LAPORAN KASUS dr irsam.docx

42
LAPORAN KASUS “INDUKSI TAK RESPON” Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepanitraan Klinik Stase Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Tugurejo Semarang Pembimbing dr. M. Irsyam, Sp OG Disusun oleh : Lina Fathonah H2A009029

Transcript of LAPORAN KASUS dr irsam.docx

Page 1: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

LAPORAN KASUS

“INDUKSI TAK RESPON”

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepanitraan Klinik

Stase Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Tugurejo Semarang

Pembimbing

dr. M. Irsyam, Sp OG

Disusun oleh :

Lina Fathonah

H2A009029

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2014

Page 2: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Persalinan merupakan sebuah proses fisiologis yang akan dialami pada

kebanyakan wanita hamil. Di dalam persalinan terdapat proses pengeluaran bayi,

plasenta, cairan ketuban dan selaputnya. Proses persalinan dapat berlangsung

secaran normal maupun resiko atau terjadi gangguan proses persalinan

(dystocia). Gangguan persalinan ini erat kaitanya dengan factor-faktor yang

mempengaruhi proses persalinan yang dikenal dengan 5P yaitu: power,

passenger, passageway, posisi, psycologis. Salah satu mengatasi gangguan

persalinan khususnya terkait dengan power dan passageway adalah dengan cara

induksi persalinan.

Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat

waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy,

postdate/ pos datisme atau pascamaturitas, adalah: kehamilan yang berlangsung

42 minggu (294 hari) atau terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid

rata-rata 28 hari.

Kehamilan postterm terutama berpengaruh terhadap janin sampai kematian

janin. Ada janin yang dalam masa kehamilan 42 minggu atau lebih berat

badannya meningkat terus, ada yang tidak bertambah, ada yang lahir dengan

berat badan kurang dari semestinya, atau meninggal dalam kandungan karena

kekurangan zat makanan dan oksigen. Kehamilan postterm mempunyai

hubungan erat dengan mortalitas, morbiditas perinatal, ataupun makrosomia.

Sementara itu, risiko bagi ibu dengan kehamilan postterm dapat berupa

perdarahan pascapersalinan ataupun tindakan obstetri yang meningkat.

Page 3: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

BAB II

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Septika Tia R.

Umur : 21 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan Terakhir : SMA

Alamat : Jl. Karangingas RT III RW XVI, Pedurungan,

Semarang.

Tanggal masuk : Selasa, 19 Agustus 2014

No. CM : 44.90.96

Biaya pengobatan : Umum

Nama Suami : Tn. Guntur P.

Umur : 36 th

Alamat : Jl. Karangingas RT III RW XVI, Pedurungan,

Semarang.

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Pendidikan Terakhir : SMA

II. ANAMNESIS

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada hari Selasa, tanggal

19 Agustus 2014.

Keluhan utama :

Sudah lewat bulan belum kenceng-kenceng.

Page 4: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang karena lewat bulan, kenceng-kenceng (+) jarang,

keluar lendir darah dari jalan lahir (-), keluar air ketuban dari jalan

lahir (-), gerakan janin (+) masih dirasakan.

Riwayat Haid :

Menarche : 12 tahun

Haid : Teratur

Siklus : 28 hari

Lama Haid : ± 5 hari

Banyaknya Haid : 3 x sehari ganti softex

Nyeri Haid : (-) setiap kali hari pertama haid dan

tidak menggangu aktifitas .

Hari Pertama Haid Terakhir : 2-11-2013

Taksiran Partus : 7-8-2014

Riwayat Nikah : 1x selang pernikahan yang sudah berjalan 5 tahun.

Riwayat obstetri : G2P1A0

1. Keguguran tahun 2013, usia kehamilan 16 minggu

2. Hamil ini

Riwayat KB : Belum pernah KB

Riwayat ANC : Bidan > 4x, TT: 2x

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat DM : Disangkal

- Riwayat HT : Disangkal

- Riwayat penyakit jantung : Disangkal

- Riwayat alergi obat/makanan : Disangkal

- Riwayat Asma : Disangkal

- Riwayat Kista : Disangkal

- Riwayat Tumor : Disangkal

- Riwayat ISK : Disangkal

- Riwayat IMS : Disangkal

- Riwayat TORCH : Disangkal

Page 5: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

- Riwayat penyakit selama kehamilan : Disangkal

- Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu :Disangkal

hanya konsumsi vitamin dari dokter atau bidan.

Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat penyakit jantung : Disangkal

- Riwayat DM : Disangkal

- Riwayat HT : Disangkal

- Riwayat Asma : Disangkal

- Riwayat Alergi : Disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien seorang ibu rumah tangga, dan suami bekerja sebagai

karyawan swasta. Pasien tinggal bersama suami, dan orang tua. Biaya

pengobatan menggunakan biaya sendiri.

Kesan : cukup

Riwayat Pribadi

- Merokok (-)

- Alkohol (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : composmentis

Vital sign :

- TD : 110/80 mmHg

- Nadi : 84 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

- RR : 20 x/ menit

- Suhu : 37, 0 0C

- BB : 60 kg

- TB : 156 cm

- BMI : 24,65 kg/m2

- Kesan : status gizi baik

Page 6: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

Status internus :

- Kepala : Bentuk mesocephal

- Mata : Konjunctiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik

(-/-), reflex cahaya (+/+), pupil bulat isokor (3 mm / 3 mm).

- Telinga : Normotia, discharge (-/-), massa (-/-)

- Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-),

darah (-/-), septum di tengah, concha hiperemis (-/-).

- Mulut : Sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies

gigi (-), faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1).

- Leher : Pembesaran kelenjar thyroid (-), kelenjar getah

bening membesar (-)

- Thoraks :

Cor :

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea

midclavicularis sinistra

Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan

Pulmo :

Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-)

Palpasi : stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan

-/-

- Abdomen : sesuai status obstetrikus

- Ekstremitas

Superior Inferior

Edema -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Refleks fisiologis +N/+N +N/+N

Refleks patologis -/- -/-

Page 7: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

Status obstetrikus :

- Pemeriksaan luar :

Inspeksi :

Perut membuncit, membujur dan striae gravidarum (+)

Genitalia Eksterna : air ketuban (-), Lendir darah (-)

Palpasi :

Pemeriksaan leopold

I. Teraba bulat, besar, ballotement (-). Kesan bokong.

TFU 33 cm TBJ : 3410 gram.

II. Teraba tahanan besar memanjang sebelah kanan (kesan

punggung), teraba tahanan kecil-kecil sebelah kiri (kesan

ekstremitas).

DJJ 13-13-13

III. Teraba bagian janin bulat, keras, tidak bisa digoyang

(kesan kepala).

IV. Kesan divergen, bagian bawah sudah masuk pintu atas

panggul.

His (+) jarang 1x10’ 20”

Auskultasi :

Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kanan

bawah umbilikus dengan frekuensi 13-13-13.

- Pemeriksaan Dalam

Vulva vagina tidak ada kelainan, portio postero posterior,

pembukaan 0 cm, ketuban (-), lendir darah (-) presentasi kepala.

Teraba promontorium, pemeriksaan osborn test (+)

Page 8: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Hematologi

Darah Rutin (WB EDTA)

Nilai Nilai normal

Hb 11.90 g/dL 11.7-15.5g/dL

Ht 30.90 % 80-100 %

Leukosit 22,20 x 103/uL 3.6-11 x 103/uL

Trombosit 266 x 103/uL 150-440 x 103/uL

Eritrosit 3,63 x 106/uL 3.8-5.2 x 106/uL

V. DIAGNOSIS

G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40 minggu

Janin I hidup intra uteri

Pres.kep U puka

Belum inpartu

Riwayat obstetri kurang baik

VI. Penatalaksanaan Awal

- Rencana partus pervaginam

- Informed Concent kepada pasien dan keluarga tentang keadaan ibu

serta janin dan rencana tindakan

- Kelola sesuai Partograf WHO

- Infus RL 20 tpm

- Priming dengan mesoprostol

- Tunggu dan evaluasi 4 jam

Page 9: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

VII. LAPORAN PERSALINAN

Tgl Vital sign His DJJ Keterangan

Selasa

19/08/14

(13.00)

T : 110/80

mmHg

P : 84 x/menit

R : 20 x/ menit

S : 37o C

(-) 12-12-

11

TFU : 33 cm, TBJ : 3720 gram

L I-IV : janin1 intrauterine

Pres kep. U puka

VT : Vulva vagina tidak ada

kelainan, portio postero

posterior, pembukaan 0 cm,

ketuban (-), lendir darah (-)

presentasi kepala. Teraba

promontorium, pemeriksaan

osborn test (+)

Diagnosis:

G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40

minggu

Janin I hidup intra uteri

Pres.kep U puka

Belum inpartu

Riwayat reproduksi kurang

baik

sikap :

Infus RL 20 tpm

Preming ke-I mesoprostol 1/8

tablet (25 mcg) sublingual

pertama

Tunggu dan evaluasi 6 jam.

Pengawasan 10

19.30 T : 110/80

mmHg

(-) 12-12-

13

Keluhan : -

VT : Vulva vagina tidak ada

Page 10: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

P : 80 x/menit

R : 20 x/ menit

S : 37o C

kelainan, portio postero

posterior, pembukaan 0 cm,

ketuban (-), lendir darah (-)

presentasi kepala.

Diagnosis:

G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40

minggu

Janin I hidup intra uteri

Pres.kep U puka

Belum inpartu

Riwayat reproduksi kurang

baik

Sikap :

Preming dg ke-II mesoprostol

1/4 tablet (25 mcg) pertama

Tunggu dan evaluasi 6 jam.

Pengawasan 10

Rabu

20/08/14

01.30

T : 120/80

mmHg

P : 80 x/menit

R : 20 x/ menit

S : 37o C

(+)

jarang

10`

(10”-

15”)

12-12-

13

Keluhan : -

VT : Vulva vagina tidak ada

kelainan, portio postero

posterior, pembukaan 0 cm,

ketuban (-), lendir darah (-)

presentasi kepala.

Diagnosis:

G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40

minggu

Janin I hidup intra uteri

Pres.kep U puka

Belum inpartu

Riwayat reproduksi kurang

baik

Page 11: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

Sikap :

preming ke-III dg mesoprostol

1/8 tablet (25 mcg)

Tunggu dan evaluasi 6 jam.

Pengawasan 10

07.30 T : 110/70

mmHg

P : 80 x/menit

R : 20 x/ menit

S : 37o C

(+)

jarang

10`

(10”-

15”)

12-12-

12

Keluhan : -

VT : Vulva vagina tidak ada

kelainan, portio postero

posterior, pembukaan 0 cm,

ketuban (-), lendir darah (-)

presentasi kepala.

Diagnosis:

G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40

minggu

Janin I hidup intra uteri

Pres.kep U puka

Belum inpartu

Riwayat reproduksi kurang

baik

Sikap :

Induksi oksitosin 5 IU drip

dalam infus RL 500 cc, 8 tpm.

Evaluasi 30 menit.

Tidak ada reaksi , tetesan

dinaikkan mjd 12 tpm 16

tpm20 tpm.

Tunggu dan evaluasi 6 jam.

Pengawasan 10

13.30 T : 110/70

mmHg

P : 80 x/menit

(+)

jarang

5`

12-12-

12

Keluhan : -

VT : Ø 1 jari longgar, KK (+),

eff 10 %, kepala turun di H I

Page 12: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

R : 20 x/ menit

S : 37o C

(10”-

15”)

Portio medial, lunak

Diagnosis:

G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40

minggu

Janin I hidup intra uteri

Pres.kep U puka

Belum inpartu

Riwayat reproduksi kurang

baik

Sikap :

Induksi oksitosin 5 IU drip

dalam infus RL 500 cc, 20 tpm

botol ke-II

Tunggu dan evaluasi 6 jam.

Pengawasan 10

19.30 T : 110/70

mmHg

P : 80 x/menit

R : 20 x/ menit

S : 37o C

(+)

jarang

5`

(15”-

20”)

12-12-

12

Keluhan : -

VT : Ø 1 jari longgar, KK (+),

eff 10 %, kepala turun di H I

Portio medial, lunak

Diagnosis:

G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40

minggu

Janin I hidup intra uteri

Pres.kep U puka

Belum inpartu

Riwayat reproduksi kurang

baik

Sikap :

Induksi oksitosin 5 IU drip

dalam infus RL 500 cc, 20 tpm

botol ke-II

Page 13: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

Tunggu dan evaluasi 6 jam.

Pengawasan 10

Kamis

21/8/14

08.00

T : 100/70

mmHg

P : 86 x/menit

R : 20 x/ menit

S : 37o C

(+)

jarang

5`

(10”-

15”)

12-12-

12

Keluhan : -

VT : Ø 1 jari longgar, KK (+),

eff 10 %, kepala turun di H I

Portio medial, lunak

Diagnosis:

G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40

minggu

Janin I hidup intra uteri

Pres.kep U puka

Belum inpartu

Riwayat reproduksi kurang

baik

Sikap :

Induksi oksitosin 5 IU drip

dalam infus RL 500 cc, 20 tpm

botol ke-II

Tunggu dan evaluasi 6 jam.

Pengawasan 10

16.00 T : 110/70

mmHg

P : 84 x/menit

R : 20 x/ menit

S : 37o C

(+)

jarang

5`

(10”-

15”)

12-12-

12

Keluhan : keluar cairan dari

jalan lahir(mrembes)

VT : Ø 1 jari longgar, KK (+),

eff 10 %, kepala turun di H I

Portio medial, lunak

Diagnosis:

G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40

minggu

Janin I hidup intra uteri

Pres.kep U puka

Belum inpartu

Page 14: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

Riwayat reproduksi kurang

baik

Sikap :

Inj. Cefotaxim 1gr Iv

Tunggu dan evaluasi 6 jam.

Pengawasan 10

Jum’at

22/8/14

06.00

T : 110/70

mmHg

P : 84 x/menit

R : 20 x/ menit

S : 37o C

(+)

jarang

5`

(10”-

15”)

12-11-

12

Keluhan : keluar cairan dari

jalan lahir(mrembes)

VT : Ø 1 jari longgar, KK (+),

eff 10 %, kepala turun di H I

Portio medial, lunak

Diagnosis:

G2P0A1, 21 tahun, Hamil 40

minggu

Janin I hidup intra uteri

Pres.kep U puka

Belum inpartu

Riwayat reproduksi kurang

baik

Sikap

Akhiri persalinan dengan

tindakan Sectio Caesar CITO

a.i KPD + induksi tak respon

Ijin tindakan

Konsul anestesi

Konsul perinatologi

13.00 T : 120/70

mmHg

P : 84 x/menit

R : 20 x/ menit

S : 37o C

Dilakukan tindakan SCTP

Lahir bayi perempuan, berat

janin 3.500 gram, panjang

badan 49 cm, AS 9-10-10.

Injeksi Oksitosin 10 IU

Page 15: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

Plasenta lahir 5 menit setelah

bayi lahir, kotiledon lengkap,

infark (-), hematom (-)

Eksplorasi :

kontraksi uterus kuat

kedua adnexa dbn

ku ibu : baik, composmentis

TV :

T : 120/70 mmHg

P : 88 x / menit

R: 20 x/menit

S : 36,5 0C

Lama operasi : ± 60 menit

Perdarahan : ± 500 cc

Diuresis : ± 500 cc

Terapi :

infus RL/D5/RL/D5/NaCL

0,9% 20 tpm.

Injeksi cefotaxime 2x1 gr IV

Injeksi ketorolac 3x30 mg

Injeksi kalnex 3x500 mg

Vitamin C 200 mg

Mobilitas bertahap

DC dan balance cairan

Diet lunak

ASI eksklusif

Tidur bantal tinggi 24 jam

Pengawasan KU, TV, PPV,

ASI, BAK, BAB

Page 16: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

VIII. LAPORAN OPERASI

Diagnosis Pre operatif : G2P0A1, 21 tahun, Hamil 41 minggu

Janin I hidup intra uteri

Pres.kep U puka

Induksi tak respon

KPD

Riwayat reproduksi kurang baik

Diagnosis Post operatif : P1A1, 26 tahun

Post SCTP a.i induksi tak respon

Nama/Macam operasi : Sectio Caesarea Transperitoneal Profunda

Tanggal Operasi : Jum’at, 22 Agustus 2014

Lama Operasi : ± 60 menit

Langkah-langkah operasi :

- Penderita tidur terlentang di meja operasi dalam pengaruh spinal

anestesi

- Asepsis dan antisepsis daerah tindakan

- Tutup dengan duk steril kecuali pada daerah tindakan

- Insisi dinding abdomen dengan teknik pfanenstil

- Insisi diperdalam sampai cavum abdomen terbuka,

- Tampak uterus hamil aterm

- Insisi segmen bawah rahim secara sistematis diperluas kekanan dan ke

kiri secara tumpul, dengan meluksir kepala, lahir bayi perempuan, berat

badan lahir 3.500 gram, AS 9-10-10

- Injeksi oksitosin 10 IU

- Plasenta dilahirkan, kotiledon lengkap, infark (-), hematom (-)

- Bersihkan cavum uteri dari jendolan darah dan sisa kulit ketuban

- Jahit uterus dengan benang PGA no. 1

- Eksplorasi : - kontraksi uterus kuat,

- kedua adnexa dalam batas normal

- perdarahan (-)

Page 17: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

- Tutup dinding abdomen, jahit lapis demi lapis

- Tutup luka dengan kasa steril

- Operasi selesai

IX. Follow Up

Sabtu (23 Agustus 2014 pukul 05.00) :

Keluhan utama : nyeri pada luka jahitan bekas operasi

Keadaan umum : Baik, composmentis

Tanda Vital:

TD : 120/80 mmH RR : 20 x / menit

N : 84 x / menit T : 36,5 oC

Mata : Conjungtiva palpebra anemis -/-

Thorax : Cor / pulmo tidak ditemukan kelainan

Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi kuat.

Ekstremitas : Edema -/-

PPV : (+) lokhea BAB : (-)

ASI : (-) BAK : (+) terpasang DC

Diagnosis :

P1A1, 21 Tahun

Post SCTP a.i induksi tak respon

Hari ke 2

Terapi :

- infus RL/D5/RL/D5/NaCL 0,9% 20 tpm.

- Injeksi cefotaxime 2x1 gr IV

- Injeksi ketorolac 3x30 mg

- Injeksi kalnex 3x500 mg

- Vitamin C 200 mg

- Mobilitas bertahap

- DC dan balance cairan

- Diet lunak

- ASI eksklusif

Page 18: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

- Tidur bantal tinggi 24 jam

- Pengawasan KU, TV, PPV, ASI, BAK, BAB

Minggu (24 Agustus pukul 05.00) :

Keluhan utama : -

Keadaan umum : Baik, composmentis

Tanda Vital :

TD : 120/80 mmH RR : 20 x / menit

N : 84 x / menit T : 36,5 oC

Mata : Conjungtiva palpebra anemis -/-

Thorax : Cor / pulmo tidak ditemukan kelainan

Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi kuat.

Ekstremitas : Edema -/-

PPV : (+) lokhea BAB : (-)

ASI : (-) BAK : (+) terpasang DC

Diagnosis :

P1A1, 21 Tahun

Post SCTP a.i induksi tak respon

Hari ke 3

Terapi :

- infus RL/D5/RL/D5/NaCL 0,9% 20 tpm.

- Injeksi cefotaxime 2x1 gr IV

- Injeksi ketorolac 3x30 mg

- Injeksi kalnex 3x500 mg

- Vitamin C 200 mg

- Mobilitas bertahap

- Aff DC

- Diet lunak

- ASI eksklusif

- Tidur bantal tinggi 24 jam

Page 19: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

- Pengawasan KU, TV, PPV, ASI, BAK, BAB

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Induksi persalinan adalah salah satu upaya stimulasi mulainya proses

kelahiran (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi

menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah

keluarnya bayi dari rahim secara normal.

Induksi persalinan adalah tindakan terhadap ibu hamil untuk

merangsang timbulnya kontraksi rahim agar terjadi persalinan.

Induksi persalinan adalah usaha agar persalinan mulai berlangsung

sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang

timbulnya his.

B. ETIOLOGi

Induksi persalinan dilakukan karena:

1. Kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih

dari sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan

yang melebihi waktu 42 minggu, belum juga terjadi persalinan.

Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu

memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin

mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin

menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat

mengakibatkan :

a.       Pertumbuhan janin makin melambat.

b.      Terjadi perubahan metabolisme janin.

c.       Air ketuban berkurang dan makin kental.

d.      Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.

2. Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga

kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang

Page 20: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput

posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum. Pada kehamilan

lewat waktu perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan sehingga

hasil akhir menuju well born baby dan well health mother dapat

tercapai.

3. Induksi juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu

terkena infeksi serius, atau menderita diabetes.

4. Wanita diabetik yang hamil memiliki resiko mengalami komplikasi.

Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol

glukosa wanita sebelum dan selama masa kehamilan dan dipengaruhi

oleh komplikasi diabetik sebelumnya. Meliputi:

a. Aborsi spontan(berhubungan dengan kontrol glikemia yang buruk

pada saat konsepsi dan pada minggu-minggu awal kehamilan).

b. Hipertensi akibat kehamilan, mengkibatkan terjadinya preeklamsi

dan eklamsi. Hidramnion.

c. Infeksi, terutama infeksi vagina, infeksi traktus urinarius; infeksi

ini bersifat serius karena dapat menyebabkan peningkatan

resistensi insulin dan ketoasidosis.

d. Ketoasidosis, sering pada trimester dua dan tiga, yakni saat efek

diabetogenik pada kehamilan yang paling besar karena resistansi

insulin meningkat.

e. Dapat mengancam kehidupan dan mengakibatkan kematian bayi,

mengakibatkan cacat bawaan.

5. Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam

kandungan diduga akan beresiko/membahayakan hidup

janin/kematian janin.

6. Membran ketuban pecah sebelum adanya tanda-tanda awal persalinan

(ketuban pecah dini). Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme

dari vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion. Temperatur ibu

dan lendir vagina sering diperiksa (setiap satu sampai dua jam) untuk

Page 21: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

penemuan dini infeksi setelah ketuban ruptur. Mempunyai riwayat

hipertensi.

7. Gangguan hipertensi pada awal kehamilan mengacu berbagai keadaan,

dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai resiko

yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi,

eklamsia, dan hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi

dalam kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-induced

hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang

sudah ada sebelum hamil.

a. Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan

dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita

yang memiliki tekanan darah normal. Preeklamsia merupakan

suatu penyakit vasospastik, yang ditandai dengan

hemokosentrasi, hipertensi, dan proteinuria. Tanda dan gejala

dari preeklamsi ini timbul saat masa kehamilan dan hilang

dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Kira-kira 85%

preeklamsia ini terjadi pada kehamilan yang pertama.

Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, gangguan pembuluh

darah otak, gangguan penglihatan (skotoma), perubahan

kesadaran mental dan tingkat kesadaran.

b. Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien

disertai tanda dan gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat

terjadi tanpa didahului ganguan neurologis.

c. Hipertensi sementara adalah perkembangan hipertensi selama

masa hamil atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklamsia

atau hipertensi kronis lainnya.

d. Hipertensi kronis didefenisikan sebagai hipertensi yang sudah

ada sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum kehamilan

mencapai 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari enam

minggu pascapartum juga diklasifikasikan sebagai hipertensi

kronis.

Page 22: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

C. PATOFISIOLOGI

Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu,

adanya penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan

diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat

penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap

oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada

kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap

rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim.

Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu adalah

meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi plasenta

mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai

menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan

kadar estriol dan plasental laktogen.

D. INDIKASI

1.      Indikasi Janin

a.       Kehamilan lewat waktu

b.      Ketuban pecah dini

c.       Janin mati

2.      Indikasi ibu

a.       Kehamilan lewat waktu

b.      Kehamilan dengan hipertensi

3.      Indikasi kontra drip induksi

a.       Disproporsi sefalopelvik

b.      Insufisiensi plasenta

c.       Malposisi dan malpresentasi

d.      Plasenta previa

e.       Gemelli

f.       Distensi rahim yang berlebihan

g.      Grande multipara

Page 23: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

h.      Cacat rahim

Untuk janin yang masih dalam kandungan, pertimbangannya adalah

kondisi ekstrauterin akan lebih baik daripada intrauterin, atau kondisi

intrauterin tidak lebih baik atau mungkin membahayakan.

Untuk ibu, pertimbangannya adalah menghindari/mencegah/mengatasi

rasa sakit atau masalah-masalah lain yang membahayakan nyawa

ibu.Indikasi janin, misalnya: kehamilan lewat waktu (postmaturitas),

inkompatibilitas Rh. Pada saat usia kehamilan postmatur, diatas 10 hari

lebih dari saat perkiraan partus, terjadi penurunan fungsi plasenta yang

bermakna, yang dapat membahayakan kehidupan janin (gangguan sirkulasi

uteroplasenta, gangguan oksigenasi janin). Indikasi ibu, misalnya: kematian

janin intrauterin. Indikasi ibu dan janin, misalnya, preeklamsia berat.

E. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi

akibat induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak

sehingga mengakibatkan nyeri. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan, itu

sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan ketat dari dokter yang

menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan,

biasanya dokter akan menghentikan proses induksi kemudian dilakukan

operasi caesar.

F. KOMPLIKASI

Induksi persalinan dengan pemberian oksitosin dalam infuse intravena

jika perlu memecahkan ketuban, cukup aman bagi ibu apabila syarat –

syarat di penuhi. Kematian perinatal agak lebih tinggi daripada persalinan

spontan, akan tetapi hal ini mungkin dipengaruhi pula oleh keadaan yang

menjadi indikasi untuk melakukan induksi persalinan. Kemungkinan bahwa

induksi persalinan gagal dan perlu dilakukan seksio sesarea, harus selalu

diperhitungkan.

G. PENATALAKSANAAN INDUKSI PERSALINAN

Induksi persalinan terbagi atas:

Page 24: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

1.      Secara Medis

a.       Infus oksitosin

Syarat – syarat pemberian infuse oksitosin :

Agar infuse oksitosin berhasil dalm menginduksi persalinan dan tidak

memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin, maka diperlukan

syarat – syarat sebagai berikut :

1)      Kehamilan aterm

2)      Ukuran panggul normal

3)      Tidak ada CPD

4)      Janin dalam presentasi kepala

5)      Servik telah matang (portio lunak, mulai mendatar dan sudah mulai

membuka)

Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai score Bishop, yaitu bila

nilai Bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan

berhasil.

SKOR PELVIK MENURUT BISHOP

SKOR 0 1 2 3

Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6

Pendataran serviks 0-30 % 40-50 % 60-70 % 80 %

Penurunan kepala

diukur dari Hodge

III (cm)

-3 -2 -1,0 +1, +2

Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak

Posisi serviks Ke belakang Searah sumbu

jalan lahir

Ke arah depan

Teknik teknik infus oksitosin berencana:

1) Semalam sebelum drip oksitosin, hendaknya penderita sudah

tidur pulas .

2) Pagi harinya penderita diberi pencahar.

Page 25: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

3) Infus oksitosin hendaknya dilakukan pagi hari dengan observasi

yang baik.

4) Disiapkan cairan RL 500 cc yang diisi dengan sintosinon 5 IU .

5) Cairan yang sudah mengandung 5 IU sintosinon dialirkan secara

intravena melalui aliran infuse.

6) Jarum abocath dipasang pada vena dibagian volar bawah.

7) Tetesan dimulai dengan 8 mU permenit dinaikan 4 mU setiap 30

menit. Tetesan maksimal diperbolehkan sampai kadar oksitosin

30-40 mU. Bila sudah mencapai kadar ini kontraksi rahim tidak

muncul juga, maka berapapun kadar oksitosin yang diberikan

tidak akan menimbulkan kekuatan kontraksi. Sebaiknya infus

oksitosin dihentikan.

8) Pederita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat

untuk kemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda – tanda ruptur

uteri membakat, maupun tanda – tanda gawat janin.

9) Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat maka

kadar tetesan oksitosin dipertahankan. Sebaiknya bila terjadi

kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetesan dapat

dikurangi atau sementara dihentikan.

10) Infus oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai

persalinan selesai yaitu sampai 1 jam sesudah lahirnya plasenta.

11) Evaluasi kemajuan pembukaan serviks dapat dilakukan dengan

periksa dalam bila his telah kuat dan adekuat.

b.      Prostaglandin

Pemberian Prostaladin

Prostagladin dapat merangsang otok – otot polos termsuk juga

otot-otot rahim. Prostagladin yang spesifik untuk merangsang otot

rahim ialah PGE2 dan PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan dapat

diberikan secara intravena, oral. Pada kehamilan aterm, induksi

persalinan dengan prostagladin cukup efektif.

c. Cairan hipertonik intra uteri

Page 26: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

Pemberian cairan hipertonik intrauterine

Pemberian cairan hipertonik intramnnion dipakai untuk

merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati. Cairan

hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20, urea

dan lain-lain. Kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan

prostagladin untuk memperkuat rangsangan pada otot-otot rahim.

Cara ini dapat menimbulkan penyakit yang cukup berbahaya, misalnya

hipernatremia, infeksi dan gangguan pembekuan darah.

2. Secara manipulative

a. Amniotomi

Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan

ketuban baik di bagian bawah depan ( fore water ) maupun

dibagian belakang ( hind water ) dengan suatu alat khusus

( drewsmith catheter ). Sampai sekarang belum diketahui dengan

pasti bagaimana pengaruh amniotomi dalam merangsang

timbulnya kontraksi rahim.

Beberapa teori mengemukakan bahwa :

1) Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40%

sehingga tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk

membuka serviks.

2) Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah

didalam rahim kira – kira 40 menit setelah amniotomi

dikerjakan, sehingga berkurangnnya oksigenesi otot – otot

rahim dan keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim.

3) Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan

dinding serviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf

– syaraf yang merangsang kontraksi rahim

Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum

ada tanda – tanda permulaan persalinan, maka harus diikuti

dengan cara – cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya

dengan inpus oksitosin.

Page 27: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

b. Rangsangan pada puting susu.

c. Pemaikaian rangsangan listrik.

d. Melepaskan selaput ketuban dari bawah rahim (Stripping of the

membrane)

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan yang dilakukan:

1. X-ray pada dada dan organ lain untuk menentukan adanya

abnormalitas.

2. Ultrasonografi untuk mendeteksi kelainan organ.

3. Stick glukosa untuk menentukan penurunan kadar glukosa.

4. Kadar kalsium serum, penurunan kadar berarti terjadi hipokalsemia.

5. Kadar bilirubin untuk mengidentifikasi peningkatan (karena pada

prematur lebih peka terhadap hiperbilirubinemia).

6. Kadar elektrolit, analisa gas darah, golongan darah, kultur darah,

urinalisis, analisis feses dan lain sebagainya.

Page 28: LAPORAN KASUS dr irsam.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba, Ida B.G, et all. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

2. Manuaba, Ida B.G. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan

Gynekologi. Jakarta : EGC

3. Supriyadi, Teddy. 1994. Kedaruratan Obstetri dan Gynekology. Jakarta :

EGC

4. Morgan, Geri. 2009. Obstetri dan Gynekologi Panduan Praktis. Jakarta : EGC

5. Prawirohardjo. S. 2009. Ilmu Kebidanan. Ed. III, Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo