NEO-Realisme vs neo-liberalisme.pptx

32
NEO-REALISME VS NEO- LIBERALISME

Transcript of NEO-Realisme vs neo-liberalisme.pptx

NEO-REALISME VS NEO-LIBERALISME

Debat neo-neo telah menjadi fokus studi Hubungan Internasional (terutama di AS) selama 10-15 tahun belakangan.

Neo-realisme dan Neo-liberalisme bukan saja teori, tetapi juga paradigma ataupun kerangka kerja yang mempengaruhi pandangan seseorang tentang dunia politik.

Neo-realisme

Tokohnya Kenneth Waltz Pentingnya sebuah struktur dari

sistem internasional. Struktur menentukan perilaku

negara. Di dalam studi keamanan,

pembahasan mengenai mengenai neo-realisme diwujudkan di dalam konsep ‘offensive & defensive realism’

Neo-liberalisme

Nama lainnya: neo-liberal institusionalism, teori Institusional

Kebijakan neo-liberal mempromosikan pasar bebas dan nilai-nilai demokrasi Barat

Negara-negara Barat, bersama AS, menyerukan perluasan komunitas negara-negara demokrasi dan kapitalis.

Neo-liberalisme: Kebijakan neo-liberal: gabungan dari

prinsip ‘democratic peace’, ‘free trade’ dan ‘open borders’.

Kepentingan nasional mendapat prioritas melebihi nilai-nilai moral dan universal

Berbeda dengan prinsip dasar Realisme, kepentingan ekonomi diberikan prioritas utama daripada kepentingan geopolitik.

Robert Keohane: Neo-liberal institusionalisme meminjam prinsip-prinsip realisme dan liberalisme.

How to use them?

Untuk membahas sistem internasional: kondisi perang, keamanan militer

neo-realisme Kondisi kerjasama, ekonomi politik

internasional, lingkungan hidup neo-liberalisme

1. Realisme struktural2. Realisme modern Ide-ide

Waltz + realisme tradisional (Morgenthau, Hoffmann, Gilpin)

3. Realisme ‘offensive, defensive’

Versi-versi Neo-realisme:

I. Realisme Struktural

Realisme klasik Morgenthau melihat kepada aksi dan interaksi negara-negara di dalam sebuah sistem.

Waltz memperhatikan struktur internasional yang anarkis dan distribusi kapabilitas masing-masing negara.

Teori Waltz:

Struktur Internasional

Keluaran (hasil) dari struktur internasional

Anarki Internasional Balance of power

Negara adalah unit-unit International recurrence and repetition

Kapabilitas negara-negara yang berbeda-beda

Konflik internasional, perang

Hubungan antara negara-negara superpower

Perubahan internasional

Realis klasik: Kekuatan (power) bukan hanya alat tapi juga tujuan akhir. Dan kekuatan militer adalah elemen terpenting dari kekuatan sebuah negara.

Neo-realis: Kekuatan (power) adalah akumulasi dari sumber-sumber militer dan kemampuan untuk menggunakan kekuatan untuk menguasai negara lain di dalam sistem.

“States are differentiated in the system by their power and not by their function”

Realisme klasik: negara bereaksi terhadap kondisi sistem yang anarkis

Neo-realisme: anarki yang menentukan sistem.

Negara kecil mengalami kondisi dilema keamanan (security dilemma) bergabung ke dalam persekutuan (alliance), aktif berpartisipasi di dalam organisasi regional dan internasional.

Negara besar akan menggunakan strategi unilateral meningkatkan kekuatan militer untuk melindungi kepentingan nasionalnya.

2. Perolehan Absolut dan Relatif Joseph Grieco mewakili kelompok realis

yang mengkritisi kelompok neo-liberal institusionalis yang mengatakan bahwa negara hanya tertarik untuk mencapai perolehan absolut.

Menurutnya: negara bukan hanya mengejar perolehan absolut (increasing power & influence) tetapi juga perolehan relatif (how much power & influence other states might achieve)

Absolute and relative gains

Absolute gains As long as we do well it doesn’t matter if others do even better

Relative gains We will do our best, but number one priority is that the others don’t get ahead of us

3. Studi keamanan dan neo-realisme Offensive realists menekankan

kepada pentingnya relative power (security & survival). Seperti realisme klasik, kelompok ini percaya bahwa konflik tidak bisa dielakkan di dalam sistem internasional dan para pemimpin harus waspada terhadap peningkatan kekuatan negara-negara lain.

Tokohnya: John Mearsheimer, Stephen Walt

Mearsheimer’s neorealist stability theoryKondisi bipolar yang stabil

Kondisi multipolar yang tidak stabil

Eropa selama Perang Dingin

Eropa sebelum 1945 dan setelah 1990

Dua negara superpower Banyak negara superpower

Kekuatan superpower hampir sama

Perubahan di dalam balance of power

Nuclear deterrence Persaingan militer konvensional

Penaklukan sulit dilakukan

Penaklukan tidak terlalu sulit dilakukan

Defensive realists Robert Jervis & Richard Snyder: para

pemimpin menyadari besarnya konsekuensi perang.

Di dalam kondisi globalisasi dan interdependensi kompleks, penggunaan kekuatan militer untuk ekspansi adalah sesuatu yang dihindari.

[War] usually results from irrational forces in security.

1.Commercial2.Republican3.Sociological

4.Liberal Institutionalism

Neo-Liberalisme:

Commercial liberalism mengusung pasar bebas dan ekonomi kapitalis sebagai jalan untuk mencapai perdamaian dan kemakmuran.

Republican liberalism negara-negara demokratik akan menghargai hak-hak warga negaranya dan tidak akan berperang dengan negara tetangganya. Democratic peace theory.

Comercial + Republican liberalism = dasar kebijakan luar negeri negara-negara Barat.

Sociological liberalism menekankan kepada nilai-nilai komunitas dan interdependensi. Karena aktivitas transnasional semakin meningkat, orang-orang dari berbagai tempat di penjuru dunia akan saling terhubung. Karena ongkos perang semakin tinggi, negara tidak bisa melakukan tindakan unilateral dan tidak bisa mengelak untuk terlibat di dalam kerjasama.

Liberal institutionalism integration theory.

Untuk mencapai perdamaian dan kemakmuran, negara-negara harus menyerahkan sebagian kedaulatannya untuk membentuk komunitas yang terintegrasi dalam mempromosikan pertumbuhan ekonomi.

Keohane & Nye: the world had become more pluralistic in terms of actors involved in international interaction and that these actors had become more dependent on each other.

Complex interdependence:1. Increasing linkages among states

and non-state actors.2. A new agenda of international

issues with no distinction between low and high politics.

3. A recognition of multiple channels for interaction among actors across national boundaries.

4. The decline of the efficacy of military force as a tool of statecraft.

Asumsi utama neo-liberal institusionalism:

1. Negara adalah aktor utama, tapi bukan satu-satunya aktor. Negara adalah aktor rasional, selalu mencari cara untuk memaksimalkan kepentingan mereka di berbagai isu.

2. Di dalam lingkungan yang kompetitif, negara memaksimalkan perolehan absolut melalui kerjasama.

3. Halangan utama dari kerjasama adalah ketidakmauan negara untuk menjalankan hasil kerjasama

4. Kerjasama bukan tanpa masalah, namun loyalitas negara akan berpindah kepada institusi jika institusi tersebut akan membawa keuntungan bagi negara.

Fitur-fitur utama debat neo-realis dengan neo-liberalis1. Keduanya mengakui bahwa sistem

internasional itu anarkis. Bagi neo-realis, anarki menjadi hambatan di dalam kebijakan luar negeri, sedangkan neo-liberal meminimalisir konsep bertahan hidup sebagai tujuan akhir negara. Neo-liberal mengklaim bahwa neo-realis mengabaikan pentingnya interdependensi, globalisasi dan rezim yang diciptakan untuk mengatur hubungan-hubungan tersebut.

2. Neo-realis percaya bahwa kerjasama internasional tidak akan terjadi bila negara-negara tidak menginisiasinya. Kerjasama sulit dicapai dan sulit dijaga dan sangat bergantung kepada kekuatan negara. Neo-liberalis percaya bahwa kerjasama mudah untuk dicapai di bidang-bidang kerjasama yang menguntungkan negara-negara

3. Neo-liberal percaya bahwa aktor-aktor dengan kepentingan yang sama akan berusaha untuk memaksimalkan perolehan absolut. Neo-realis mengklaim bahwa faktor perolehan relatif diabaikan oleh kelompok neo-liberal. Bagi kelompok neo-liberal yang terpenting adalah usaha untuk memaksimalkan perolehan seluruh aktor-aktor yang terlibat di dalam kerjasama internasional. Sedangkan kelompok neo-realis percaya bahwa tujuan utama negara bekerja sama adalah untuk menghalangi negara lain memperoleh lebih.

4. Neo-realis mengatakan bahwa kondisi sistem yang anarkis menyebabkan negara disibukkan dengan relative power seperti keamanan (security) dan bertahan hidup (survival). Sedangkan kelompok neo-liberalis hanya fokus kepada masalah-masalah kesejahteraan ekonomi atau ekonomi politik internasional dan isu-isu non militer lainnya seperti isu lingkungan hidup.

5. Neo-realis lebih menekankan kepada kapabilitas (power) negara daripada keinginan dan kepentingan negara, karena kapabilitas berkenaan dengan keamanan dan kemandirian. Sedangkan neo-liberalis lebih menekankan kepada keinginan negara-negara.

6. Neo-liberalis melihat institusi dan rezim sebagai kekuatan penting di dalam hubungan internasional. Neo-realis mengatakan bahwa neo-liberalis membesar-besarkan dampak rezim dan institusi internasional. Neo-liberalis menyatakan bahwa rezim dan institusi internasional memfasilitasi kerjasama internasional. Sementara bagi kelompok neo-realis, rezim dan institusi internasional tidak merubah kondisi sistem internasional yang anarkis.

Neo-realists on globalization Negara tetap aktor terpenting di dalam

politik internasional. Globalisasi memang mengancam beberapa kewenangan negara, namun politik tetap domain dari negara.

Neo-realis menyadari ancaman/tantangan keamanan dari globalisasi yang tidak berimbang, misalnya ketidakmerataan dan konflik.

Neo-realis tidak mendukung keberadaan gerakan transnasional yang mengancam kewenangan negara.

Neo-liberalists on globalization Neo-liberalis yang pro pasar bebas

menganggap bahwa globalisasi adalah suatu hal yang positif. Karena pada akhirnya negara-negara akan diuntungkan dari pertumbuhan ekonomi akibat globalisasi.

Kelompok neo-liberalis beranggapan bahwa globalisasi adalah proses yang tidak boleh dihalang-halangi ataupun diintervensi.

Apa yang terlewatkan dari asumsi-asumsi neo-realis dan neo-liberalis?

1. Kekuatan domestik yang dapat mendorong terjadinya kerjasama.

2. Neo-realis mengabaikan fakta bahwa kebijakan luar negeri tidak selalu bertujuan untuk memaksimalkan kepentingan ekonomi dan strategik. Contoh: bantuan kemanusiaan.

3. Melupakan peran dari budaya politik, identitas dan permainan politik domestik.

4. Tren jaringan transnasional politik.