Laporan Kasus Obgyn

41
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran umum penyakit Kanker ovarium merepresentasikan 30% dari seluruh kasus kanker genetalia wanita. Selain itu kebanyakan dari neoplasma ovarium ini tidak dapat dideteksi secara dini, tumor ovarium kebanyakan muncul sebagai kanker yang fatal, sehingga mengakibatkan kematian pada 50% dari seluruh kasus kanker genetalia wanita. Ada berbagai tipe tumor ovarium, baik jinak maupun ganas. Sekitar 80% dari seluruh kasus bersifat jinak dan sebagian besar ditemukan pada wanita muda berusia antara 20-45 tahun. Tumor ganas lebih sering ditemukan pada wanita yang berusia 40-65 tahun. Ny. BB masuk Rs dengan pengantar dari poliklinik dengan diagnosis Ca Ovarium residif + Prokemotrapi Pacli-Cargo Seri VI. Riwayat Operasi di tarakan dengan hasil PA Adenokarsinoma Ovarium (Ca Ovarium Stadium III). B. Data dasar pasien 1. Identitas pasien N a m a : Ny. BB U m u r : 42 tahun Pekerjaan : IRT Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 1 BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Transcript of Laporan Kasus Obgyn

Page 1: Laporan Kasus Obgyn

BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran umum penyakit

Kanker ovarium merepresentasikan 30% dari seluruh kasus kanker

genetalia wanita. Selain itu kebanyakan dari neoplasma ovarium ini tidak

dapat dideteksi secara dini, tumor ovarium kebanyakan muncul sebagai

kanker yang fatal, sehingga mengakibatkan kematian pada 50% dari

seluruh kasus kanker genetalia wanita. Ada berbagai tipe tumor ovarium,

baik jinak maupun ganas. Sekitar 80% dari seluruh kasus bersifat jinak

dan sebagian besar ditemukan pada wanita muda berusia antara 20-45

tahun. Tumor ganas lebih sering ditemukan pada wanita yang berusia 40-

65 tahun.

Ny. BB masuk Rs dengan pengantar dari poliklinik dengan

diagnosis Ca Ovarium residif + Prokemotrapi Pacli-Cargo Seri VI. Riwayat

Operasi di tarakan dengan hasil PA Adenokarsinoma Ovarium (Ca

Ovarium Stadium III).

B. Data dasar pasien

1. Identitas pasien

N a m a : Ny. BB

U m u r : 42 tahun

Pekerjaan : IRT

A g a m a : Katolik

Pendidikan : SD

Alamat : Tarakan, Kec. Sekatak Kalimantan Timur

Diagnosa Medis :Ca Ovarium residif + Prokemotrapi Pacli-

Cargo Seri VI

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 1

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 2: Laporan Kasus Obgyn

2. Data subyektif

a. Keluhan utama

Kurang nafsu makan dan sulit bernafas

b. Sosial ekonomi dan lingkungan

Pasien adalah seorang Ibu Rumah Tangga, sebelum sakit

dia berjualan sayur dan mencari rumput untuk sapi yang dia beli

secara kredit. Suaminya bekerja sebagai kuli bangunan.

c. Kebiasaan makan

Frekuensi Makan: 3 x sehari. Lauk hewani yaitu ikan basah

dan telur tetapi tidak suka mengkonsumsi daging. Lauk nabati:

Tempe dan tahu dikomsumsi 3 kali seminggu. Sayuran:

Sayuran hijau 2 x sehari. Buah: Pisang jeruk dikomsumsi

kurang 1 kali seminggu. Menyukai makanan yang bersantan

dan gorengan: setiap hari gorengan. Ikan diolah dengan cara

digoreng, telur digoreng. Menyukai makanan yang diolah

dengan cara dibakar. Mengkonsumsi mie instant 3 kali

seminggu, alergi dengan udang

3. Data obyektif

a. Data antropometri

TB = 147 cm

BBI = 147-100

= 47 kg

BBA = 32 kg

IMT = BB

(TB )2 = 32

(1,47 )2 = 14,8 kg/m2

(Status Gizi Buruk)

BB sebelum sakit 10 bulan yang lalu (Desember 2010) = 40 kg

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 2

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 3: Laporan Kasus Obgyn

b. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium pasien saat baru masuk

rumah sakit sampai awal intervensi dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 1. Pemeriksaan laboratorium

PmrksHasi

lN Ket

GDS (mg/dl) 94 140 N

Hb(mg/dl) 11,3 12-14 ↓

Ureum (mg/dl) 14 10-50 N

Kreatinin (mg/dl) 0,7 <1,1 N

SGOT u/l 19 <32 N

SGPT u/l 17 <31 N

Albumin 4,6 3,5-5 N

Asam Urat 5,6 1,4-5,7 N

Sumber: Data Sekunder 2011

c. Pemeriksaan Fisik dan Klinis

Hasil pemeriksaan fisik dan klinis pasien 1 hari sebelum

intervensi :

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik Klinis Sebelum Intervensi

Jenis Pemeriksaan Hasil

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 3

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 4: Laporan Kasus Obgyn

Keadaan Umum

Kesadaran

BAK

BAB

Tensi

Nadi

Respirasi

Suhu

Baik

Sadar

Lancar

Lancar

120/60 mmHg (Normal)

80 xkali/menit

18 kali/menit

36,8 ºC

Sumber: Data Sekunder 2011

d. Riwayat Makan

Data konsumsi makanan pasien sebelum intervensi dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Daftar menu Recall 24 jam sebelum intervensi

Menu Bahan MakananJumlah

URT Gram

PAGI

Nasi

Telur Rebus

Snack :

Buah

Beras giling

Telur ayam

Pisang

¾ gls

1 btr

1 bh

100

50

50

SIANG

Nasi

Ikan Goreng

Tumis Tempe

Snack :

Buah

Beras giling

Bandeng

Minyak Goreng

Tempe

Minyak Goreng

Semangka

1 gls

1ptg sdg

1 sdt

2 ptg sdg

½ sdt

1ptg sdg

125

40

5

50

3

50

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 4

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 5: Laporan Kasus Obgyn

MALAM

Nasi

Telur Rebus

Sayur Bening Labu kacang panjang

Beras Giling

Telur ayam

Labu

Kacang panjang

½ gls

1btr

½ gls

½ gls

50

50

30

30

Sumber: Data Primer Terolah 2011

Tabel 4. Asupan zat Gizi sebelum intervensi

Energi

(Kkal)

Protein

(gr)

Lemak

(gr)

KH

(gr)

Asupan 1482 58 33,8 251

Kebutuhan 1733 73 48 251

% asupan 80 48,5 66 100

Sumber: Data Primer Terolah 2011

e. Skrining Gizi

Tabel 5. Hasil Skrining Gizi Terhadap Pasien

No Indikator Hasil

1 Perubahan BB +

2 Nafsu makan kurang +

3 Diet khusus +

4 Enteral/parenteral +

Sumber: Data Sekunder Terolah 2011

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 5

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 6: Laporan Kasus Obgyn

BAB II

PENENTUAN MASALAH GIZI DAN PROBLEM CLUE

A. Diagnosis Gizi

1. Domain intake

Tabel 6. Distribusi diagnosa berdasarkan domain intake

Problem Etiologi Sign

Asupan Kurang Penyakit katabolik

yang lama (ca

ovarium), nafsu

makan kurang dan

sesak

Intake energi dan zat

gizi yang tidak

mencukupi yaitu:

Recall 24 jam

E= 1446,2 kkal (73,36%)↓

P=50,64 gr (71,83%)↓

L= 25,7 gr (58,7%)↓

K=248 gr (71,7%)↓

NI-2.1

Intake makanan dan minuman oral yang lebih kecil dari rujukan

standar disebabkan penyakit katabolik yang lama (ca ovarium),

nafsu makan kurang dan sesak yang ditandai dengan intake kurang

dari kebutuhan.

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 6

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 7: Laporan Kasus Obgyn

Hasil recall 24 jam: Energi = 1446,2 kkal (73,36%)↓,Protein =50,64 gr

(71,83%)↓,Lemak = 25,7 gr (58,7%)↓,Karbohidrat =248 gr (71,7%)↓

Hb (↓) Meningkatnya

kebutuhan zat gizi

akibat Ca Ovarium

yang diderita.

Hb = 11,3 mg/dl

NI-5.1

Peningkatan kebutuhan zat gizi tertentu yang disebabkann

meningkatnya kebutuhan zat gizi akibat Ca Ovarium yang diderita

pasien ditandai dengan Hb = 11,3 mg/dl.

2. Domain Klinik

Tabel 7. Distribusi diagnosa berdasarkan domain klinik

Problem Etiologi Sign

Status Gizi Buruk

(Penurunan berat

badan yang tidak

diharapkan)

Peningkatan

kebutuhan zat gizi

karena katabolisme

yang berlebihan (Ca

Ovarium)

Kehilangan berat

badan sebesar 20 %

dalam 10 bulan.

NC-3.2

Penurunan berat badan yang tidak diharapkan disebabkan

peningkatan kebutuhan zat gizi karena katabolisme yang berlebihan

(Ca Ovarium) ditandai dengan kehilangan berat badan sebesar 20 %

dalam 10 bulan.

3. Domain BehaviorTabel 8. Distribusi diagnosa berdasarkan domain behavior

Problem Etiologi Sign

Kebiasaan yang

salah mengenai

makanan

Pola makan asal

kenyang

Suka mengomsumsi

makanan yang diolah

dengan cara digoreng dan

dibakar dan kurang

mengkomsumsi buah

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 7

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 8: Laporan Kasus Obgyn

frekuensinya kurang dari 1

x seminggu.

NB-1.2

Kebiasaan salah mengenai makanan yang disebabkan pola makan

asal kenyang ditandai dengan suka mengomsumsi makanan yang

diolah dengan cara digoreng dan dibakar dan kurang

mengkomsumsi buah frekuensinya kurang dari 1 x seminggu.

B. Diagnosis Medis

Ca ovarium Residif + Prokemotrapi Pacli-Cargo Seri VI

BAB III

RENCANA TERAPI GIZI

A. Rencana Asuhan Gizi

1. Tujuan diet

Untuk mencapai status gizi optimal dengan cara :

a. Memberi makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan

penyakit serta daya terima pasien

b. Meningkatkan berat badan hingga mencapai status gizi normal

c. Membantu meningkatkan kadar hemoglobin hingga mencapai

nilai normal.

