LAPORAN KASUS dr irsam.docx
Transcript of LAPORAN KASUS dr irsam.docx
LAPORAN KASUS
“INDUKSI TAK RESPON”
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepanitraan Klinik
Stase Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Tugurejo Semarang
Pembimbing
dr. M. Irsyam, Sp OG
Disusun oleh :
Lina Fathonah
H2A009029
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Persalinan merupakan sebuah proses fisiologis yang akan dialami pada
kebanyakan wanita hamil. Di dalam persalinan terdapat proses pengeluaran bayi,
plasenta, cairan ketuban dan selaputnya. Proses persalinan dapat berlangsung
secaran normal maupun resiko atau terjadi gangguan proses persalinan
(dystocia). Gangguan persalinan ini erat kaitanya dengan factor-faktor yang
mempengaruhi proses persalinan yang dikenal dengan 5P yaitu: power,
passenger, passageway, posisi, psycologis. Salah satu mengatasi gangguan
persalinan khususnya terkait dengan power dan passageway adalah dengan cara
induksi persalinan.
Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat
waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy,
postdate/ pos datisme atau pascamaturitas, adalah: kehamilan yang berlangsung
42 minggu (294 hari) atau terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid
rata-rata 28 hari.
Kehamilan postterm terutama berpengaruh terhadap janin sampai kematian
janin. Ada janin yang dalam masa kehamilan 42 minggu atau lebih berat
badannya meningkat terus, ada yang tidak bertambah, ada yang lahir dengan
berat badan kurang dari semestinya, atau meninggal dalam kandungan karena
kekurangan zat makanan dan oksigen. Kehamilan postterm mempunyai
hubungan erat dengan mortalitas, morbiditas perinatal, ataupun makrosomia.
Sementara itu, risiko bagi ibu dengan kehamilan postterm dapat berupa
perdarahan pascapersalinan ataupun tindakan obstetri yang meningkat.
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Septika Tia R.
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jl. Karangingas RT III RW XVI, Pedurungan,
Semarang.
Tanggal masuk : Selasa, 19 Agustus 2014
No. CM : 44.90.96
Biaya pengobatan : Umum
Nama Suami : Tn. Guntur P.
Umur : 36 th
Alamat : Jl. Karangingas RT III RW XVI, Pedurungan,
Semarang.
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan Terakhir : SMA
II. ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada hari Selasa, tanggal
19 Agustus 2014.
Keluhan utama :
Sudah lewat bulan belum kenceng-kenceng.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang karena lewat bulan, kenceng-kenceng (+) jarang,
keluar lendir darah dari jalan lahir (-), keluar air ketuban dari jalan
lahir (-), gerakan janin (+) masih dirasakan.
Riwayat Haid :
Menarche : 12 tahun
Haid : Teratur
Siklus : 28 hari
Lama Haid : ± 5 hari
Banyaknya Haid : 3 x sehari ganti softex
Nyeri Haid : (-) setiap kali hari pertama haid dan
tidak menggangu aktifitas .
Hari Pertama Haid Terakhir : 2-11-2013
Taksiran Partus : 7-8-2014
Riwayat Nikah : 1x selang pernikahan yang sudah berjalan 5 tahun.
Riwayat obstetri : G2P1A0
1. Keguguran tahun 2013, usia kehamilan 16 minggu
2. Hamil ini
Riwayat KB : Belum pernah KB
Riwayat ANC : Bidan > 4x, TT: 2x
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat DM : Disangkal
- Riwayat HT : Disangkal
- Riwayat penyakit jantung : Disangkal
- Riwayat alergi obat/makanan : Disangkal
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat Kista : Disangkal
- Riwayat Tumor : Disangkal
- Riwayat ISK : Disangkal
- Riwayat IMS : Disangkal
- Riwayat TORCH : Disangkal
- Riwayat penyakit selama kehamilan : Disangkal
- Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu :Disangkal
hanya konsumsi vitamin dari dokter atau bidan.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat penyakit jantung : Disangkal
- Riwayat DM : Disangkal
- Riwayat HT : Disangkal
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat Alergi : Disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang ibu rumah tangga, dan suami bekerja sebagai
karyawan swasta. Pasien tinggal bersama suami, dan orang tua. Biaya
pengobatan menggunakan biaya sendiri.
