Laporan Gizi Kel 1

60
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh adalah salah satu dari sembilan provinsi di Indonesia yang masih berstatus kesehatan buruk. 8 propinsi lainnya masing- masing Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Gorontalo, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Kesembilan provinsi tersebut akan menjadi sasaran guna memperkuat komitmen pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals, MDGs) serta mensinergikan kebijakan kesehatan pemerintah pusat dan daerah. 1. Status Gizi Balita menurut indikator BB/U: Secara nasional, prevalensi berat kurang pada 2011 adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13 % gizi kurang. Bila dibandingkan dengan pencapaian MDG tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi berat kurang secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 2,4% dalam periode 2011 - 2015 Dari 33 provinsi di Indonesia, 18 provinsi masih memiliki prevalensi gizi kurang diatas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 18,5% di provinsi Banten sampai 30,5% di NTB. Urutan ke 18 provinsi tersebut dari yang tertinggi sampai terendah adalah: NO Provinsi Page | 1

description

gizi

Transcript of Laporan Gizi Kel 1

Page 1: Laporan Gizi Kel 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aceh adalah salah satu dari sembilan provinsi di Indonesia yang masih berstatus

kesehatan buruk. 8 propinsi lainnya masing-masing Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,

Maluku, Gorontalo, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Kesembilan provinsi tersebut akan menjadi sasaran guna memperkuat komitmen pencapaian

Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals, MDGs) serta mensinergikan

kebijakan kesehatan pemerintah pusat dan daerah.

1. Status Gizi Balita menurut indikator BB/U:

Secara nasional, prevalensi berat kurang pada 2011 adalah 17,9% yang terdiri dari

4,9% gizi buruk dan 13 % gizi kurang. Bila dibandingkan dengan pencapaian MDG tahun 2015

yaitu 15,5% maka prevalensi berat kurang secara nasional harus diturunkan minimal sebesar

2,4% dalam periode 2011 - 2015

Dari 33 provinsi di Indonesia, 18 provinsi masih memiliki prevalensi gizi kurang diatas angka

prevalensi nasional yaitu berkisar antara 18,5% di provinsi Banten sampai 30,5% di NTB. Urutan

ke 18 provinsi tersebut dari yang tertinggi sampai terendah adalah:

NO. Provinsi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

NTB

NTT

Kalimantan Barat

Kalimantan tengah

Sulawesi Tengah

Papua barat

Gorontalo

Page | 1

Page 2: Laporan Gizi Kel 1

8.

9.

10.

11

12.

13

14.

15.

16.

17.

18.

Maluku

Sulawesi Selatan

Aceh

Maluku Utara

Kalimantan selatan

Sulawesi utara

Sulawesi Barat

Sulawesi selatan

Sumatera selatan

Jambi

Banten

Semua provinsi di Indonesia masih memiliki prevalensi berat kurang masih diatas batas non-

public health problem menurut WHO yaitu 10,0%

2. Status Gizi Balita berdasarkan indikator TB/U

Prevalensi kependekan secara nasional tahun 2011 sebesar 35,6% yang terdiri dari

18,5% sangat pendek dan 17,1% pendek.

Sebanyak 15 provinsi memiliki prevalensi kependekan diatas angka prevalensi

nasional. Urutan dari yang memiliki prevalensi tertinggi sampai terendah adalah:

NO Provinsi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

NTT

Papua Barat

NTB

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Sumatera selatan

Gorontalo

Page | 2

Page 3: Laporan Gizi Kel 1

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Kalimantan Barat

Kalimantan tengah

Aceh

Sulawesi selatan

Sulawesi Utara

Maluku

Lampung

Sulawesi tengah

Bila dibandingkan dengan batas non public health problem menurut WHO untuk

masalah kependekan sebesar 20%, maka semua provinsi di Indonesia masih dalam kondisi

bermasalah kesehatan masyarakat.

3. Status Gizi Balita berdasarkan indikator BB/TB

Prevalensi sangat kurus secara nasional tahun 2011 masih cukup tinggi yaitu 6,0%

dan tidak banyak perbedaan dengan keadaan 2007 sebesar 6,2%. Demikian pula halnya dengan

prevalensi kurus sebesar 7,3% pada tahun 2011 yang tidak berbeda banyak dengan keadaan

tahun 2007 sebesar 7,4%.

Terdapat 19 provinsi yang memiliki prevalensi kekurusan diatas angka prevalensi nasional.

Urutan ke-19 provinsi yang memiliki prevalensi tertinggi sampai terendah adalah:

NO Provinsi

1.

2

3.

4.

5.

6.

7.

Sulawesi utara

Bengkulu

DKI Jakarta

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Kalimantan Barat

Sulawesi utara

Page | 3

Page 4: Laporan Gizi Kel 1

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

Jawa Tengah

Aceh

Kalimantan tengah

Jawa Barat

Maluku

Kepulauan Bangka Belitung

Papua

Lampung

Kepulauan Riau

Sumatera Utara

Papua Barat

Jambi

Menurut UNHCR masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila

prevalensi BB/TB kurus antara 10,1% - 15,0% dan dianggap kritis bila diatas 15%. Pada tahun

2011, secara nasional prevalensi BB/TB kurus pada balita masih 13,3%. Hal ini berarti bahwa

masalah kekurusan di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius.

Berdasarkan indikator BB/TB dapat juga dilihat prevalensi kegemukan dikalangan

balita. Pada tahun 2011 prevalensi kegemukan secara nasional di Indonesia 14,0%. Terjadi

peningkatan prevalensi kegemukan yaitu 12,2% tahun 2007 menjadi 14% tahun 2011. 10

provinsi memiliki masalah kegemukan diatas angka nasional dari prevalensi tertinggi sampai

terendah adalah:

NO Provinsi

1.

2.

3.

4.

5.

DKI Jakarta

Sumatera utara

Sulawesi utara

Bali

Sumatera Selatan

Page | 4

Page 5: Laporan Gizi Kel 1

6.

7.

8.

9.

10.

Lampung

Aceh

Riau

Bengkulu

Jawa Barat

Dari pembahasan diatas Aceh bukan daerah yang paling buruk status gizinya, namun

Aceh berada di tengah. Status gizi di aceh mempunyai persentase gizi baik 41,1%, gizi lebih

11,76 %, gizi kurang 23,5%, gizi buruk23,5%.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam mengisi

pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya peningkatan derajat

kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat, gizi yang seimbang dapat meningkatkan

ketahanan tubuh, dapat meningkatkan kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang normal

(Depkes RI, 2004). Namun sebaliknya gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang

sangat sulit sekali ditanggulangi oleh Indonesia, masalah gizi yang tidak seimbang itu adalah

Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

(GAKY) dan Anemia Gizi Besi (Depkes RI, 2004 ).

Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal dengan gizi kurang

atau yang sering ditemukan secara mendadak adalah gizi buruk terutama pada anak balita,

masih merupakan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh pemerintah, walaupun

penyebab gizi buruk itu sendiri pada dasarnya sangat sederhana yaitu kurangnya intake

(konsumsi) makanan terhadap kebutuhan makan seseorang, namun tidak demikian oleh

pemerintah dan masyarakat karena masalah gizi buruk adalah masalah ketersediaan pangan

ditingkat rumah tangga, tetapi anehnya didaearah-daearah yang telah swasembada pangan

bahkan telah terdistribusi merata sampai ketingkat rumah tangga (misalnya program raskin),

masih sering ditemukan kasus gizi buruk, padahal sebelum gizi buruk ini terjadi, telah melewati

beberapa tahapan yang dimulai dari penurunan berat badan dari berat badan ideal seorang

anak sampai akhirnya terlihat anak tersebut sangat buruk (gizi buruk). Jadi masalah sebenarnya

Page | 5

Page 6: Laporan Gizi Kel 1

adalah masyarakat atau keluarga balita belum mengatahui cara menilai status berat badan

anak (status gizi anak) atau juga belum mengetahui pola pertumbuhan berat badan anak,

sepertinya masyarakat atau keluarga hanya tahu bahwa anak harus diberikan makan seperti

halnya orang dewasa harus makan tiap harinya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum :

Untuk mengetahui status gizi Balita dan Bumil di Kecamatan Darul Imarah, Desa Geu

Gajah, Aceh besar Tahun 2012.

1.2.2 Tujuan Khusus :

1. Mampu menimbang BB/U balita dengan benar sehingga mengetahui status gizi, meliputi

gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk.

2. Mampu mengukur TB/U balita dengan benar sehingga mengetahui status gizi, meliputi

Tinggi, Normal dan pendek.

3. Mampu mengukur dan menimbang BB/TB dengan benar, meliputi Gemuk/obesitas,

Normal, Kurus dan kurus sekali.

4. Mampu menyusun laporan hasil kegiatan dengan benar sebagai ujian final gizi

kesehatan masyarakat.

Page | 6

Page 7: Laporan Gizi Kel 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI / PENGERTIAN

2.1.1 Definisi gizi kesehatan masyarakat.

Berikut merupakan pengertian – pengertian gizi kesehatan masyarakat menurut para ahli :

Gizi kesehatan masyarakat adalah pengetahuan tentang penerapan ilmu pengetahuan

dalam memecahkan permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan gizi ( Michael J.Gibney,

2009 ).

Gizi kesehatan masyarakat ialah tindakan kolektif yang dilakukan masyarakat untuk

melindungi dan meningkatkan kesehatan seluruh populasi ( WHO, 2009 )

Gizi kesehatan masyarakat ialah seni dan pengetahuan tentang pencegahan penyakit,

peningkatan kesehatan dan perpanjangan usia harapan hidup melalui berbagai upaya yang

terorganisasi di dalam masyarakat.

Gizi kesehatan masyarakat ialah upaya promosi untuk mencapai kesehatan optimal

melalui pencegahan primer gizi di dalam populasi masyarakat ( Margetts, 2008 ).

Gizi kesehatan masyarakat ialah upaya promosi dan menjaga kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat yang berhubungan dengan gizi melalui usaha-usaha

pengorganisasian masyarakat dan memberikan informasi hasil pilihan masyarakat.

Page | 7

Page 8: Laporan Gizi Kel 1

2.1.2 Definisi penilaian / pengukuran status gizi.

Berikut merupakan pengertian – pengertian penilaian / pengukuran status gizi :

Penilaian status gizi merupakan salah satu indicator yang menggambarkan tingkat

kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah pengukuran

secara antropometri yang menggunakan indeks berat badan menurut umur.

Penilaian / Pengukuran Status gizi adalah Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu,

contoh gondok endemik merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran

yodium dalam tubuh ( supariasa, dkk,2007 )

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara asupan

zat gizi dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses biologis. Keadaan gizi yang

baik adalah jika intake zat gizi sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu sering juga disebut

dengan gizi seimbang. Kurang gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh kurangnya intake zat

gizi dibandingkan dengan kebutuhannya, sedangkan lebih gizi adalah keadaan yang diakibatkan

oleh intake zat gizi yang berlebih dibandingkan dengan kebutuhannya (Purwadianto, A., 2009).

Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara

zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya (Sediaoetama, 2010).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan

zat-zat gizi (Almatsier, 2005).

2.2. JENIS – JENIS PENILAIAN STATUS GIZI

Penilaian status gizi terbagi atas 2, yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian

status gizi seacara tidak langsung.

Page | 8

Page 9: Laporan Gizi Kel 1

2.2.1 Penilaian status gizi secara langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi

menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.

Penilaian Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang

gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan

protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi

jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah Indeks Massa Tubuh.

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang

sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko

terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap

penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan

seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Pedoman ini bertujuan

memberikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan untuk mencapai berat badan normal

berdasarkan IMT dengan penerapan hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain

yang sehat.

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)

IMT = ——————————————————

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Page | 9

Page 10: Laporan Gizi Kel 1

Penilaian Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi

masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan

dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial

tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical

surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari

kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat

status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala

(symptom) atau riwayat penyakit.

Penilaian Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara

laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang

digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan

otot.

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan

malnutrisi yang lebih parah lagi, Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan

kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

Penilaian Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan

melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik

(epidemic of night blindnes), Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Page | 10

Page 11: Laporan Gizi Kel 1

2.2.2 Penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara tidak langsung

dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung

dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi

berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan

kelebihan dan kekurangan zat gizi.

Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberpa

statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian

akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung

pengukuran status gizi masyarakat.

Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil

interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia

sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab

malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi

(Schrimshaw, 1964).

2.2.3 Penimbangan BB / U

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling banyak atau

sering di gunakan untuk mendiagnosa apakah balita tersebut berstatus gizi baik atau tidak.

Page | 11

Page 12: Laporan Gizi Kel 1

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Berat

normal merupakan idaman bagi setiap orang agar tercapai tingkat kesehatan yang optimal.

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,

termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik

karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan

dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam

melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya

memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya

memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang

dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias

Abunain, 1990).

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan

akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun

tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang

tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang

mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung

dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi

perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak

diperhitungkan ( Depkes, 2004).

Kelebihan indeks BB/U:

1. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.

2. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis

3. Berat badan dapat berfluktuasi

4. Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil

5. Dapat mendeteksi kegemukan

Page | 12

Page 13: Laporan Gizi Kel 1

Kelemahan indeks BB/U:

1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun

asites

2. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir

secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik

3. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun

4. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan

anak pada saat penimbangan

5. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya

setempat.

2.2.3.1 Tujuan penimbangan BB / U

Tujuan daripada di lakukan nya penimbangan berat badan / umur pada balita yaitu :

1. Untuk dapat melihat status gizi balita tersebut meliputi gizi lebih, gizi baik, gizi kurang

dan gizi buruk.

2. Untuk melihat keadaan ( status) gizi saat sekarang.

3. Untuk memantau pertumbuhan balita setiap bulan nya.

4. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.

5. Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/pilek/diare), berat badan dua bulan

berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (Bawah Garis Merah) dan

dicurigai Gizi buruk sehingga dapat segera dirujuk ke Puskesmas.

2.2.3.2 Cara Penimbangan BB / U

Cara penimbangan berat badan / umur :

1. Periksalah dacin dengan seksama apakah masih dalam kondisi baik atau tidak.

gantungkan dacin pada : dahan pohon, palang rumah.

2. Periksalah dacin sudah tergantung kuat, tarik batang dacin ke bawah kuat-kuat.

Page | 13

Page 14: Laporan Gizi Kel 1

3. Sebelum di pakai letakkan bandul geser pada angka 0. Batang dacin di kaitkan dengan

tali pengaman.

4. Pasanglah celana timbang, kotak timbang/sarung timbang yang kosong pada dacin.

Ingat bandul geser pada angka 0.

5. Seimbang kan dacin yang sudah di bebani celana timbang, sarung timbang atau kotak

timbangan.

6. Balita di timbang dan seimbang kan dacin.

7. Tentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul geser.

8. Catat hasil penimbangan di atas.

9. Geserkan bandul ke angka 0 letakkan batang dacin dalaam tali pengaman, setelah itu

balita dapat di turun kan.

2.2.3.3 Menghitung dan menganalisis hasil penimbangan BB / U.

DATA BERAT BADAN ( Kg ) ANAK BALITA YANG SETELAH DI URUTKAN

DI DESA GEU GAJAH KEC. DARUL IMARAH

TAHUN 2012

No. Nama Balita Umur Jenis

kelamin

Berat Badan

( Kg )

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Habib

Dafa

Zalfa

Nabil

Syifa Sarmila

Thomas

Furqan

Hanif

Rajwa

5 Tahun

3 Tahun

5 Tahun

5 Tahun

4 Tahun

3 Tahun

5 Tahun

5 Tahun

4 Tahun

LK

LK

PR

LK

PR

LK

LK

LK

PR

24 Kg

21 Kg

21 Kg

20 Kg

20 Kg

18 Kg

17 Kg

16 Kg

15 Kg

Page | 14

Page 15: Laporan Gizi Kel 1

10

11

12

13

14

15

16

Altaf

Bunga

Saddiq

M. Nazid

Khaira

Syifa Khairunnisa

Zia

5 Tahun

4 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

3.5 Tahun

LK

PR

LK

LK

PR

PR

PR

15 Kg

15 Kg

15 Kg

15 kg

13 Kg

13 Kg

10 Kg

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa Balita yang mempunyai berat badan terberat

yaitu Habib dengan berat badan 24 Kg sedangkan untuk balita yang terkurus yaitu Zia dengan

berat badan 10 Kg.

HASIL PERHITUNGAN Z-SCORE BB / U

ANAK BALITA DI DESA GEU GAJAH, KECAMATAN DARUL IMARAH

TAHUN 2012

No. Nama Balita Umur Jenis

kelamin

Berat Badan

( Kg )

Z-SCORE KET

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Rajwa

Khaira

Dafa

Altaf

Syifa Khairunnisa

Bunga

Zia

Syifa Sarmila

Hanif

Thomas

4 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

5 Tahun

3 Tahun

4 Tahun

3.5 Tahun

4 Tahun

5 Tahun

3 Tahun

PR

PR

LK

LK

PR

PR

PR

PR

LK

LK

15 Kg

13 Kg

21 Kg

15 Kg

13 Kg

15 Kg

10 Kg

20 Kg

16 Kg

18 Kg

-0.4 SD

-0.5 SD

+3.4 SD

-1 SD

-0.5 SD

-0.4 SD

-2.3 SD

+1.7 SD

-0.6 SD

+2.05 SD

Gizi Baik

Gizi Baik

Gizi lebih

Gizi Baik

Gizi Baik

Gizi Baik

Gizi buruk

Gizi baik

Gizi Baik

Gizi lebih

Page | 15

Page 16: Laporan Gizi Kel 1

11

12

13

14

15

16

Zalfa

Nabil

Furqan

Saddiq

M. Nazid

Habib

5 Tahun

5 Tahun

5 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

5 Tahun

PR

LK

LK

LK

LK

LK

21 Kg

20 Kg

17 Kg

15 Kg

15 Kg

24 Kg

+1.2 SD

+0.8 SD

-0.2 SD

+0.4 SD

+0.4 SD

+2.3 SD

Gizi baik

Gizi baik

Gizi Baik

Gizi baik

Gizi baik

Gizi lebih

Data Primer : Diolah tahun 2012

Keterangan :

Dimana : NIS : Nilai Induvidual Subjek

NMBR : Nilai Median Baku Rujukan

NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan

Indeks yang

dipakai

Batas

Pengelompokan

Sebutan Status Gizi

BB/U < -3 SD Gizi buruk

- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang

- 2 s/d +2 SD Gizi baik

> +2 SD Gizi lebih

Dari hasil diatas dapat kita lihat bahwa jumlah balita gizi buruk 1 orang, balita gizi kurang 0

orang, gizi baik 12 orang dan gizi lebih 3 orang.

Page | 16

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Page 17: Laporan Gizi Kel 1

1. Gizi buruk : 116x 100%=6.25%

2. Gizi kurang :016x 100%=0%

3. Gizi baik :1216x 100%=75%

4. Gizi lebih : 316x 100%=18.7%

Dari hasil proporsi diatas dapat kita simpulkan bahwa persentase tertinggi yaitu

terdapat pada anak balita gizi baik yaitu sebesar 75% (12 orang), gizi lebih 18.7% (3 orang) dan

gizi buruk 6.25% (1 orang). Dapat kita lihat pula bahwa status gizi pada anak balita di desa geu

gajah sudah baik, karena tinggi nya angka persentase, tapi masih adanya angka gizi lebih dan

angka gizi buruk pada anak balita di desa geu gajah, dan ini merupakan tugas kita sebagai

tenaga SKM untuk memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu yang ada di desa geu gajah akan

pentingnya makanan yang bergizi bagi anak balita.

2.2.4 Pengukuran TB / U

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan

keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan

merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap

tinggi (Quack stick) faktor umum dapat dikesampingkan. (Supariasa, dkk. 2001).

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan

skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.

Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah

kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan

akan nampak dalam waktu yang relatif lama.

Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini mengambarkan status gizi

masa lalu. Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan

gambaran status gizi masa lampau, juga telah erat kaitannya dengan status sosial-ekonomi.

(Supariasa, dkk. 2001).

Page | 17

Page 18: Laporan Gizi Kel 1

Kelebihan indeks TB/U :

1. Baik untuk menilai status gizi masa lampau.

2. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.

Kelemahan Indeks TB/U :

1. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.

2. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan

2 orang untuk melakukannya.

3. Ketepatan umur sulit di dapat.

2.2.4.1 Tujuan pengukuran TB/U adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana status gizi balita saat sekarang.

2. Untuk menilai pertumbuhan anak melalui perbandingan tinggi badan.

3. Untuk mengetahui tinggi dan pendeknya seseorang.

4. Untuk membedakan proporsi badan.

2.2.4.2 Cara pengukuran TB/U adalah :

1. Alatnya: meteran / mikrotoise , pulpen dan buku

2. cara pengukuran :

a. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar setinggi 2

meter. Angka 0 ( nol ) pada lantai yang datar rata.

b. Lepaskan sepatu atau sandal.

c. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris berbaris, kaki lurus,

tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang harus menempel pada dinding dan

muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan.

d. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus

menempel pada dinding.

e. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa. Angka

tersebut menunjukkan tinggi anak yang diukur.

f. Catat hasil pengukuran pada buku.

Page | 18

Page 19: Laporan Gizi Kel 1

Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang susah berdiri dapat dilakukan dengan alat

pengukur tinggi mikrotoa (mikrotoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. (Supariasa, dkk.

2001).

2.2.4.3 Menghitung dan menganalisis pengukuran TB / U

DATA TINGGI BADAN ( Cm ) ANAK BALITA YANG SETELAH DI URUTKAN

DI DESA GEU GAJAH KEC. DARUL IMARAH

TAHUN 2012

No

.

Nama Balita Umur Jenis

kelamin

Tinggi Badan

( Cm )

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Zalfa

Habib

Hanif

Nabil

Syifa Sarmila

Rajwa

ALtaf

M. Nazid

Thomas

Dafa

Bunga

Furqan

Saddiq

Syifa Khairunnisa

Khaira

Zia

5 Tahun

5 Tahun

5 Tahun

5 Tahun

4 Tahun

4 Tahun

5 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

4 Tahun

5 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

3.5 Tahun

PR

LK

LK

LK

PR

PR

LK

LK

LK

LK

PR

LK

LK

PR

PR

PR

109 Cm

107 Cm

106.5 Cm

106 Cm

105 Cm

102 Cm

102 Cm

97.7 Cm

97 Cm

95 Cm

95 Cm

95 Cm

95 Cm

91.1 Cm

91 Cm

91 Cm

Page | 19

Page 20: Laporan Gizi Kel 1

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa balita yang tertinggi yaitu Zalfa dengan tinggi badan 109

Cm, sedangkan untuk balita yang terendah yaitu Zia dengan tinggi badan 91 Cm.

HASIL PERHITUNGAN Z-SCORE TB / U

ANAK BALITA DI DESA GEU GAJAH, KECAMATAN DARUL IMARAH

TAHUN 2012

No. Nama Balita Umur Jenis

kelamin

Tinggi Badan

( Cm )

Z-SCORE KET

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Rajwa

Khaira

Dafa

Altaf

Syifa Khairunnisa

Bunga

Zia

Syifa Sarmila

Hanif

Thomas

Zalfa

Nabil

Furqan

Saddiq

M. Nazid

Habib

4 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

5 Tahun

3 Tahun

4 Tahun

3.5 Tahun

4 Tahun

5 Tahun

3 Tahun

5 Tahun

5 Tahun

5 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

5 Tahun

PR

PR

LK

LK

PR

PR

PR

PR

LK

LK

PR

LK

LK

LK

LK

LK

102 Cm

91 Cm

95 Cm

102 Cm

91.1 Cm

95 Cm

91 Cm

105 cm

106.5 Cm

97 Cm

109 Cm

106 Cm

95 Cm

95 Cm

97.7 Cm

107Cm

+0.1 SD

-0.7 SD

+0.1 SD

-1.7 SD

-0.7 SD

-1.6 SD

-1.6 SD

+0.8 SD

-0.7 SD

+0.5 SD

+0.1 SD

-0.8 SD

-3.2 SD

+0.1 SD

+1.3 SD

-0.6 SD

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

pendek

Normal

Normal

Normal

Data Primer : DIolah tahun 2012

Page | 20

Page 21: Laporan Gizi Kel 1

Keterangan :

Dimana : NIS : Nilai Induvidual Subjek

NMBR : Nilai Median Baku Rujukan

NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan

Indeks yang

dipakai

Batas

Pengelompokan

Sebutan Status Gizi

TB/U < -3 SD Sangat Pendek

- 3 s/d <-2 SD Pendek

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Tinggi

Dari hasil diatas dapat kita lihat bahwa jumlah balita yang sangat pendek 0 orang,

pendek 1 orang dan balita yang bertubuh normal 15 orang, sedangkan untuk balita yang

bertubuh tinggi tidak ada sama sekali.

1. Sangat Pendek : 016x 100%=0%

2. Pendek :116x 100%=6.25%

3. Normal :1516x 100%=93.7%

4. Tinggi : 016x 100%=0%

Page | 21

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Page 22: Laporan Gizi Kel 1

Dari hasil proporsi diatas dapat kita simpulkan bahwa persentase tertinggi yaitu terdapat pada

tubuh anak balita yang normal, yaitu sebesar 93.7% (15 orang), dan jumlah balita yang

bertubuh pendek hanya 6.25% (1 orang), dan ini menunjukkan bahwa status gizi anak balita di

desa geu gajah sudah baik, karena kecil nya persentase balita yang bertubuh pendek.

HASIL PERHITUNGAN Z-SCORE BB/TB

ANAK BALITA DI DESA GEU GAJAH, KECAMATAN DARUL IMARAH

TAHUN 2012

N

o

Nama Balita Umur Jenis

kelam

in

TB

( Cm )

BB

(kg)

Z-score ket

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Zalfa

Habib

Hanif

Nabil

Syifa Sarmila

Rajwa

ALtaf

M. Nazid

Thomas

Dafa

Bunga

Furqan

Saddiq

Syifa Khairunnisa

Khaira

Zia

5 Tahun

5 Tahun

5 Tahun

5 Tahun

4 Tahun

4 Tahun

5 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

4 Tahun

5 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

3.5 Tahun

PR

LK

LK

LK

PR

PR

LK

LK

LK

LK

PR

LK

LK

PR

PR

PR

109 Cm

107 Cm

106.5 Cm

106 Cm

105 Cm

102 Cm

102 Cm

97.7 Cm

97 Cm

95 Cm

95 Cm

95 Cm

95 Cm

91.1 Cm

91 Cm

91 Cm

21 kg

24 kg

16 kg

20 kg

20 kg

15 kg

15 kg

15 kg

18 kg

21 kg

15 kg

17 kg

15 kg

13 kg

13 kg

10 kg

+1.6 SD

+3.7 SD

-1 SD

+1.5 SD

+1.8 SD

-0.5 SD

-0.8 SD

-0.1 SD

+2 SD

+4.6 SD

+0.6 SD

+1.7 SD

+0.3 SD

-0.1 SD

-0.1 SD

-2.2 SD

Normal

Gemuk

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Gemuk

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Sangat kurus

DataPrimer : diolah tahun 2012

Page | 22

Page 23: Laporan Gizi Kel 1

Keterangan :

Dimana : NIS : Nilai Induvidual Subjek

NMBR : Nilai Median Baku Rujukan

NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan

Indeks yang

dipakai

Batas

Pengelompokan

Sebutan Status Gizi

BB/TB < -3 SD Sangat kurus

- 3 s/d <-2 SD Kurus

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Gemuk / obesitas

Dari hasil diatas dapat kita lihat bahwa jumlah balita yang normal sebanyak 13 orang,

gemuk 2 orang dan balita sangat kurus 1 orang, sedangkan untuk balita yang bertubuh kurus

tidak ada sama sekali.

1. Sangat Kurus : 116x 100%=6.25%

2. Kurus :016x 100%=0%

3. Normal :1316x 100%=81.2%

Page | 23

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Page 24: Laporan Gizi Kel 1

4. Gemuk/obesitas : 216x 100%=12.5%

2.3 SIKLUS GIZI KESEHATAN MASYARAKAT ( PHN )

Gizi kesehatan masyarakat berkenaan dengan pemecahan permasalahan. Siklus gizi

kesmas telah dikembangkan untuk mencapai arah tujuan ini. Siklus ini di rancang untuk

mengidentifikasikan langkah – langkah penting yang di perlukan dalam pengembangan suatu

pendekatan logis dengan cara terbaik bagi pemecahan permasalahan.

Page | 24

1. Mengidentifikasi permasalahan penting yang berkaitan dengan gizi

3. Mendefinisikan tujuan khusus (objektif) untuk tujuan umum

5. Menyusun program

7. Mengevaluasi program2. Menetapkan tujuan umum ( goal )

6. Mengimplementasikan program

4. Menetapkan target kuantitatif

Page 25: Laporan Gizi Kel 1

Siklus gizi kesmas menyerupai siklus kebijakan umum. Beberapa organisasi internasional

dan pemerintah ( misalnya UNICEF dan Departemen Kesehatan Afrika selatan ) Menggunakan

siklus perencanaan “triple A” ( AAA : assessment, analysis dan action ).

1.Mengenali problem terkait gizi yang penting

Gizi kesehatan masyarakat bertujuan untuk memecahkan permasalahan. Karna itu, kita

harus mulai dengan memeriksa permasalahan penting apa yang berkaitan dengan gizi dan

berada dalam wilayah kerja atau Negara yang relevan.

Sebelum bertindak kita harus ajukan pertanyakan dulu, yaitu sebagai berikut:

Permasalahan kesehatan masyarakat apa yang penting dinegara atau wilayah yang kita

teliti tersebut.

Mengukur kesehatan dan kualitas hidup, morbiditas dan mortalitas, insidens, dan

prevalensi.

Tinjauan berbasis evidens terhadap keterkaitan antara gizi dan permasalahan.

Faktor-faktor gizi yang terindentifitas relevan dengan target populasi.

Model relevansi yang teoritis

Pada tahap ini, kita perlu mulai berfikir tentang kendala utama apa yang menghalangi

perubahan. Teori yang relavan untuk dipertimbangkan pada tahap ini dapat menjelaskan

kepercayaan masyarakat tentang intervensi yang diusulkan, norma-norma social atau persoalan

praktik institusi atau organisasi dalam masyarakat. Jika bukti menunjukkan perlunya perubahan

fuden mental pada kebiasaan makan dalam masyarakat, kita harus mempertimbangkan apakah

lingkungan social, budaya, politik cendrung siap menghadapi perubahan yang tampaknya

diperlukan.

2. Menetapkan tujuan umum dan arah yang luas

Page | 25

Page 26: Laporan Gizi Kel 1

Tanpa adanya tujuan umum (goal) yang jelas dan arah yang luas, dampak setiap pogram

yang bertujuan untuk memperbaiki kesehatan tidak akan mungkin diukur. Jelaslah bahwa arah

pogram gizi kesehatan masyarakat adalah memperbaiki kesehatan yang berkaitan dengan gizi.

Keberhasilan pogram yang diukur dari latar belakang yang didefinisikan secara kuantitatif harus

dinilai. Tidak perduli bagaimana penyampaian pogramnya, ukuran penting untuk menilai

dampaknya adalah perubahan yang diukur pada outcome kesehatan.

Tujuan umum akan mengingformasikan dan mengarahkan kebijakan pemerintah pada

level tinggi. Ini merupakan pernyataan luas yang harus ditandatangani dan digunakan oleh

politisi dalam berargumentasi untuk dapat dukungan fisical serta kekuatan politis bagi

pencapaian tujuan umum tersebut.

3. Mengidentifikasikan tujuan khusus ( objektif )

Setelah mengidentefikasikan tujuan umum (goal), langkah berikutnya adalah

mengindentifikasikan factor-faktor kunci yang merupakan determinan penting dan sumber

keragaman dalam menetapkan tujuan umum pada target populasi. Gizi atau asupan zat

makanan , dapat menjadi satu-satunya dari sejumlah objektif atau tujuan khusus yang perluh

didefinisikan dan ditangani untuk mencapai goal atau tujuan umum.

Poin dalam objektif gizi yang disoroti adalah memastikan apakah apakah objektif

tersebut tidak hilang ketika disandingkan bersama objektif lain yang lebih memberikan

keuntungan politis.

Tujuan umum harus dapat diukur dan dipantau sepanjang waktu untuk menilai

perubahan. Jika tujuan akhirnya bersifat spesifik bagi subkelompok tertentu, kita harus

memastikan tersedianya data pada tingkat subkelompok tersebut.

4.Menetapkan Target kuantitatif

Setelah menetapkan sekumpulan tujuan khusus, langkah selanjutnya adalah

menetapkan target spesifik untuk setiap tujuan khusus gizi. Mungkin ada sejumlah target yang

dapat ditetapkan untuk setiap tujuan khusus. Kita harus memutuskan target mna yang

Page | 26

Page 27: Laporan Gizi Kel 1

pencapaiannya paling memungkinkan dan untuk setiap target harus terdapat bukti yang

menunjukkan bahwa pencapaian target tersebut dapat mencapai perubahan pada tujuan

khusus dan tentunya pada tujuan umum.

Contohnya adalah:

Pengurangan beban penyakit infeksi.

Cara mengindentifikasi target.

Dari hasil pengkajian berdasarkan bukti yang ada, kita dapat mengindetifikasi aspek

makanan mana yang berdampak paling besar pada populasi target, sedangkan dari hasil

pengkajian terhadap pola makanan dan dengan pertimbangan lingkungan praktik setempat,

kita perluh mengindentifikasi masalah tersebut secara kuantitatif.

Tidak realities jika kita mengajukan rekomendasi internasional asupan buah dan sayur

sebesar 400g/hari sebagai taerget, ketika tingkat konsumsi yang ada sekarang mencapai

250g/hari dan tidak pernah berubah melebihi 10% selama 10 tahun terakhir.Jika sasarannya

adalah peningkatan asupan sebesar 150g/hari dalam 5 tahun, tetapi tidak tercapai, pogram

tersebut akan tampak gagal, tapi jika sasarannya adalah peningktan asupan sebesar 10% ( dari

250 menjadi 275 g/hari ), walau terlihat sederhana, sasaran itu masih dapat tercapai dan

merupakan peningkatan yang berguna.

Kita juga harus pertimbangkan apakah targetnya adalah meningkatkan konsumsi dalam

keseluruhan populasi atau meningkatkan konsumsi mereka yang memiliki tingkat konsumsi

rendah. Perbedaan itu jarang dibuat hingga dapat memberikan dampak lanjutan terhadap

intervensi yang telah dilakukan.

Dalam menetapkan target juga harus diperhatikan jangka waktu yang telah di tentukan,

target juga dapat di pantau.

5.Menyusun pogram

Page | 27

Page 28: Laporan Gizi Kel 1

Jumlah dari target yang telah ditentukan jelas dan tepat telah tersusun, langkah

selanjutnya adalah mempertimbangkan metode paling efektif untuk mencapai target tersebut.

Semua pilihan yang relevan harus diperhitungkan, dengan pro dan kontra dievaluasi sebelum

membuat keputusan akhir mengenai metode yang akan digunakan.

Dalam menyusun suatupogram kerja, kita harus:

1.Mengindentifikasi factor penentunya

2. Mengkaji risiko-manfaat atau kemungkinan dampak

3.Mengkaji kebutuhan/dendala dalam masyarakat

4. Mengindentifikasi model teori yang paling tepat

5. Mengintenfikasi dan mengkaji pilihan; memutuskan apa yang akan dilakukan.

6. Memilih indicator untuk evaluasi

Mengindentifikasi faktor penentu

Faktor-faktor kunci apakah yang menentukan pola yang ada dan kendala apa saja yang

menghalangi keberhasilan.

Contoh :

Folat, sasarannya mungkin berupa peningkatan asupan folat bagi mereka yang tingkat

asupannya terendah. Mengapa, saat ini, kelompok target tersebut mengonsumsi makanan yang

rendah folat, alasannya mungkin perpaduan antara pendapatan dan ketersediaan, sikap

makanan yang kaya folat, keahlian memasak makanan yang kaya folat terbut dan

sebagainya.Kendalanya mungkin berubah antar-waktu dan mungkin bersifat dinamis sesuai

priolitas yang bersaing.

Faktor yang mungkin menghambat atau memengaruhi prilaku kedalam tiga tingkatan:

Predisposisi ( pemicu )

Page | 28

Page 29: Laporan Gizi Kel 1

Reinforcing ( penguat )

Enabling ( pendorong)

Mengkaji untung-rugi atau kemungkinan dampak

Sebelum menerapkan pogram, kita perluh memastikan bahwa perubahan yang diajukan

tidak menimbulkan efek negative atau yang membahayakan diet maupun kesehatan.

Mengkati kebutuhan dan kendala dalam masyarakat

Memperhitungkan apakah populasi target memiliki kepedulian dan priolitas yang sama.

Jika kelompok sasaran tidak memandang pentingnya target tersebut bagi mereka, mungkin kita

akan menemui kesulitan dalam memotivasi mereka untuk mengubah prilakunya, bahkan jika

situasi lainnya sangat memungkinkan.

Memutuskan apa yang akan dilakukan

Setelah mempertimbangkan semua pilihan, tiba waktunya untuk memutuskan apa yang

akan dilakukan.

Mempertimbangkan jenis intervensi yang tepat yaitu:

Kebijakan ( tingkat strategis )

Pogram yang ditujukan pada tingkat individu atau kelompok yang mengkaji faktor

penentu kunci dalam kelompok target.

Pogram yang ditujukan pada tingkat lembaga yang mengkaji penyebab utama semacam

persoalan persediaan makanan, askes, dan ketersediaan ( produsen, penjaja,

pemerintah ).

Pogram yang ditujukan untuk mengkaji penyebab dasar semacam kemiskinan dan

ketidak setaraan.

Page | 29

Page 30: Laporan Gizi Kel 1

Pada akhirnya, metode harus berbiaya paling efektif dan memiliki dampak yang paling

besar pada kesehatan terkait gizi. Jika gabungan pendekatan memang di perlukan dan memiliki

dukungan yang kuat, hal itu dapat dijalankan.

Memiliki indicator untuk evaluasi

Dalam mengembangkan suatu pogram, kita perlu mengidentifikasi indicator yang akan

digunakan dalam mengkaji efektifitas intervensi, sementara perubahan atau perbaikan apapun

dapat langsung dikaitkan dengan intervinsi.

6. Penerapan

Rincian praktis memekai cara pelaksanaan pogram harus di perhitungkan gagasan yang

baik belum tentu behasil jika tidak dapat dituangkan dalam tindakan. Dengan demikian,

didalam rencana penerapan harus diterapkan untuk melaksanakan pogram serta cara untuk

menyingkirkan semua kendala sehingga pelaksanaan pogram dapat berjalan dengan efektif.

Walau program sudah direncanakan dengan sangat cermat, faktor tak terduga masih

dapat muncul dan menghambat kemajuan. Selain itu, pogram yang tidak berhubungan mungkin

dilaksanakan secara bersamaan, anggaran dipotong karna ada perubahan kebijakan

pemerintah, atau staf mungkin sakit dan tidak dapat digantikan. Tindakan yang kerap diabaikan

adalah mengumpulkan semua pihak yang berkepentingan dalam pertemuan curah pendapat

untuk menyepakati sesuatunya.

Menyusun Biaya

Berapa biaya yang diperluhkan dalam menyelesaikan masalah ini, peralatan yang

digunakan, dan semua biaya yang dipakai dalam penyusunan, pelaksanaan serta evaluasi

pogram harus diperhitungkan.

Merencanakan proyek

Dalam merencanakan proyek, berikut hal-hal yang perluh di pertimbangkan adalah :

Page | 30

Page 31: Laporan Gizi Kel 1

Apa yang perluh dipersiapkan terkait tempat dan waktu.

Siapa yang perluh direkrut dan dilatih untuk melaksanakan tugas yang telah ditentukan

Perlengkapan dan sumber daya apa yang diperluhkan

Kerangka waktu dan menejemen pengatur kehiatan

7. Evaluasi

Tujuaan khusus dari evaluasi adalah memberikan informasi yang dapat digunakan untuk

menilai tercapainya tujuan umum, dan jika tidak, mengapa hal tersebut terjadi, atau jika

tercapai dalam kondisi yang bagaimana atau dengan biaya berapa. Evaluasi memberikan

informasi bagi pembuat kebijakan dan keputusan.

Pembuatan kebijakan mungkin memerluhkan informasi yang berbeda dengan yang

dibutuh kan ahli gizi kesehatan. Secara umum evaluasi dibagi menjadi:

Apakah pogram diselenggarakan ( evaluasi proses atau evaluasi kinerja )

Apakah tujuan umumnya tercapai ( evaluasi dampak ).

Page | 31

Page 32: Laporan Gizi Kel 1

BAB III

HASIL PENGUMPULAN DATA DAN PENGUKURAN

3.1 Letak, Luas dan batas desa

Letak desa Sibreh Kumude adalah di jalan Banda Aceh-Medan kilometer 16,8 kecamatan

Suka Makmur Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe aceh Darussalam, dengan luas wilayah

1 kilometer persegi.

Desa sibreh kumude berbatasan dengan : Di bagian utara berbatasan dengan desa

Reuhat Tuha, sebelah selatan berbatasan dengan desa Reulueng Karing, sebelah barat

berbatasan dengan persawahan kampung Dilih Bukti dan sebelah timur berbatasan dengan

Desa Krueng Aceh.

3.2 Demografi

Jumlah penduduk desa Sibreh Kumude adalah 827 jiwa dengan jumlah laki-laki adalah

402 jiwa dan perempuan 425 jiwa dengan jumlah KK 211, balita 24 jiwa dan bumil 9 jiwa.

Jumlah

penduduk

Jumlah

KK

Jumlah

LK

Jumlah

PR

Jumlah

Balita

Jumlah

Bumil

jlh 827 211 402 425 24 9

Page | 32

Page 33: Laporan Gizi Kel 1

Proporsi / Persentase nya :

1. Jumlah KK : 211827

x 100%=¿25,5%

2. Jumlah Laki-laki : 402827

x 100%=48,6%

3. Jumlah perempuan : 425827

x 100%=51,3%

4. Jumlah balita : 24827

x 100%=2,9%

5. Jumlah Ibu Hamil : 9827

x 100%=1,08%

Dari hasil diatas dapat kita simpulkan bahwa jumlah KK di desa sibreh sebesar 25,5%,

jumlah laki-laki 48,6%, jumlah perempuan 51,3%, jumlah balita 2,9% dan jumlah bumil hanya

1,08%. Dengan melihat kecilnya jumlah persentase ibu hamil, dapat pula kita simpulkan bahwa

kesadaran akan menggunakan alat kontrasepsi ( KB ) pada penduduk desa sibreh kecamatan

Suka Makmur sudah tinggi, yaitu di lihat dengan sedikit nya jumlah ibu hamil di desa tersebut.

3.2 Hasil penimbangan dan pengukuran anak balita

DATA BERAT BADAN ( Kg ) DAN TINGGI BADAN ( Cm ) ANAK BALITA

DI DESA GEU GAJAH KEC. DARUL IMARAH

TAHUN 2012

BERAT BADAN :

No. Nama Balita Umur Jenis

kelamin

Berat Badan

( Kg )

1

2

3

Habib

Dafa

Zalfa

5 Tahun

3 Tahun

5 Tahun

LK

LK

PR

24 Kg

21 Kg

21 Kg

Page | 33

Page 34: Laporan Gizi Kel 1

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Nabil

Syifa Sarmila

Thomas

Furqan

Hanif

Rajwa

Altaf

Bunga

Saddiq

M. Nazid

Khaira

Syifa Khairunnisa

Zia

5 Tahun

4 Tahun

3 Tahun

5 Tahun

5 Tahun

4 Tahun

5 Tahun

4 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

3.5 Tahun

LK

PR

LK

LK

LK

PR

LK

PR

LK

LK

PR

PR

PR

20 Kg

20 Kg

18 Kg

17 Kg

16 Kg

15 Kg

15 Kg

15 Kg

15 Kg

15 kg

13 Kg

13 Kg

10 Kg

HASIL PERHITUNGAN Z-SCORE BB / U :

No Status Gizi Jumlah Persen (%)

1

2

3

4

Gizi buruk

Gizi kurang

Gizi baik

Gizi lebih

1

0

12

3

6.25%

0%

75%

18.7%

TINGGI BADAN :

No

.

Nama Balita Umur Jenis

kelamin

Tinggi Badan

( Cm )

1 Zalfa 5 Tahun PR 109 Cm

Page | 34

Page 35: Laporan Gizi Kel 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Habib

Hanif

Nabil

Syifa Sarmila

Rajwa

ALtaf

M. Nazid

Thomas

Dafa

Bunga

Furqan

Saddiq

Syifa Khairunnisa

Khaira

Zia

5 Tahun

5 Tahun

5 Tahun

4 Tahun

4 Tahun

5 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

4 Tahun

5 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

3 Tahun

3.5 Tahun

LK

LK

LK

PR

PR

LK

LK

LK

LK

PR

LK

LK

PR

PR

PR

107 Cm

106.5 Cm

106 Cm

105 Cm

102 Cm

102 Cm

97.7 Cm

97 Cm

95 Cm

95 Cm

95 Cm

95 Cm

91.1 Cm

91 Cm

91 Cm

HASIL PERHITUNGAN Z-SCORE TB / U :

No Status Gizi Jumlah Persen (%)

1

2

3

4

Sangat pendek

Pendek

Normal

Tinggi

0

1

15

0

0%

6.25%

93.7%

0%

HASIL PERHITUNGAN Z-SCORE BB / TB :

Page | 35

Page 36: Laporan Gizi Kel 1

No Status Gizi Jumlah Persen (%)

1

2

3

4

Sangat Kurus

Kurus

Normal

Gemuk/obesitas

1

0

13

2

6.25%

0%

81.2%

12.5%

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan :

1. Berdasarkan hasil pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan yang telah

kami lakukan pada anak balita di desa geu gajah kecamatan darul imarah, maka hasil

yang kami dapat adalah sebagai berikut :

Hasil Perhitungan BB/U :

No Status Gizi Jumlah Persen (%)

1

2

3

4

Gizi buruk

Gizi kurang

Gizi baik

Gizi lebih

1

0

12

3

6.25%

0%

75%

18.7%

Page | 36

Page 37: Laporan Gizi Kel 1

Berdasarkan hasil diatas, dapat kita simpulkan bahwa persentase tertinggi yaitu

terdapat pada anak balita status gizi baik yaitu sebesar 75% , gizi lebih 18.7% dan gizi buruk

6.25%. Dari hasil diatas dapat kita simpulkan pula bahwa status gizi balita di desa geu gajah

sudah baik, karena kecil nya angka persentase gizi buruk, tapi masih adanya angka gizi buruk

dan angka gizi lebih pada anak balita di desa geu gajah, dan ini merupakan tugas kita sebagai

tenaga SKM untuk dapat menghilangkan angka gizi buruk dan gizi lebih pada balita.

Hasil Perhitungan TB/U :

No Status Gizi Jumlah Persen (%)

1

2

3

4

Sangat pendek

Pendek

Normal

Tinggi

0

1

15

0

0%

6.25%

93.7%

0%

Berdasarkan hasil diatas, dapat kita lihat bahwa persentase tertinggi yaitu terdapat pada

anak balita yang bertubuh normal yaitu sebesar 93.7%, dan anak balita yang bertubuh pendek

hanya sebesar 6.25%. Dapat kita simpulkan pula bahwa status gizi pada anak balita di desa geu

gajah sudah sangat baik.

Hasil perhitungan BB/TB :

No Status Gizi Jumlah Persen (%)

1 Sangat Kurus 1 6.25%

Page | 37

Page 38: Laporan Gizi Kel 1

2

3

4

Kurus

Normal

Gemuk/obesitas

0

13

2

0%

81.2%

12.5%

Dari hasil diatas dapat kita lihat bahwa persentase terbesar yaitu terdapat pada anak

balita yang bertubuh normal yaitu sebesar 81.2%, gemuk/obesitas 12.5%, dan sangat kurus

6.25%. Dari hasil tersebut dapat pula kita simpulkan bahwa status gizi pada anak balita di desa

geu gajah sudah baik, tapi hal yang tak kita lupakan pula bahwa disini masih adanya angka

sangat kurus dan gemuk/obesitas, ini merupakan tugas kita sebagai tenaga SKM untuk dapat

menghilangkan angka balita sangat kurus dan gemuk/obesitas.

2. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah kami lakukan di posyandu desa sibreh

kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar maka hasil yang kami dapat adalah sebagai

berikut :

Jumlah penduduk desa Sibreh Kumude adalah 827 jiwa dengan jumlah laki-laki adalah 402

jiwa, perempuan 425 jiwa dengan jumlah KK 211, balita 24 jiwa dan bumil 9 jiwa.

Jumlah %

Jumlah KK

Jumlah LK

Jumlah PR

Jumlah Balita

Jumlah Bumil

211

402

425

24

9

25.5%

48.6%

51.3%

2.9%

1.08%

Dari hasil diatas dapat kita simpulkan bahwa jumlah KK di desa sibreh sebesar 25,5%,

jumlah laki-laki 48,6%, jumlah perempuan 51,3%, jumlah balita 2,9% dan jumlah bumil hanya

1,08%. Dengan melihat kecilnya jumlah persentase ibu hamil, dapat pula kita simpulkan bahwa

Page | 38

Page 39: Laporan Gizi Kel 1

kesadaran akan menggunakan alat kontrasepsi ( KB ) pada penduduk desa sibreh kecamatan

Suka Makmur sudah tinggi, yaitu di lihat dengan sedikit nya jumlah ibu hamil di desa tersebut.

4.2 Saran :

Bagi ibu-ibu yang mempunyai anak balita untuk selalu memantau tumbuh kembang

anak dan usahakan untuk selalu menimbang dan mengukur berat badan anak setiap bulannya,

agar kita dapat mengetahui sejauh mana perkembangan anak dan apabila ada terjadi gangguan

maka kita dapat mengatasinya sedini mungkin, agar balita tidak mengalami gizi kurang maupun

gizi lebih, sebab gizi yang tepat untuk anak balita merupakan hal yang sangat penting, karena

akan menyangkut akan kehidupannya kelak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Supariasa, dkk. Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001

2. Djoko Pekik Irianto, Drs. M.Kes, Panduan Gizi Lengkap keluarga dan Olahraga, Penerbit

ANDI, Yogyakarta, 2007

3. Sapriasa, I Dewa Wyoman, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran.

4. Suhardjo, 1990. Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat. Bogor: IPB.

5. Depkes RI. 2006. Pengukuran Antropometri. Jakarta

6. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI, 2011. Gizi dan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

7. IGB. Supariasa, 2007. Pengantar Ilmu Gizi. Jakarta. Pustaka Pelajar

8. Sediaoetama, 2010. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jakarta: Dian Rakjat

9. Sunita Almatsier, 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

10. Warisman, 2010. Ilmu Gizi. Jakarta: Pustaka Setia

Page | 39

Page 40: Laporan Gizi Kel 1

DOKUMENTASI KEGIATAN :

Page | 40

Page 41: Laporan Gizi Kel 1

Page | 41

Page 42: Laporan Gizi Kel 1

Page | 42

Page 43: Laporan Gizi Kel 1

Page | 43

Page 44: Laporan Gizi Kel 1

Page | 44

Page 45: Laporan Gizi Kel 1

Page | 45