2. Prinsip / Syarat Diet

a. Energi sesuai kebutuhan.

b. Protein tinggi yaitu 1,5 gr/kg BB sama dengan 14% dari

kebutuhan energi total

c. Lemak sedang yaitu 20% dari kebutuhan energi total

d. Karbohidrat cukup 66% dari kebutuhan enrergi total.

e. Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B kompleks, C,

dan E.

f. Makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 8

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 9: Laporan Kasus Obgyn

3. Perencanaan Kebutuhan Energi & Zat Gizi

BEE = 655 + (9,6 x BBI) + (1,8 x TB) - (4,7 x U)

= 655+ (9,6 x 47) + (1,8 x 147) – (4,7 x 42)

= 655 + 451,2+ 264,6 – 197,4

= 1173,4 kkal

Faktor aktivitas

Tidur = 10/24 x 1 = 0,416

Duduk = 8/24x1,08 = 0,36

Jalan = 3/24x2,37 = 0,296

Berdiri = 3/24 x1,17 = 0,14

FA= 1,2

FS= 1,4

TEE = BEE x FA x FS

= 1173,4 x 1,2 x 1,4

= 1971,3 kkal

Protein = 14% x 1971,3

= 282 kkal

= 70,5 gr

Lemak = 20% x 1971,3

= 394,2 kkal

= 43,8 gr

Karbohidrat = 66% x 1971,3

= 1295,1 kkal

= 345,36 gr

4. Rencana motivasi dengan penyuluhan konsultasi

a. Judul : Diet TKTP

b. Tujuan : Agar pasien & keluarga

- Mengerti tentang makanan yang perlu

dikonsumsi.

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 9

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 10: Laporan Kasus Obgyn

- Dapat menjalani diet yang dianjurkan

dengan baik.

- Memperbaiki pola dan kebiasaan makan

yang salah.

c. Sasaran : Pasien dan keluarga pasien

d. Waktu : ± 15 menit

e. Metode : Penyuluhan Individu

f. Materi :

- Diet TKTP

- Tujuan diet TKTP

- Syarat diet TKTP

- Pola makan yang benar

- Bahan makanan yang dianjurkan

5. Rencana Monitoring dan Evaluasi

a. Asupan zat gizi

b. Data antropometri

c. Perubahan data pemeriksaan laboratorium

d. Perubahan data pemeriksaan fisik klinis

B. Implementasi Asuhan Gizi

1. Diet Pasien

Pada pasien diberikan diet TKTP ini dengan konsistensi biasa

dengan tujuan untuk mengupayakan agar status gizi pasien bisa

normal, dan untuk memenuhi kebutuhan energy dan protein yang

meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan

tubuh terutama selama proses kemoterapi.

2. Susunan menu

Perencanaan susunan menu sehari adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Perencanaan Menu sehari

Waktu MenuPagi Nasi

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 10

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 11: Laporan Kasus Obgyn

Telur BaladoBening Bayam JagungBuah

Snack Cake Pisang

Siang

NasiIkan Bb. KuningTempe GorengUrapBuah

Snack Susu

Malam

NasiIkan Bb. GulaiPerkedel TahuTumis Oyong

3. Distribusi Makanan Sehari

Berikut adalah table distribusi makanan sehari

Tabel 10. Distribusi Makanan Sehari

Menu Bahan MakananJumlah

URT GramPAGINasiTelur Balado

Bening Bayam JagungBuah

Beras gilingTelur ayamMinyak gorengBayamJagung kuning pipilSemangka

¾ gls1 btr1 sdt½ gls½ gls

1 ptg sdg

100505303050

SNACKCake Pisang Tepung terigu

TelurPisang ambonMargarineGula pasir

1 sdm¼ btr¼ bh1 sdm½ sdm

101015105

SIANGNasiIkan Bb. KuningTempe Goreng

Urap

Buah

Beras gilingKakapTempeMinyak GorengKacang PanjangTaugeKelapa muda dagingPisang

1 gls1ptg sdg2 ptg sdg

1 sdt½ gls½ gls1 sdm1 bh

125505053015550

SNACK

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 11

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 12: Laporan Kasus Obgyn

Susu Tepung SusuGula Pasir

3sdm1 sdm

1510

MALAMNasiIkan Bb. Gulai

Perkedel Tahu

Tumis Oyong

Beras GilingIkan BandengSantan Telur AyamTahuWortelOyongMinyak Goreng

1gls1 ptg sdg

1 sdm¼ btr½ ptg sdg

1 sdm½ ptg bh

½ sdt

125401010515303

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Penyakit Kanker

1. Definisi

Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara abnormal

yang tidak dapat dikontrol sehingga cepat menyebar. Sel-sel ini

merusak jaringan tubuh sehingga mengganggu fungsi organ tubuh

yang terkena. Kanker disebut juga Neoplasma Maligna, Neoplasma

adalah massa jaringan yang dibentuk oleh sel-sel kanker, sedangkan

maligna berarti ganas.

2. Klasifikasi

Penyakit kanker dapat diklasifikasi menjadi dua bagian yaitu:

a. Karsinoma

Penyakit kanker yang tergolong karsinoma timbul dari jaringan

epitel, yakni kulit dan selaput lendir yang membungkus alat-alat tubuh.

Jenis-jenis kanker pada umumnya merupakan kelompok dari

karsinoma. Penyakit kanker yang termasuk golongan karsinoma,

antara lain: kanker payudara, kanker paru-paru, kanker uterus

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 12

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 13: Laporan Kasus Obgyn

(Kandungan), kanker usus, kanker kandung kemih, kanker prostat, dan

malignant melanoma (pada tahi lalat)

b. Retikulosis

Penyakit kanker yang tergolong retikulosis timbul dari sel-sel

kanker yang berada dalam jaringan-jaringan pembentuk darah dari

getah bening dan symsum tulang yang membentuk sel-sel darah putih

yang abnormal banyaknya. Penyakit kanker yang tergolong retikulosis

adalah leukemia dan penyakit hodgin.

3. Etiologi

Menurut penelitian, ada tiga faktor yang diduga sebagai

penyebab kanker yaitu:

a. Adanya bahan karsinogenik, yaitu bahan-bahan yang karena

proses molekuler bisa mengubah sifat sel sampai menjadi kanker

b. Adanya kondisi lingkungan yang tercemar oleh bahan

nonkarsinogenik yang mempunyai kemampuan untuk

menyebabkan sel-sel normal menjadi berkembang dan berlipat

ganda tanpa terkendali secara normal. Bahan nonkarsinogenik

tersebut antara lain, sifat, tingkah laku, dan kebiasaan seseorang.

Sifat, tingkah laku dan kebiasaan ini dapat mempercepat proses

berkembangnya kanker sehingga bahan nonkarsinogenik ini dapat

dianggap sebagai promotor terhadap berkembangnya sel kanker.

c. Adanya faktor intrinsik, yaitu faktor dari dalam tubuh seseorang

yang mempunyai kecenderungan terserang penyakit kanker.

Penyebab kanker ini dipengaruhi oleh sistem keturunan (genetik)

DNA dan ketahanan tubuh seseorang (sistem imunologik).

4. Penyebaran

Proses masuknya bahan-bahan penyebab kanker kedalam

tubuh seseorang itu tidak secara mendadak, tetapi memerlukan waktu

yang relatif lama. Meskipun didalam tubuh seseorang terkena bahan

karsinogenik, tetapi belum tentu langsung terjangkit kanker. Hal ini

bergantung pada besar kecilnya kadar karsinogenik, cepat lambatnya

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 13

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 14: Laporan Kasus Obgyn

penyebaran bahan karsinogenik kedalam tubuh, dan kuat lemahnya

faktor penghambat karsinogenik didalam tubuh.

Jadi proses kanker pada diri seseorang itu berbeda-beda, ada

yang ganas dan ada yang jinak. Bahkan kalau kondisi tubuh berhasil

menangkal bahan karsinogenik, bahan karsinogeniktersebut akan

pecah dan proses kanker tidak akan sampai terjadi pada diri

seseorang.

Menurut penelitian, vitamin C yang berdosis tinggi dapat

menangkal kanker melalui proses molekuler didalam tubuh seseorang.

B. Tinjauan Tentang Tumor Ganas Ovarium

1. Definisi

Karsinoma ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang

paling sering dan penyebab kematian kelima akibat kanker pada

perempuan.

2. Etiologi

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Faktor

berikut mungkin berkaitan dengan timbulnya penyakit tersebut :

a. Pengaruh reproduksi

Intertil atau jumlah kehamilan sedikit, memakai stimulant ovulasi

dan lain-lain dapat menambah risiko keganasan ovarium. Sedangkan

kehamilan aterm berefek proteksi jelas terhadap timbulnya keganasan

ovarium. Beberapa penelitian menemukan bahwa menigkatnya jumlah

kehamilan tak lengkap juga dapat menurunkan risiko timbulnya

karsinoma ovarium

b. Pengaruh haid

Usia menopause lanjut dapat sedikit menambah risiko karsinoma

ovarium, tapi pengaruhnya agaknya tidak besar. Kebanyakan

penelitian tidak menemukan menarke dini sebagai faktor risiko,

walaupun beberapa studi menganggap itu sebagai faktor risiko lemah.

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 14

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 15: Laporan Kasus Obgyn

c. Efek hormon eksogen

Penggunaan jangka panjang pil kontrasepsi dapat menurunkan

risiko karsinoma ovary. Sebaliknya, terapi substitusi hormon pasca

menopause dapat meningkatkan risikonya.

d. Faktor diet

Diet tinggi lemak dapat meningkatkan risiko, sedangkan vitamin,

serat, buah dan sayur dapat menurunkan risikonya

e. Faktor genetik

Sekitar 5 – 10% pasien karsinoma ovari memiliki anggota

keluarga tingkat pertama yang juga menderita karsinoma ovari.

Sedangkan wanita dengan riwayat keluarga sidrom keganasan ovary

herediter (HOCS) berpeluang tinggi menderita keganasan ovarium

yaitu sampai 20%, sesuai dengan pertambahan usia risiko tersebut

meningkat pula.

3. Gejala dan Tanda Klinis

a. Gejala Klinis

Pada stadium awal kanker ovarium tidak menunjukkan gejala

klinis yang spesifik biasanya ditemukan secara kebetulan pada saat

pemeriksaan rutin. Umumnya lebih dari 60% penderita didiagnosis

setelah berada pada stadium lanjut.

Pada stadium lanjut biasanya dijumpai gejala-gejala penekanan

pada rongga abdomen berupa rasa mual, muntah, hilang nafsu

makan, dan gangguan motilitas usus.

b. Tanda Klinis

Adanya massa di dalam rongga pelvis merupakan tanda yang

penting dari kanker ovarium. Pada wanita yang berusia di atas 40

tahun, adanya massa dengan diameter > 5 cm diperlukan perhatian

khusus, karena 95% dari kanker ovarium mempunyai diameter tumor

> 5 cm. Namun jika ditemukan massa kistik soliter yang berukuran

antara 5–7 cm pada wanita usia reproduksi, kemungkinan merupakan

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 15

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 16: Laporan Kasus Obgyn

suatu kista fungsional yang dapat mengalami regresi spontan dalam

4–6 minggu kemudian.

