Laporan Kasus Obgyn
-
Upload
aries-yunanda -
Category
Documents
-
view
260 -
download
3
description
Transcript of Laporan Kasus Obgyn
LAPORAN KASUS
Nama Pasien : Suprihatin
Umur : 40 thn
Alamar : Desa purwadadi sungai Liput
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 14-8-2014
A. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Pasien datang dengan tujuan melakukan pemeriksaan kehamilan
yang menurut pasien usia kandungan telah berusia 6 bulan atau 24 Minggu
2. Riwayat menstruasi :
Menarche : 14 tahun
Lama haid : 5 hari
Siklus : 28 hari
Haid terakhir : 20 Februari 2014
TTP : 27 September 2014
3. Riwayat perkawinan : status perkawinan 1 kali pada umur 24 tahun
4. Riwayat kehamilan,persalinan,dan nifas :
1. Tahun 1999 , partus normal pada bidan
2. Tahun 2002, partus normal pada bidan
3. Tahun 2006, partus normal pada bidan
5. Riwayat hamil ini ; G4 P3 A0
6. Riwayat penyakit yang lalu : -
7. Riwayat keluarga / penyakit keluarga : -
8. Riwayat Ginekologi
9. Riwayat pemakaian alat kontrasepsi : Pil
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tinggi badan :155cm
Berat badan : 70kg
Tekanan darah : 130/70 mmhg
Nadi : 80x/m
Suhu : 36 derajat celcius
Pernafasan : 24x/m
2. pemeriksaan fisik :
Muka : dalam batas normal
Mata ; dalam batas normal
Leher : pembesaran kelenjar tyroid (-)
Payudara : mamae simetris
Ekstermitas : edema (-), varises (-)
3. Pemeriksaan USG : tampak gestasional sac intra uterin (tidak di temukan gambaran
janin serta denyut jantung janin
C. DIAGNOSIS : Blighted Ovum
BAB
BLIGHTED OVUM
A. DEFENISI
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada
janin di dalam kandungan. Blighted ovum ( kehamilan anembrionik ) merupakan kehamilan
patoligik, dimana mudigah tidak terbentuk sejak awal. Disamping mudigah, kantong kuning
telur juga tidak terbentuk. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala
kehamilanseperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan ( morning
sickness), payudara mengeras,serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan test
kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya positif.
Blighted ovum (anembrionic pregnancy) terjadi pada saat ovum yang sudah dibuahi
menempel ke dinding uterus , tapi embrio tidak berkembang. Sel-sel berkembang membentuk
kantong kehamilan, tapi tidak membentuk embrio itu sendiri. Blighted ovum biasanya terjadi
pada trimester pertama sebelum wanita tersebut mengetahui tentang kehamilannya.
B. ETIOLOGIBlighted ovum merupakan penyebab sekitar 50% keguguran trimester pertama dan
biasanya merupakan akibat dari masalah kromosom yang di duga hampir 60% untuk kejadian
blighted ovum ini. Pada seorang yang menderita diabetes melitus yang tidak terkontrol itu
sendiri bisa menyebabkan keluhan ini karena terganggunya proses metabolisme di dalam
tubuh. Tubuh wanita mengenali kromosom abnormal pada janin dan secara alami tidak
mencoba untuk melanjutkan kehamilan karena janin tidak akan berkembang menjadi bayi
yang sehat. Hal ini dapat di sebabkan oleh pembelahan sel abnormal, atau kualitas sperma
yang buruk.
Faktor genetik.
Translokasi parenteral keseimbangan genetik
Mendelian
Multifaktor
Robertsonian
Resiprokal
Kejadia tertinggi kelainan sitogenik konsepsi terjadi awal kehamilan. Kelainan
sitogenik embrio biasanya berupa aneuploid yang di sebabkan oleh kelainan sporadis,
misalnya nondisjungction meiosis atau poloploidi dari fertilitas abnormal. Separuh dari
abortus karena kelainan sitogenik pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Troploidi
ditemukan pada 16% kejadian abortus, dimana terjadi fertilisasi ovum normal haploid oleh 2
sperma (dispemi) sebagai mekanisme patologi primer. Trisomi timbul akibat nondisjunction
meiosis selama gametogenesis pada pasien dengan kariotip normal. Untuk sebagian besar
trisomi, gangguan meiosis maternal bisa berimplikasi pada gametogenesis. Insiden trisomi
meningkat dengan bertambahnya usia. Trisomi 16, semua kromosom trisomi berakhir abortus
kecuali pada trisomi kromosom 1. Sindroma tumer merupakan penyebab 20-25% kelainan
sitogenik pada abortus. Sepertiga dari fetus dengan sindrom down (trisomi 21) bisa bertahan.
