DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

33
HASIL PENELITIAN DOSEN PEMULA DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN MENGGUNAKAN TES SEDERHANA DARI SEKRET HIDUNG PADA PENDERITA RINOSINUSITIS TIM PENGUSUL Dr. SITI MASLIANA SIREGAR, SpTHT-KL (KETUA) 0106098201 Dr. ROBITAH ASFUR, MBioMed (ANGGOTA) 0106048201 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA NOVEMBER 2016 Kode/ Nama Rumpun Ilmu: 282/ Ilmu Penyakit THT

Transcript of DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

Page 1: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

HASIL PENELITIAN DOSEN PEMULA

DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN

MENGGUNAKAN TES SEDERHANA DARI SEKRET

HIDUNG PADA PENDERITA RINOSINUSITIS

TIM PENGUSUL

Dr. SITI MASLIANA SIREGAR, SpTHT-KL (KETUA)

0106098201

Dr. ROBITAH ASFUR, MBioMed (ANGGOTA)

0106048201

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

NOVEMBER 2016

Kode/ Nama Rumpun Ilmu: 282/ Ilmu Penyakit THT

Page 2: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

1

Page 3: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

2

Halaman pengesahan

Daftar …………………………………………………………………………………i

Ringkasan……………………………………………………………………………..ii

Bab 1. Pendahuluan

Latar belakang………………………………………………………………………..1

Perumusan masalah…………………………………………………………………..2

Tujuan penelitian…………………………………………………………………….3

Manfaat penelitian…………………………………………………………………...3

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Anatomi sinus paranasal….………………………………………………………….4

Fungsi sinus paranasal……………………………………………………………….6

Rinosinusitis….………………………………………………………………………8

Klasifikasi rinosinusitis...…………………………………………………………….9

Patofisiologi...……………………………………………………………………….11

Diagnosis…………………………………………………………………………….12

Bab 3. Metode penelitian…………………………………………………………………13

Bab 4. Biaya dan Waktu Penelitian………………………………………………………15

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 4: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

3

RINGKASAN

Sinusitis adalah suatu penyakit yang paling sering dijumpai pada tingkat layanan

primer, dimana di Amerika Serikat dapat dijumpai sebanyak 32 juta kasus sinusitis

pertahunnya. Saat ini sinusitis lebih sering disebut dengan rinosinusitis oleh karena kaitan

anatomi yang erat antara hidung dan sinus paranasal. Rinosinusitis merupakan suatu proses

peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus paranasal. Berbagai faktor berperan penting

dalam perkembangan sinusitis, meskipun mekanismenya belum diketahui secara pasti. Faktor

tersebut meliputi faktor intrinsik yang terdiri dari faktor sistemik dan lokal serta faktor

ekstrinsik.

Hidung dan sinus paranasal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan oleh

karena berhubungan erat dalam patofisiologi suatu rinosinusitis. Silia padda hidung dan sinus

paranasal bergerak secara ritmik sekitar 9 mm/ menit dimana waktu pembersihan silia

(mucociliary clearance time) dengan transport saccharine sekitar 7-11 menit. Sel-sel goblet di

sekresi sebanyak 1-2 liter atau 10-30 ml/kg cairan mukus perhari, dan membentuk selimut di

mukosa hidung dan sinus paranasal. Lapisan selimut di mukosa ini dapat menangkap partikel-

partikel yang dihirup melalui hidung dan sangat efisien pada partikel ukuran diameter 10 µm

ataupun lebih. Sekret ini terdiri dari IgA, lisozim dan memiliki pH 5.5-6.5, dimana semua

berfungsi sebagai lingkungan yang bakteriostatik. Oleh karena mahalnya suatu pemeriksaan

penunjang seperti CT scan ataupun foto polos hidung dan sinus paranasal, dan sering nya

overlapping gambaran pada penyakit infeksi saluran nafas atas seperti rinitis alergi ataupun

rinitis virus dalam hal mendiagnosis suatu rinosinusitis. Oleh karena itu pemeriksaan sederhna

untuk mendiagnosis sinusitis dengan menggunakan tes sederhana dan cepat seperti

pemeriksaan pH, lekosit esterase, protein, dengan menghitung clinical score.

Kata kunci: pH, Lekosit, esterase, CT Scan, Rinosinusitis, clinical score, protein, sekret

hidung

Page 5: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Sinusitis adalah suatu penyakit yang paling sering dijumpai pada tingkat layanan

primer, dimana di Amerika Serikat dapat dijumpai sebanyak 32 juta kasus sinusitis

pertahunnya 1. Ada anggapan bahwa penggunaan antibiotik yang diberikan sangat berlebihan

(overuse). Saat ini sinusitis lebih sering disebut dengan rinosinusitis oleh karena kaitan anatomi

yang erat antara hidung dan sinus paranasal. Rinosinusitis merupakan suatu proses peradangan

pada mukosa atau selaput lendir sinus paranasal. Akibat dari peradangan ini dapat

menyebabkan penimbunan cairan didalamnya atau kerusakan tulang di bawahnya, terutama

pada fossa kanina dan menyebabkan sekret purulen 2.

Berbagai faktor berperan penting dalam perkembangan sinusitis, meskipun

mekanismenya belum diketahui secara pasti. Faktor tersebut meliputi faktor intrinsik yang

terdiri dari faktor sistemik dan lokal serta faktor ekstrinsik 2.