4. Diagnosis

Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista, bila

pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut

bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium) kewaspadaan terhadap

kista yang bersifat ganas dilakukan pada keadaan:

a. Kista cepat membesar

b. Kista pada usia remaja atau pasca menopause

c. Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan

d. Kista dengan bagian padat

e. Tumor pada ovarium

Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, perlu

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memperkuat dugaan kearah

kanker ovarium seperti tindakan USG dengan Doppler untuk

menentukan arus darah dan bahkan mungkin diperlukan

pemeriksaan CT-Scan / MRI. Pemeriksaan laboratorium yang bisa

dilakukan untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan tumor

marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein.

Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis

kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk

melakukan tindakan operasi. Hal terpenting pada operasi pasien

yang tersangka kanker ovarium adalah semaksimal mungkin

berusaha agar kista tersebut keluar secara utuh, kemudian dilakukan

pemeriksaan potong beku. Apabila hasil pemeriksaan potong beku

bukan suatu kanker, maka operasi selesai. Sebaliknya bila hasil

pemeriksaan potong beku adalah kanker ovarium maka operasi

dilanjutkan dengan mengangkat rahim, ovarium sisi lain, usus buntu,

omentum, melakukan biopsi  pada tempat yang dicurigai adanya

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 16

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 17: Laporan Kasus Obgyn

penjalaran kanker di rongga perut dan melakukan pengambilan

kelenjar getah bening di panggul. Tindakan yang komplek ini disebut

sebagai ”Staging lapstotomy” yang bertujuan untuk menentukan

stadium penyakit sehingga dapat ditentukan rencana pengobatan

selanjutnya setelah operasi. Pada pasien yang belum mempunyai

keturunan atau masih menginginkan keturunan masih bisa

dipertimbangkan untuk tidak mengangkat rahim dan ovarium sisi lain.

Perlu juga diketahui bahwa akurasi dari hasil pemeriksaan potong

beku tersebut hanya berkisar antara 90-95%, sehingga diagnosis dari

kanker ovarium baru diketahui setelah pemeriksaan Patologi

Anatomik yang definitif. Hal ini menyebabkan pada beberapa pasien

dengan hasil potong beku menyatakan bukan kanker ovarium,

terpaksa dilakukan operasi ” Staging laparotomy ”

5. Stadium

Stadium kanker ovarium menurut FIGO

Staging Keterangan

I Tumor terbatas pada ovarium

IA Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor

utuh, tidak ada pertumbuhan tumor di

permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di

cairan asites ataupun pada bilasan cairan di

rongga peritoneum.

IB Tumor terbatas pada dua ovarium, kapsul tumor

utuh, tidak ada pertumbuhan tumor pada

permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di

cairan asites ataupun pada bilasan cairan di

rongga peritoneum.

IC Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium

dengan salah satu faktor yaitu kapsul tumor

pecah, pertumbuhan tumor pada permukaan

ovarium, ada sel tumor di cairan asites ataupun

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 17

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 18: Laporan Kasus Obgyn

pada bilasan cairan di rongga peritoneum.

II Tumor pada satu atau dua ovarium dengan

perluasan di pelvis

IIA Tumor meluas ke uterus dan/atau ke tuba tanpa

sel tumor di cairan asites ataupun bilasan

cairan di rongga peritoneum.

IIB Tumor meluas ke jaringan/organ pelvis lainnya

tanpa sel tumor di cairan asites ataupun bilasan

cairan di rongga peritoneum.

IIC Perluasan di pelvis (IIA atu IIB) dengan sel

tumor di cairan asites ataupun bilasan cairan di

rongga peritoneum.

III Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan

perluasan tumor pada rongga peritoneum di luar

pelvis dengan/atau metastasis kelenjar getah

bening regional.

IIIA Metastasis mikroskopik di luar pelvis.

IIIB Metastasis makroskopik di luar pelvis

dengan besar

lesi ≤ 2 cm.

IIIC Metastasis makroskopik di luar pelvis

dengan besar lesi > 2 cm dan/atau

metastasis ke kelenjar getah bening.

IV Metastasis jauh (di luar rongga peritoneum).

6. Pengobatan

Pengobatan ovarium tergantung dari stadiumnya dan

stadium kanker ovarium baru bisa ditentukan setelah dilakukan

operasi (”Staging Laparotomy”). Sebagian besar kanker ovarium

memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya kanker ovarium

stadium awal saja (stadium  1-A dan I-B dengan derajat diferensiasi

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 18

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 19: Laporan Kasus Obgyn

sel yang baik/ sedang) yang tidak memerlukan lebih dari satu jenis

kemoterapi (kombinasi) untuk mendapatkan hasil pengobatan yang

baik. Kemoterapi umumnya diberikan sebanyak 6 seri dengan

interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan

terhadap efek samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum

tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saraf

dan sistem kardiovaskuler. Kadang-kadang kemoterapi lini pertama

tidak memberikan respon terhadap penyakit sehingga diganti dengan

kemoterapi lini kedua dengan konsekwensi biaya yang lebih tinggi.