Pengelolaan standar menyarankan pemeriksaan genetik amniosintesis pada semua ibu
hamil dengan usia lanjut, yaitu di atas 35 tahun. Kelainan lain umumnya berhubungan dengan
kelangsungan kehamilan. Tetraploid terjadi pada 8% kejadian abortus karena kelainan
kromosom, dimana terjadinya kelainan pada fase sangat awal sebelum proses pembuahan.
Struktur kromosom merupakan kelainan ketiga. Kelainan struktural terjadi pada
sekitar 3% kelainan sitogenik pada abortus. Ini menunjukkan bahwa kelainan struktur
kromosom sering diturunkan oleh ibunya. Kelainan struktur kromosom pada pria bisa
berdampak pada rendahnya konsentrasi sperma, infertilitas,dan bisa mengurangi peluang
kehamilan dan terjadi keguguran. Kelainan sering juga berupa gen yang abnormal, mungkin
karena adanya mutasi gen yang bisa mengganggu proses implantasibahkan menyebabkan
abortus. Contoh untuk kelainan gen tunggal yang sering menyebabkan abortus berulang
adalah myotonik dystrophy, yang berupa autosom dominan dengan penetrasi yang tinggi,
kelainan ini progresif, dan penyebab abortusnya mungkin karena kombinasi gen yang
abnormal dan gangguan fungsi uterus. Kemungkinan juga karena adanya mosaic gonad pada
ovarium atau testis.
Gangguan konektif lain, misalnya sindroma marfan,sindroma Ehlers-Danlod,
homossisteinuri dan pseudoaxanthoma elasticum. Juga pada perempuan dengan sickle cell.
Anemia beresiko tinggi mengalami abortus. Hal ini karena adanya mikroinfark pada plasenta.
Kelainan hematologik lain yang menyebabkan abortus misalnya disfibrogenemi,defesiensi
faktor XIII, dan hipofibrinogenemi afibronogenemi congenital. Abortus berulang bisa
disebabkan oleh penyatuan oleh 2kromosom yang abnormal, dimana salah bila kelainannya
hanya pada salah satu orang tua, faktor tersebut tidak diturunkan. Studi pernah dilakukan
menunjukkan bahwa bila di dapatkannya kelainan karotip pada kejadian abortus , maka
kehamilan berikutnya juga beresiko abortus.
Faktor infeksi
Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai diduga sejak 1917, ketika
Deforest dan kawan-kawan melakukan pengamatan kejadian abortus berulang pada
perempuan yang ternyata terpapar brucellosis. Beberapa jenis organisme tertentu diduga
berdampak pada kejadian abortus antara lain :
1. Bakteria
Listeria monositogenes
Klamidia trakomatis
Ureaplasma urealitikum
Mikoplasma hominis
Bakterial vaginosis
2. Virus
Sitomegalovirus
Rubella
Herpes simpleks virus
HIV
Parovirus
3. Parasit
Toksoplasmosis gondii
Plasmodium falsiparum
4. Spirokaeta
Treponema pallidum
Berbagai teori di ajukan untuk mencoba menerangkan bahwa pada infeksi terhadap
resiko abortus /EPL , diantaranya sebagai berikut :
Adanya metabolik toksik,endotoksin,atau sitokinin yang berdampak langsung
pada janin atau unit fetoplasenta.
Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga
janin sulit bertahan hidup
Infeksi plasenta yang berakibat infusiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian
janin
Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah ( missal
Mikoplasma hominis , Klamidia , Ureaplasma ureatikum, HSV)
Aminotis
Memacu perubahan genetic dan anatomi embrio, umumnya oleh karena virus
selama kehamilan awal.
