakan pasien secara langsung. Bagaimanapun juga, seiring berjalannya waktu, kondisi patologis seperti ini dapat timbul dan menyebabkan perubahan yang merugikan pada jaringan tulang residual, mukosa oral, sendi temporomandibula, otot-otot pengunyahan, dan sistem persarafan (Alfred dkk, 1993). Lansia dengan kondisi tersebut membutuhkan gigi tiruan untuk menggantikan posisi dan fungsi gigi-geligi aslinya yang hilang. Selain memperbaiki fungsi mastikasi, fungsi gigi tiruan yang lain adalah memulihkan fungsi estetika, meningkatkan fungsi fonetik, serta mempertahankan jaringan mulut yang masih ada agar tetap sehat (Haryanto, 1995).

Prostodonsia adalah ilmu kedokteran gigi yang mempelajari metode rehabilitasi dan pemeliharaan fungsi rongga mulut, kenyamanan, penampilan dan kesehatan pasien dengan pembuatan restorasi gigi asli dan atau penggantian gigi hilang beserta jaringan lunak rongga mulut dan maksilofasial dengan bahan pengganti buatan. Berdasarkan jumlah gigi yang hilang dan diganti dengan gigi tiruan, maka prostodonsia dibagi menjadi dua bagian yaitu gigi tiruan lengkap (full denture) dan gigi tiruan sebagian (partial denture). Full denture merupakan gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi asli beserta bagian jaringan gingiva yang hilang akibat edentulous total. KASUSSeorang wanita berumur 80 tahun datang ke Klinik Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Jember (UNEJ) dengan keluhan ingin dibuatkan gigi tiruan. Kondisi rongga mulut pasien saat datang ke klinik adalah edentulous pada maksila dan mandibula. Kondisi ini diawali oleh tanggalnya beberapa gigi akibat karies dan 4 gigi terakhir yang tersisa diekstraksi. Ekstraksi tersebut dilakukan di Klinik Prostodonsia RSGM FKG UNEJ 2 bulan yang lalu. Keadaan umum pasien tersebut baik. Pasien dan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit yang mengganggu kesehatannya. Hasil anamnesis yang didapatkan kemudian ditindaklanjuti dengan pemeriksaan klinis pasien. Kondisi fisik pasien adalah baik dengan tanda-tanda vital TD : 120/100 mmHg, R : 23 x/menit, N : 78 x/menit. Pada pemeriksaan ekstraoral, wajah pasien terlihat asimetris, kelenjar limfe dan kelenjar saliva tidak teraba, sendi temporo mandibular abnormal dengan keadaan kondil kiri yang lebih menonjol daripada kondil kanan baik ketika membuka maupun menutup mulut, namun pada saat melakukan pergerakan rahang ke segala arah dan membuka mulut, sendi temporo mandibularnya normal.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan intraoral pada jaringan pendukung gigi tiruan dan didapatkan hasil vestibulum maksila labial : dangkal, bukal (P) regio kanan : dangkal, bukal (M) regio kanan : dangkal, bukal (P) regio kiri : dangkal, dan bukal (M) regio kiri : dalam, sedangkan seluruh vestibulum pada mandibula adalah dangkal. Keseluruhan frenulum pada maksila dan mandibula adalah rendah. Bentuk ridge pada maksila berbentuk ovoid, sedangkan pada mandibula posterior regio kanan berbentuk flat, anterior dan posterior regio kiri berbentuk tappering. Retromylohioid regio kanan dan kiri dangkal. Bentuk dalam palatum tappering, torus palatinus flat, tubermaksila kecil, torus mandibula flat, dan tidak ada eksotosis. Pada rahang atas regio kanan terdapat 1 gigi yang hanya terlihat tunggaknya.

TATALAKSANA KASUSTindakan yang kami lakukan hanya pada kunjungan pertama pasien yakni melakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif. Selanjutnya kami menentukan diagnosa dan rencana perawatan.