Faktor sistemik yang memicu terjadinya sinusitis adalah kelainan genetik atau

kongenital (kistik fibrosis, primary cilliary dyskinesia), gangguan sistem imun (seperti HIV,

penderita dengan kemoterapi), penyakit autoimun (seperti Wegener Granulomatosis dan

penyakit Sistemik Lupus eritematosus), adanya penyakit atopi seperti Rinitis Alergi dan Asma

Bronkial. Faktor lokal yang berhubungan dengan sinusitis adalah kelainan anatomi, terdapat

kista, neoplasma sinus paranasal serta osteoitis sinus paranasal 3,4

.

Faktor ekstrinsik yang berperan seperti infeksi bakteri, jamur dan virus, polusi udara

baik diluar rumah (ozon, sufur dioksida, dan nitrogen dioksida) dan didalam rumah (rokok,

formaldehid, benzena) serta udara kering dan dingin. Keadaan-keadaan seperti ini yang terus

menerus akan menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia 3,4

.

Menurut National Institute of Allergy and Infectious Disease menyatakan bahwa bakteri

penyebab terjadinya sinusitis di Amerika Serikat disebakan oleh Streptococcus pneuumoniae

(20-43%) dan Haemophillus influenzae (22-35%), dan Moraxella cathrralis (2-10%).

Page 6: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

5

Menurut data dari departemen THT Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mulai dari

Januari-Agustus 2005 dari 435 pasien yang datang berobat dengan keluhan hidung di divisi

rinologi, 69% diantaranya dengan diagnosa sinusitis. Sementara dari hasil yang didapatkan di

RS Mahatter Jambi sebanyak 301 pasien sinusitis.

Hidung dan sinus paranasal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan oleh

karena berhubungan erat dalam patofisiologi suatu rinosinusitis. Silia padda hidung dan sinus

paranasal bergerak secara ritmik sekitar 9 mm/ menit dimana waktu pembersihan silia

(mucociliary clearance time) dengan transport saccharine sekitar 7-11 menit. Sel-sel goblet di

sekresi sebanyak 1-2 liter atau 10-30 ml/kg cairan mukus perhari, dan membentuk selimut di

mukosa hidung dan sinus paranasal. Lapisan selimut di mukosa ini dapat menangkap partikel-

partikel yang dihirup melalui hidung dan sangat efisien pada partikel ukuran diameter 10 µm

ataupun lebih. Sekret ini terdiri dari IgA, lisozim dan memiliki pH 5.5-6.5, dimana semua

berfungsi sebagai lingkungan yang bakteriostatik. Mukosiliar ini sangat berperan penting

sebagai barier atau pertahanan terhadap zat/bahan patogen, iritan dan alergen 6.

Oleh karena mahalnya suatu pemeriksaan penunjang seperti CT scan ataupun foto polos

hidung dan sinus paranasal, dan sering nya overlapping gambaran pada penyakit infeksi

saluran nafas atas seperti rinitis alergi ataupun rinitis virus dalam hal mendiagnosis suatu

rinosinusitis. Maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana diagnosa cepat rinosinusitis

dengan menggunakan tes sederhana dari sekret hidung melalui pH, lekosit esterase dan nitrit

serta protein.

1.2.. PERUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana tes sederhana dapat mendiagnosis

cepat (rapid diagnosis) dengan menggunakan sekret hidung pada pasien rinosinusitis.

Page 7: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

6

1.3.TUJUAN PENELITIAN

A. TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui bagaimana mendiagnosis cepat pasien rinosinusitis dengan

menggunakan tes sederhana dari sekret hidung.

B. TUJUAN KHUSUS

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita rinosinusitis berdasarkan usia.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita rinosinusitis berdasarkan jenis

kelamin.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita rinosinusitis berdasarkan keluhan

utama.

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita rinosinusitis berdasarkan

klasifikasi rinosinusitis.

e. Untuk mengetahui distribusi clinical score dari pemeriksaan (pH, protein, lekosit

dan nitrit esterase) pada penderita rinosinusitis

1.4.MANFAAT PENELITIAN

a. Untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu kedokteran

khususnya ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok

b. Sebagai data awal untuk penelitian lanjutan tentang rinosinusitis dalam bidang

imunohistokimia.

Page 8: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Hidung dan Sinus Paranasal

Sinus paranasal merupakan suatu rongga perluasan dari hidung yang berisi udara,

dimana terdapat empat pasang sinus paranasal yang berhubungan ke rongga hidung. Keempat

pasang sinus tersebut adalah sinus maksilaris, sinus etmoid anterior, etmoid pposterior, sinus

frontalis dan sinus sfenoid.

Sinus-sinus terdiri dari dua bagian yaitu bagian anterior dan bagian posterior. Bagian

anterior yang bermuara ke meatus media adalah sinus maksilaris, sinus ethmoid anterior serta

sinus frontalis. Sedangkan yang termasuk bagian posterior adalah sinus yang bermuara ke

meatus superior yaitu sinus ethmoid posterior dan sinus sfenoid. Pusat dari area drainase sinus-

sinus ini yang terdiri dari ostium dari ketiga sinus, struktur meatus media, dan sel-sel ethmoid

anterior dikenal dengan kompleks osteomeatal.

2.2. Sinus Maksilaris

Sinus maksilaris merupakan sinus yang terbesar dari keempat sinus. Saat lahir sinus

maksilaris memiliki volume sebesar 6-8 ml, kemudian sinus berkembang dengan cepat dan

akhirnya mencapai ukuran maksimal yaitu sebesar 15 ml. Sinus maksilaris memiliki bentuk

seperti piramid dimana dasar sinus lebih tinggi dibandingkan dengan dasar hidung sehingga

memiliki potensi infeksi sinus lebih sering dibanding sinus lainnya. Sinus maksilaris dibatasi

oleh fossa kanina pada bagian anterior, bagian anterior dibatasi oleh permukaan fossa

pterygomaksila, bagian medial dibatasi oleh dinding lateral hidung, sedangkan bagian superior

dibatasi oleh dasar orbita dan bagian inferior dibatasi oleh prosesus alveolaris dan palatum.

2.3. Sinus Frontalis

Sinus frontalis terdapat didalam tulang frontal dan sebanyak dua buah, dimana

dipisahkan oleh septum tulang. Masing-masing sinus frontalis bermuara ke meatus media

Page 9: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

8

melallui infundibulum ethmoid. Sinus Frontalis berkembang sejak usia 3 hingga 7 tahun,

dimana kadang-kadang sinus frontalis ini dapat bersifat rudimenter.

2.4. Sinus Ethmoid

Sinus ethmoid serupa halnya dengan sinus maksilaris terdapat sejak lahir, dimana sinus

ethmoid ini terdiri dari dua bagian yaitu sel-sel ethoid anterior dan sel-sel ethmoid posterior.

Bagian anterior akan bermuara ke infundibulum ethmoid dan meatus medis sedangkan bagian

posterior akan bermuara ke meatus superior.

2.5. Sinus Sfenoid

Sinus sfenoid berkembang sejak usia 9 hingga 10 tahun, dimana sinus ini bermuara ke

resesu sfenoethmoidalis diatas dari konka nasi superior. Sinus ini terletak didalam corpus os

sfenoidalis dan terdapat dua buah.

2.6. Fungsi Sinus Paranasal

Fungsi sinus paranasal ada beberapa, yaitu:

a. Sebagai air conditioner

b. Sebagai thermoregulator

c. Membantu keseimbangan kepala

d. Untuk resonansi suara

e. Untuk meredam perubahan tekanan udara

f. Produksi mukus dalam hal mucocilliary clearance

Page 10: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

9

Gambar 1. Anatomi Hidung dan Sinus Paranasal (available at www.googleimage.com)

2.7. Rinosinusitis

Saat ini sinusitis lebih sering disebut dengan rinosinusitis oleh karena kaitan

anatomi yang erat antara hidung dan sinus paranasal. Rinosinusitis merupakan suatu proses

peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus paranasal. Akibat dari peradangan ini dapat

menyebabkan penimbunan cairan didalamnya atau kerusakan tulang di bawahnya, terutama

pada fossa kanina dan menyebabkan sekret purulen 8.

2.8. Klasifikasi Rinosinusitis 8,9,10

a. Berdasarkan lokasi

1. Sinusitis maksilaris: dengan keluhan seperti nyeri di pipi, malaise, nyeri kepala, wajah terasa

bengkak dan gigi terasa nyeri.

2. Sinusitis frontalis: nyeri pada alis mata, biasanya terjadi di pagi hari dan memburuk

menjelang tengah hari, kadang terdapat pembengkakan di supra orbita.

3. Sinusitis ethmoidalis: nyeri tekan diantara kedua mata

Page 11: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

10

4. Sinusitis sfenoidalis: nyeri yang berada di puncak kepala dan kadang-kadang dibelakang

kepala.

b. Berdasarkan waktu

1. Sinusitis Akut

Suatu peradangan pada sinus paranasal yang berlangsung kurang dari 4 minggu, biasanya

didahului oleh infeksi saluran pernafasan atas dan biasanya diakibatkan oleh infeksi virus

meskipun beberapa bakteri seperti Streptococcus penumoniae, Haemophilus influenzae,

Moraxella cathrralis, dan staphylococcus aureus dapat menyebabkannya.

2. Sinusitis Kronis

Suatu peradangan pada sinus paranasal yang berlangsung lebih dari 12 minggu atau

sedikitnya lima kali serangan dalam setahun. Gejala sinusitis kronis menyerupai gejala sinusitis

akut, selain itu terdapat post nasal drip yang bersifat supuratif atau serosa di tenggorokan yang

membuat pasien merasa harus mengeluarkan dahak. Gejala lain yang dapat ditemukan pada

sinusitis kronis yaitu gangguan penghidu, nyeri kepala yang timbul terutama pagi hari, infeksi

saluran nafas bawah berulang dan terkadang kelainan objektif hanya dapat dijumpai pada

pemeriksaan CT Scan 8.

2.9. Patofisiologi

Patogenesis rinosinusitis dimulai dari adanya inflamasi pada mukosa sinus paranasal

yang di predisposisi oleh beberapa faktor seperti infeksi pernafasan atas akut, alergi, ataupun

paparan lingkungan. Inflamasi ini diikuti oleh edema mukosa, obstruksi ostium, dan mengubah

keadaan lingkungan sinus yang akan menghasilkan penebalan dan penumpukan sekret di sinus

paranasal, yang akan menyebabkan penurunan pH dan kadar PO2. Kondisi lingkungan ini

sangat memungkinkan pertumbuhan bakteri, yang akan menyebabkan infeksi. Infeksi akan

menyebabkan penebalan mukosa dan keadaan ini berlangsung terus menerus dalam suatu

siklus. Pada sinusitis akut, inflamasi akan membaik dengan atau tanpa antibiotik, dan drainase

sinus akan kembali normal. Sementara pada sinusitis kronis, akan terjaadi penebalan mukosa

yang persisten, obstruksi drainase sinus, dan infeksi bakteri yang kronis. Mekanisme dari

Page 12: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

11

edema inflamasi yang persisten ini mungkin disebabkan oleh infeksi bakteri kronis dan atau

suatu predisposisi inflamasi kronik pada mukosa. Ketika terjadi obstruksi dari ostium maka

akan terjadi peningkatan transien dalam tekanan intrasinus diikuti oleh pembentukan tekanan

negatif intrasinus. Pertukaran gas dalam rongga sinus juga akan terganggu, sehingga merubah

pasokan oksigen intra sinus 5,6

.

Secara skematis digambarkan sebagai berikut:

Inflamasi mukosa

Infeksi Edema mukosa

Pertumbuhan bakteri Obstruksi ostium

Lingkungan Sinus Kondusif

- Penebalan dan penumpukan sekret

- Penurunan pH dan PO2

Gambar 2. Patogenesis Rinosinusitis (Advanced Studies in Medicine,

Journal Otolaryngology, p69, Vol 3, no.9)

2.10. Diagnosis

Dalam hal menegakkan diagnosis suatu rinosinusitis, anamnesis dan pemeriksaan fisik

yang baik sangat diperlukan ditambah dengan pemeriksaan seperti endoskopi dan pemeriksaan

penunjang seperti foto polos sinus dan CT Scan. Saat melakukan anamnesis, mengenali gejala

dan tanda rinosinusitis sangat penting, adanya gejala mayor dan gejala minor 2

Gejala Mayor Gejala Minor

1. Nyeri wajah 1. Sakit kepala

Page 13: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

12

2. Facial congestion/ fullness

3. Nasal obstruction/ fullness

4. Nasal discharge/purulent/discolored

postnasal drip

5. Hiposmia/ anosmia

6. Tampak pus pada rinoskopi anterior

7. Demam (hanya pada sinusitis akut)

2. Demam (non akut sinusitis)

3. Halitosis

4. Fatique

5. Nyeri gigi

6. Batuk

7. Ear pain/ fullness/ pressure

Tabel 1. Gejala mayor dan minor rinosinusitis (adapted from Lanza and Kennedy, 1997) 2

Diagnosa ditegakkan dari 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2 kriteria

minor, meskipun adanya 1 gejala mayor (kecuali demam) atau 2 gejala minor harus

dipertimbangkan diagnosa banding yang lain. Pada pemeriksaan fisik rinoskopi anterior

dijumpai mukosa konka inferior edema ataupun hiperemis 2,3

. Pada sinusitis maksilaris,

ethmoid anterior dan frontal kadang-kadang tampak pus di meatus media, sedangkan pada

sinusitis ethmoid posterior dan sfenoid akan tampak pus di meatus superior. Pada pemeriksaan

rinoskopi posterior akan tampak post nasal drip/ discharge di nasofaring. Visualisasi yang baik

ketika pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior tergantung dari anatomi masing-masing

individu. Kelainan-kelainan yang tampak konsisten dalam menegakkan diagnosis rinosinusitis,

kecuali dalam menegakkan rinosinusitis akut yang ditemukan pada pemeriksaan fisik hanya

hiperemis dan edema mukosa hidung 6.

Pada sangkaan sinusitis akut, sangat penting untuk mengetahui apakah dijumpai infeksi

bakteri atau tidak. Gold Standar untuk menegakkan diagnosis suatu sinusitis akut adalah

dengan melakukan kultur dari cairan punksi sinus, akan tetapi prosedur ini tidak efektif oleh

karena invasif, tidak praktis, dan hanya bisa menilai sinus maksilaris saja. Hansen, dkk

melakukan penelitian dari 172 pasien dengan sangkaan sinusitis bakteri yang dilakukan

aspirasi cairan purulen atau mukopurulen dari sinus maksilaris sebagai bagian dari kriteria

diagnostik. Dari data tersebut didapatkan bahwa 53% pasien diperoleh didapatkan cairan

purulen ataupun mukopurulen dari aspirasi sinus. Berg dan Carenfelt, dengan menggunakan

kriteria diagnostik yang sama untuk sinusitis bakteri, didapatkan dari 155 penderita sinusitis-

Page 14: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

13

like symptoms kurang dari 3 bulan. Mereka membatasi dengan 4 gejala yaitu adanya riwayat

sekret dari hidung yang unilateral, riwayat nyeri wajah unilateral, riwayat sekret purulen

bilateral, dan adanya pus di cavum nasi pada pemeriksaan fisik. Sedikitnya 2 dari kriteria diatas

dijumpai maka dapat ditegakkan diagnosa sinusitis bakteri. Linbaek dkk, melakukan penelitian

dengan melihat hubungan gambaran CT scan dengan temuan klinis pada penderita yang

didiagnosis sinusitis akut. Diantara pasien yang meiliki diagnosis klinis, sebanyak 63% yang

memiliki gambaran air fluid level dan opasifikasi komplit 4,5,6

.

Page 15: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

14

KERANGKA KONSEP

KRITERIA MAYOR:

1. Nyeri wajah

2. Facial congestion/

fullness

3. Nasal obstruction/

fullness

4. Nasal

discharge/purulent/dis

colored postnasal drip

5. Hiposmia/ anosmia

6. Tampak pus pada

rinoskopi anterior

7. Demam (hanya pada

sinusitis akut)

KRITERIA MINOR:

1. Sakit kepala

2. Demam (non akut

sinusitis)

3. Halitosis

4. Fatique

5. Nyeri gigi

6. Batuk

7. Ear pain/ fullness/

pressure

Pemeriksaan fisik

Rinoskopi anterior

Rinoskopi posterior

Nasoendoskopi

Foto Polos Waters

Rinosinusitis

Patofisiologi:

Penurunan pH

Peningkatan protein

Penurunan PO2

Peningkatan lekosit

dan nitrit esterase

Page 16: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

15

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang (cross sectional design)

untuk melihat akurasi menggunakan tes sederhana seperti pH, protein, lekosit, esterase dan

nitrit untuk mendiagnosis rinosinusitis.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian untuk mengambil sampel penelitian dilakukan di RS Haji Medan/

departemen THT-KL FK UMSU. Untuk pemeriksaan pH, protein, lekosit dan nitrit dilakukan

di laboratorium patologi klinik FK UMSU.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai dari Januari 2016 sampai dengan Desember 2016.

3.3. Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

3.3.1. Populasi

3.3.1.1. Populasi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh subjek penderita rinosinusitis

kronis.

3.3.1.1.Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua penderita baru yang terdiagnosis

rinosinusitis kronis yang datang ke poliklinik THT Rumah Sakit Haji Medan.

Page 17: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

16

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah bagian populasi rinosinusitis yang terdiagnosis dari

anamnesis, pemeriksaan fisik rinoskopi anterior dan posterior, nasoendoskopi serta foto

polos waters yang memenuhi kriteria inklusi.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi

Penderita baru yang didiagnosis rinosinusitis kronis, baik laki-laki maupun

perempuan pada kelompok usia tertentu.

Bersedia diikutsertakan dalam penelitian.

Kriteria Eksklusi

Belum pernah mendapat pengobatan antibiotik.

Bebas pengobatan kortikosteroid oral dan topikal serta antihistamin dalam waktu

satu minggu.

3.3.3. Besar Sampel Penelitian

Besar Sampel

Besar sampel dihitung berdasarkan rumus:

2

2

)21(

2211(221

PP

QPQPZPQZnn

2

2

)40,0(

)82,0)(18,0()42,0)(58,0(036,1)62,0)(38,0(296,121

nn

Zα= nilai baku normal dari tabel Z, yang besarnya tergantung pada nilai α yang

ditentukan, maka α = 0,05, maka Zα= 1,96

Zβ= nilai baku normal dari tabel Z, yang besarnya tergantung pada nilai β yang

ditentukan, maka Zβ= 1,036

P1= proporsi penderita yang di teliti sebelumnya= 0,58

Page 18: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

17

Q1= 1- P1= 0,42

P1-P2= perbedaan proporsi yang bermakna= 40%= 0,4

P2= 0,18

Q2= 1- 0,18= 0,82

Maka,

n1=n2= 24,8, maka besar sampel adalah 25

Berdasarkan perhitungan besar sampel diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini

minimal 25 orang, dengan estimasi pengambilan sampel sebanyak 30 orang.

3.3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara consecutive sampling dimana setiap

pasien yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian sehingga jumlah sampel

yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro et al. 2008).

3.3.5. Variabel Penelitian

Klasifikasi variabel penelitian

3.3.5.1.Variabel tergantung (dependent) adalah: rinosinusitis (skala nominal dikotom)

3.3.5.2. Variabel bebas (independent) adalah: pH, lekosit, nitrit, esterase (skala nominal

dikotom)

3.3.6. Batasan Operasional

Rinosinusitis

Merupakan suatu inflamasi ataupun peradangan pada mukosa sinus paranasal, dimana

terminologi sinusitis sama halnya dengan rinosinusitis oleh karena etiologi dan faktor resiko

yang tidak bisa dipisahkan antara hidung dan sinus paranasal.

Berdasarkan task force 1997, membagi rinosinusitis yaitu:

Akut: ditandai dengan gejala dan tanda kurang dari 4 minggu, yang biasanya dipredisposisi

oleh infkesi pernafasan akut atas.

Sub Akut: antara 4 hingga 12 minggu dan membaik setelah mendapat pengobatan antibiotik

Page 19: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

18

Kronis: lebih dari 12 minggu atau adanya rekurensi

Pemeriksaan Kimia (pH, Protein, lekosit dan nitrit) dengan metode dipstik

1. Pursaince of Hydorgen (pH) merupakan suatu pemeriksaan untuk menilai

keasaman suatu zat dengan menggunakan strip reagen urinalisis (dilihat selama 60

detik)

2. Protein yang diperiksa dengan metode d’emploi (60 detik)

3. Lekosit diperiksa dengan metode d’emploi (120 detik)

4. Nitrit diperiksa dengan metode d’emploi (60 detik)

5. Interpretasi

Interpretasi pemeriksaan dari keempat pemeriksaan dengan menggunakan sistem

skoring yaitu:

Protein

Kuning(-), 15(0.15)±, 30(0.3)+, 100(1.0)++, 300(3.0)+++, 2000(20)++++ mg/dl

pH

below 5.0-< 6.0 = (-) ≥ 6.0= +

leucocyte

< 70 leu/µl = - ≥ 70 = +

nitrit

warna putih= - light pink = +1 dark pink = +2

Pemeriksaan imaging

Yang termasuk pemeriksaan imaging adalah pemeriksaan pencitraan yaitu foto

polos hidung dan sinus paranasal posisi waters dan leteral dalam menunjang diagnosis

suatu rinosinusitis. Dikatakan rinosinutitis jika terdapat gambaran perselubungan atau

bayangan opasifikasi di rongga sinus paranasal.

Page 20: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

19

BAB 4

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1. Biaya Penelitian

Format ringkasan biaya yang diajukan pada penelitian dosen muda

NO JENIS PENGELUARAN BIAYA YANG DIUSULKAN (Rp)

1 Gaji dan Upah 3.000.000

2 Biaya dan bahas habis pakai

a. stik pemeriksaan

b. foto polos SPN

c. NaCl

d. Spuit 10 cc

e. Ethical clearance

7.500.000

@20.000 x 25 =500.000

@250.000 x 25= 6.250.000

@10.000 x 25= 250.000

@8000x 25= 200.000

300.000

3 Perjalanan

a. ongkos pasien penelitian

b. transport sampel

2.250.000

@50.000x 25= 1.150.000

@42.000x 25= 1.100.000

4 Lain-lain (publikasi, seminar, laporan hasil)

a. memperbanyak proposal

b. memperbanyak laporan kemajuan

c. ATK, tinta printer

d. Laporan hasil

e. Publikasi

2.250.000

@60.000 x 6= 360.000

@75.000 x 5= 375.000

500.000

@80.000 x 6= 480.000

535.000

Page 21: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

20

4.2. Jadwal Penelitian

Kegiatan Jadwal kegiatan (bulan ke-) 2016/207

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Merumuskan

masalah

Mengumpulkan

literatur

Meriview

literatur

Membuat

proposal

Memperbanyak

proposal

Seminar

proposal

Mengumpulkan

sampel data

Menganalisis

data

Membuat hasil

Memperbanyak

hasil

Seminar hasil

Page 22: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

21

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1.Tabel distribusi frekuensi karakteristik penderita rinosinusitis berdasarkan usia

Usia (tahun) N %

15- 25 5 20.0

26-35 13 52.0

36-45

>46

5

2

20.0

18.0

Total 25 100

5.2.Tabel distribusi frekuensi karakteristik penderita rinosinusitis berdasarkan jenis

kelamin

Jenis kelamin N %

Perempuan 13 52.0

Laki-laki 12 48.0

Total 25 100

5.3.Tabel distribusi frekuensi penderita rinosinusitis kronis berdasarkan keluhan utama

Keluhan utama N %

Hidung tersumbat 9 36.0

Sakit kepala 4 16.0

Page 23: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

22

Sakit pada wajah

Hidung beringus/berair

Bersin-bersin

Hidung berbau

3

6

1

2

12.0

24.0

4.0

8.0

Total 25 100

5.4.Tabel distribus frekuensi penderita rinosinusitis berdasarkan klasifikasi rinosinusitis

berdasarkan waktu

Klasifikasi N %

Akut 5 20.0

Kronis 20 80.0

Total 25 100

5.5.Tabel distribusi frekuensi clinical score pada penderita rinosinusitis

Hasil pemeriksaan (+)/ % (-)/% Total

Lekosit

pH

protein

nitrit

20 (80.0)

21 (84.0)

14 (56.0)

18 (72.0)

5 (20.0)

4 (16.0)

11 (44.0)

7 (27.0)

25

25

25

25

Page 24: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

23

BAB 6

PEMBAHASAN

Dari tabel 5.1. dapat dilihat bahwa karakteristik usia terbanyak pada rentang usia 26-35

tahun sebanyak 13 orang (52%). Hal ini dikarenakan prevalensi penderita rinosinusistis dimulai

padda usia dewasa muda, disebabkan oleh beberapa faktor resiko antara lain adanya rinitis

alergi, paparan lingkungan ataupun pekerjaan, bentuk anatomi hidung sehingga keluhan

sinusitis tersering pada usia dewasa muda.

Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa jenis kelamin terbanyak dijumpai pada jenis kelamin

perempuan sebanyak 13 orang (52%). Belum ada literatur yang menghubungkan antara jenis

kelamin dengan kejadian rinosinusitis. Akan tetapi perempuan lebih sering dan lebih cepat

mencari pengobatan dibandingkan laki-laki.

Dari tabel 5.3. didapatkan bahwa keluhan terbanyak penderita rinosinusitis adalah

keluhan hidung tersumbat sebanyak 9 orang (36.0%). Dimana secara patofisiologi bahwa Bila

terjadi edema di kompleks ostiomeatal, mukosa yang letaknya berhadapan akan saling bertemu,

sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendirnya berhadapan akan saling bertemu, dan lender

tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi di dalam sinus, sehingga

silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih kental dan

merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen. Bila sumbatan berlangsung

terus, akan terjadi hipoksia dan retensi lender, sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob.

Selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip

dan kista.

Dari tabel 5.4. didapatkan bahwa hasil terbanyak rinosinusitis yang datang ke rummah

sait adalah rinosinusitis kronis sebanyak 20 orang (80.0%), hal ini dikarenakan oleh sangat

jarang pasien mencari pengobatan pada rinosinnusitis akut oleh karena pada umumnya dapat

sembuh sendiri tanpa pengobatan dan paling sering diakibatkan oleh rhinovirus. Dan gejala

yang menyerupai seperti influenza menyebabkan pasien jarang mencari pengobatan pada

rinosinusitis akut.

Dari tabel 5.5. didapatkan bahwa hasil pemeriksaan imunokimia dari menghitung

clinical score pada dipstik pemeriksaan bahwa hasil perubahan pH yang paing banyak dijumpai

Page 25: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

24

sebesar 21 subjek penelitian (84.0%) diikuti peningkatan jumlah lekosit sebesar 20 subjek

penelitian (80.0%). Hal ini disebaabkan bahwa Patogenesis rinosinusitis dimulai dari adanya

inflamasi pada mukosa sinus paranasal yang di predisposisi oleh beberapa faktor seperti infeksi

pernafasan atas akut, alergi, ataupun paparan lingkungan. Inflamasi ini diikuti oleh edema

mukosa, obstruksi ostium, dan mengubah keadaan lingkungan sinus yang akan menghasilkan

penebalan dan penumpukan sekret di sinus paranasal, yang akan menyebabkan penurunan pH

dan kadar PO2. Kondisi lingkungan ini sangat memungkinkan pertumbuhan bakteri, yang akan

menyebabkan infeksi. Infeksi akan menyebabkan penebalan mukosa dan keadaan ini

berlangsung terus menerus dalam suatu siklus. Pada sinusitis akut, inflamasi akan membaik

dengan atau tanpa antibiotik, dan drainase sinus akan kembali normal. Sementara pada sinusitis

kronis, akan terjaadi penebalan mukosa yang persisten, obstruksi drainase sinus, dan infeksi

bakteri yang kronis. Mekanisme dari edema inflamasi yang persisten ini mungkin disebabkan

oleh infeksi bakteri kronis dan atau suatu predisposisi inflamasi kronik pada mukosa. Ketika

terjadi obstruksi dari ostium maka akan terjadi peningkatan transien dalam tekanan intrasinus

diikuti oleh pembentukan tekanan negatif intrasinus. Pertukaran gas dalam rongga sinus juga

akan terganggu, sehingga merubah pasokan oksigen intra sinus.

Page 26: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Young, Michael D. Rhinitis, Sinusitis, and Polyposis. Allergy and Asthma Proc Vol. 19

No.14. July-August 1998.

2. Lanza DC, Kennedy DW. Adult Rhinosinusitis Defined: Report of The Rhinosinusitis Task

Force Committee Meeting. Otolaryngol Head Neck Surgr. 1997; 117 (Suppl 3 pt 2): S1-S7.

3. Glicklich RE, Hilinski JM: The Health Impact of Chronic Sinusitis in Patients Seeking

Otolaryngology Care. Otolaryngol Head Neck Surg. 1996; 113(1): 104-109.

4. Hansen JG, Schmidt H, Rosborg J, Lund E. Predicty Acute Maxillary Sinusitis in a general

Practice Population. BMJ. 1995; 311:233-236.

5. Gwaltney JM Jr, Phillips CD, Miller RD, Riker DK. Computed Tomography Study of The

Common Cold. N Engl J Med. 1994; 330 (1); 25-30.

6. Steven D, Pletcher, Goldberg Andrew N. Diagnosis and Treatment of Sinusitis. Adv Stu

Med. 2003; 3 (9): 495-506

7. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 6th

ed.Jakarta. EGC.; 2006.p.803-

5.

8. Mangunkusumo E, Soetipto D. Sinusitis didalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher. 6th

ed. Jakarta. FK UI; 2009. P. 145-53

9. Thaariq KA. Karakteristik Penderita Sinusitis di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun

2011. FK USU. 2012

10. Hilger PA. penyakit Sinus Paranasal in: Adams GL, Boeis LR, Higler PH. Boeis Buku Ajar

THT. Editor Effendi H. 6th

ed. Jakarta. EGC; 1997.p 240-60

Page 27: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

26

Lampiran 1

Justifikasi anggaran biaya

Honor

Honor Honor/ Jam Waktu (Jam/

Minggu)

Minggu Honor per Tahun

(Rp)

Ketua 6666 12 24 1.800.000

Anggota 3333 12 24 1.200.000

Subtotal 3.000.000

Peralatan penunjang

Material Justifikasi

pemakaian

Kuantitas Harga satuan

(Rp)

Harga Peralatan

Penunjang (Rp)