Walaupun penanganan dan pengobatan kanker ovarium telah

dilakukan dengan prosedur yang benar namun hasil pengobatanya

sampai dengan saat ini belum mengembirakan termasuk pengobatan

yang dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia sekalipun. Angka

kelangsungan hidup 5 tahun ( ” 5 Years survival rate ” ) penderita

kanker ovarium stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%, sedangkan

sebagian besar penderita ( 60-70% ditemukan dalam keadaan

stadium lanjut sehingga penyakit ini disebut juga dengan ”silent killer”

7. Pencegahan

Tidak ada upaya pencegahan khusus yang dapat dilakukan

agar terhindar dari penyakit ini. Upaya yang bisa dilakukan adalah

untuk mengetahui secara dini penyakit ini sehingga pengobatan yang

dilakukan memberikan hasil yang baik dengan komplikasi yang

minimal. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan

pemeriksaan secara berkala yang meliputi : 

a. Pemeriksaan klinis genekologik untuk mendeteksi adanya

kista atau pembesaran ovarium lainnya.

b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat

Doppler untuk mendeteksi aliran darah.

c. Pemeriksaan petanda tumor ( tumor marker )

d. Pemeriksaan CT-Scan / MRI bila dianggap perlu

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 19

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 20: Laporan Kasus Obgyn

Pemeriksaan tersebut diatas sangat dinjurkan terutama

terhadap wanita yang mempunyai resiko akan terjadi kanker ovarium,

yaitu : 

a. Wanita yang haid pertama lebih awal dan menopause lebih

lambat.

b. Wanita yang tidak pernah atau sulit hamil

c. Wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium

d. Wanita penderita kanker payudara dan kolon

C. Tinjauan Tentang Diet Kanker Ovarium

1. Terapi Gizi Medis

Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan

obat-obatan. Terapi gizi medis perlu dilakukan segera setelah status

gizi diketahui. Pada prinsipnya terapi diet harus mengandung kalori

dan protein tinggi, serta vitamin dan mineral yang cukup.

2. Prinsip Gizi Medis pada Kanker Ovarium

Pada prinsipnya terapi gizi yang diberikan pada penderita

kanker ovarium adalah: disesuaikan dengan keadaan pasien

makanan yang diberikan secara oral, enteral, maupun parenteral,

makanan dapat diberikan dalam bentuk padat, makanan cair atau

kombinasi untuk makanan padat dapat berbentuk makanan biasa,

makanan lunak, atau makanan lumat.

a. Bila pasien menderita anoreksia:

- Dianjurkan makan makanan yang disukai atau dapat diterima

walaupun tidak lapar

- Hindari minum sebelum makan

- Tekankan bahwa makan adalah penting dalam program

pengobatan

- Olah raga sesuai dengan kemampuan penderita

b. Bila ada perubahan pengecapan:

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 20

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 21: Laporan Kasus Obgyn

- Makanan atau minuman diberikan dengan suhu kamar atau

dingin

- Tambahkan bumbu makanan yang sesuai untuk menambah

rasa

- Minuman diberikan dalam bentuk segar seperti sari buah atau

jus

c. Bila ada kesulitan menelan:

- Minuman dengan menggunakan sedotan

- Makanan diberikan dengan suhu kamar atau dingin

- Bentuk makanan disaring atau cair

- Hindari makanan terlalu asam atau asin

d. Bila mulut kering:

- Makanan dan minuman diberikan dengan suhu dingin

- Bentuk makana cair

- Kunyah permen karet

e. Bila mual dan muntah:

- Beri makanan kering

- Hindari makanan yang berbau merangsang

- Hindari makanan lemak tinggi

- Makan dan minum perlahan-lahan

- Hindari makanan dan minuman terlalu manis

- Batasi cairan pada saat makan.

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 21

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 22: Laporan Kasus Obgyn

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Monitoring

1. Monitoring Diet Pasien

Dari hasil monitoring, diet pasien menunjukkan bahwa selama di

rawat inap pasien mendapatkan diet TKTP. Pemberian diet ini

bertujuan untuk Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang

meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan

tubuh selama proses kemotrapi. Membantu mencapai berat badan

dan status gizi normal.

Berdasarkan hasil recall 24 jam sebelum intervensi tanggal 8

September 2011 diperoleh persentase asupan yaitu energi 73,36%,

protein 71,83%, lemak 58,7%, dan Karbohirdat 71,7%. Berdasarkan

hasil recall 24 jam sebelum intervensi tersebut, maka ada beberapa

diagnosa gizi dari domain intake yang dapat ditegakkan. Dalam hal

ini, diagnosa gizi yang ditegakkan adalah NI-2.1 yaitu Intake kurang

yang disebabkan oleh ketidakseimbangan asupan. Karena pasien

mengalami penurunan nilai Hb, maka ditegakkan pula diagnosa gizi

dari domain intake yaitu NI-5.1. Peningkatan kebutuhan zat gizi

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 22

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 23: Laporan Kasus Obgyn

tertentu yang disebabkan meningkatnya kebutuhan zat gizi akibat Ca

Ovarium yang diderita pasien ditandai dengan Hb = 11,3 mg/dl.

Karena selama pasien menderita penyakitnya dan mengalami

penurunan berat badan dengan status gizi buruk, maka ditegakkan

lagi diagnose gizi dari domain Klinik yaitu NI-3.2. Penurunan berat

badan yang tidak diharapkan disebabkan peningkatan kebutuhan zat

gizi karena katabolisme yang berlebihan akibat Ca Ovarium yang

diderita pasien ditandai dengan kehilangan berat badan sebesar 20 %

dalam 10 bulan.

