Diagnosis Prostodonsia

12
Diagnosis Prostodonsia Diagnosis Prostodonsia: 2.1 Identitas pasien 1. Nama penderita Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seorang penderita dari yang lainnya di samping mengetahui asal suku atau rasnya. Hal terakhir ini penting, karena ras antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi depan, contohnya: orang eropa (kas kaukakus) mempunyai profil yang lurus, sedangkan orang Asia (ras Mongoloid)cembung. 2. Alamat Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila terjadi sesuatu yang tak diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat. Pemanggilan kembali penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga dapat membantu kita mengetahui latar belakanglingkungan hidup seorang pasien, sehingga dapat pula diketahui status sosialnya. 3. Pekerjaan Modifikasi jenis perawatan mungkin perlu dilakukan karena factor jenis pekerjaan. Dengan memahami pekerjaan pasien, keadaan sosial ekonominya juga dapat diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan sosial seseorang lebih besar tuntutannya terhadap faktor estetik. 4. Jenis kelamin Secara jelas sebetulnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang berlaku untuk pria dan wanita. Namun demikian hal-hal berikut ini sebaiknya diperhatikan. Wanita pada umumnya cenderung lebih memperhatikan faktor estetik dibanding pria. Sebaliknya pria membutuhkan protesa yang lebih kuat, sebab merekan menunjukkan kekuatan mastikasi yang lebih besar. Pria juga lebih mementingkan rasa enak/nyaman, di samping faktor fungsional geligi tiruan yang dipakainya. Selanjutnya bentuk gigi wanita relatif lebih banyak lengkungan/bulatannya dibanding gigi pria yang memberi kesan lebih

description

diagnois prostodonsia

Transcript of Diagnosis Prostodonsia

Page 1: Diagnosis Prostodonsia

Diagnosis Prostodonsia

Diagnosis Prostodonsia:

2.1 Identitas pasien

1. Nama penderita

Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seorang penderita dari yang lainnya di samping mengetahui asal suku atau rasnya. Hal terakhir ini penting, karena ras antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi depan, contohnya: orang eropa (kas kaukakus) mempunyai profil yang lurus, sedangkan orang Asia (ras Mongoloid)cembung.

2. Alamat

Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila terjadi sesuatu yang tak diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat. Pemanggilan kembali penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga dapat membantu kita mengetahui latar belakanglingkungan hidup seorang pasien, sehingga dapat pula diketahui status sosialnya.

3. Pekerjaan

Modifikasi jenis perawatan mungkin perlu dilakukan karena factor jenis pekerjaan. Dengan memahami pekerjaan pasien, keadaan sosial ekonominya juga dapat diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan sosial seseorang lebih besar tuntutannya terhadap faktor estetik.

4. Jenis kelamin

Secara jelas sebetulnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang berlaku untuk pria dan wanita. Namun demikian hal-hal berikut ini sebaiknya diperhatikan. Wanita pada umumnya cenderung lebih memperhatikan faktor estetik dibanding pria. Sebaliknya pria membutuhkan protesa yang lebih kuat, sebab merekan menunjukkan kekuatan mastikasi yang lebih besar. Pria juga lebih mementingkan rasa enak/nyaman, di samping faktor fungsional geligi tiruan yang dipakainya.

Selanjutnya bentuk gigi wanita relatif lebih banyak lengkungan/bulatannya dibanding gigi pria yang memberi kesan lebih kasar dan persegi. Pengelolaan perawatan penderita wanita dalam masa menopouse membutuhkan pertimbangan lebih teliti. Pada periode ini, mulut biasanya terasa lebih kering dan ada rasa seperti terbakar.

5. Jenis kelamin

Pengaruh lanjutnya usia pada perawatan prostodontik harus selalu menjadi bahan pertimbangan. Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan mulut, koordinasi otot, mengalirnya saliva, ukuran pulpa gigi serta panjang mahkota klinis. Usia juga menentukan bentuk, warna, serta ukuran gigi seseorang.

Page 2: Diagnosis Prostodonsia

Pada lanjut usia, lebih sering pula dijumpai pelbagai penyakit seperti hipertensi, jantung dan diabetes melitus.Bila pada orang usia muda lebih sering dijumpai karies dentis, maka pada kelompok usia lanjut penyakit periodontalah yang lebih sering dijumpai.

Kemampuan adaptasi penderita usia muda terhadap geligi tiruan biasanya lebih tinggi dibanding penderita usia lanjut. Pada usia di atas empat puluh tahun, adapatasi biasanya mulai berkurang dan akan menjadi sukar setelah usia enampuluhan.

2.2 Anamnesis

Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan pada ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medic/dental. (Lusiana K.B., 1995)

Ditinjau dari cara penyampaian cerita, dikenal dua macam anamnesis. Pada auto anamnesis, cerita mengenaikeadaan penyakit disampaikan sendiri oleh pasien. Disamping itu terdapat keadaan dimana cerita mengenai penyakit ini tidak disampaikan oleh pasien yang bersangkutan, melainkan melalui bantuan orang lain. Keadaan seperi ini dijumpai umpamanya pada paien bisu, ada kesulitan bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-anak kecil. Cara in9i disebut allo anamnesis. (Lusiana K.B., 1995)

Dai segi inisiatif penyampaian cerita, dikenal pula anamnesis pasif dimana pasien sendirilah yang menceritakan keadaannya kepada si pemeriksa. Sebaliknya, pada anamnesis aktif penderita perlu dbantu pertanyaan-pertanyaan dalam menyampaikan ceritanya. (Lusiana K.B., 1995)

Pada saat anamnesis biasanya ditanyakan hal-hal sebagai berikut :

1. Nama penderita. Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seseorang penderita dari yang lainnya, di samping untuk mengetahui asal suku dan rasnya. Hal terakhir ini penting, karena ras antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi depan. Contohnya, orang eropan(ras kaukasus) mempunyai profil yang lurus, sedangkan orang asia (ras mongoloid) cembung.

2. Alamat. Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat. Pemanggilan kembali penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga membantu mengetahui latar belakang lingkungan hidup seorang pasien, sehingga dapat pula diketahui status sosialnya.

3. Pekerjaan. Dengan mengetahui pekerjaan pasien, keadaan social ekonominya juga dapat diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan social seseorang, lebih besar tuntutannya terhadap factor estetik.

4. Jenis Kelamin. Secara jelas sebenarnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang berlaku untuk pria dan wanita. Namun demikian hal-hal beikut ini sebaiknya diperhatikan. Wanita pada umumnya cenderung lebih memperhatikan factor estetik disbanding pria. Sebaliknya pria membutuhkan protesa yang lebih kuat, sebab mereka menunjukkan kekuatan mastikasi yang lebih besar. Pria juga lebih mementingkan rasa enak/nyaman, disamping factor fungsional geligi tiruan yang dipakainya.

Page 3: Diagnosis Prostodonsia

Selanjutnya, bentuk gigi wanita relative lebih banyak lengkungan/bulatannya, disbanding ria yang member kesan lebih kasar dan persegi. Pengelolaan perawatan penderita wanita dalam masa menopause membutuhkan pertimbangan lebih teliti. Pada periode ini, mulut biasanya terasa lebih kering dan ada rasa seperti terbakar.

5. Usia. Pengaruh lanjutnya usia pada perawatan prostodontik harus selalu menjadi bahan pertimbangan. Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan mulut, koordinasi otot, mengalirnya saliva, ukuran pulpa igi, serta panjang mahkota klinis. Usia juga menentukan bentuk, warna, serta ukuran gigi seseorang.

Kemampuan adaptasi penderita usia muda terhadap geligi tiruan biasanya lebih tinggi disbanding penderita usia lanjut. Pada penderita usia lebih dari empat puluh tahun, adaptasi biasanya mulai berkurang dan akan menjadi sukar setelah usia enampuluhan.

6. Pencabtan Terakhir Gigi. Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir perlu diketahui. Apakah gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri mungkin ada sisa akar yang tertinggal. Lama jangka waktu anatara pencabutan terakhir dengan saat dimulainya pembuatan geligi tiruan akan mempengaruhi hasil perawatan.

7. Pengalaman Memakai Geligi Tiruan. Seorang penderita yang pernah memakai geligi tiruan sudah mempunyai pengalaman, sehingga adaptasinya terhadap geligi tiruan baru akan lebih mudah dan cepat. Ia juga sudah mengalami prosedur pembuatannya. Sebaliknya, penderita semacam ini juga sering membanding-bandingkan protesa barunya dengan yang pernah dipakai sebelumnya.

Mereka yang belum pernah memakai geligi tiruan, biasanya membutuhkan masa adatasi lebih panjang karena kesulitannya menyesuaikan diri. Kelompok ini belum berpengalaman dalam prsedur pembuatan protesa; seperti pada waktu pencetakan, penentuan gigitan, maupun pada saat awal pemakaian, yang sering kali menimbulkan rasa sakit. Itulah sebabnya penerangan yang diberikan kepada penderita sebelum pembuatan geligi tiruan dilaksanakan menjadi penting sekali.

8. Tujuan Pembuatan Geligi Tiruan. Penderita perlu ditanyai mengenai tujuan pembuatan geligi tiruannya, apakah dia lebih mementingkan pemenuhan factor estetik atau fungsional. Biasanya konstruksi disesuaikan dengan kebutuhan penderita.

9. Keterangan Lain. Penderita ditanyai apakah penderita mempunyai kebiasaan buruk dsb. Kadang-kadang kebiasaan tersebut sulit ditentukan tanpa suatu pengamatan yang intensif. (Lusiana K.B., 1995)

2.3 Pemeriksaan Status Umum (riwayat kesehatan)

Riwayat penyakit umum yang pernah diderita sebaiknya ditanyakan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya ditanya apakah ia sedang berada dalam perawatan dokter umum/lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang diminum. Hal ini perlu dikatahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi jaringan yang terlibat dalam perawatan dental,

Page 4: Diagnosis Prostodonsia

umpamnya diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, tuberculosis, lues, depresi mental, kecanduan alcohol, dsb. (Lusiana K.B., 1995)

2.4 Hubungan Dengan Penyakit Sistemik

1. Diabetes Mellitus

Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut, seperti jaringan mukosa yang meradang, cepat berkembangnya penyakit periodontal yang sudah ada dengan hilangnya tulang alveolar secara menyolok dan mudah terjadinya abses periapikal. Infeksi monilial, berkurangnya saliva, bertambahnya pembentukan kalkulus, merupakan hal yang khas dari penyakit diabetes yang tidak terkontrol. Manifestasi klinis ini terjadi bersama-sama dengan gejala-gejala yang sering ditemukan seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit, gatal-gatal, cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat badan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan menyehatkan kembali jaringan mulut.

Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan protesa dapat dilakukan dengan saran-saran tambahan sebagai berikut. Pertama, hindari tindakan pembedahan yang besar selama hal itu mungkin dilakukan. Gunakan bahan cetak yang bisa mengalir bebas dan buat desain rangka geligi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan, serta distribusikan beban fungsional pada semua bagian yang dapat memberikan dukungan. Lalu, susunlah oklusi yang harmonis. Bila dibutuhkan, rangsanglah pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas karbohidrat. Tekankan kepada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan mulut. Akhirnya, tentukan kunjungan ulang penderita setiap enam bulan sekali (bahkan kalau oerlu lebih sering dari itu) untuk mempertahankan kesehatan mulut (Gunadi, dkk., 1991 : 110).

2. Penyakit Kardiovaskular

Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi. Hindari pemakaian anastetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin; oleh karena bahan ini dapat mempengaruhi tekanan darah (Gunadi, dkk., 1991 : 110).

3. Tuberkulosis dan Lues

Terjadinya gangguan metabolism pada penderita Tuberkulosis dan Lues, menyebabkan resorpsi berlebihan pada tulang alveolar.

Dalam merawat penderita-penderita ini, perlindungan terhadap dokter gigi serta penderita lain merupakan pertimbangan yang sangat penting; umpamanya jangan memasukkan jari telanjang ke dalam mulut seorang penderita Lues. Lakukan pemeriksaan dengan menggunakan Longue Blader; sedangkan penggunaan sarung tangan karet sangat dianjurkan.

Cucilah tangan dengan sabun dan air panas, segera sesudah kita merawat penderita tersebut. Dalam hal ini, menyikat tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan abrasi kecil. Sebagai tambahan, baik sekali

Page 5: Diagnosis Prostodonsia

untuk mencuci wajah secara hati-hati, karena mungkin saja setetes darah/ saliva memercik mengenai muka atau sepotong kecil kalkulus terpental mengnai wajah dapat menyebabkan erosi kulit sehingga menyebabkan terjadinya infeksi. Penderita Lues aktif dan tidak dirawat sebaiknya hanya menerima perawatan darurat saja, sedangkan semua pekerjaan lainnya harus ditunda sampai penyakitnya sembuh(Gunadi, dkk., 1991 : 110-111).

4. Anemia

Penderita anemia biasanya menunjukkan resorpsi tulang alveolar yang cepat. Untuk kasus ini sebaiknya gunakanlah elemen gigi tiruan yang tidak ada tonjol (cusp) (Gunadi, dkk., 1991 : 111).

5. Depresi Mental

Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang mempunyai efek samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya retensi geligi tiruan. Maka perawatan dalam bidang prostodontik sebaiknya ditunda dahulu sampai perawatan terhadap depresi mentalnya dapat diatasi.

Seorang penderita yang frustasi biasanya menempatkan faktor estetik tidak secara realistic. Ia mungkin datang dengan sebuah foto yang dibuat pada waktu ia masih muda/ remaja serta mengharapkan penampilan yang sesuai dengan foto tadi diterapkan pada protesa yang akan dibuat (Gunadi, dkk., 1991 : 111).

6. Alkoholisme

Sebagai pemakai geligi tiruan sebagian lepasan, pecandu alcohol biasanya mengecewakan. Tanda-tanda penderita semacam ini antara lain napasnya berbau alcohol, tremor, mata dan kulit pada bagian tengah wajah memerah, gugup, dan kurus.

Dalam upaya menutupi rasa rendah dirinya, penderita alkoholik menuntut pemenuhan faktor estetik yang tinggi untuk protesa yang akan dibuat. Keyakinan dirinya serta kerja sama dengan penderita ini dapat dikembangkan, bila hal tadi dapat kita penuhi. Sebaliknya, bila hal ini gagal, bisa membawa akibat yang buruk.

Perawatan gigi untuk penderita alkoholik pada umumnya dihindari sampai kebutuhan ini sudah begitu mendesak, supaya pembuatan protesa dapat berhasil untuk jangka waktu cukup panjang. Di samping semua problem di atas, seorang penderita alkoholik cenderung mengalami kecelakaan. Patah atau hilangnya geligi tiruan karena jatuh atau kecelakaan kendaraan adalah suatu hal yang biasa terjadi (Gunadi, dkk., 1991 : 111-112).

2.5 Torus Palatina dan mandibula

Page 6: Diagnosis Prostodonsia

Tonjolan ini merupakan kelainan konginetal dengan permukaan licin dan tidak begitu sakit seperti pada exostosis. Torus terletak pada tempat-tempat tertentu dan terletak secara simetris, seperti pada garis tengah palatum sehingga disebut torus palatinus. Kelainan ini juga dapat dijumpai pada region lingual premolar bawah dan disebut torus mandibularis.

Penonjolan tulang seperti ini merupakan hambatan utama bagi kenyamanan pemakaian geligi tiruan, karena mukosa yang terdapat di atas torus pada umumnya tipis dan mudah kena trauma. Pada rahang atas, daerah torus biasanya dirilif atau bila hal ini tidak mungkin dilakukan, bagian ini di bebaskan dari penutupan plat protesa. Sedangkan torusmandibularis biasanya bilateral, pada permukaan lingual dari rahang bawah di daerah bicuspid/ premolar dan molar.

2.6 Bentuk Palatum

Bentuk palatum keras dibagi menjadi bentuk Quadaratic, Ovoid, dan Taperring. Bentuk palatum seperti “U”/ kuadratik adalah yang paling menguntungkan. Bentuk ini memberikan stabilitas dalam jurusan vertical maupun horizontal, sebaliknya bentuk tapering atau ‘V’ memberikan retensi yang kurang baik.

Page 7: Diagnosis Prostodonsia

HAL HAL PENTING UNTUK MENCAPAI KEMANTAPAN GELIGI TIRUAN

1. Bentuk Lengkung Rahang

Kegunaan bentuk lengkung rahang menyangkut kemantapan dan kekokohan geligi tiruan. Bentuk persegi dan lonjong lebih mantap dibandingkan dengn bentuk lancip.

Bntuk lengkung rahang ada 3 macam yaitu

a. bentuk persegi (square)b. bentuk lancip (tapering)c. bentuk lonjong (ovoid)

2. Besar Lengkung Rahang

Dapat dicatat besar/sedang/kecil. Makin besar lengkung rahang makin baik karena geligi tiruan akan makin mantap. Besar lengkung rahang atas dan rahang bawah dapat bervariasi, biasanya hamper sama sehingga geligi tiruan mantap. Besar lengkung rahang yang tak sama, rahang bawah lebih besar dari rahang atas atau sebalikny, akan menjadi masalah dalam penyusunan gigi. Cara mengatasinya ialah dengan menyusun gigi sedemikian rupa sehingga dicapai geligi tiruan yang mantap. Biasanya gigi disusun dengan gigitan silang atau menggunakan gigi buatan yang tidak bertonjol.

3. Bentuk Linggir

Dapat dicatat tinggi/sedang/ atau cukup/rendah/datar. Keadaan ini tergantung dengan tulang dan ada tidaknya resorpsi. Makin tinggi linggir makin kokoh dan mantap geligi tiruan yang kita buat. Namun ketinggian linggir akan mempengaruhi besar ruang antar rahang, terutama daerah tuber maksilaris yang kadang kadang sampai kena pada linggir bawah.

Bentuk linggir ada tiga macam yaitu

a. Bentuk “U” bila permukaan labial/ bukal sejajar permukaan lingual/palatal. Bentuk ini paling menguntungkan dibandingkan dengan bentuk lainnya.makin lebar puncak linggir makin dapat menahan daya kunyah.

b. Bentuk “V” berpuncak sempit, kadang-kadang tajam seper pisau. Bentuk ini kurang menguntungkan dibandingkan bentu “U” karena tajam seperti pisau. Geligi tiruan yang dipasang akan menimbulkan rasa sakit karena mukoperiosteum sekitar linggir akan terasa terjepit. Untuk mengatasinya dapat kita lakukan peredaan pada bagian anatomi landasan di daerah sekitar sendi.

c. Bentuk “jamur” bentuknya membesar atau melebar di puncaknya. Bentuk jamur, berleher dan menimbulkan gerong. Bentu ini mempunyai keuntungan yang sama seperti bentuk “U” tetapi adanya gerong akan menyulitkan dan menimbulkan rasa sakit pada saat geligi tiruan dipakai atau dilepas

4. Kesejajaran Linggir Rahang Atas dan Rahang Bawah

Page 8: Diagnosis Prostodonsia

Dapat dicatat sejajar/konvergen/divergen

Jaraknya kira kira antara 10-15 mm

Bila jarak kesejajaran linggir

> 15 mm atau 10 mm akan menimbulkan masalah saat menyusun gigi <10 mm tidak dapat menggunakan gigi porselen, pilihlah gigi akrilik

Page 9: Diagnosis Prostodonsia

Anatomi Landmark Rongga Mulut

Page 10: Diagnosis Prostodonsia