PEMBAHASAN 1. Diagnosaa. Gigi 14 nekrosis pulpa totalis

b. Edentulous ridge pada 18, 17, 16, 15, 13, 12, 11, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28.

c. Edentulous rahang bawah2. Rencana Perawatana. Ekstraksi gigi 14b. Gigi tiruan lengkap pada rahang atas dan bawah dengan desain seperti berikut :

BASIS GIGI TIRUANDesain basis pada kasus ini adalah :

Keterangan :

1. Pada basis rahang atas, vestibulum dan tuberositas maksilaris akan digunakan sebagai retensi. Desain akan dibuat dengan membebaskan frenulum labial dan frenulum bukal, relief of chamber kecil karena torus palatinusnya flat, serta dibuatkan post dam 2 mm dari vibrating line.

2. Pada basis rahang bawah, vestibulum, retromylohyoid dan retromolar pad akan digunakan sebagai retensi, sedangkan frenulum labial dan frenulum bukal akan dibebaskan.

3. Bahan basis yang akan digunakan dalam kasus ini adalah akrilik karena :

a. Tidak toxis dan tidak mengiritasi. b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.

c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada bagian yang tipis.

d. Mempunyai limit proporsionalitas yang tinggi, sehingga jika terkena stress tidak mudah mengalami perubahan bentuk yang permanen.

e. Mempunyai kekuatan impak tinggi, sehingga tidak mudah patah atau pecah jika terbentur atau terjatuh.

f. Mempunyai fatigue strength (ketahanan) yang tinggi.

g. Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.

h. Estetis cukup baik.

i. Radio-Opacity, memungkinkan bahan untuk dideteksi dengan sinar-X apabila tertelan.

j. Mudah direparasi jika patah.

k. Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya di dalam mulut.

l. Mudah dibersihkanANASIR GIGI TIRUANa. Pemilihan Anasir Gigi Tiruan AnteriorBila gigi yang hilang banyak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih anasir gigi tiruan, antara lain:1. Ukuran gigia. Panjang gigi

b. Lebar gigi2. Bentuk gigia. Menurut Leon Williams

Bentuk insisivus sentral atas sesuai dengan bentuk garis luar wajah tetapi dalam arah terbalik. Bentuk wajah dilihat dari samping : Cembung /Convex / Lurus

Pada kasus ini, pasien memiliki bentuk wajah convex.

b. Jenis kelaminMenurut Frush dan Fisher, garis luar insisivus atas pada pria bersudut lebih tajam (giginya berbentukkuboidal), sedangkan pada wanita lebih tumpul (giginya berbentuk spheroidal). Sehingga pada kasus ini akan dipilih bentuk spheroidal.

3. Warna gigiWarna gigi dapat ditentukan berdasarkan bahan anasir gigi yang dipilih, dan biasanya pada usia tua, warna gigi lebih gelap dibanding usia muda. Sehingga pada kasus ini akan dipilih warna gigi yang lebih gelap.b. Pemilihan Anasir Gigi Tiruan Posterior

1. Ukuran gigi

a. Mesio distal

b. Okluso gingival

c. Buko lingual/palatal2. Bentuk anasir gigitiruan posteriora. Gigi anatomik

Bentuk permukaan oklusal mempunyai tonjol-tonjol dengan sudut tonjol yang beragam.

b. Gigi non anatomikPermukaan oklusalnya merupakan bidang datar, biasanya gigi ini digunakan untuk kasus dengan linggir datar untuk menghindari daya horizontal pada waktu berfungsi.c. Pemilihan Bahan Anasir Gigi TiruanPada kasus ini kami memilih anasir gigi tiruan dengan bahan porselen, karena :1. Warna dan bentuk mirip dengan gigi asli

2. Warna tetap tahan lama meskipun digunakan dalam waktu bertahun-tahun

3. Bentuk dan kekuatan yang bagus, tahan terhadap tekanan gigi dan aberasi

4. Peralatan yang digunakan lebih canggih dan modern