Kesan : cukup
Riwayat Pribadi
- Merokok (-)
- Alkohol (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Vital sign :
- TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 84 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
- RR : 20 x/ menit
- Suhu : 37, 0 0C
- BB : 60 kg
- TB : 156 cm
- BMI : 24,65 kg/m2
- Kesan : status gizi baik
Status internus :
- Kepala : Bentuk mesocephal
- Mata : Konjunctiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), reflex cahaya (+/+), pupil bulat isokor (3 mm / 3 mm).
- Telinga : Normotia, discharge (-/-), massa (-/-)
- Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-),
darah (-/-), septum di tengah, concha hiperemis (-/-).
- Mulut : Sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies
gigi (-), faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1).
- Leher : Pembesaran kelenjar thyroid (-), kelenjar getah
bening membesar (-)
- Thoraks :
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea
midclavicularis sinistra
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan
Pulmo :
Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan
-/-
- Abdomen : sesuai status obstetrikus
- Ekstremitas
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Refleks fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks patologis -/- -/-
Status obstetrikus :
- Pemeriksaan luar :
Inspeksi :
Perut membuncit, membujur dan striae gravidarum (+)
Genitalia Eksterna : air ketuban (-), Lendir darah (-)
Palpasi :
Pemeriksaan leopold
I. Teraba bulat, besar, ballotement (-). Kesan bokong.
TFU 33 cm TBJ : 3410 gram.
II. Teraba tahanan besar memanjang sebelah kanan (kesan
punggung), teraba tahanan kecil-kecil sebelah kiri (kesan
ekstremitas).
DJJ 13-13-13
III. Teraba bagian janin bulat, keras, tidak bisa digoyang
(kesan kepala).
IV. Kesan divergen, bagian bawah sudah masuk pintu atas
panggul.
His (+) jarang 1x10’ 20”
Auskultasi :
Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kanan
bawah umbilikus dengan frekuensi 13-13-13.
- Pemeriksaan Dalam
Vulva vagina tidak ada kelainan, portio postero posterior,
pembukaan 0 cm, ketuban (-), lendir darah (-) presentasi kepala.
Teraba promontorium, pemeriksaan osborn test (+)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Hematologi
Darah Rutin (WB EDTA)
Nilai Nilai normal
Hb 11.90 g/dL 11.7-15.5g/dL
Ht 30.90 % 80-100 %
Leukosit 22,20 x 103/uL 3.6-11 x 103/uL
Trombosit 266 x 103/uL 150-440 x 103/uL
Eritrosit 3,63 x 106/uL 3.8-5.2 x 106/uL
V. DIAGNOSIS
G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40 minggu
Janin I hidup intra uteri
Pres.kep U puka
Belum inpartu
Riwayat obstetri kurang baik
VI. Penatalaksanaan Awal
- Rencana partus pervaginam
- Informed Concent kepada pasien dan keluarga tentang keadaan ibu
serta janin dan rencana tindakan
- Kelola sesuai Partograf WHO
- Infus RL 20 tpm
- Priming dengan mesoprostol
- Tunggu dan evaluasi 4 jam
VII. LAPORAN PERSALINAN
Tgl Vital sign His DJJ Keterangan
Selasa
19/08/14
(13.00)
T : 110/80
mmHg
P : 84 x/menit
R : 20 x/ menit
S : 37o C
(-) 12-12-
11
TFU : 33 cm, TBJ : 3720 gram
L I-IV : janin1 intrauterine
Pres kep. U puka
VT : Vulva vagina tidak ada
kelainan, portio postero
posterior, pembukaan 0 cm,
ketuban (-), lendir darah (-)
presentasi kepala. Teraba
promontorium, pemeriksaan
osborn test (+)
Diagnosis:
G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40
minggu
Janin I hidup intra uteri
Pres.kep U puka
Belum inpartu
Riwayat reproduksi kurang
baik
sikap :
Infus RL 20 tpm
Preming ke-I mesoprostol 1/8
tablet (25 mcg) sublingual
pertama
Tunggu dan evaluasi 6 jam.
Pengawasan 10
19.30 T : 110/80
mmHg
(-) 12-12-
13
Keluhan : -
VT : Vulva vagina tidak ada
P : 80 x/menit
R : 20 x/ menit
S : 37o C
kelainan, portio postero
posterior, pembukaan 0 cm,
ketuban (-), lendir darah (-)
presentasi kepala.
Diagnosis:
G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40
minggu
Janin I hidup intra uteri
Pres.kep U puka
Belum inpartu
Riwayat reproduksi kurang
baik
Sikap :
Preming dg ke-II mesoprostol
1/4 tablet (25 mcg) pertama
Tunggu dan evaluasi 6 jam.
Pengawasan 10
Rabu
20/08/14
01.30
T : 120/80
mmHg
P : 80 x/menit
R : 20 x/ menit
S : 37o C
(+)
jarang
10`
(10”-
15”)
12-12-
13
Keluhan : -
VT : Vulva vagina tidak ada
kelainan, portio postero
posterior, pembukaan 0 cm,
ketuban (-), lendir darah (-)
presentasi kepala.
Diagnosis:
G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40
minggu
Janin I hidup intra uteri
Pres.kep U puka
Belum inpartu
Riwayat reproduksi kurang
baik
Sikap :
preming ke-III dg mesoprostol
1/8 tablet (25 mcg)
Tunggu dan evaluasi 6 jam.
Pengawasan 10
07.30 T : 110/70
mmHg
P : 80 x/menit
R : 20 x/ menit
S : 37o C
(+)
jarang
10`
(10”-
15”)
12-12-
12
Keluhan : -
VT : Vulva vagina tidak ada
kelainan, portio postero
posterior, pembukaan 0 cm,
ketuban (-), lendir darah (-)
presentasi kepala.
Diagnosis:
G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40
minggu
Janin I hidup intra uteri
Pres.kep U puka
Belum inpartu
Riwayat reproduksi kurang
baik
Sikap :
Induksi oksitosin 5 IU drip
dalam infus RL 500 cc, 8 tpm.
Evaluasi 30 menit.
Tidak ada reaksi , tetesan
dinaikkan mjd 12 tpm 16
tpm20 tpm.
Tunggu dan evaluasi 6 jam.
Pengawasan 10
13.30 T : 110/70
mmHg
P : 80 x/menit
(+)
jarang
5`
12-12-
12
Keluhan : -
VT : Ø 1 jari longgar, KK (+),
eff 10 %, kepala turun di H I
R : 20 x/ menit
S : 37o C
(10”-
15”)
Portio medial, lunak
Diagnosis:
G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40
minggu
Janin I hidup intra uteri
Pres.kep U puka
Belum inpartu
Riwayat reproduksi kurang
baik
Sikap :
Induksi oksitosin 5 IU drip
dalam infus RL 500 cc, 20 tpm
botol ke-II
Tunggu dan evaluasi 6 jam.
Pengawasan 10
19.30 T : 110/70
mmHg
P : 80 x/menit
R : 20 x/ menit
S : 37o C
(+)
jarang
5`
(15”-
20”)
12-12-
12
Keluhan : -
VT : Ø 1 jari longgar, KK (+),
eff 10 %, kepala turun di H I
Portio medial, lunak
Diagnosis:
G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40
minggu
Janin I hidup intra uteri
Pres.kep U puka
Belum inpartu
Riwayat reproduksi kurang
baik
Sikap :
Induksi oksitosin 5 IU drip
dalam infus RL 500 cc, 20 tpm
botol ke-II
Tunggu dan evaluasi 6 jam.
Pengawasan 10
Kamis
21/8/14
08.00
T : 100/70
mmHg
P : 86 x/menit
R : 20 x/ menit
S : 37o C
(+)
jarang
5`
(10”-
15”)
12-12-
12
Keluhan : -
VT : Ø 1 jari longgar, KK (+),
eff 10 %, kepala turun di H I
Portio medial, lunak
Diagnosis:
G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40
minggu
Janin I hidup intra uteri
Pres.kep U puka
Belum inpartu
Riwayat reproduksi kurang
baik
Sikap :
Induksi oksitosin 5 IU drip
dalam infus RL 500 cc, 20 tpm
botol ke-II
Tunggu dan evaluasi 6 jam.
Pengawasan 10
16.00 T : 110/70
mmHg
P : 84 x/menit
R : 20 x/ menit
S : 37o C
(+)
jarang
5`
(10”-
15”)
12-12-
12
Keluhan : keluar cairan dari
jalan lahir(mrembes)
VT : Ø 1 jari longgar, KK (+),
eff 10 %, kepala turun di H I
Portio medial, lunak
Diagnosis:
G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40
minggu
Janin I hidup intra uteri
Pres.kep U puka
Belum inpartu
Riwayat reproduksi kurang
baik
Sikap :
Inj. Cefotaxim 1gr Iv
Tunggu dan evaluasi 6 jam.
Pengawasan 10
Jum’at
22/8/14
06.00
T : 110/70
mmHg
P : 84 x/menit
R : 20 x/ menit
S : 37o C
(+)
jarang
5`
(10”-
15”)
12-11-
12
Keluhan : keluar cairan dari
jalan lahir(mrembes)
VT : Ø 1 jari longgar, KK (+),
eff 10 %, kepala turun di H I
Portio medial, lunak
Diagnosis:
G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40
minggu
Janin I hidup intra uteri
Pres.kep U puka
Belum inpartu
Riwayat reproduksi kurang
baik
Sikap
Akhiri persalinan dengan
tindakan Sectio Caesar CITO
a.i KPD + induksi tak respon
Ijin tindakan
Konsul anestesi
Konsul perinatologi
13.00 T : 120/70
mmHg
P : 84 x/menit
R : 20 x/ menit
S : 37o C
Dilakukan tindakan SCTP
Lahir bayi perempuan, berat
janin 3.500 gram, panjang
badan 49 cm, AS 9-10-10.
Injeksi Oksitosin 10 IU
Plasenta lahir 5 menit setelah
bayi lahir, kotiledon lengkap,
infark (-), hematom (-)
Eksplorasi :
kontraksi uterus kuat
kedua adnexa dbn
ku ibu : baik, composmentis
TV :
T : 120/70 mmHg
P : 88 x / menit
R: 20 x/menit
S : 36,5 0C
Lama operasi : ± 60 menit
Perdarahan : ± 500 cc
Diuresis : ± 500 cc
Terapi :
infus RL/D5/RL/D5/NaCL
0,9% 20 tpm.
