Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

20
Laporan Kasus TINEA PEDIS PADA PASIEN RIWAYAT MORBUS HANSEN TIPE MULTIBASILER RFT Pembimbing : dr. Dody Suhartono, Sp.KK Oleh : Ni Nyoman Nami Arthisari I. PENDAHULUAN Penyakit infeksi jamur pada kulit mempunyai prevalensi yang cukup tinggi pada Indonesia. Hal ini disebabkan karena negara Indonesia memiliki iklim tropis dan kelembaban yang tinggi. Dermatofitosis merupakan penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichopyton, dan Epidermophyton. Dermatofita mempunyai sifat mencernakan keratin atau keratofilik. Berdasarkan habitatnya, dermatofit ini digolongkan sebagai antropofilik (manusia), zoofilik (hewan) dan geofilik (tanah). Penyakit dermatofitosis ini tersebar di seluruh dunia dan menyerang semua umur, terutama dewasa (1,2) . 1 Budimulja U. Mikosis Superfisial. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: FKUI;2010.hal. 92-9. 2 Gerd P, Thomas J. Dermatophyte. In: Wolff K, et al. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed [ebook]. New York: Mc Graw Hill;2008.p.205. 1

description

lapsus

Transcript of Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

Page 1: Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

Laporan Kasus

TINEA PEDIS PADA PASIEN RIWAYAT MORBUS HANSEN TIPE MULTIBASILER

RFT

Pembimbing : dr. Dody Suhartono, Sp.KK

Oleh : Ni Nyoman Nami Arthisari

I. PENDAHULUAN

Penyakit infeksi jamur pada kulit mempunyai prevalensi yang cukup tinggi pada Indonesia.

Hal ini disebabkan karena negara Indonesia memiliki iklim tropis dan kelembaban yang tinggi.

Dermatofitosis merupakan penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya

stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh golongan jamur

dermatofita. Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu

Microsporum, Trichopyton, dan Epidermophyton. Dermatofita mempunyai sifat mencernakan

keratin atau keratofilik. Berdasarkan habitatnya, dermatofit ini digolongkan sebagai antropofilik

(manusia), zoofilik (hewan) dan geofilik (tanah). Penyakit dermatofitosis ini tersebar di seluruh

dunia dan menyerang semua umur, terutama dewasa(1,2).

Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki.

Tinea pedis yang sering terlihat adalah bentuk interdigitalis. Diantara jari IV dan V terlihat fisura

yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan

juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering dilihat maserasi. Aspek

klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka

akan terlihat kulit baru yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur. Bentuk klinis ini

dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan atau tanpa keluhan sama

sekali. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi

selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi eriseplas yang disertai gejala-gejala 1 Budimulja U. Mikosis Superfisial. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: FKUI;2010.hal. 92-9.

2 Gerd P, Thomas J. Dermatophyte. In: Wolff K, et al. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed [ebook]. New York: Mc Graw Hill;2008.p.205.

1

Page 2: Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

umum. Bentuk lain ialah moccasin foot. Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung

kaki terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada

bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel. Pada

bentuk subakut terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula. Kelainan ini dapat mulai

pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki, atau telapak kaki. Isi vesikel berupa

cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk

lingkaran yang disebut koleret. Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada bentuk ini. Jamur

terdapat pada bagian atap vesikel. Untuk menemukannya, sebaiknya diambil atap vesikel atau

bula untuk diperiksa secara sediaan langsung atau untuk dibiak(3,4).

Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari banyak bersepatu

tertutup disertai perawatan kaki yang buruk atau sering basah. Penderita biasanya orang

dewasa(5).

Berikut ini dilaporkan sebuah kasus pasien laki-laki usia 60 tahun dengan Tinea pedis pada

riwayat Morbus Hansen tipe Multibasiler RFT.

II. KASUS

3 Siregar RS. Atlas Berwarna. Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. Jakarta: EGC;2002.hal.17-20.

4 Nasution A, et al. Diagnosis dan Penatalaksanaan Defmatofitosis. Available at: http://kalbe.co.id. Accessed on 2015, January 26, 15.00 WIB.

5 Ibid.

2

Page 3: Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

Seorang laki-laki berusia 60 tahun, pekerjaan karyawan bengkel las, agama Islam,

pendidikan terakhir SD, bertempat tinggal di Sumurpanggang, Margadana, Tegal, status

menikah, suku Jawa, datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSU Kardinah Tegal pada 14

Januari 2015 pukul 10.00 WIB dengan keluhan utama bercak-bercak merah pada telapak

kaki kiri dan sela-sela jari kaki kiri yang tidak disertai rasa gatal sejak 1 bulan sebelum

masuk rumah sakit.

ANAMNESIS KHUSUS

Dilakukan secara autoanamnesis kepada Tn.N pada tanggal 14 Januari 2015, pukul 10.00

WIB di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Kardinah Tegal.

Pasien awalnya, yaitu 5 tahun yang lalu memiliki keluhan bercak-bercak merah pada

kedua tangan, punggung dan kedua kakinya, bercak-bercak merah tersebut disertai adanya mati

rasa. Kemudian pasien pergi berobat ke puskesmas dan oleh dokter puskesmas didiagnosa

menderita penyakit kusta. Kemudian pasien diberikan pengobatan kusta selama 6 bulan, dan

keluhan bercak-bercak merah pada tangan dan kaki pasien mengalami perbaikan, yaitu tidak

didapatkannya bercak merah yang baru dan bercak merah yang lama tidak bertambah luas dan

bercak tersebut menjadi berwarna hitam. Selama pengobatan pasien juga mengeluhkan kaku

pada jari-jari di kedua tangan pasien serta kedua telapak kaki pasien terasa kebas dan tebal,

namun pasien tidak lanjut kontrol ke puskesmas lagi.

Kemudian pasien berobat ke poliklinik kulit dan kelamin RSU Kardinah Tegal atas

rujukan dari puskesmas sejak 2 tahun yang lalu dengan keluhan kaku pada jari-jari di kedua

tangan pasien serta kedua telapak kaki pasien terasa kebas dan tebal, namun tidak terdapat

keluhan timbulnya bercak-bercak merah yang baru pada tubuh pasien. Pasien diberikan

pengobatan untuk kaku pada jari tangan. Pasien mengatakan tidak rutin kontrol ke poli kulit.

Kemudian saat ini, yaitu tanggal 14 Januari 2015 pasien datang kontrol ke poliklinik RSU

Kardinah Tegal masih dengan keluhan bercak merah pada telapak kaki kiri pasien dan bercak

merah di sela-sela jari kaki kiri pasien yang tidak disertai gatal ataupun nyeri, menurut pasien

bercak merah pada telapak kaki dan sela jari kaki pasien dirasa sejak 1 bulan yang lalu, awalnya

3

Page 4: Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

dimulai pada telapak kaki terlebih dahulu kemudian menyebar ke sela-sela jari kaki pasien. Pada

sela-sela jari kaki pasien bercak merah tersebut disertai adanya sedikit sisik. Pasien mengatakan

tidak pernah menggaruk bercak merah tersebut. Keluhan kaku pada jari-jari di kedua tangan

pasien serta kedua telapak kaki pasien terasa tebal masih ada.

Pasien mengatakan tidak memberikan obat apapun untuk bercak merah di telapak kaki

kiri dan sela jari kaki pasien. Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan serupa

sebelumnya. Riwayat kencing manis disangkal. Riwayat alergi obat maupun makanan disangkal.

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa. Pasien bekerja

sebagai karyawan di bengkel las. Pasien sehari-hari bekerja menggunakan sepatu, dan sepatu

dipakai terus saat bekerja, dan dilepas hanya saat mau Sholat atau ke kamar mandi. Kaki pasien

sering berkeringat, namun pasien tetap memakai sepatunya. Pasien juga mengatakan setiap habis

dari kamar mandi tidak mengelap kedua kakinya sampai kering dan langsung memakai kembali

kedua sepatunya dalam keadaan masih sedikit basah.

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Kesan Gizi : Gizi Baik

Tanda vital

Tekanan darah : 110/70

Nadi : 82x/menit

Suhu : 36,6 C

Pernapasan : 20x/menit

Antropometri

4

Page 5: Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

Berat badan : 45 kg

Tinggi badan : 151 cm

BMI : 19,74 kg/m2 (Normal weight)

Kepala

Bentuk kepala : Normocephali

Wajah : Simetris

Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera kuning (-/-),

Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)

Mulut : Kering (-), tonsil tenang, faring hiperemis (-)

Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)

Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid

Thoraks

Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris, ginekomastia (-/-)

Palpasi : Vokal fremitus simetris pada kedua lapang paru

Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan kanan

Auskultasi : Jantung: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : Sn vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : Datar

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi : Timpani di ke 4 kuadran abdomen

5

Page 6: Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Genitalia

Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

Ekstremitas superior :

Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-)

Kuku : tidak ditemukan kelainan

Sendi : nyeri (-) , odem (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);

Kulit : tidak didapatkan adanya wujud kelainan kulit

Ekstremitas inferior :

Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-);

Kuku : tidak ditemukan kelainan

Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari kaki (-);

Kulit : lihat status dermatologikus

Status dermatologis

1. Distribusi : Regional

2. Ad regio : telapak kaki kiri, interdigitalis II, III, IV pedis sinistra

3. Lesi : multipel, diskret, bentuk ireguler, ukuran 5 cm x 10 cm (telapak kaki), 2

cm x 3 cm (sela-sela jari), berbatas tegas, tepi aktif.

4. Efloresensi : Makula eritematosa, skuama halus berwarna putih

Status Neurologikus

6

Page 7: Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

Pemeriksaan N. Ulnaris dextra dan sinistra : clawling jari kelingking dan jari manis, N.

Medianus dextra dan sinistra : clawling pada ibu jari, telunjuk, jari tengah. N. Radialis dextra dan

sinistra: tidak mampu ekstensi jari-jari tangan. N. Tibialis posterior dextra dan sinistra: anestesi

pada kedua telapak kaki. N. Fasialis, N. Auricularis magnus, N. Peroneus communis tidak

mengalami kelainan.

Pemeriksaan sensibilitas : pada kedua telapak kaki didapatkan sensibilitas berkurang

Motorik : kekuatan otot pada jari ke I sampai jari V kedua tangan kurang.

Kekuatan otot pada kedua tungkai baik.

Gambar 1. Bercak merah pada telapak kaki kiri

7

5554 5554

5555 5555

Page 8: Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

Gambar 2. Bercak merah disertai kulit bersisik berwarna putih pada sela jari II kaki kiri

Gambar 3. Tangan kanan dan kiri pasien yang mengalami keluhan kaku-kaku

RESUME

Seorang pasien laki-laki usia 60 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSU

Kardinah Tegal pada 14 Januari 2015 pukul 10.00 WIB dengan keluhan utama bercak merah

pada telapak kaki kiri dan sela-sela jari kaki kiri sejak 1 bulan yang lalu, bercak tidak disertai

gatal maupun nyeri.

Pada anamnesis didapatkan bahwa 5 tahun yang lalu pasien memiliki keluhan utama

bercak-bercak merah yang disertai mati rasa pada kedua tangan, punggung, dan kedua kaki.

Pasien berobat ke puskesmas dan diberikan pengobatan kusta selama 6 bulan, selama pengobatan

pasien mengalami perbaikan pada bercak-bercak merah pada kedua tangan, punggung, dan

8

Page 9: Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

kedua tungkai pasien, namun pasien mengeluhkan kaku pada jari-jari di kedua tangan pasien

serta kedua telapak kaki pasien terasa tebal. Pasien tidak rutin kontrol ke puskesmas setelah

pengobatan kusta. 2 tahun yang lalu pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSU Kardinah

Tegal atas rujukan puskesmas dengan keluhan kaku pada jari-jari di kedua tangan pasien serta

kedua telapak kaki pasien terasa tebal, diberi pengobatan untuk kaku pada jari dan rasa tebal

pada telapak kaki, namun pasien tidak rutin kontrol. Dan pada 14 Januari 2015 pasien datang

dengan keluhan bercak merah pada telapak kaki kiri dan sela-sela jari kaki kiri sejak 1 bulan

yang lalu, tidak disertai keluhan gatal maupun nyeri. Pasien bekerja sebagai karyawan bengkel

las, sehari-hari bekerja menggunakan sepatu, pasien mengatakan sering berkeringat di kaki,

pasien hanya melepas sepatu jika mau Sholat atau ke kamar mandi, dan setelah habis dari kamar

mandi pasien tidak mengelap kaki pasien hingga kering, dan langsung memakai kembali

sepatunya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum compos mentis, tampak sakit ringan,

kesan gizi baik, pada pemeriksaan tanda vital didapatkan dalam batas normal, pada status

generalis didapatkan dalam batas normal. Pada status dermatologis didapatkan lesi distribusi

regional, ad regio telapak kaki kiri dan interdigitalis II, III, IV pedis sinistra, dengan lesi

multiple, diskret, berbentuk ireguler, , ukuran 5 cm x 10 cm (telapak kaki), 2 cm x 3 cm (sela-

sela jari), berbatas tegas, tepi aktif, efloresensi makula eritematosa, skuama halus berwarna

putih. Pada pemeriksaan status neurologis didapatkan motorik : kekuatan otot pada jari-jari

kedua tangan kurang (kekuatan otot 4) dan pemeriksaan sensibilitas pada kedua telapak kaki

didapatkan sensibilitas berkurang.

DIAGNOSIS BANDING

Bercak merah pada telapak kaki dan sela-sela jari kaki kiri:

- Tinea pedis

- Dermatitis kontak alergi

- Psoriasis

- Kandidosis kutis

9

Page 10: Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

Rasa kebas dan tebal pada kedua telapak kaki : anestesi

DIAGNOSIS KERJA

- Tinea Pedis sinistra

- Anestesi pada kedua telapak kaki

USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan mikologi yaitu dengan pemeriksaan kerokan kulit pada bagian lesi di sela jari I, II,

III, IV pedis sinistra yang ditambahkan larutan KOH 10% untuk menemukan elemen jamur.

PENATALAKSANAAN

Umum:

Menjelaskan kepada pasien untuk mengurangi faktor pencetus seperti mengelap kedua kaki

pasien hingga benar-benar kering sebelum memakai sepatu lagi. Bila kaki berkeringat,

sepatu dilepaskan dulu, kedua kaki dikeringkan dengan benar lalu memakai sepatu kembali.

Menjelaskan kepada pasien sebaiknya tidak menggunakan sepatu yang terlalu ketat dan

menggunakan kaos kaki dengan bahan yang mudah menyerap keringat serta mengganti kaos

kaki secara rutin misalnya sehari sekali.

Menjelaskan kepada pasien untuk tidak menggaruk telapak dan sela-sela jari kaki dan cuci

tangan setelah memegang telapak kaki dan sela-sela jari kaki kiri.

Menjelaskan kepada pasien untuk rutin kontrol (misalnya 1 minggu sekali), untuk

mengetahui perkembangan penyakit dan mencegah bertambah parahnya penyakit pada

pasien.

Khusus:

Sistemik (oral)

10

Page 11: Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

o Tinea pedis: Tablet ketokonazole 200mg diminum 1 kali sehari, setelah makan

selama 2 minggu.

o Vitamin B kompleks 3 kali sehari

Topikal :

o Anti jamur golongan azol misalnya ketokonazol 2 % krim dioleskan 2 kali sehari

sehabis mandi tiap pagi dan sore hari pada telapak kaki kiri dan sela-sela jari kaki

kiri, selama 2 minggu.

PROGNOSIS

Ad vitam : Ad bonam

Ad fungsionam : Ad bonam

Ad Sanasionam : Dubia Ad bonam

Ad Kosmetikum : Ad bonam

III. PEMBAHASAN

Diagnosis Tinea pedis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki.

Bentuk tinea pedis pada pasien adalah bentuk interdigitalis karena selain terdapat pada telapak

kaki juga terdapat pada sela-sela jari kaki. Bentuk interdigitalis adalah bentuk yang sering

terlihat(6).

Pada anamnesis didapatkan keluhan bercak-bercak merah pada telapak kaki kiri dan sela-

sela jari kaki kiri, keluhan tersebut sesuai dengan bentuk gejala dari tinea pedis. Bercak merah

6 Siregar RS, loc. cit.

11

Page 12: Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

pada pasien tidak disertai rasa gatal. Pada pasien dengan tinea pedis biasanya disertai dengan

adanya rasa gatal pada lesi, namun tidak terdapatnya keluhan gatal pada pasien dapat disebabkan

karena pasien memiliki keluhan rasa kebas dan tebal pada telapak kaki.

Keluhan rasa kebas dan tebal pada telapak kaki pasien disebabkan karena pasien memiliki

riwayat penyakit kusta, dan diduga mengalami gangguan sensibilitas pada kedua telapak kaki

pasien. Pada penyakit kusta dapat mengakibatkan kerusakan saraf perifer yang umumnya muncul

dalam waktu yang lama. Kerusakan saraf tepi mulanya mengenai saraf sensoris dan umumnya

simetris di bagian ekstensor. Kehilangan sensoris kemudian akan menyebar secara perlahan ke

bagian tengah tubuh. Selain menyebabkan kehilangan sensoris juga dapat menyebabkan

gangguan motorik dan gangguan saraf otonom(7).

Pada riwayat kebiasaan pasien didapatkan pasien sehari-hari bekerja memakai sepatu,

pasien sering berkeringat di kaki. Sepatu dipakai terus-menerus dan hanya dilepaskan apabila

mau Sholat dan setelah dari kamar mandi kemudian tidak dikeringkan secara benar, lalu dalam

keadaan masih basah pasien memakai sepatunya, hal ini menunjukkan faktor yang

mempermudah pasien terinfeksi jamur, dimana jamur dapat tumnuh pada kondisi yang lembab.

Pada status dermatologis didapatkan distribusi regional, ad regio telapak kaki kiri,

interdigitalis II, III, IV pedis sinistra, lesi multipel, diskret, bentuk ireguler, ukuran 5 cm x 10 cm

(telapak kaki), 2 cm x 3 cm (sela-sela jari), berbatas tegas, tepi aktif, efloresensi makula

eritematosa, skuama halus berwarna putih, hal ini sesuai degan predileksi Tinea pedis bentuk

interdigitalis.

Pada pasien belum dilakukan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang yang

disarankan adalah pemeriksaan mikologi dengan kerokan kulit pada lesi di sela-sela jari I, II, III,

IV kaki kiri kemudian diberikan KOH 10% dan diperiksa dengan mikroskop untuk melihat

adanya hifa panjang dan spora jamur. Pemeriksaan tersebut dapat membantu menegakkan

diagnosis pasti untuk tinea pedis.

Pada pasien diagnosis bandingnya adalah dermatitis kontak alergi dimana gejala klinisnya

mirip dengan tinea yaitu bercak eritematosa yang berbatas jelas, namun terdapat edema,

7 Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Deramtology. 7th ed. USA: The McGraw-Hill Companies;2008.p.699-700.

12

Page 13: Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

papulovesikel, vesikel atau bula(8). Kemudian Psoriasis dimana gejala klinisnya adalah adanya

bercak eritematosa dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis, terdapat fenomena tetesan lilin,

dan fenomena Auspitz(9). Kandidosis kutis, gejala klinis sulit dibedakan dengan tinea, pada

pemeriksaan mikologi dengan larutan KOH 10% dapat membantu membedakan dimana pada

kandidosis kutis didapatkan gambaran sel ragi, pseudohifa, blastospora(10).

Penatalaksanaan umum pada pasien adalah mengurangi faktor yang dapat

memmpermudah tumbuhnya jamur yaitu setelah dari kamar mandi kedua kaki dilap hingga

benar-benar kering sebelum memakai sepatu, bila berkeringat dikeringkan hingga benar-benar

kering agar kondisi kaki tidak lembab(11). Menyarankan kepada pasien jangan memakai sepatu

yang terlalu ketat dan menggunakan kaos kaki dengan bahan yang mudah menyerap keringat

serta kaos kaki diganti secara rutin (1 hari sekali). Menjelaskan kepada pasien untuk tidak

menggaruk telapak kaki dan sela-sela jari kaki, lalu cuci tangan setelah memegang telapak kaki

dan sela-sela jari kaki agar jamur tidak menyebar ke bagian tubuh lain. Pasien dijelaskan untuk

rutin kontrol ke poli kulit (1 minggu sekali) untuk menilai perjalanan penyakit dan mencegah

bertambah parahnya penyakit.

Penatalaksanaan khusus pada pasien yaitu sistemik (oral) dan topikal. Sistemik yaitu

tablet ketokonazol 200 mg 1 kali sehari, ketokonazol adalah golongan imidazol yang merupakan

obat antijamur sistemik spectrum luas, bersifat fungistatik, bekerja mengganggu biosintesis

ergosterol, sterol utama yang berfungsi mempertahankan integritas membrane sel jamur(12). Lalu

pasien diberikan obat vitamin B kompleks yang diminum 3 kali sehari untuk gangguan saraf

sensibiltas dan keluhan kaku-kaku pada jari-jari tangan. Pada pengobatan topikal diberikan

ketokonazol 2% salep yang dioleskan 2 kali sehari pagi dan sore hari setelah mandi, obat ini

adalah golongan azol dan mekanisme obat ini dengan cara menghambat enzim 14 α demetilase

8 Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: FKUI;2010.hal.133-5.

9 Ibid.,hal. 192.

10 Ibid.,hal. 108.

11 Budimulja U, loc. cit.

12 Hendrawati YD. Mikrobia. Available at: http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/yosephine-dian-hendrawati-078114110. Accessed on 2015, January 26, 15.30 WIB.

13

Page 14: Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

pada pembentukan ergosterol membrane sel jamur(13). Pada umumnya prognosis penyakit pada

pasien adalah baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U. Mikosis Superfisial. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: FKUI;2010.hal. 92-9.

2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: FKUI;2010.hal.133-5.

3. Gerd P, Thomas J. Dermatophyte. In: Wolff K, et al. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed [ebook]. New York: Mc Graw Hill;2008.p.205.

13 Ibid.

14

Page 15: Laporan Kasus Dr. Dody (Tinea Pedis)

4. Hendrawati YD. Mikrobia. Available at: http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/yosephine-dian-hendrawati-078114110. Accessed on 2015, January 26, 15.30 WIB.

5. Nasution A, et al. Diagnosis dan Penatalaksanaan Defmatofitosis. Available at: http://kalbe.co.id. Accessed on 2015, January 26, 15.00 WIB.

6. Siregar RS. Atlas Berwarna. Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. Jakarta: EGC;2002.hal.17-20.

7. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Deramtology. 7th ed. USA: The McGraw-Hill Companies;2008.p.699-700.

15