Faktor Hormonal
Ovulasi implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang baik sistem
pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu perhatian langsung terhadap sistem
hormone secara keseluruhan, fase luteal,dan gambaran hormone setelah konsepsi terutama
kadar progesterone
Diabetes Melitus
Perempuan dengan diabetes melitus yang dikelola dengan baik resiko abortusnya
tidak lebih jelek jika sisbanding perempuan yang tanpa diabetes. Akan tetapi
perempuan diabetes dengan kadar HbA1c tinggi pada trimester pertama, resiko
abortus dan malformasi janin meningkat signifikan. Diabetes jenis insulin-dependen
dengan kontrol glukosa tidak adekuat punya peluang 2-3 kali lipat mengalami abortus
Kadar progesteron yang rendah
Progresteron mempunyai peran penting dalam mempengaruhi reseptivitas
endometrium terhadap implantasi korion. Pada tahun 1929 , allen dan corner
mempublikasikan tentang proses fisiologis korpus luteum, dan sejak itu diduga kadar
progresteron yang rendah berhubungan dengan resiko terjadinya blighted ovum.
Support fase luteal punya peran kritis pada kehamilan sekitar 7 minggu, yaitu saat
dimana trofoblas harus menghasilkan banyak steroid untuk menunjang kehamilan.
Pengangkatan korpus luteum sebelum usia 7 minggu akan menyebabkan abortus. Dan
bila progresteron diberikan akan mempertahankan kehamilan.
C. PATOGENESIS
Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun
dengan berbagai penyebab ( diantaranya kualitas telur/ sperma yang buruk atau terdapat
infeksi torch), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap
tentram didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan mengrimkan sinyal
pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi
tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainnya yang
lazim dialami ibu hamil pada umumnya, hal ini disebabkan plasenta menghasilkan hormon
Hcg ( Human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada
indung telur (ovarium) dan otak sebagian pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi
di dalam rahim. Hormon Hcg yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti
mual-muntah, dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif, karena tes kehamilan baik
test pack maupun laboratorium pada umumya mengukur kadar hormon Hcg (human
chorionic gonadotropin ) yang sering disebut sebagai hormon kehamilan.
Meski tak ada janin , blighted ovum bisa membuat ibu merasa hamil sungguhan. Ini
wajar saja karena ibu memang mengalami beberapa gejala kehamilan seperti menstruasi
terhenti, mengalami mual,dan muntah, perut makin membesar dan payudara mengeras. Ini
terjadi karena pada saat pertumbuhan , sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu
sperma. Namun dengan berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk,
atau terdapat infeksi TORCH ) maka unsur janin tidak berkembang sama sekali.
Hasil konsepsi ini akan tetap tertanam di dalam rahim. Lalu rahim yang berisi hasil
konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai
pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon yang
dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti
mual,muntah ,ngidam,dan lainnya yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya.
Karena gejalanya tidak spesifik , maka biasanya blighted ovum baru ditemukan
setelah ibu hamil mengeluh adanya perdarahan sedikit dari kemaluan. Perlu diketahui juga,
perut yang membesar seperti orang hamil ,tidak hanya bisa disebabkan oleh blighted ovum.
Mungkin saja penyakit lain misalnya tumor rahim, atau penyakit usus.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda –tanda
kelainan
Kantung kehamilan terlihat jelas , tes kehamilan urin positif
Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan
memasuki 6-7 minggu
Kemungkinan memiliki kram perut ringan,dan atau perdarahan bercak ringan
Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali
Minor vagina atau bercak perdarahan
Ditemukan setelah akan terjadi abortus spontan dimana muncul keluhan
perdarahan
Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat kemerah-merahan,
bertambanya ukuran rahin yang terhambat)
E. DIAGNOSA
Anamnesis (tanda –tanda kehamilan)
Dari anamnesis ini untuk mengetahui faktor-faktor penyebab walaupun tidak pasti
dalam mendiagnosis untuk blighted ovum ini, bisa ditanyakan apakah sebelumnya
pernah mengalami hal yang sama pada kehamilan yang lalu,karena kejadian blighted
ovum ini bisa berulang. Lalu tanyakan apakah dirumah ada memelihara kucing untuk
mengetahui kemungkinan adanya infeksi pada TORCH, merokok juga bisa di
tanyakan pada perempuan maupun pada suaminya bisa menyebabkan kualitas sperma
yang tidak baik atau karena ovumnya yang tidak baik.
Pemeriksaan fisik
Biasanya pada pemeriksaan ini didapatkan pembesaran dari kehamilan yang terlambat
walaupun pada dasarnya kehamilan ini bisa diraba pada kehamilan 12 minggu, adanya
nyeri tekan pada perut karena suatu respon untuk pengeluaran benda yang dianggap
asing oleh tubuh.
Diagnosis pasti menggunakan USG
Didapatkan gambaran adanya kantong kosong pada peneriksaan ini, hanya ada
amnion dan cairan ketuban tetapi didalamnya tidak ditemukan pertumbuhan janin
yang seharusnya terjadi.
Diagnosis kehamialan embrionik bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7
minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16
milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari hasil itu juga akan tampak, adanya
kantung kehamilan yang kosongdan tidak berisi janin. Diagnosis kehamilan
anembriogenik dapat ditegakkan bila pada kantong gestasi yang berdiameter
sedikitnya 30mm, tidak di jumpai adanya struktur mudigah dan kantong kuning telur.
Gambar:
Jika telah terdiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah
mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk
memastikan apa penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat di obati sehingga kejadian ini
tidak berulang. Jika penyebab nya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi
sehingga kelak dapat hamil. Lebih penting adalah trauma mental untuk pasangan. Hal ini
membutuhkan konseling dan meyakinkan mereka bahwa proses ini sangat umum. Hal ini
lebih baik untuk menghindari kehamilan selama 2 bulan dan dapat mencoba lagi. Tidak perlu
menunggu sangat lama. Umumnya sel telur blighted ovum adalah kejadian acak dan
kemungkinan pengulangan cukup kurang.
Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah, beberapa pasangan seharusnya
melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi abortus berulang di awal kehamilan.
Blighted ovum sering merupakan kejadiansati kali , dam jarang terjadi lebih dari satu kali
pada wanita. Untuk mencegah terjadinya blighted ovum,maka dapat dilakukan beberapa
tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH , imunisasi rubella pada wanita yang
hendak hamil,bila menderita penyakit di sembuhkan dulu,kontrol gula darah,melakukan
pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan
merokok agar kualitas sperma/ ovum baik, memeriksakan kehamilan rutin dan membiasakan
hidup sehat.
F. PENATALAKSANAAN
Jika terdiagnosis blighted ovum, diskusikan dengan dokter apa yang harus dilakukan
selanjutnya. Beberapa wanita memilih dilatasi dan kuretase ( D & C). Prosedur ini
melibatkan dilatasi servik dan mengeluarkan isi rahim. Karena D & C segera membersihkan
setiap jaringan yang tersisa, ini akan lebih membantu secara mental dan fisik. Hal ini juga
sangat membantu jika hendak memeriksakan jaringan ke dokter patologi untuk
menginformasikan penyebab keguguran. Menggunakan obat misoprostol secara rawat jalan
juga dapat menjadi pilihan lain. Namun ,memakan waktu beberapa hari bagi tubuh untuk
meruntuhkan semua jaringan. Dengan obat ini, pasien akan mengalami pendarahan dan lebih
banyak efek samping.
Hingga saat ini belum ada cara mendeteksi kehamilan blighted ovum. Seorang wanita
baru dapat di indikasikan mengalami blighted ovum bila telah melakukan pemeriksaan USG
transvaginal. Namun tindakan tersebut baru bisa dilakukan pencegahan seperti :
Melakukan imunisasi pada ibu untuk menghindari masuknya virus rubella kedalam
tubuh
Rencanakan kehamilan yang sehat. Konsultasikan dengan dokter mengenai rencana
kehamilan dan keadaan ibu benar-benar sehat.
Tak hanya pada calon ibu , calon ayah pun disarankan untuk menghentikan kebiasaan
merokok dan memulai hidup sehat pada saat prakonsepsi.
Melakukan pemeriksaan kromosom
Periksa kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong jarang terdeteksi
saat usia kandungan masih muda.