Bahan habis pakai

Reagen chemical

assay

Per stik 20.000 500.000

NaCl fls Per fls 10.000 250.000

Spuit 10 cc Per item 8000 200.000

Ethical clearance Syarat

penelitian

1 lembar 300.000 300.000

Foto polos SPN Pemeriksaan

penunjang

250.000 6.250.000

Subtotal 7.500.000

Perjalanan /

penunjang

2.250.000

Ongkos pasien

penelitian

25 orang 50.000 1.150.000

Transport sampel 25 sampel 42.000 1.100.000

Lain-lain 2.250.00

ATK Penunjang

penelitian

1 kotak 200.000 200.000

Penelusurran pustaka Bahan berkas 100.000 100.000

Page 28: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

27

refensi

Catridge tinta Printer 2 buah 300.000

Kertas HVS 3 rim 200.000

Perbanyakan Status

penelitian

Penelusuran

PustakaPengumpulan

Data

Pengolahan Data

Analisis Data

Seminar

Konsumsi

Laporan Data

Penggandaan

Pengiriman

Penyusunan artikel

ilmiah

Dokumentasi

150.000

100.000

350.000

300.000

300.000

300.000

300.000

300.000

100.000

300.000

Sub total 2.250.000

Total anggaran yang diperlukan 15.000.000

Page 29: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

28

Lampiran 2

Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

No Nama/NIDN Instansi

Asal

Bidang Ilmu Alokasi

waktu

(jam/mingg

u)

Uraian Tugas

1. Dr. Siti

Masliana

Siregar,

SPTHT-KL/

0106098201

UMSU Ilmu

kedokteran

klinis/THT

3 Bersama-sama

dengan

anggotamelaks

anakan

penelitian,

sebagai

koordinator

pelaksana

penelitian,

menyusun

laporan

penelitian

2 Dr. Robitah

Asfur/

0106048101

UMSU Ilmu

kedokteran

dasar/Biomed

ik

3 Membantu

pelaksanaan

penelitian, dan

menyusun

laporan

penelitian

Page 30: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

29

Lampiran 4. Biodata Peneliti

Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul

A. Identitas Ketua Peneliti

1 Nama Lengkap dr. Siti Masliana Siregar, SpTHT-KL

2 Jenis kelamin Perempuan

3 Jabatan Fungsional Asisten ahli

4 NIP

5 NIDN 0106098201

6 Tempat dan tanggal lahir P. Siantar/ 06 September 1982

7 E-mail [email protected]

8 Nomor telepon 081361771490

9 Alamat Kantor Jl. Gedung Arca No. 53 Medan

10 Nomor Telepon/Faks

11 Lulusan yang Telah dihasilkan S1

12 Mata Kuliah yang diampu 1. Ilmu Penyakit THT-KL

B. Riwayat Pendidikan

S1 S2 S3

Nama Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara -

Bidang Ilmu Pendidikan Dokter Spesialis THT-KL

-

Tahun Masuk-Lulus 2000-2006 2007-2010 -

Judul Skripsi/Tesis/Disertasi - Epstein Barr Nuclear

Antibodi pada karsinoma

nasofaring di RS adam malik

Medan

-

Nama Pembimbing/Promotor -

Prof. dr. Delfitri Munir,

SpTHT-KL (K)

-

Page 31: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

30

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Penelitian

Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp)

1 2009 Epstein Barr Nuclear Antibodi pada

Karsinoma Nasofaring

Mandiri 12

2 2011 Skrining Pendengaran pada bayi baru

lahir di RS Sundari Medan

Dikti 10

3 2012 Pengaruh faktor sosio demografi

terhadap kejadian otitis media supuratif

kronis di medan

UMSU 5

4 2013 Hubungan EBA-1 dengan karsinoma

nasofaring pada Suku Batak di Medan

(Case Control Study)

UMSU 7.5

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun

Judul Penelitian Pengabdian Kepada

Masyarakat

Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp)

1 2012 Bakti sosial dan sunatan massal PK

IMM UMSU Kab. Simalungun

UMSU -

2 2013 Bakti sosial dan sunatan massal PK

IMM UMSU Kel. Sei Mati Kec.

Maimun

UMSU -

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Saya yang membuat,

dr. Siti Masliana Siregar, SpTHT-KL

Page 32: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

31

Anggota Peneliti

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap dr. Robitah Asfur, MBioMed

2 Jenis kelamin Perempuan

3 Jabatan Fungsional -

4 NIP -

5 NIDN 0106048101

6 Tempat dan tanggal lahir Medan, 06 April 1981

7 E-mail [email protected]

8 Nomor telepon 081361016161

9 Alamat Kantor Jl. Gedung Arca No. 53 Medan

10 Nomor Telepon/Faks

11 Lulusan yang Telah dihasilkan S1

12 Mata Kuliah yang diampu Fisiologi

B. Riwayat Pendidikan

S1 S2 S3

Nama Pergutuan Tinggi Universitas Gajah Mada Universitas Sumatera Utara -

Bidang Ilmu Pendidikan Dokter

Magister Kedokteran

Biomedik

-

Tahun Masuk-Lulus 2000-2006 2010-2013 -

Judul Skripsi/Tesis/Disertasi - Pengaruh suplemen kalsium

terhadap kadar darah dan

densitas mineral tulang pada

wanita pengguna kontrasepsi

depo medroksi progesteron

asetat (DMPA)

-

Nama Pembimbing/Promotor -

Prof.Dr.dr. Thamrin Tanjung,

SpOG (K)

-

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Saya yang membuat,

dr. Robitah Asfur, MbioMed

Page 33: DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN …

32