Laporan Gtc Prostodonsia Indri

36
LAPORAN KEPANITERAAN PROSTODONSIA GIGI TIRUAN CEKAT Disusun oleh: Indria Kusuma Wardhani 10/298974/KG/08665 Pembimbing: drg. Sri Budi Barunawati, M.Kes., Sp. Pros. BAGIAN PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

description

gtc dentistry

Transcript of Laporan Gtc Prostodonsia Indri

Page 1: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

LAPORAN KEPANITERAAN PROSTODONSIA

GIGI TIRUAN CEKAT

Disusun oleh:

Indria Kusuma Wardhani

10/298974/KG/08665

Pembimbing:

drg. Sri Budi Barunawati, M.Kes., Sp. Pros.

BAGIAN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

I. PENDAHULUAN

Gigi merupakan bagian tubuh yang penting dan berfungsi untuk

pengunyahan maupun bicara. Kerusakan pada gigi dapat mengakibatkanfungsi

dari gigi terganggu.Hilangnya gigi dalam waktu yang lama dan tidak dibuatkan

gigi tiruan pengganti akan mengakibatkan banyak hal antara lain migrasi dan

rotasi gigi, erupsi yang berlebihan pada gigi antagonisnya, penurunan efisiensi

pengunyahan, gangguan pada sendi temporomandibular, beban yang berlebihan

pada jaringan pendukung gigi, gangguan fungsi bicara, memburuknya

penampilan, dan terganggunya kebersihan mulut.

Kehilangan gigi dapat digantikan oleh salah satu dari tipe gigi tiruan.Pada

umumnya dikenal 2 tipe gigi tiruan, yaitu gigi tiruan cekat dan gigi tiruan

lepasan.. Gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih

gigi yang hilang dan tidak dapat dilepas oleh pasiennya sendiri maupun dokter

gigi karena dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan

pendukung utama dari restorasi.

Gigi tiruan cekat memiliki banyak keuntungan diantaranya adalah tidak

mudah lepas atau tertelan karena direkatkan secara permanen dengan gigi asli,

dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien, memiliki efek splint yang melindungi

gigi terhadap stress, dan memiliki stabilitas yang sangat baik dan gaya oklusi yang

diaplikasikan ke jaringan periodonsium dan tulang alveolar mendekati normal

sehingga memberikan kenyamanan pada pasien.

Page 3: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Gigi tiruan (protesa, protesis, restorasi, atau denture) merupakan protesa

yang menggantikan gigi yang hilang serta jaringan sekitarnya (Haryanto dkk.,

1995).Gigi tiruan dibedakan menurut banyaknya gigi yang hilang terdiri dari gigi

tiruan lengkap dan gigi tiruan sebagian.Gigi tiruan sebagian dibedakan menjadi

gigi tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan sebagian cekat (GTC).Gigi tiruan

cekat adalah suatu restorasi yang tidak dapat dilepas sendiri oleh pasien, karena

dilekatkan secara permanen pada gigi asli atau akar gigi sebagai pendukung utama

dari alat tersebut (Tylman, 1954). Gigi tiruan cekat disebut juga fixed bridge

prosthesis atau fixed partial denture (Martanto, 1985).

B. Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Cekat

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perawatan GTC adalah:

keadaan kesehatan, kedudukan, kondisi dan tempatnya pada rahang dari gigi atau

geraham yang masih ada yang akan dipakai sebagai penyangga, jumlah gigi yang

akan diganti, umur penderita, keadaan kesehatan gusi, selaput akar dan tulang

rahang, kebersihan mulut, indeks karies, oklusi dan posisi gigi antagonis.

Indikasi pembuatan gigi tiruan cekat adalah :

1. Gigi sudah erupsi penuh dimana usia pasien berupa 20-50 tahun

2. Oral hygiene baik

3. Mengganti hanya beberapa gigi yang hilang (1-4 gigi)

4. Kondisi ridge dalam batas normal

5. Processus alveolaris yang mendukung baik

6. Mempunyai hubungan oklusi dan jaringan periodonsium yang baik

7. Gigi abutment posisinya sedapat mungkin sejajar dan masih vital

8. Gigi abutment tidak goyah, tidak malposisi dan mampu menerima tekanan

pontic

9. Pasien tidak mempunyai kebiasaan jelek

10. Kesehatan umum dan sosial pasien baik

Page 4: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

11. Merupakan suatu treatment dari kasus-kasus penyakit periodontal

(Ewing, 1959).

Kontraindikasi GTC adalah :

1. Pasien terlalu muda atau tua

2. Struktur gigi terlalu lunak

3. Hygiene mulut jelek

4. Gigi yang harus diganti banyak

5. Kondisi daerah tak bergigi mengalami resorbsi eksisi.

6. Alveolus pendukung gigi kurang dari 2/3 akar gigi.

7. Gigi abutment abnormal dan jaringan periodonsium tidak sehat.

8. Oklusi abnormal.

9. Kesehatan umum jelek.

10. Tidak terjalin kooperatif dari pasien dan operator.

11. Mempunyai bad habit (kebiasaan buruk).

12. Gigi hipersensitif walaupun sudah dianestesi.

(Ewing, 1959)

C. Komponen Gigi Tiruan Cekat

Gigi tiruan cekat terdiri dari retainer, konektor/joint/sambungan, pontic,

dan gigi abutment/gigi pendukung/gigi pegangan.

Gambar 1. Komponen gigi tiruan cekat

Page 5: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

1. Retainer

Retainer, yaitu bagian GTC yang merupakan bangunan logam tuang yang

disemen atau dilekatkan pada gigi penyangga untuk menahan atau membantu

suatu pontic. Retainer ini menghubungkan bridge dengan abutment. Fungsi

retainer adalah untuk menjaga agar GTC tetap pada tempatnya (Shillingburg,

1997).

Tipe – tipe retainer antara lain:

a. Tipedalam dentin (intra coronal retainer )

Preparasi dan badan retainer sebagian besar ada di dalam dentin atau di

dalam mahkota gigi. Contoh : tumpatan MOD (Shillingburg dkk., 1997).

Gambar 2.Intracoronal retainer

b. Tipe luar dentin (ekstra coronal retainer )

Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di luar dentin atau

diluar badan mahkota gigi. Contoh : preparasi full cast crown(Shillingburg

dkk., 1997).

Gambar 3.Extracoronal retainer

c. Tipe dalam akar(radicularretainer)

Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di dalam saluran akar.

Contoh: mahkota pasak inti (Shillingburg dkk., 1997)

Page 6: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

Gambar 4. Retainer tipe dalam akar

2. Konektor/joint/sambungan

Connector/joint, yaitu bagian GTC yang menghubungkan retainer dan

pontic.Connector dapat berupa hubungan antara retainer dengan pontic atau

retainer-retainer.Hubungan pontic dengan retainer dapat merupakan perlekatan

kaku (rigid) atau yang tidak kaku (non rigid) (Shillingburg, 1997).

a. Konektor rigid

Konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada

komponen GTC dan merupakan konektor yang paling sering digunakan untuk

GTC. Tipe konektor ini dapat dibuat dengan cara pengecoran (casting),

penyolderan (soldering), dan pengelasan (welding).

b. Konektor nonrigid

Konektor yang memungkinkan terjadinya pergerakan terbatas pada

komponen GTC. Konektor ini bertujuan untuk memudahkan pemasangan dan

perbaikan dari GTC, contohnya adalah dovetail dan male and female.

Tipe GTC menurut konektornya, antara lain (Allan dan Foreman, 1986):

a. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid. Dapat digunakan untuk gigi

posterior dan anterior.

Gambar 5. Fixed-fixed bridge

Page 7: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

b. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid dan konektor lain

bersifat non rigid. Dapat digunakan untuk gigi posterior dan anterior.

Gambar 6. Fixed-movable bridge

c. Spring cantilever bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan

palatal bar. Digunakan pada kasus diastema/space yang mengutamakan estetis.

Keuntungan spring bridge jika digunakan untuk gigi yang diastem adalah (1)

konektor tidak tampak sehingga faktor estetis tidak terabaikan, (2) ukuran gigi

geligi tetap tampak alami.

Gambar 7. Spring cantilever bridge

d. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat secara kaku pada retainer sedang

ujung lainnya bebas/menggantung.

Gambar 8. Spring bridge

Page 8: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

e. Compound bridge : adalah kombinasi dua atau lebih dari tipe bridge.

3. Pontic

Pontic yaitu bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang

dan memperbaiki fungsinya. Salah satu sifat yang sangat penting adalah reability,

yaitu ketahanan cairan di dalam mulut (suasana di dalam mulut). Facing pontic

diharapkan selalu menempel pada bangunan logam pontic. Facing pontic dapat

dibuat dari akrilik atau porselin(Shillingburg, 1997).

Berdasarkan dengan kontak mukosa, pontik dapat dibagi menjadi:

a. Saddle pontic

Merupakan pontik yang berkontak bidang dengan edentulous ridge dan

yang paling dapat menjamin estetika karena seluruh bentuk pontik tersebut

mengganti dari seluruh bentuk gigi yang hilang. Pontik tipe ini tidak memiliki

akses untuk dental floss sehingga tidak dapat dibersihkan dan menyebabkan

akumulasi plak. Kekurangan bentuk ini sering menyebabkan inflamasi jaringan

lunak di bawah pontic tersebut, karena menutup seluruh edentulous

ridge(Rosenstiel dkk., 2006).

Gambar 9. Saddle pontic

b. Ridge lap pontic

Merupakan pontik yang menyerupai gigi asli. Pontik ini didesain

beradaptasi dekat dengan lingir. Pontic ini tidak menempel pada permukaan

palatinal/lingual, sedangkan permukaan bukal/labialnya menempel.Pontik

seperti ini sulit dirawat dan sering menyebabkan inflamasi jaringan yang

berkontak (Nallaswamy, 2003).

Page 9: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

Gambar 10. Ridge lap pontic

c. Modified ridge lap pontic

Pontik ini didesain dengan tujuan mengurangi kontak mukosa. Pontik

ini tidak overlap seperti seperti saddle pontic, tetapi kontaknya dengan jaringan

hanya terbatas pada puncak lingir bukal. Pontik ini didesai dengan sedikit

konkaf pada arah bukolingual. Terjebaknya makanan dapat dicegah dengan

bentuk permukaan mesiodistal yang konveks (Nallaswamy, 2003).

Gambar 11. Modified Ridge Lap

d. Ovate pontic

Pontik ini digunakan apabila lingir sisa defektif atau tidak sembuh

sempurna. Pontik ini juga dapat digunakan pada lingir yang lebar dan datar.

Ovate pontic memiliki desain bahwa akhiran servikal berakhir pada defek

lingir sisa. Pontik ini harus dikurangi seiring berjalannya penyembuhan. Pontik

jenis ini terleihat alami seperti muncul dari lingir (Nallaswamy, 2003).

Gambar 12. Ovate pontic

Page 10: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

e. Bullet-shaped atau conical atau heart-shaped pontic

Pontik ini memiliki permukaan jaringan yang konveks dan berkontak

pada jaringan pada satu titik tanpa tekanan. Pontik ini sangat mudah

dibersihkan. Kekurangan dari pontik tipe ini adalah estetik yang jelek karena

embrasur lebar sehingga diindikasikan untuk pengganti gigi molar

(Nallaswamy, 2003).

Gambar 13. Bullet-shaped/ conical pontic

f. Spheroidal dan modified spheroidal pontic

Pontik ini hanya menyentuh pada puncak lingir, permukaan gingiva

dari pontik tidak konkaf, dan biasanya diindikasikan pada kasus dengan ruang

antarrahang berkurang(Nallaswamy, 2003).

Gambar 14. kiri: spheroidal pontic; kanan: modified spheroidal pontic

g. Hygiene / Sanitary pontic

Pontik ini tidak menyentuh jaringan sama sekali, dan harus berjarak 3

mm okluso-gingiva sehingga memudahkan perawatan. Pontik ini tidak

memiliki estetis yang baik. Pontik jenis ini dibagi menjadi 3 desain yaitu bar

sanitary pontic dengan permukaan gingival yang datar, conventional sanitary

atau fish belly pontic dengan bentuk permukaan gingival yang cekung pada

bukolingual, mesiodistal, serta modified sanitary atau perel pontic atau arc-

Page 11: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

fixed partial denture dengan permukaan gingival pontik berbentuk

hiperparabola (Nallaswamy, 2003).

Gambar 15. Bar sanitary pontic

Gambar 16. Conventional sanitary atau fish belly pontic

Gambar 17. Modified sanitary atau perel pontic

4. Gigi abutment/gigi pendukung/gigi pegangan

Abutment, yaitu mahkota gigi asli yang telah dipreparasi untuk

penempatan retainer dan mendukung bridge. Abutment harus merupakan gigi

yang sudah erupsi penuh agar retainer tidak terangkat, akibatnya timbul daerah

yang tidak tertutup oleh retainer sehingga mudah terjadi karies(Shillingburg,

1997).

Menurut Shillingburg (1997), kondisi yang perlu diperhatikan dan menjadi

syarat gigi penyangga adalah:

a. perbandingan mahkota-akar

b. konfigurasi akar

c. luas ligament

Untuk pembuatan GTC diperlukan Rö foto yang berguna untuk

mengetahui :

a. Keadaan tulang alveolar di daerah yang kehilangan gigi

b. Akar yang tertinggal di alveolar

Page 12: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

c. Perbandingan panjang akar dan tinggi mahkota

d. Ukuran, bentuk dan posisi akar

e. Tebal dan kontinuitas lapisan periodontal

f. Adanya kelainan pada apeks akar

Gigi abutment harus dipersiapkan agar benar – benar dapat memberi

dukungan yang kuat pada GTC. Untuk memperkirakan berapa gigi yang akan

dipakai sebagai abutment untuk suatu jembatan digunakan Hukum Ante : “Luas

permukaan selaput periodontal dari gigi abutment hendaknya sama atau lebih

besar dari luas selaput periodontal gigi yang akan diganti”.

Dalam preparasi gigi abutment GTC dikenal empat macam finish line,

antara lain:

a. Shoulderless/knife edge/tanpa pundak; bentuk ini biasanya dibuat untuk gigi

pegangan yang tipis atau pada GTC dengan retainer terbuat dari bahan yang

mempunyai kekuatan tepi yang cukup kuat(Shillingburg dkk., 1997).

Gambar 18. Shoulderless/knife edge finish line

b. Shoulder/berpundak; bentuk ini dibuat pada gigi pegangan dengan retainer

tanpa kekuatan tepi, sehingga pada tepi retainer tersebut mempunyai ketebalan

(contoh : pada resin akrilik mahkota jaket)(Shillingburg dkk., 1997). Tipe

shoulder biasanya digunakan pada restorasi keramik (Lovely, 2006).

Gambar 19. Shoulder finish line

Page 13: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

c. Chamfer finish line; bentuk ini biasanya digunakan untukretainer jenis

mahkota penuh (full veneer cast crown)(Shillingburg dkk., 1997). Tipe

chamfer biasa digunakan pada restorasi metal (Lovely, 2006).

Gambar 20. Chamfer finish line

d. Partial shoulder/ berpundak sebagian; bentuk ini mempunyai pundak pada bagian

bukal atau labial, kemudian akan menyempit pada daerah proksimal dan akhirnya

hilang sama sekali pada daerah palatinal/lingual(Lovely, 2006).

D. Prosedur pembuatan Gigi Tiruan Cekat

1. Preparasi gigi abutment, bisa dilakukan pada gigi kaninus, premolar atau

molar.

Preparasi GTC dilakukan ( Johnson, 1960 ):

a. Pengurangan permukaan oklusal atau sisi insisal

b. Pengurangan sisi proksimal

c. Preparasi permukaan labial, lingual, bukal

d. Pengurangan sudut aksial.

e. Membuat shoulder sebagai pijakan mahkota agar tidak mudah lepas

2. Setelah gigi abutment dipreparasi, maka gigi tersebut harus dilindungi dengan

mahkota sementara (Martanto, 1985) yang berfungsi untuk :

a. Melindungi gigi dari rangsang mekanis, khemis, suhu

b. Mencegah terjadinya elongasi daan migrasi

c. Milindungi gusi daerah servikal dan migrasi

d. Memelihara estetis

3. Membuat model kerja

4. Pemendaman dan penuangan logam kerangka GTC

5. Pembuatan facing akrilik / porselain.

6. Pemilihan jenis pontic.

Page 14: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

III. LAPORAN KASUS

A. Identifikasi

Nama : Novi Fatimah

Umur : 21 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Kaliwatu Kranggan, Kutoarjo, Kabupaten Purworejo

Pekerjaan : Mahasiswa

Bangsa : Indonesia

No. Kartu :

Tanggal Pemeriksaan :

B. Anamnesa

Pemeriksaan Subyektif

Motivasi : Pasien datang atas keinginan sendiri untuk membuatkan gigi tiruan

CC : Merasakan tidak nyaman saat mengunyah makan karena gigi yang

dicabut

PI : Saat ini daerah tidak bergigi tidak terasa sakit

PDH : Pernah mencabutkan gigi geraham kiri bawah sekitar 3 tahun yang

lalu dan mencabutkan gigi geraham kanan bawah sekitar 1 tahun yang

lalu.

PMH : Pasien tidak dicurigai menderita penyakit sistemik

Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan, dan cuaca

tertentu.

FH : Ayah : Tidak dicurigai menderita penyakit sistemik

Ibu : Tidak dicurigai menderita penyakit sistemik

Pemeriksaan Obyektif

a. Umum

Jasmani : sehat.

Rohani : kooperatif dan komunikatif.

Page 15: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

b. Lokal

Pemeriksaan Ekstra Oral:

Bentuk muka : lonjong, simetris

Profil : cembung

Bibir : normal

lnn : tidak teraba

Pemeriksaan Intra Oral:

Mukosa : normal, tidak ada kelainan

Gingiva : normal, tidak ada kelainan

Lidah : ukuran normal, aktivitas normal

Palatum : bentuk U dan normal, tidak terdapat torus palatinus

tinggi

Frenulum labialis sup. : normal

Frenulum labialis inf. : normal

Frenulum lingualis : normal

Keadaan gigi geligi :

Jumlah : 27

Oklusi : Kanan : Klas I (Angle)

Kiri : Klas I (Angle)

Formula gigi

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

X X

Keterangan X : telah dicabut

Klasifikasi Gigi:

Rahang bawah: Kennedy Kelas III atau Applegate Kennedy Kelas VI

modifikasi 1P

Page 16: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

c. Pemeriksaan rö foto

Tidak ada kelainan di sekitar daerah yang tidak bergigi dan tidak ada

kelainan disekitar gigi 35 dan 37byang akan dijadikan gigi abutment. Jaringan

periodontal sehat dengan luas ligamen periodontal gigi abutment lebih besar

daripada gigi yang hilang.

Page 17: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

IV. RENCANA PERAWATAN

1. Kunjungan I (Mencetak Model Studi)

a. Anamnesis, pemeriksaan objektif serta memberi penjelasan kepada pasien

tentang jalannya perawatan dalam pembuatan gigi tiruan cekat

b. Persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuat gigi tiruan cekat,

meliputi periodontal treatment yaitu scaling.

c. Evaluasi rontgen foto dari gigi abutment (35 dan 37) untuk mengetahui

kondisi gigi abutment dan area yang tidak bergigi (36).

d. Melakukan pencetakan

Ketika pencetakan, perlu disiapkan:

1. sendok cetak berupa perforated stock tray no. 2 RA dan RB

2. bahan cetak alginat yang merupakan hydrocolloid impression material

3. metode yang digunakan adalah mukostatik

Tahap-tahap pencetakan:

1. Sendok cetak dicobakan pada pasien untuk mengecek apakah seluruh

bagian gigi geligi bisa tercetak semua.

2. Bubuk alginat dicampur dengan air hingga terbentuk adonan dengan

W/P = 1/2

3. Kemudian adonan diletakkan pada sendok cetak

4. Sendok cetak berisi adonan dimasukkan ke dalam mulut pasien, bibir

pasien ditarik dan pasien diminta untuk relaks.

5. Setelah setting, sendok cetak dikeluarkan dan diperiksa apakah ada

kekurangan.

6. Setelah didapatkan cetakan negatif, cetakan negatif diisi dengan gips

stone untuk mendapatkan model studi

7. Kemudian model studi diboxing.

Setelah dilakukan boxing study model kemudian dilakukan pembuatan

desain gigi tiruan cekat rahang bawah. Pasien kehilangan gigi 36 yang akan

dibuatkan GTC fixed-fixed bridge dengan gigi 35 dan 37 sebagai abutment

Page 18: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

serta pontic pada gigi 36 atau disebut juga gigi tiruan cekat tiga unit. Retainer

pada gigi 35 dan 37 berupa full veneer crown yang terbuat dari porcelain

fused to metal.

Konektor berupa konektor yang kaku / rigid yang diperoleh melalui

proses one piece casting. Gigi abutment 35 dan 37 dipreparasi dengan

menggunakan bur kecepatan tinggi (high speed bur). Bentuk pontic yang

digunakan adalah modified sanitary atau perel pontic. Pontic bentuk ini

merupakan pontik tipe hygienic.Selain memiliki estetis yang baik pontic jenis

ini juga lebih mudah untuk dibersihkan.

2. Kunjungan II

Preparasi Gigi Abutment

a. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk preparasi yaitu: fissure bur,

tapered bur, chamfer/ torpedo bur, round end tapered bur, round-edge

wheel bur, sand paper disc, dan handpiece

b. Sebelum dilakukan preparasi, gigi yang akan dipreparasi juga dianestesi

infiltrasi pada bagian bukal dan lingual dari gigi.

c. Preparasi gigi 35 dengan tipe mahkota penuh terbuat dari porcelain fused

to metal.

1) Pengurangan bagian oklusal

Dengan menggunakan round end tapered diamond bur, bagian

oklusal gigi dikurangi sebanyak 1,5-2 mm sesuai bentuk

anatomi permukaan oklusal

Pengurangan permukaan oklusal yang seragam dapat dilakukan

dengan membuat lubang-lubang pedoman (depth gauge holes)

sesuai dengan kedalaman yang sudah direncanakan.

Periksa jarak dengan antagonisnya.

2) Pengurangan bagian proksimal

Dengan menggunakan tapered diamond bur dan torpedo

diamond bur, bagian proksimal dari gigi dikurangi sebanyak 1-2

mm

Page 19: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

Pengurangan bagian proksimal ini harus memperhatikan prinsip

paralelisme dari preparasi yaitu bagian mesial dan distal harus

sejajar atau sedikit konvergen ke arah oklusal sebesar ± 6 o.

Finish line preparasi berbentuk chamfer

3) Pengurangan bagian bukal dan lingual

Dengan menggunakan torpedo diamond bur, bagian bukal gigi

dikurangi 1,2-1,5 mm dan bagian lingual 1-1,5 mm

Bur digunakan mendatar pada permukaan gigi yang akan

dipreparasi

Pengurangan bagian bukal dan palatinal sampai mendekati

interproksimal embrasure

Finish line dari gig berbentuk chamfer

4) Pengurangan sudut-sudut aksial

Sudut-sudut aksial yang tajam dihaluskan dengan round end

tapered diamond

5) Penyelesaian dan penghalusan hasil preparasi

Menggunakan sand paper disc

Menghilangkan seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata

dan undercut-undercut untuk memperoleh hasil preparasi yang

cukup halus

d. Preparasi gigi 47

1) Pengurangan bagian oklusal

Dengan menggunakan round end tapered diamond bur, bagian

oklusal gigi dikurangi sebanyak 1,5-2 mm sesuai bentuk

anatomi permukaan oklusal

Pengurangan permukaan oklusal yang seragam dapat dilakukan

dengan membuat lubang-lubang pedoman (depth gauge holes)

sesuai dengan kedalaman yang sudah direncanakan.

Periksa jarak dengan antagonisnya.

2) Pengurangan bagian proksimal

Page 20: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

Dengan menggunakan tapered diamond bur dan torpedo

diamond bur, bagian proksimal dari gigi dikurangi sebanyak 1-2

mm

Pengurangan bagian proksimal ini harus memperhatikan prinsip

paralelisme dari preparasi yaitu bagian mesial dan distal harus

sejajar atau sedikit konvergen ke arah oklusal sebesar ± 6 o.

Finish line preparasi berbentuk chamfer

3) Pengurangan bagian bukal dan lingual

Dengan menggunakan torpedo diamond bur, bagian bukal gigi

dikurangi 1,2-1,5 mm dan bagian lingual 1-1,5 mm

Bur digunakan mendatar pada permukaan gigi yang akan

dipreparasi

Pengurangan bagian bukal dan palatinal sampai mendekati

interproksimal embrasure

Finish line dari gig berbentuk chamfer

4) Pengurangan sudut-sudut aksial

Sudut-sudut aksial yang tajam dihaluskan dengan round end

tapered diamond

5) Penyelesaian dan penghalusan hasil preparasi

Menggunakan sand paper disc

Menghilangkan seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata

dan undercut-undercut untuk memperoleh hasil preparasi yang

cukup halus

Mencetak model kerja

a. Sendok cetak : perforated stock tray no. 2

b. Bahan cetak : elastomer (polyvinyl silicone)

c. Metode cetak : mukostatik

d. Teknik pencetakan : double impression

Tahap pencetakan :

Page 21: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

1) Sebelum melakukan pencetakan, gingiva diretraksi dengan benang

yang direndam di dalam adrenalin.

2) Gigi yang telah dipreparasi dibersihkan sebelum pencetakan.

3) Bahan putty (base dan catalyst) diambil dan diremas-remas

menjadi satu kemudian dimasukkan ke dalam sendok cetak

4) Sendok cetak berisi adonan dimasukkan ke dalam mulut pasien

untuk mencetak gigi geligi pasien

5) Bagian yang dipreparasi dibur/dicutter untuk memberi tempat pasta

elastomer

6) Putty yang telah dicutter lalu diisi dengan pasta elastomer. Gigi

pasien juga diinjeksi dengan pasta elastomer agar finish line

tercetak jelas. Lalu sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut

pasien

7) Hasil cetakan negatif yang baik kemudian diisi dengan glass stone.

8) Pencocokan warna gigi yang sesuai dengan menggunakan shade

guide.

9) Selanjutnya model kerja dikirim ke laboratorium untuk pemrosesan

gigi tiruan cekat

Pembuatan Temporary Protection

a. Sebelum gigi dipreparasi, pada area gigi yang hilang dibuatkan

mahkota dengan malam inley.

b. Lalu dibuat cetakan negatif dari alginate dari kuadran rahang dimana

gigi tersebut berada. Kemudian dibuat cetakan positifnya.

c. Setelah gigi abutmentnya dipreparasi lalu dicetak menggunakan alginat

kemudian dibuat cetakan positifnya.

d. Cetakan positif dari gigi yang belum dipreparasi dibuat kembali cetakan

negatifnya dengan menggunakan alginat.

e. Lalu menuangkan self cured acrylic pada kuadran gigi yang dibuatkan

model malamnya, kemudian cetakan positif gigi setelah dipreparasi

dimasukkan ke dalam cetakan negatif gigi yang ada model malamnya

Page 22: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

tersebut, ditunggu sampai mengeras. Setelah mengeras lalu dilepaskan

dan dipaskan pada gigi pasien.

f. Jembatan sementara akrilik ini dilekatkan dengan semen oksida seng

eugenol (ZOE) atau semen Fletcher.

3. Kunjungan III (Try in gigi tiruan cekat)

a. Setelah gigi tiruan cekat jadi, gigi tiruan cekat dicobakan pada pasien

b. Kemudian diperiksa oklusi, retensi, tepi restorasi, dan estetis dari gigi

tiruan cekat

c. Gigi tiruan cekat juga tidak boleh menekan gingiva serta memiliki

kontak proksimal yang baik dengan gigi sebelahnya.

d. Gigi tiruan cekat dipasang pada mulut pasien menggunakan semen

sementara (ZOE) selama seminggu untuk adaptasi di dalam mulut.

4. Kunjungan IV (Insersi gigi tiruan cekat)

Dilakukan pemeriksaan pada pasien apakah mempunyai keluhan,

apakah ada peradangan pada jaringan sekitarnya. Pasien diingatkan apakah

ketika makan, makanan mengalir atau tidak. Apabila tidak ada keluhan, maka

dapat dilakukan penyemenan permanen dengan menggunakan semen ionomer

kaca tipe I. Cara penyemenan permanen gigi tiruan cekat:

a. Gigi tiruan cekat 3 unit dibersihkan, disterilkan lalu dikeringkan . Gigi

yang akan dipasangi gigi tiruan cekat juga dikeringkan. Daerah sekitar

gigi yang akan dipasangi GTC diisolasi dengna cotton roll.

b. Semen SIK tipe I diaduk dengan spatula plastik dengan gerakan melipat

hingga didapatkan konsistensi yang agak encer (dapat ditarik ke atas

tanpa putus 2,5 cm), kemudian dioleskan pada gigi yang dipreparasi

dan bagian dalam GTC 3 unit.

c. Gigi tiruan cekat 3 unit dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan

kapas diletakkan di atasnya kemudian pasien disuruh menggigit

beberapa menit. Sisa-sisa semen /eksesnya dibersihkan.

d. Pemeriksaan retensi, stabilisasi, dan oklusi (dengan articulating paper).

Page 23: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

e. Pasien diinstruksikan untuk menjada kebersihan mulutnya dan diminta

untuk tidak makan atau menggigit makanan yang keras dulu. Bila ada

keluhan rasa sakit segera kembali untuk dikontrol.

5. Kunjungan V (Kontrol)

a. Pada saat kontrol, perlu dilakukan pemeriksaan subjektif dan objekti

pada pasien

Pemeriksaan subjektif: menanyakan pakah ada keluhan dari

pasien setelah memakai gigi tiruan cekat

Pemeriksaan objektif: melihat keadaan jaringan lunak di sekitar

daerah gigi tiruan cekat apakah ada peradangan atau tidak. Gigi

tiruan cekat perlu dicek mengenai retensi, stabilisasi, oklusi, dan

estetisnya.

b. Bila masih ada keluhan, dilakukan perbaikan.

Page 24: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

V. DISKUSI

Pada kasus ini pasien mengeluhkan kenyamanan fungsi pengunyahan yang

terganggu sejak hilangnya gigi 36 sejak 3 bulan yang lalu.Berdasarkan hasil

pemeriksaan subyektif dan obyektif, rencana perawatan untuk kasus ini yaitu

pembuatan gigi tiruan cekat. Faktor usia dan keadaan kondisi gigi geligi pasien

sesuai dengan indikasi gigi tiruan cekat. Hasil rontgen foto pasien menunjukkan

keadaan jaringan pendukung pada daerah yang tak bergigi maupun di sekitar gigi

tetangganya tidak menunjukkan suatu kelainan. Gigi 35dan 37 terpilih sebagai

abutment karena sesuai Hukum Ante bahwa luas jaringan periodonsium gigi

abutment hendaknya sama/lebih besar daripada luas jaringan periodonsium gigi

yang akan diganti. Selain itu, pertimbangan pemilihan gigi 35 dan 37 sebagai

abutment dikarenakan kedua gigi tersebut memiliki rasio mahkota-akar yang

cukup, status periodontal baik, jaringan pulpa sehat, dan posisi aksis gigi yang

cukup normal.

Preparasi gigi abutment dipilih full crown dengan pertimbangan retensi

dan resistensinya bagus. Tipe retainer menggunakan extra coronal retainer yaitu

full veneer crown dengan alasan lebih kuat, dapat melindungi gigi terhadap karies

dan fraktur; preparasi, pencetakan, pembuatan dan penyemenan yang

mudah.Bahan yang digunakan terbuat dari bahan porcelain fused to

metal.Kombinasi bahan logam – porselin menjadikan restorasi kuat dan awet

tanpa mengabaikan faktor estetis.

Bentuk pontik yang digunakan pada kasus ini adalah modified sanitary

atau perel pontic. Pontic bentuk ini memiliki estetis yang baikdanlebih mudah

untuk dibersihkan.

Gigi Tiruan Cekat pada kasus ini terdiri dari 2 retainer dan 1 pontik yang

dihubungkan secara rigid oleh konektor sehingga termasuk GTC tipe fixed-fixed

bridge.

Page 25: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

VI. PROGNOSA

Prognosa pembuatan GTC pada pasien ini adalah baik, karena:

1. Gigi abutment kuat untuk mendukung GTC

2. Jaringan pendukung sehat

3. Kesehatan umum dan kebersihan mulut baik

4. Pasien komunikatif dan kooperatif

5. Sosial ekonomi pasien baik.

Page 26: Laporan Gtc Prostodonsia Indri

DAFTAR PUSTAKA

Allan, D.N. dan Foreman, P.C., 1986, Crown and Bridge Prostodontics: an illustrated handbook, Wright, California

Ewing, E.J., 1959, Fixed Partial Prosthesis, 2nd ed., Lea and Febinger, Philadelphia.

Haryanto, A. G., Margo, A., Burhan, L. K., Suryatenggara, F., Setiabudi, I., 1995, Buku Ajar Ilmu Gigi Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, Jilid I, Hipokrates, Jakarta.

Johnson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontics, WB Saunders, Philadelpia.

Lovely M., 2006, Review of Fixed Partial Dentures, Jaypee Brothers Medical Publishers, New Delhi.

Martanto, P., 1985, Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Jembatan, edisi 2, Penerbit Alumni, Bandung.

Nallaswamy D., 2003, Textbook of Prosthodontics, Jaypee Brothers Medical Publishers, New Delhi.

Rosenstiel S.F., Land M.F., Fujimoto J., 2001, Contemporary Fixed Prosthodontics, 3rd Ed., Mosby, St. Louis

Shillingburg, H.T., 1997, Fundamental of Fixed Prosthetics, 3rd ed., Quintessence Pub. Co., Hanover Park.

Tylman, S. D., 1970, Theory and Practice of Crown and Fixed Partial Prosthodontics (Bridge) 6th Edition, The CV Mosby, Saint Louis