Injeksi cefotaxime 2x1 gr IV
Injeksi ketorolac 3x30 mg
Injeksi kalnex 3x500 mg
Vitamin C 200 mg
Mobilitas bertahap
DC dan balance cairan
Diet lunak
ASI eksklusif
Tidur bantal tinggi 24 jam
Pengawasan KU, TV, PPV,
ASI, BAK, BAB
VIII. LAPORAN OPERASI
Diagnosis Pre operatif : G2P0A1, 21 tahun, Hamil 41 minggu
Janin I hidup intra uteri
Pres.kep U puka
Induksi tak respon
KPD
Riwayat reproduksi kurang baik
Diagnosis Post operatif : P1A1, 26 tahun
Post SCTP a.i induksi tak respon
Nama/Macam operasi : Sectio Caesarea Transperitoneal Profunda
Tanggal Operasi : Jum’at, 22 Agustus 2014
Lama Operasi : ± 60 menit
Langkah-langkah operasi :
- Penderita tidur terlentang di meja operasi dalam pengaruh spinal
anestesi
- Asepsis dan antisepsis daerah tindakan
- Tutup dengan duk steril kecuali pada daerah tindakan
- Insisi dinding abdomen dengan teknik pfanenstil
- Insisi diperdalam sampai cavum abdomen terbuka,
- Tampak uterus hamil aterm
- Insisi segmen bawah rahim secara sistematis diperluas kekanan dan ke
kiri secara tumpul, dengan meluksir kepala, lahir bayi perempuan, berat
badan lahir 3.500 gram, AS 9-10-10
- Injeksi oksitosin 10 IU
- Plasenta dilahirkan, kotiledon lengkap, infark (-), hematom (-)
- Bersihkan cavum uteri dari jendolan darah dan sisa kulit ketuban
- Jahit uterus dengan benang PGA no. 1
- Eksplorasi : - kontraksi uterus kuat,
- kedua adnexa dalam batas normal
- perdarahan (-)
- Tutup dinding abdomen, jahit lapis demi lapis
- Tutup luka dengan kasa steril
- Operasi selesai
IX. Follow Up
Sabtu (23 Agustus 2014 pukul 05.00) :
Keluhan utama : nyeri pada luka jahitan bekas operasi
Keadaan umum : Baik, composmentis
Tanda Vital:
TD : 120/80 mmH RR : 20 x / menit
N : 84 x / menit T : 36,5 oC
Mata : Conjungtiva palpebra anemis -/-
Thorax : Cor / pulmo tidak ditemukan kelainan
Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi kuat.
Ekstremitas : Edema -/-
PPV : (+) lokhea BAB : (-)
ASI : (-) BAK : (+) terpasang DC
Diagnosis :
P1A1, 21 Tahun
Post SCTP a.i induksi tak respon
Hari ke 2
Terapi :
- infus RL/D5/RL/D5/NaCL 0,9% 20 tpm.
- Injeksi cefotaxime 2x1 gr IV
- Injeksi ketorolac 3x30 mg
- Injeksi kalnex 3x500 mg
- Vitamin C 200 mg
- Mobilitas bertahap
- DC dan balance cairan
- Diet lunak
- ASI eksklusif
- Tidur bantal tinggi 24 jam
- Pengawasan KU, TV, PPV, ASI, BAK, BAB
Minggu (24 Agustus pukul 05.00) :
Keluhan utama : -
Keadaan umum : Baik, composmentis
Tanda Vital :
TD : 120/80 mmH RR : 20 x / menit
N : 84 x / menit T : 36,5 oC
Mata : Conjungtiva palpebra anemis -/-
Thorax : Cor / pulmo tidak ditemukan kelainan
Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi kuat.
Ekstremitas : Edema -/-
PPV : (+) lokhea BAB : (-)
ASI : (-) BAK : (+) terpasang DC
Diagnosis :
P1A1, 21 Tahun
Post SCTP a.i induksi tak respon
Hari ke 3
Terapi :
- infus RL/D5/RL/D5/NaCL 0,9% 20 tpm.
- Injeksi cefotaxime 2x1 gr IV
- Injeksi ketorolac 3x30 mg
- Injeksi kalnex 3x500 mg
- Vitamin C 200 mg
- Mobilitas bertahap
- Aff DC
- Diet lunak
- ASI eksklusif
- Tidur bantal tinggi 24 jam
- Pengawasan KU, TV, PPV, ASI, BAK, BAB
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Induksi persalinan adalah salah satu upaya stimulasi mulainya proses
kelahiran (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi
menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah
keluarnya bayi dari rahim secara normal.
Induksi persalinan adalah tindakan terhadap ibu hamil untuk
merangsang timbulnya kontraksi rahim agar terjadi persalinan.
Induksi persalinan adalah usaha agar persalinan mulai berlangsung
sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang
timbulnya his.
B. ETIOLOGi
Induksi persalinan dilakukan karena:
1. Kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih
dari sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan
yang melebihi waktu 42 minggu, belum juga terjadi persalinan.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin
mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin
menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan :
a. Pertumbuhan janin makin melambat.
b. Terjadi perubahan metabolisme janin.
c. Air ketuban berkurang dan makin kental.
d. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
2. Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga
kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang
lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput
posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum. Pada kehamilan
lewat waktu perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan sehingga
hasil akhir menuju well born baby dan well health mother dapat
tercapai.
3. Induksi juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu
terkena infeksi serius, atau menderita diabetes.
4. Wanita diabetik yang hamil memiliki resiko mengalami komplikasi.
Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol
glukosa wanita sebelum dan selama masa kehamilan dan dipengaruhi
oleh komplikasi diabetik sebelumnya. Meliputi:
a. Aborsi spontan(berhubungan dengan kontrol glikemia yang buruk
pada saat konsepsi dan pada minggu-minggu awal kehamilan).
b. Hipertensi akibat kehamilan, mengkibatkan terjadinya preeklamsi
dan eklamsi. Hidramnion.
c. Infeksi, terutama infeksi vagina, infeksi traktus urinarius; infeksi
ini bersifat serius karena dapat menyebabkan peningkatan
resistensi insulin dan ketoasidosis.
d. Ketoasidosis, sering pada trimester dua dan tiga, yakni saat efek
diabetogenik pada kehamilan yang paling besar karena resistansi
insulin meningkat.
e. Dapat mengancam kehidupan dan mengakibatkan kematian bayi,
mengakibatkan cacat bawaan.
5. Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam
kandungan diduga akan beresiko/membahayakan hidup
janin/kematian janin.
6. Membran ketuban pecah sebelum adanya tanda-tanda awal persalinan
(ketuban pecah dini). Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme
dari vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion. Temperatur ibu
dan lendir vagina sering diperiksa (setiap satu sampai dua jam) untuk
penemuan dini infeksi setelah ketuban ruptur. Mempunyai riwayat
hipertensi.
7. Gangguan hipertensi pada awal kehamilan mengacu berbagai keadaan,
dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai resiko
yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi,
eklamsia, dan hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi
dalam kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-induced
hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang
sudah ada sebelum hamil.
a. Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan
dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita
yang memiliki tekanan darah normal. Preeklamsia merupakan
suatu penyakit vasospastik, yang ditandai dengan
hemokosentrasi, hipertensi, dan proteinuria. Tanda dan gejala
dari preeklamsi ini timbul saat masa kehamilan dan hilang
dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Kira-kira 85%
preeklamsia ini terjadi pada kehamilan yang pertama.
Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, gangguan pembuluh
darah otak, gangguan penglihatan (skotoma), perubahan
kesadaran mental dan tingkat kesadaran.
b. Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien
disertai tanda dan gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat
terjadi tanpa didahului ganguan neurologis.
c. Hipertensi sementara adalah perkembangan hipertensi selama
masa hamil atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklamsia
atau hipertensi kronis lainnya.
d. Hipertensi kronis didefenisikan sebagai hipertensi yang sudah
ada sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum kehamilan
mencapai 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari enam
minggu pascapartum juga diklasifikasikan sebagai hipertensi
kronis.
C. PATOFISIOLOGI
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu,
adanya penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan
diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat
penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap
oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada
kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap
rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim.
Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu adalah
meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi plasenta
mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai
menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan
kadar estriol dan plasental laktogen.