Adapun hasil monitoring asupan makanan pasien selama

intervensi, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Distribusi Hasil Monitoring Asupan Energi Zat Gizi

Energi

dan zat

gizi

Asupan selama

intervensi

KEBUTUHAN

Persentase Asupan (%)

I20Sep11

II21Sep11

III22Sep11

I20Sep11

II21Sep11

III22Sep11

Energi (kkal)

1721,8 1833 1404,9 1971,3 87,34 93 71,26

Protein (gr)

52,67 59,61 36,3 70,5 74,71 84,55 51,5

Lemak (gr)

29,3 22,8 10,7 43,8 66,8 52,1 24,5

KH (gr) 306 345 284 345,36 88,7 98,7 82,2

Sumber : Data Primer Terolah, 2011

Tabel menunjukkan bahwa selama 3 hari pelaksanaan intervensi

terjadi peningkatan asupan makanan hari pertama dan ke-dua

sehingga terjadi pula peningkatan konsumsi energi dan zat gizi

lainnya. Walaupun pasien tidak menghabiskan makanannya tetapi

pasien hampir mencapai batas normal kebutuhan makanannya

perhari. Namun pada hari ke-tiga terjadi penurunan asupan, hal

tersebut disebabkan nafsu makan pasien kurang selama menjalani

kemotrapi pada hari ke-tiga intervensi.

2. Monitoring Pemeriksaan Fisik/Klinis

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 23

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 24: Laporan Kasus Obgyn

Tabel 12. Distribusi Hasil Pemeriksaan Fisik/Klinis

PemeriksaanTanggal

18Sep11 20Sep11 21Sep11 22Sep11

Keadaan Umum Baik Baik Baik Baik

BAB Biasa Biasa Biasa Biasa

BAK Lancar Lancar Lancar Lancar

TD(mmHg) 90/60 110/70 100/60 100/60

Nadi (x/menit) 80 x/mnt 78x / mnt 76/mnt 76x/mnt

Pernafasan (x/menit) 18 x/mnt 18x/mnt 18/mnt 18/mnt

Suhu ( oC) 36,8ºc 36.7ºc 36.6ºc 36.6ºc

Sumber : Data Sekunder, 2011

Hasil pemeriksaan fisik/klinik, dapat dilihat bahwa selama

berlangsungnya studi kasus, keadaan umum pasien dalam keadaan

baik. Hasil pemeriksaan klinis, terlihat suhu, respirasi dan nadi dari

sebelum intervensi sampai akhir intervensi juga masih dalam range

yang normal. Tekanan darah agak rendah dari range normal.

3. Monitoring Pemeriksaan Laboratorium

Monitoring pemeriksaan laboratorium tidak dapat dilakukan karena

selama pelaksanaan kegiatan intervensi yang dilakukan selama 3

hari, tidak ada pemeriksaan laboratorium ulangan atau lanjutan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sebelum intervensi

menunjukkan kadar Hb pasien menurun.

B. Hasil Motivasi Diet Pasien

1. Perkembangan Pengetahuan Gizi

Agar pasien dan keluarganya dapat menjalankan diet yang telah

direncanakan dengan baik, kami memberikan terapi edukasi gizi

dengan metode penyuluhan yang dilakukan sehari sebelum

pelaksanaan intervensi dan diskusi yang dilakukan setiap hari selama

3 hari proses intervensi.

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 24

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 25: Laporan Kasus Obgyn

Terapi edukasi gizi yang diberikan menunjukkan hasil yang cukup

baik, terlihat dari pasien sedikit demi sedikit memahami dan

mengetahui tentang diet TKTP, dapat menyebutkan bahan makanan

yang dianjurkan, bahan makanan yang harus dibatasi dan bahan

makanan yang harus dihindari oleh pasien untuk memperbaiki dan

meningkatkan asupan makanannya guna membantu meningkatkan

berat badan agar mencapai normal.

Dengan demikian, diskusi dan penyuluhan gizi yang diberikan

dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan memilih dan

menggunakan sumber-sumber pangan yang baik serta dapat

menumbuhkan motivasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang gizi

yang berkaitan dengan penyakit pasien.

2. Sikap dan Perilaku Pasien Terhadap Diet

Hasil recall konsumsi 24 jam sebelum pelaksanaan intervensi

menunjukkan bahwa asupan energi dan zat gizi pasien kurang dari

kebutuhan dan asupan zat gizi tidak seimbang. Dimana asupan

protein sangat kurang, hal ini disebabkan karena pasien takut sesak

jika mengkomsumsi daging atau ayam.

Penyuluhan gizi dan diskusi yang dilakukan selama proses

intervensi, dapat memberikan motivasi pada pasien untuk

menjalankan terapi diet yang dianjurkan dengan baik dan benar. Hal

ini terlihat dari sikap positif dan perilaku pasien terhadap anjuran diet

dan makanan yang disajikan oleh rumah sakit dimana dari hari ke hari

jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh pasien semakin

banyak dan bervariasi. Walaupun pada hari terkhir asupan kurang,

karena nafsu makan pasien menurun karena menjalani kemoterapi.

Berdasarkan hasil yang diperoleh mengambarkan bahwa terapi

edukasi gizi dapat menciptakan sikap positif terhadap perubahan

perilaku dan kebiasaan konsumsi makan pasien yang sesuai dengan

tingkat kebutuhan gizi dan besarnya harapan pasien untuk sembuh.

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 25

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 26: Laporan Kasus Obgyn

C. Evaluasi Asuhan Gizi Pasien

1. Komsumsi Energi dan Zat Gizi Pasien

Komsumsi energy pasien meningkat dua hari selama intervensi,

dan menurun pada hari terakhir karena nafsu makan pasien menurun

akibat menjalani kemoterapi. Selama intervensi masih terjadi

ketidakseimbangan asupan zat gizi, walaupun mengalami

peningkatan baik dari asupan protein,maupun karbohidrat, kecuali

asupan lemak yang mengalami penurunan.

2. Evaluasi Status Gizi

Selama studi kasus tidak terjadi perubahan status gizi. Sejak awal

sebelum intervensi hingga akhir intervensi berat badan pasien masih

32 kg, tinggi 147 cm dan status gizi buruk dengan IMT 14,8 kg/m2. Hal

ini disebabkan karena intervensi yang dilakukan hanya selama 3 hari

sehingga tidak efektif dalam upaya meningkatkan berat badan dan

perubahan status gizi, namun dapat membantu meningkatkan asupan

makanan untuk mempertahankan berat badan agar tidak turun yang

dapat memperburuk keadaan gizi dan kesehatan pasien.

3. Perkembangan Pengobatan yang Berhubungan dengan Gizi

Pengobatan yang berhubungan dengan gizi tidak terpantau selama

studi kasus dilaksanakan.

4. Perkembangan Terapi Diet

Terapi diet yang diberikan sejak awal hingga akhir intervensi tidak

mengalami perubahan karena hasil monitoring dan evaluasi yang

dilakukan setiap hari tidak terdapat identifikasi masalah baru baik dari

pemeriksaan antropometri, fisik/klinis maupun laboratorium sehingga

terapi diet tetap tetap diberikan diet TKTP dengan konsistensi

makanan biasa, pemberian secara oral dengan frekuensi pemberian 3

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 26

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 27: Laporan Kasus Obgyn

kali makanan pokok dan 2 kali selingan. Berdasarkan hasil anamnesis

makanan pasien selama intervensi diketahui bahwa asupan makanan

pasien tidak terlau mengalami peningkatan dibanding sebelum

intervensi hal itu dapat dilihat pada Tabel.11. Konsumsi Zat Gizi

Pasien Selama Intervensi, dan pada grafik berikut ini:

Grafik 1. Persentase Asupan Energi Dan Zat Gizi Sebelum dan

Selama intervensi

Sebelum Inter-vensi

Hari I Hari II Hari III

Energi 73.36 87.34 93.64 75.83

Protein 71.83 74.71 84.84 53.88

Lemak 58.7 66.8 54.3 24.9

Karbohidrat 71.7 88.7 99 87.8

5

15

25

35

45

55

65

75

85

95

Persentase Asupan Energi dan Zat Gizi

% A

supa

n

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 27

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 28: Laporan Kasus Obgyn

Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa selama studi kasus

berlangsung, asupan energi, protein dan karbohidrat meningkat sampai

hari ke-dua intervensi sedangkan asupan lemak meningkat pada hari

pertama dibandingkan sebelum intervensi tetapi mengalami penurunan

pada hari ke-dua sampai hari terakhir intervensi.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan diagnosa medis pasien menderita ca. Ovarium

2. Terjadi penurunan berat badan yang cepat yaitu 20 % dalam 10

bulan.

3. Jenis Diet yang diberikan adalah Diet TKTP dengan 1971,3 kkal

dengan konsistensi makanan biasa, pemberian secara oral dengan

frekuensi 3 kali makanan pokok dan 2 kali makanan selingan.

4. Asupan Energi pasien meningkat sampai hari ke 2 intervensi,

namun pada hari ke-tiga terjadi penurunan karena nafsu makan

pasien menurun ketika menjalani proses kemoterapi dan selama

intervensi masih terjadi ketidakseimbangan asupan zat gizi,

walaupun mengalami peningkatan baik dari asupan protein,maupun

karbohidrat, kecuali asupan lemak yang mengalami penurunan.

B. Saran

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 28

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 29: Laporan Kasus Obgyn

1. Supaya terapi diet dan edukasi gizi terus diberikan kepada setiap

pasien untuk memberikan motivasi serta pengetahuan mengenai

masalah gizi pada pasien dan keluarganya.

2. Pemeriksaan antropometri, fisik-klinis dan laboratorium harus tetap

dimonitor supaya dapat mengidentifikasi masalah gizi yang ada

sedini mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. Penuntun Diit Edisi Baru. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama; 2004.

Fujin c, dkk, Oknologi Klinis, Penerbit FKUI, Jakarta : 2008.

A.Price, Sylvia, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-

proses Penyakit. Jakarta: EGC, 2005.

Andry Hartono.Terapi Gizi dan Diet Rumah sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta 2006.

Fauzie Sahil, Penatalaksanaan Kanker Ovarium Pada Wanita Usia Muda Dengan Mempertahankan Fungsi Reproduksi. Disampaikan Pada Pidato Pengukuhan Guru Besar USU : 2007.

Hartono A, Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 2006.

Hasyam A, Anemia Gizi dan Tenaga Kerja, Media Kesehatan

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 29

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252

Page 30: Laporan Kasus Obgyn

Masyarakat Indonesia Unhas. Makassar, 2006

Rezkini, Putri. Hubungan antara usia pasien dan derajat keganasan tumor ovarium primer tipe sel benih di Jakarta selama 10 tahun (1997-2006). Jakarta: Universitas Indonesia; 2009.

Wikujosastro, Hanifa. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan bina pustaka sarwina prawirohardjo; 2007.

Yustini, DCN, M.Kes. Translate International Dietetic&Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual. Makassar: Instalasi Gizi RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo; 2009.

Laporan Magang Dietetika RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar – 2011 30

BAGIAN OBGYN Fera Saldi – K21108252