Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

26
Laporan Kasus IKTERIK NEONATORUM Oleh J o h a n Pembimbing Dr. Pudji Andayani, Sp.A

description

nn

Transcript of Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

Page 1: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

Laporan Kasus

IKTERIK NEONATORUM

Oleh

J o h a n

Pembimbing

Dr. Pudji Andayani, Sp.A

BAGIAN/UPF ILMU KESEHATAN ANAKFK UNLAM – RSUD ULIN

BANJARMASINJanuari 2005

Page 2: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

PENDAHULUAN

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan

kurang dari 2.500 gram. (1,2) Dibedakan atas prematuritas murni dan dismaturitas.

Berbagai macam faktor yang diduga dapat mengakibatkan timbulnya prematuritas

murni pada bayi dengan berat badan lahir rendah dihubungkan dengan keadaan

dimana terdapat ketidakmampuan uterus mempertahankan janin, gangguan selama

kehamilan, solutio plasenta, atau rangsangan yang menimbulkan kontraksi uterus

sebelum aterm. (1,2)

Adapun faktor yang berkaitan dengan timbulnya dismaturitas dihubungkan

dengan faktor ibu, faktor janin, dan faktor plasenta yang masing-masing saling

berkaitan. (1,2)

Ikterus yang ditemukan pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala

fisiologis (terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada

neonatus kurang bulan) atau dapat merupakan hal yang patologis misalnya pada

inkompatibilitas Rhesus dan ABO, sepsis, galaktosemia, penyumbatan saluran

empedu dan sebagainya.

Ikterus merupakan suatu kondisi yang memerlukan perhatian medis dan

sering terjadi pada neonatus. Pewarnaan kuning pada kulit dan sklera pada bayi yang

ikterik disebabkan hasil dari akumulasi bilirubin tak terkonjugasi. Pada kebanyakan

bayi, hiperbilirubinemia tak terkonjugasi merupakan fenomena transisi yang normal.

Pada beberapa bayi, kadar bilirubin darah dapat meningkat secara drastis,

dimana dapat menyebabkan masalah serius karena bilirubin tak terkonjugasi bersifat

Page 3: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

neurotoksik dan dapat menyebabkan kematian pada neonatus dan sekuele neurologis

sepanjang hidup. (3,4)

Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus ikterus neonatorum di Ruang

Perinatologi RSUD Ulin Banjarmasin.

Page 4: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

LAPORAN KASUS

I. Identitas

Nama : By. N Nama Ibu : Ny. H

Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 18 tahun

Umur : 4 hari Pendidikan : SMP

Nama Ayah : Tn. S. Agama : Islam

Umur : 22 tahun Suku : Banjar

Pekerjaan : Swasta Alamat : Jl. Tembus mantuil Rt.

24 No. 52

Pendidikan : SMA Banjarmasin

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

II. Anamnesis

Alloanamnesis dengan ayah dan ibu kandung penderita, pada tanggal 24

Desember 2004, pukul 20.30 Wita.

1. Keluhan Utama : Warna kulit bayi pucat

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak kurang lebih 3 jam sebelum masuk rumah sakit kulit bayi tiba-

tiba pucat, tampak putih seluruh tubuh kemudian bayi tampak sulit

bernapas dan cegukan. Kemudian pakaian bayi dibukakan atau

dilonggarkan bayi tampak kembali normal atau tidak pucat lagi, namun

kira-kira 10 menit kemudian kulit bayi kembali pucat putih seluruh

Page 5: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

badannya dan cegukan lagi. Sebelumnya bayi tidak ada demam, batuk

maupun pilek, muntah (-), kejang (-). Buang air besar dan kencing tidak

ada kelainan, bayi mendapat ASI/PASI. Sebelum kejadian bayi tidak

sedang diberi ASI/PASI. Kemudian bayi dibawa ke RSU Ulin banjarmasin

sesampainya di IGD kulit bayi tampak kuning.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Bayi lahir dari ibu yang muda (17 tahun), ibu tidak pernah

memeriksakan diri selama hamil. Saat persalinan bayi lahir tampa

pertolongan tenaga medis, bayi lahir di kamar mandi rumah ibunya, lahir

tidak langsung menangis, setelah dimandikan oleh bidan (±15 menit)

setelah lahir bayi baru menangis. Bayi merupakan anak yang tidak

diinginkan (hamil diluar nikah). Ibu bayi ada riwayat menggunakan obat-

obatan terlarang, narkoba, dan minuman keras. Bayi lahir dari kehamilan

G1P0A0 dengan umur kehamilan 28 minggu (preterm), berat badan 1800

gram dan jenis kelamin laki-laki.

4. Riwayat Keluarga

Penyakit keturunan

1. Riwayat penyakit tekanan darah tinggi pada kakek (pihak ayah)

2. Kencing manis pada nanek dan kakek (pihak ibu)

Penyakit menular

Tidak ada anggota keluarga yang menderita batuk-batuk lama

Page 6: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

5. Riwayat Psikososial

Keluarga penderita tinggal di sebuah rumah yang terbuat dari beton

yang ditempati oleh ayah, ibu kandung serta kakek dan nenek. Kebutuhan

mandi-cuci menggunakan air dari PDAM, ventilasi udara cukup dan

cahaya cukup.

6. Keadaan Persalinan Sekarang dan Bayi

Nama bayi : By. N

Waktu kelahiran : 24 Desember 2004/jam tidak tahu

Kehamilan : Tunggal

Macam persalinan : Spontan

Status GPA ibu : G1 P0 A0 preterm (28 minggu)

Nilai Apgar : tidak tahu

Antropometri :

Berat lahir : 1800 gram

Panjang lahir : 49 cm

Lingkar kepala : 29 cm

Lingkar dada : 25 cm

Lingkar lengan : 9 cm

III. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Menangis lemah, gerak aktif

2. Tanda Vital : heart rate : 145 kali/menit

suhu : 36,8 oC

Page 7: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

respirasi : 62 kali/menit

berat badan : 1.800 gram

4. Kulit : Ikterik pada badan, tangan, kaki, dan hidung.

Sianosis pada bibir dan ujung kuku, turgor cepat

kembali

5. Kepala/leher :

Rambut : rambut berwarna hitam, tipis, distribusi merata,

karakteristik lurus, tidak ada alopesia

Kepala : Simetris, UUB datar dan UUK belum menutup,

wajah simetris, sefal hematom dan caput

susedaneum tidak ada.

Mata : Palpebra edema ++/+, alis dan bulu mata tidak

mudah dicabut, konjungtiva tidak anemis, sklera

ikterik, pupil berdiameter 2 mm/2 mm, isokor,

reflek cahaya +/+, sekret ++/+.

Telinga : Bentuk normal, sekret tidak ada

Hidung : Bentuk normal, simetris, pernapasan cuping

hidung tidak ada, deviasi septum tidak ada, dan

sekret tidak ada.

Mulut : mukosa bibir basah, labiopalatoschizis tidak ada,

sanosis

Lidah : Bentuk simetris, tidak anemis, warna merah muda.

Page 8: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

5. Leher Kuduk kaku tidak ada, tidak tortikolis.

6. Toraks :

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak terlihat retraksi, tampak

areola bertitik-titik dengan diameter < 0,75 cm dan

pinggir rata.

a. Pulmo

Inspeksi : Bentuk simetris, inspirasi dan ekspirasi tidak

memanjang, frekuensi 62 kali/menit.

Palpasi : Fremitus vokal simetris

Perkusi : Sonor

Auskultasi : suara napas bronkovesikuler, suara tambahan tidak

ada.

b. Jantung

Inspeksi : Vousseure cardiaque, pulsasi dan iktus tidak

terlihat.

Palpasi : Thrill tidak ditemukan.

Perkusi : Batas kanan : ICS IV LPS kanan

Batas kiri : ICS V LMK kiri

Batas atas : ICS II LPS kanan

Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, tidak ada takikardia

7. Abdomen

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak kembung.

Palpasi : Hepar/Lien/Massa tidak teraba

Page 9: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

Perkusi : timpani (+), dan tidak ditemukan adanya ascites

Auskultasi : Bising usus (+) normal

8. Genital : ♂, decensus terticulorum (+)

9. Anus : Anus paten

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Ekstremitas

Tulang belakang

Tanda-tanda

fraktur

Kelainan

bawaan

Susunan saraf

Refleks

:

:

:

:

:

:

Akral hangat, edema tidak ada, parese tidak ada,

ujung kuku sianosis.

Deformitas tidak ada

Tidak ada

Tidak

Tidak ada kelainan

Refleks Moro (+), Refleks hisap (+), Reflek

pegang (+), Refleks rooting (+)

IV. Resume

Nama : By. N

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 1 hari

Berat Badan : 1800 gram

Panjang lahir : 49 cm

Lingkar kepala : 29 cm

Lingkar dada : 25 cm

Page 10: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

Lingkar lengan : 9 cm

Keluhan Utama : Pucat

Uraian : Ikterik (+) diseluruh tubuh, sinosis (+), cegukan (+),

demam (-), batuk (-), pilek (-), muntah (-), kejang(-),

ASI/PASI (-), BAB (+), dan BAK (+).

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : Menangis lemah, gerak aktif

Heart rate : 145 kali/menit

Suhu : 36,8 oC

Pernapasan : 62 kali/menit

Kulit : Ikterik (+) diseluruh tubuh.

Kepala : Caput suksadaneum tidak ada

Mata : Tidak anemis, ikterik (+/+) edema (++/+), sekret (++/+)

Telinga : Simetris, sekret tidak ada

Hidung : pernapasan cuping hidung tidak ada

Mulut : Labiopalatoschizis tidak ada, sianosis dibibir

Leher : kaku kuduk tidak ada, tortikolis tidak ada

Toraks

Paru

Jantung

:

:

:

Tidak ada retraksi

Sn. Bronkovesikular, ronkhi (+/+)

S1=S2 tunggal, reguler, bising (-)

Abdomen : Tali pusat dalam perawatan

Ekstremitas : Edema (-/-), parese (-/-), sianosis diujung kuku

Page 11: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

Genitalia : ♂, decensus testis (+)

Anus : (+)

V. Diagnosa Banding

I. BBLR - SMK

BBLR - KMK

II. Post term

Aterm

Pre term

III. Ikterik neonatorum

Sepsis

Penyakit membran hialin

VI. Diagnosa Sementara

I. BBLR - KMK

II. Pre term

III. Ikterik neonatorum

VII. Prognosis

Dubia ad bonam

VIII. Usulan/Saran

- Perawatan tali pusat

Page 12: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

- Pengawasan keadaan umum dan tanda vital

- Timbang berat badan setiap hari

- Pendidikan terhadap orang tua dan keluarga tentang

imunisasi, pemberian makanan bergizi, ASI, kontrol ke pusat pelayanan

kesehatan.

IX. Terapi

Thermoregulasi (rawat inkubator)

IVFD D5 ¼ NS 8 tts/menit

Ampicillin 2 x 75 mg iv

Gentamisin 9 gram/hari dalam 2 dosis

Latih ASI/PASI

Pengawasan KU, TV, BAB, BAK.

Page 13: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

XI. Diskusi

Seperti telah dikemukakan dalam pendahuluan yang dimaksud dengan bayi

berat berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan

lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram).(1,2)

Kongres European Perinatal Medicine II di London (1970) merumuskan

beberapa definisi penting mengenai istilah-istilah di bawah ini

a. Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37

minggu (259 hari)

b. Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu

sampai 42 minggu (259 sampai 293 hari)

c. Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau

lebih (294 hari atau lebih).

Berdasarkan pengertian di atas, bayi BBLR dapat digolongkan menjadi 2, yaitu: (1,2)

1. Prematuritas murni

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu, dan berat badannya sesuai dengan berat

badan untuk masa gestasi itu, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai

untuk masa kehamilan. Masa gestasi yang kurang dari 37 minggu ini dihitung

dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dan dianggap sebagai periode

kehamilan memendek. Prematur sering juga digunakan untuk mangatakan

imaturitas.

Page 14: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

2. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa

gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan

merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

Untuk menaksir masa gestasi pada neonatus dapat digunakan cara, antara

lain: (1,2)

1. Menggunakan HPHT

2. Penilaian ukuran antropometrik

3. Pemeriksaan radiologik

4. Mengukur motor conduction velocity

5. Pemeriksaan EEG

6. Penilaian karakteristik fisik

7. Penilaian kriteria neurologist

8. Penilaian menurut Dubowitz

9. Penilaian masa gestasi menurut Monintja, dan kawan-kawan

Pada kasus ini berat badan lahir adalah 1.800 gram dan untuk menaksir

maturitas janin, digunakan cara penilaian ukuran lingkar kepala menurut Finnstrom

Masa gestasi = 11,03 + 7,75 (lingkar kepala)

= 11,03 + 7,75 (29)

= 235 / 7

= 33 minggu – 34 minggu

Page 15: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

Pada kasus ini, dengan berat badan lahir sebesar 1.800 gram dan masa gestasi

33-34 minggu, maka neonatus ini disebut sebagai dismaturitas atau kecil masa

kehamilan.

Kecil masa kehamilan (KMK) disebabkan karena adanya retardasi

pertumbuhan intrauteri (intrauterin growth retardation). Adapun berbagai faktor

yang diduga ikut terlibat dalam etiologi kelambanan pertumbuhan janin yang terjadi

dalam kandungan adalah: (1,2,5,6)

1. Faktor janin

Kelainan kromosom

Kelainan bentuk janin

Infeksi

Jejas radiasi

2. Faktor plasenta

Besar dan berat plasenta, tempat melekat plasenta pada uterus, tempat insersi tali

pusat, kelainan plasenta, misalnya tumor, infark.

3. Faktor-faktor maternal

Penyakit pembuluh darah (kronik hipertensi, penyakit ginjal, diabetes mellitus,

penyakit jantung, penyakit paru kronis, anemia berat, malnutrisi, infeksi,

merokok, obat-obatan seperti: hidantoin, akohol, narkotik, usia ibu yang tua,

keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi ibu, dan faktor lingkungan seperti faktor

ketinggian tempat tinggal.

Pada kasus ini penyebab KMK diduga dari faktor maternal, dimana ibu

penderita mempunyai riwayat kebiasaan menggunakan obat-obatan terlarang

Page 16: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

(narkoba) serta minuman keras. Disamping itu ibu penderita juga tidak pernah

memeriksakan kehamilannya selama masa antenatal.

Ikterus fisiologis ialah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang

tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang

membahayakan atau mempunyai potensi menjadi kernicterus dan tidak menyebabkan

suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologis ialah ikterus yang mempunyai dasar

patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut

hiperbilirubinemia.

Pengamatan dari penelitian di RSCM Jakarta (Monintja dkk, 1981)

menunjukkan bahwa dianggap hiperbilirubinemia bila: (1)

1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama

2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam

3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan

12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.

4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim

G-6-PD dan sepsis)

5. Ikterus yang disertai keadaan sebagai berikut:

Berat lahir kurang dari 2000 gram

Masa gestasi kurang dari 36 minggu

Asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernapasan

Infeksi

Trauma lahir pada kepala

Hipoglikemia, hiperkarbia

Page 17: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

Hiperosmolaritas darah.

Berdasarkan uraian di atas, maka penderita dapat dianggap mengalami

hiperbilirubinemia karena ikterus terjadi pada 24 jam pertama, berat lahir kurang dari

2000 gram (pada penderita ini 1800 gram), masa gestasi kurang dari 36 minggu, dan

adanya asfiksia yang diketahui dari anamnesa dimana bayi dilahirkan tidak langsung

menangis dan setelah 15 menit kemudian setelah ditolong bidan baru bayi ada

menangis.

Mengenai penatalaksanaan BBLR yang tergolong dismaturitas adalah: (2,7)

1. Pengawasan frekuensi pernapasan terutama dalam 24 jam pertama. Bila

pernapasan lebih dari 60 kali/menit dibuat foto thoraks. Hal ini untuk mengetahui

jika ada sindroma gangguan pernapasan idiopatik.

2. Pemeriksaan kadar gula darah setiap 8-12 jam.

3. Pencegahan terhadap infeksi, karena bayi sangat rentan terhadap infeksi,

karena pemindahan Ig G dari ibu ke janin terganggu.

4. Pengelolaan temperatur agar jangan sampai kedinginan karena bayi dismatur

lebih mudah menjadi hipotermi.

5. Pemberian makanan dini (early feeding) untuk mencegah hipoglikemi.

Pada kasus ini penatalaksanaan untuk dismaturitas yang telah diberikan

adalah dengan:

Thermoregulasi (rawat inkubator), dengan tujuan pengelolaan

temperatur agar jangan sampai kedinginan karena bayi dismatur lebih mudah

menjadi hipotermi

Page 18: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

IVFD D5 ¼ NS 8 tts/menit, dengan tujuan untuk menjaga

keseimbangan cairan dan elektrolit serta sebagai jalur akses intravena untuk

pemberian obat-obatan.

Ampicillin 2 x 75 mg iv

Gentamisin 9 gram/hari dalam 2 dosis, ampicillin dan gentamisin

diberikan untuk pencegahan infeksi, dimana penderita ini termasuk rentan

terhadap infeksi.

Melatih pemberian ASI/PASI, untuk pemberian makan dini (early

feeding) guna mencegah terjadinya hipoglikemia.

Pengawasan KU, TV, BAB, BAK.

Page 19: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus BBLR (kecil masa kehamilan/KMK) dengan

ikterus neonatorum pada seorang bayi baru lahir dengan berat lahir 1800 gram.

Penatalaksanaan pada kasus ini berupa thermoregulasi (rawat inkubator), IVFD D5

¼ NS 8 tts/menit, Ampicillin 2 x 75 mg iv, Gentamisin 9 gram/hari dalam 2 dosis,

melatih pemberian ASI/PASI, dan pengawasan KU, TV, BAB, BAK

Page 20: Laporan Kasus Anak - Ikterus Neo

DAFTAR PUSTAKA

1. Hasan R, Alatas H, Ed. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3 cet ke-6. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 1985

2. Behrman RE, Vaughn VC, Nelson WE, eds. Ilmu kesehatan anak nelson 1. Alih bahasa : Siregar MR, Maulany RF, EGC. Jakarta : 1992

3. Hansen, TW. Jaundice, Neonatal. eMedicine, 2002. Available from URL: http://www.emedicine.com/ped/topic1061.htm

4. Karmarkar S. Jaundice in early infancy. Pediatric Oncall, 2001. Available from URL: http://www.pediatriconcall.com/FORDOCTOR/DiseasesandCondition/ jaundice_early.asp

5. Wibowo B, Rachmidhani T. Prematuritas. Dalam: Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1999.

6. Wirgawan S. Penatalaksanaan dan Perawatan Bayi Dismatur (Berat Badan Lahir Rendah). Dalam: Medika, 1993 12, 19 : 34-43

7. Masjour Arif et al, kapita selekta Kedokteran. Media Eusculapius FKUI Jakarta. 2000