D. INDIKASI
1. Indikasi Janin
a. Kehamilan lewat waktu
b. Ketuban pecah dini
c. Janin mati
2. Indikasi ibu
a. Kehamilan lewat waktu
b. Kehamilan dengan hipertensi
3. Indikasi kontra drip induksi
a. Disproporsi sefalopelvik
b. Insufisiensi plasenta
c. Malposisi dan malpresentasi
d. Plasenta previa
e. Gemelli
f. Distensi rahim yang berlebihan
g. Grande multipara
h. Cacat rahim
Untuk janin yang masih dalam kandungan, pertimbangannya adalah
kondisi ekstrauterin akan lebih baik daripada intrauterin, atau kondisi
intrauterin tidak lebih baik atau mungkin membahayakan.
Untuk ibu, pertimbangannya adalah menghindari/mencegah/mengatasi
rasa sakit atau masalah-masalah lain yang membahayakan nyawa
ibu.Indikasi janin, misalnya: kehamilan lewat waktu (postmaturitas),
inkompatibilitas Rh. Pada saat usia kehamilan postmatur, diatas 10 hari
lebih dari saat perkiraan partus, terjadi penurunan fungsi plasenta yang
bermakna, yang dapat membahayakan kehidupan janin (gangguan sirkulasi
uteroplasenta, gangguan oksigenasi janin). Indikasi ibu, misalnya: kematian
janin intrauterin. Indikasi ibu dan janin, misalnya, preeklamsia berat.
E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi
akibat induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak
sehingga mengakibatkan nyeri. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan, itu
sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan ketat dari dokter yang
menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan,
biasanya dokter akan menghentikan proses induksi kemudian dilakukan
operasi caesar.
F. KOMPLIKASI
Induksi persalinan dengan pemberian oksitosin dalam infuse intravena
jika perlu memecahkan ketuban, cukup aman bagi ibu apabila syarat –
syarat di penuhi. Kematian perinatal agak lebih tinggi daripada persalinan
spontan, akan tetapi hal ini mungkin dipengaruhi pula oleh keadaan yang
menjadi indikasi untuk melakukan induksi persalinan. Kemungkinan bahwa
induksi persalinan gagal dan perlu dilakukan seksio sesarea, harus selalu
diperhitungkan.
G. PENATALAKSANAAN INDUKSI PERSALINAN
Induksi persalinan terbagi atas:
1. Secara Medis
a. Infus oksitosin
Syarat – syarat pemberian infuse oksitosin :
Agar infuse oksitosin berhasil dalm menginduksi persalinan dan tidak
memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin, maka diperlukan
syarat – syarat sebagai berikut :
1) Kehamilan aterm
2) Ukuran panggul normal
3) Tidak ada CPD
4) Janin dalam presentasi kepala
5) Servik telah matang (portio lunak, mulai mendatar dan sudah mulai
membuka)
Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai score Bishop, yaitu bila
nilai Bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan
berhasil.
SKOR PELVIK MENURUT BISHOP
SKOR 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6
Pendataran serviks 0-30 % 40-50 % 60-70 % 80 %
Penurunan kepala
diukur dari Hodge
III (cm)
-3 -2 -1,0 +1, +2
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks Ke belakang Searah sumbu
jalan lahir
Ke arah depan
Teknik teknik infus oksitosin berencana:
1) Semalam sebelum drip oksitosin, hendaknya penderita sudah
tidur pulas .
2) Pagi harinya penderita diberi pencahar.
3) Infus oksitosin hendaknya dilakukan pagi hari dengan observasi
yang baik.
4) Disiapkan cairan RL 500 cc yang diisi dengan sintosinon 5 IU .
5) Cairan yang sudah mengandung 5 IU sintosinon dialirkan secara
intravena melalui aliran infuse.
6) Jarum abocath dipasang pada vena dibagian volar bawah.
7) Tetesan dimulai dengan 8 mU permenit dinaikan 4 mU setiap 30
menit. Tetesan maksimal diperbolehkan sampai kadar oksitosin
30-40 mU. Bila sudah mencapai kadar ini kontraksi rahim tidak
muncul juga, maka berapapun kadar oksitosin yang diberikan
tidak akan menimbulkan kekuatan kontraksi. Sebaiknya infus
oksitosin dihentikan.
8) Pederita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat
untuk kemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda – tanda ruptur
uteri membakat, maupun tanda – tanda gawat janin.
9) Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat maka
kadar tetesan oksitosin dipertahankan. Sebaiknya bila terjadi
kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetesan dapat
dikurangi atau sementara dihentikan.
10) Infus oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai
persalinan selesai yaitu sampai 1 jam sesudah lahirnya plasenta.
11) Evaluasi kemajuan pembukaan serviks dapat dilakukan dengan
periksa dalam bila his telah kuat dan adekuat.
b. Prostaglandin
Pemberian Prostaladin
Prostagladin dapat merangsang otok – otot polos termsuk juga
otot-otot rahim. Prostagladin yang spesifik untuk merangsang otot
rahim ialah PGE2 dan PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan dapat
diberikan secara intravena, oral. Pada kehamilan aterm, induksi
persalinan dengan prostagladin cukup efektif.
c. Cairan hipertonik intra uteri
Pemberian cairan hipertonik intrauterine
Pemberian cairan hipertonik intramnnion dipakai untuk
merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati. Cairan
hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20, urea
dan lain-lain. Kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan
prostagladin untuk memperkuat rangsangan pada otot-otot rahim.
Cara ini dapat menimbulkan penyakit yang cukup berbahaya, misalnya
hipernatremia, infeksi dan gangguan pembekuan darah.
2. Secara manipulative
a. Amniotomi
Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan
ketuban baik di bagian bawah depan ( fore water ) maupun
dibagian belakang ( hind water ) dengan suatu alat khusus
( drewsmith catheter ). Sampai sekarang belum diketahui dengan
pasti bagaimana pengaruh amniotomi dalam merangsang
timbulnya kontraksi rahim.
Beberapa teori mengemukakan bahwa :
1) Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40%
sehingga tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk
membuka serviks.
2) Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah
didalam rahim kira – kira 40 menit setelah amniotomi
dikerjakan, sehingga berkurangnnya oksigenesi otot – otot
rahim dan keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim.
3) Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan
dinding serviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf
– syaraf yang merangsang kontraksi rahim
Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum
ada tanda – tanda permulaan persalinan, maka harus diikuti
dengan cara – cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya
dengan inpus oksitosin.
b. Rangsangan pada puting susu.
c. Pemaikaian rangsangan listrik.
d. Melepaskan selaput ketuban dari bawah rahim (Stripping of the
membrane)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan:
1. X-ray pada dada dan organ lain untuk menentukan adanya
abnormalitas.
2. Ultrasonografi untuk mendeteksi kelainan organ.
3. Stick glukosa untuk menentukan penurunan kadar glukosa.
4. Kadar kalsium serum, penurunan kadar berarti terjadi hipokalsemia.
5. Kadar bilirubin untuk mengidentifikasi peningkatan (karena pada
prematur lebih peka terhadap hiperbilirubinemia).
6. Kadar elektrolit, analisa gas darah, golongan darah, kultur darah,
urinalisis, analisis feses dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba, Ida B.G, et all. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
2. Manuaba, Ida B.G. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Gynekologi. Jakarta : EGC
3. Supriyadi, Teddy. 1994. Kedaruratan Obstetri dan Gynekology. Jakarta :
EGC
4. Morgan, Geri. 2009. Obstetri dan Gynekologi Panduan Praktis. Jakarta : EGC
5. Prawirohardjo. S. 2009. Ilmu Kebidanan. Ed. III, Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo