Laporan Faal Blok 8 -b5

38
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KESANGGUPAN KARDIOVASKULAR DAN PENGARUH SIKAP DAN KERJA FISIK TERHADAP TEKANAN DARAH OLEH : Kelompok B5 Nama NIM Tanda Tangan Ketua kelompok Imelda 102014030 Anggota Kelompok Elly Sonny 102011253 Maria Yuliva Ndua 102012230 Maria Yulia Herawati Putri Epu 102013130 Gabriel Cahyani Harefa 102013165 Andry Larsen Manurung 102014256 Linda Gunawan 102014258 Andi Ahmad Riskal 102014067 Hosea Supirman 102013178

description

faal blok 8

Transcript of Laporan Faal Blok 8 -b5

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

KESANGGUPAN KARDIOVASKULAR DAN PENGARUH SIKAP DAN KERJA FISIK TERHADAP TEKANAN DARAH

OLEH :

Kelompok B5NamaNIMTanda Tangan

Ketua kelompokImelda102014030

Anggota KelompokElly Sonny102011253

Maria Yuliva Ndua102012230

Maria Yulia Herawati Putri Epu102013130

Gabriel Cahyani Harefa102013165

Andry Larsen Manurung102014256

Linda Gunawan102014258

Andi Ahmad Riskal102014067

Hosea Supirman102013178

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA2014/2015 BAB IPENDAHULUANI.1 Latar Belakang

Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh.1 Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolikterhadap tekanan diastolik. Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan sistolik pada nilai 120 mmHg, dan tekanan diastolic pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah pada orang dewasa normalnya berkisar dari100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80.2 Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.Atas dasar perbedaan nilai tekanan darah yang tergantung aktivitas inilah dan pentingnya seorang mahasiswa kedokteran mengetahui cara menghitung tekanan darah dengan berbagai posisi dan aktivitas maka praktikum pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung sangat penting untuk dilakukan.1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana ada perbedaan tekanan darah pada posisi duduk, berdiri, setelah melakukan aktivitas otot dan berbaring ?

2. Bagaimana mengukur arteri brachialis melalui auskultasi dan palpasi ?1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum1. Memahami cara mengukur tekanan darah pada berbagai posisi2. Memahami cara mengukur arteri brachialis melalui auskultasi dan palpasi

3. Memahami perbedaan tekanan darah pada posisi duduk, berdiri, setelah melakukan aktivitas otot dan berbaring1.3.2. Tujuan Khusus1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis melalui auskultasi dan palpasi2. Mengukur tekanan darah brachialis pada berbagai posisi

3. Membandingkan ukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja ototBAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Tekanan darahTekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh.1 Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi, sehinga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus.2.2 Faktor Faktor Tekanan Darah21. Faktor Jenis Kelamin

Terdapat beberapa penelitian yang mengungkapkan perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap kerja sistem kardioaskuler. Dibandingkan dengan laki-laki dengan usia yang sama, wanita premenopause memiliki massa ventriel kiri jantung yang lebih kecil terhadap body mass ratio, yang mungkin mencerminkan afterload jantung yang lebih rendah pada wanita. Hal ini mungkin akibat dari tekanan darah arteri yang lebih rendah, kemampuan complince aorta yang lebih besar dan kemampuan peningkatan penginduksian mekanisme vasodilatasi.

Perbedaan ini dianggap berhubungan dengan efek protektif estrogen dan mungkin dapat menjelaskan mengapa pada wanita premenopause memiliki resiko lebih rendah menderita penyakit kardiovaskular. Tetapi, setelah menopause perbedaan jenis kelamin tidak akan berpengaruh pada kemungkinan terderitanya penyakit kardiovaskular. Hal ini mungkin disebabkan karena berkurangnya jumlah estrogen pada wanita yang sudah menopause.2. Faktor Gravitasi

Tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmhg setiap 12 cm di bawah jantung karena pengaruh gravitasi. Di atas jantung, tekanan darah akan menurun dengan jumlah yang sama. Jadi dalam keadaan berdiri, maka tekanan darah sistole adalah 210 mmHg di kaki tetapi hanya 90 mmHg di otak. Dalam keadaan berbaring kedua tekanan ini akan sama.3Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena tekanan darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard dan volume darah yang kembali ke jantung.

a. BerbaringKetika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih sedikit dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat orang berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan berkurang yang membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke jantung melalui pembuluh darah. Jika darah yang kembali ke jantung lebih banyak, maka tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap denyutnya. Hal ini berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi kebutuhkan darah, oksigen dan nutrisi akan menjadi lebih sedikit.

Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa harus melawan kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai tertinggi pada 40% -- 60% VO2 maksimal. VO2 max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Pada posisi berbaring, dalam keadaan istirahat isi sekuncup mendekati nilai maksimal sedangkan pada kerja terdapat hanya sedikit peningkatan. Nilai pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat hampir sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Jumlah isi sekuncup pada orang dewasa laki-laki mempunyai variasi antara 70 -- 100 ml. Makin besar intensitas kerja (melebihi batas 85% dari kapasitas kerja) makin sedikit isi sekuncup; hal ini disebabkan memendeknya waktu pengisian diatole akibat frekuensi denyut jantung yang meningkat (bila mencapai 180/menit maka 1 siklus jantung hanya berlangsung selama 0,3 detik dan pengisian diastole merupakan bagian dari 0,3 detik tersebut).1b. BerdiriDetak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri.

Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada pembuluh capacitance vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa bergerak maka kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30 mmHg dan alir balik vena cukup.3 Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun. Jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya. Darah sampai ke kaki, dan untuk kembali ke jantung harus ada tekanan yang mengalirkannya. Untuk itu perlu adanya kontraksi otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena ke bawah dari kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke jantung ada katup. Dengan adanya katup, maka darah dapat mengalir kembali ke jantung. Jika pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat, maka darah yang kembali ke jantung berkurang, memompanya berkurang, sehingga pembagian darah ke sel tubuh pun ikut berkurang. Banyaknya darah yang di keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang.3c. Duduk

`Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen.3Pada beberapa individu terutama orang tua, perubahan posisi yang cepat misalnya dari berbaring ke berdiri bisa menyebabkan tubuh menjadi pusing atau bahkan pingsan. Karena gerakan cepat ini membuat jantung tidak dapat memompa darah yang cukup ke otak.

Saat terjatuh atau pingsan sebaiknya berada dalam posisi berbaring, yang mana merupakan posisi menguntungkan bagi jantung karena efek gravitasi berkurang dan lebih banyak darah yang mengalir ke otak.2.3 Metode Klinis untuk Mengukur Tekanan Sistolik dan Tekanan Diastolik4a. Cara Auskultasi

Mengemukakan bahwa cara auskultasi sebagai berikut.1Para klinisi menentukan tekanan sistolik dan tekanan diastolic secara tidak langsung, biasanya menggunakan cara auskultasi. Sebuah stetoskop diletakkan di atas arteri yang terdapat di area lipat siku (antecubiti) dan di sekelilingi lengan atas dipasang sebuah manset tekanan darah digembungkan. Selama manset menekan lengan dengan tekanan yang terlalu kecil untuk menyumbat arteri brakialis, tidak ada bunyi yang terdengar dari arteri tersebut melalui stetoskop. Namun bila tekanan dalam manset itu cukup besar untuk menyumbat arteri selama sebagian siklus tekanan arteri, bunyi akan terdengar pada setiap pulsasi. Bunyi bunyi ini disebut bunyi Korotkoff. Penyebab pasti dari bunyi korotkoff ini masih diperdebatkan namun ada anggapan bahwa penyebabnya terutama adalah semburan darah yang melewati pembuluh yang mengalami hambatan parsial. Semburan darah ini menimbulkan aliran turblen di dalam pembuluh yang terletak di luar area manset dan keadaan ini akan menimbulkan getaran yang terdengar melalui stetoskop.Dalam menentukan tekanan darah dengan cara auskultasi, tekanan dalam manset mula mula dinaikkan sampai di atas tekanan sistolik arteri. Selama tekanan manset lebih tinggi daripada tekanan sistolik, arteri brakialis akan tetap kolaps dan tidak akan ada darah yang mengalir ke dalam arteri yang lebih distal selama siklus penekanan. Oleh karena itu, tidak akan terdengar bunyi korotkoff di arteri yang lebih distal. Namun kemudian tekanan dalam manset secara bertahap dikurangi. Begitu tekanan dalam manset turun di bawah tekanan sistolik, darah akan mulai mengalir melalui arteri yang terletak di bawah manset selama puncak tekanan sistolik, dan mulai mendengar bunyi berdetak dari arteri antekubiti yang sinkron dengan denyut jantung. Begitu bunyi itu terdengar nilai tekanan yang ditunjukkan oleh manometer yang terhubung dengan manset kira kira sama dengan tekanan sistolik. Bila tekanan dalam manset diturunkan lebih lanjut, terjadi perubahan kualitas bunyi korotkoff, kualitas detaknya menjadi berkurang dan bunyinya menjadi lebih berirama dan lebih kasar. Kemudian akhirnya sewaktu tekanan manset turun mencapai tekanan diastolik, arteri tersebut tidak tersumbat lagi yang berarti bahwa faktor dasar yang menyebabkan timbulnya bunyi tidak ada lagi. Oleh karena itu bunyi tersebut berubah menjadi redam dan kemudian menghilang seluruhnya setelah tekanan manset diturunkan lagi sebanyak 5 sampai 10 milimeter. Mencatat tekanan pada manometer ketika bunyi korotkoff berubah menjadi redam nilai tekanan yang tercatat ini kurang lebih sama dengan tekanan diastolik. Cara auskultasi untuk menentukan tekanan sistolik dan diastolik ini tidak seluruhnya akurat namun biasanya hanya berbeda 10 persen dari nilai yang diperoleh dengan pengukuran katerisasi langsung dari dalam arteri. b. Cara Palpasi

Cara palpasi:Hanya untuk mengukur tekanan sistolik. Manset tensimeter yang mengikat lengan dipompa dengan udara berangsur-angsur sampai denyut nadi pergelangan tangan tak teraba lagi. Kemudia tekanan didalam manset diturunkan. Amati tekanan dalam tensi meter. Waktu denyut nadi teraba kembali, kita baca tekanan dalam tensi meter, tekanan ini adalah tekanan sistolik.BAB IIIMETODOLOGI3.1 Alat dan Bahan 1. Pengukur waktu (arloji atau stopwatch)2. Bangku setinggi 19 inci

3. Metronom (frekuensi 120/menit)

4. Sfigmomanometer

5. Stetoskop3.2 Cara KerjaA. Latihan Naik Turun Bangku (Harvard Step Test)Cara Kerja : 1. Mintalah pasien simulasi berdiri menghadap bangku setinggi 19 inci sambil mendengarkan detakan sebuah metronom dengan frekuensi 120 kali per menit.2. Mintalah pasien simulasi menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat pada suatu detakan metronom. 3. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua) kaki lainnya dinaikkan ke bangku sehingga pasien simulasi berdiri tegak diatas bangku.4. Pada detakan ketiga , kaki yang pertama kali naik diturunkan. 5. Pada detakan ke empat, kaki yang masih diatas bangku diturunkan pula sehingga pasien simulasi berdiri tegak lagi di depan bangku.

6. Siklus tersebut diulang terus menerus sampai PS tidak kuat lagi tetapi tidak lebih dari 5 menit. Catatlah berapa lama latihan tersebut dilakukan dengan menggunakan sebuah stopwatch.

7. Segera setelah itu PS disuruh duduk. Hitunglah dan catatlah frekuensi denyut nadinya selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-masing dari 0-30, dari 1-130 dan dari 2-230.

8. Hitunglah indeks kesanggupan pasien simulasi serta berikan penilaiannya menurut 2 cara berikut ini:

Cara lambat:

Indeks kesanggupan badan = lama naik-turun dalam detik x 100

2x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30

Penilaiannya:

Kurang dari 55 = kesanggupan kurang

55-64= kesanggupan sedang

65-79=kesanggupan cukup

80-89=kesanggupan baik

Lebih dari 90 = kesanggupan amat baik

Cara cepat : Dengan rumus :

Indeks kesanggupan badan = lama naik-turun dalam detik x 1005.5 x harga denyut nadi selama 30 pertama

Dengan Daftar :

Lamanya latihanPemulihan denyut nadi dari 0 hingga 30

40-4445-4950-5455-5960-6465-6970-7475-7980-8485-8990-

0-29

030-05955555555555

2015151515101010101010

10-129

130-1593030252520202020151515

4540403530302525252020

20-229

230-2596050454540353530303025

7065605550454040353535

30-329

330-3598575706055555045454040

10085807065605555504545

40-429

430-459110100908075706560555550

1251101009085757065606055

501301151059590807570656560

Petunjuk-petunjuk: Carilah baris yang berhubungan dengan lamanya latihan

Carilah jalur yang berhubungan dengan banyaknya denyut nadi selama 30 pertama

Indeks kesanggupan badan terdapat dipersilangan baris dan lajur.

Penilaiannya :

Kurang dari 50 = kurang 50-80 = sedang

Lebih dari 80 = baik

B. Pengukuran Tekanan Darah A. Brachialis pada sikap berbaring, duduk dan berdiri

Berbaring Terlentang

1. Mintalah pasien simulasi (PS) berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit.

2. Selama menunggu, pasanglah manset sfignomanometer pada lengan kanan atas pasien simulasi.3. Carilah dengan palpasi denyut a.brachialis pada fossa cubiti dan denyut a. radialis pada pergelangan tangan kanan PS4. Setelah PS berbaring 10 menit, tetapkanlah kelima fase Korotkoff dalam pengukuran tekanan darah PS tersebut.

5. Ulangilah pengukuran sub. 4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

Duduk

6. Tanpa melepas manset, PS disuruh duduk.

Setelah menunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah a. brachialisnya dengan cara yang sama.

Ulangilah pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

Berdiri

7. Tanpa melepaskan manset PS disuruh berdiri. Setelah menunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah a. brachialisnya dengan cara yang sama, Ulangilah pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

8. Bandingkanlah hasil pengukuran tekanan darah PS pada ketiga sikap yang berbeda diatas.

C. Pengukuran Tekanan Sesudah Kerja Otot1. Ukurlah tekanan darah a.brachialis PS dengan penilaian menurut metode baru pada sikap duduk (PS tak perlu yang sama seperti pada sub.B)2. Tanpa melepaskan manset suruhlah PS berlari ditempat dengan frekuensi 120 loncatan/menit selama 2 menit. Segera setelah selesai, PS disuruh duduk dan ukurlah kembali tekanan darahnya.3. Ulangilah pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya kembali seperti semula. Catatlah hasil pengukuran tersebut.

D. Pengukuran Tekanan Darah A. Brachialisnya dengan Cara Palpasi

1. Ukurlah tekanan darah a. brachialis PS pada sikap duduk dengan cara aukultasi (sub.B)2. Ukurlah tekanan darah a. brachialis PS pada sikap yang sama dengan cara palpasi. BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Latihan Naik Turun Bangku (Harvard Step test)

OP : Andi Ahmad Riskal (L) Umur : 19Denyut nadi istirahat : 36

Denyut nadi setelah naik turun bangku :

30 pertama : 45

30 kedua : 41

30 ketiga : 39

Waktu berhenti : 3.10,51 /detik

Cara lambat : 3.10 x 100 = 76 = Kesanggupan Cukup

2 x 125Cara cepat : 3.10 x 100 = 76,76 = Kesanggupan Cukup 5,5 X 45

Dengan Daftar : didapatkan 75 = SedangB. Pengukuran tekanan darah di berbagai posisi:

OP : Hosea (L) Umur : 20NoBerbaringDudukBerdiri

1100110100

2909590

3809085

4708575

5608070

C. Pengukuran Tekanan Sesudah Kerja OtotNama UmurL/PTekanan Darah Sebelum BerlariSetelah Berlari 2 menitTO1TO2TO3

Sistol/DiastolSDS/DS/DS/D

Elly Sonny22L110/6013050130/60120/60110/60

Setelah 4 menit Tekanan Darah PS baru bisa kembali normal 110/60

D. Pengukuran Tekanan Darah A. Brachialis dengan Cara PalpasiOP: Hosea (L)

Umur : 20

CaraSistolDiastol

Auskultasi10070

Palpasi100Tidak Didapatkan

Pembahasan

A. Latihan Naik Turun Bangku (Harvard Test)

Dari percobaan Harvad step test, kita dapat menentukan sampai mana batas kesanggupan badan seseorang dalam melakukan aktivitas otot. Semakin lama OP mampu untuk bertahan naik-turun bangku dan semakin cepat frekuensi denyut nadinya pulih ke frekuensi normal, maka semakian baik pula kesanggupannya.

Peningkatan frekuensi denyut nadi dapat terjadi karena adanya peningkatan curahjantung. Aktivitas yang meningkat menyebabkan kebutuhan jaringan akan oksigen meningkat untuk melakukan proses metabolisme. Oleh karena itu, curah jantung juga perlu ditingkatkan agar kebutuhan tersebut terpenuhi. Karena peningkatan curah jantung inilah dimana darah akan lebih banyak dipompa melalui aorta sehingga berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah dimana peningkatan ini mengakibatkan gelombang tekanan yang berjalan di sepanjang arteri semakin cepat dan selanjutnya akan mengakibatkan denyut nadi meningkat.4

Peningkatan curah jantung juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan merangsang saraf simpatis sehingga denyut nadi meningkat. Stimulasi simpatis dan epinefrin meningkatkan kontraktilitas jantung, yang mengacu kepada kekuatan kontraksi pada setiap volume diastolik akhir; dengan kata lain jantung memeras lebih banyak darahyang dikandungnya. Stimulasi simpatis menyebabkan konstriksi vena, yang memeras lebih banyak darah dari vena ke jantung, sehingga terjadi peningkatan volume diastolik akhir dan akhirnya peningkatan volume sekuncup lebih lanjut. Peningkatan volume sekuncup dan peningkatan kekuatan kontraksi menyebabkan denyut nadi meningkat.

Hasil akhir menunjukan bahwa OP mendapat nilai sebesar 28,73 dengan menggunakan rumus lambat. Nilai ini menunjukan bahwa OP memiliki kesanggupan yang kurang sesuai. Sementara itu, dengan menggunakan rumus cepat OP mendapat nilai 29,32. Hal ini menunjukan juga OP memiliki kesanggupan yang kurang sesuai dengan kriteria. Hal ini terjadi karena OP sendiri jarang berolahraga. 4Pada prinsipnya olahraga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas fungsional individu dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung yang diperlukan pada tingkatan latihan f isik, baik pada orang sehat maupun orang sakit. Pada latihan fisik akan terjadi dua perubahan pada sistem kardiovaskular yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi aliran darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang aktif. Kesanggupan badan seseorang dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan (IKB) yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus di atas. Semakin besar nilai dari IKB seseorang maka kesanggupan badannya semakin baik.

Teori Dasar

Saat berolahraga, terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh. Hal ini mempengaruhi tekanan darah, dan termasuk sebagai pengaruh lokal kimiawi. Sebab olahraga dapat menyebabkan:5a. Penurunan O2 oleh karena sel-sel yang aktif melakukan metabolism menggunakan lebih banyak O2 untuk fosforilasi oksidatif untuk menghasilkanATP.

b. Peningkatan CO2 sebagai produk sampingan fosforilasi oksidatif.

c. Peningkatan asam lebih banyak asam karbonat yang dihasilkan daripeningkatan produksi CO2 akibat peningkatan aktivitas metabolic. Juga terjadi penimbunan asam laktat apabila yang digunakan untuk menghasilkan ATP adalah jalur glikolitik.

d. Peningkatan K+ potensial aksi yang terjadi berulang-ulang dan mengalahkan kemampuan pompa Na+ untuk mengembalikan gradient konsentrasi istirahat, menyebabkan peningkatan K+ di cairan jaringan.

e. Peningkatan osmolaritas ketika metabolism sel meningkat karenameningkatnya pembentukan partikel-partikel yang secara osmotis aktif.

f. Pengeluaran adenosin sebagai respon terhadap peningkatan aktivitas metabolism atau kekurangan O2, terutama di otot jantung.

g. Pengeluaran prostaglandin

Tekanan sistolik dan diastolik dalam keadaan istirahat dan dalam keadaan setelah beraktivitas ( misalnya olahraga ) akan berbeda karena saat olahraga terjadi peningkatan aliran balik vena. Efek aktivitas otot rangka selama berolahraga adalah salah satu cara untuk mengalirkan simpanan darah di vena ke jantung. Penekanan vena eksternal ini menurunkan kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena. Peningkatan aktivitas otot mendorong lebih banyak darah keluar dari vena dan masuk ke jantung.

Pada Harvard Step Test menggunakan parameter waktu lama kerja dan frekuensi denyut nadi. Denyut nadi dapat diketahui dengan menghitung denyut arteri radialis, suara detak jantung, atau dengan bantuan eleftrokardiogram. Dengan memakai kedua faktortersebut dapat dihitung indeks kesanggupan badan, yang dibedakan antara kesanggupan kurang sampai kesanggupan amat baik.B. Pengukuran Tekanan Darah A. Brachialis Pada Sikap Berbaring, Duduk dan Berdiri dan Pengukuran Tekanan Darah Sesudah Kerja Otot dan Pengukuran Tekanan Darah A. Brachialis dengan Cara PalpasiDefenisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah.1 Tekanan Darah Arteri Rata-rata1

Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong kearah jaringan. Tekanan ini harus diukur secara ketat dengan dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup; tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut yang dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus.Mekanisme-mekanisme yang melibatkan integrasi berbagai komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh lain penting untuk mengatur tekanan darah arteri rata-rata. Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung dan resistensi perifer total. Perubahan setiap faktor tersebut akan mengubah tekanan darah kecuali apabila terjadi perubahan kompensatorik pada variabel lain sehingga tekanan darah konstan. Aliran darah kesuatu jaringan bergantung pada gaya dorong berupa tekanan darah arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi arteriol-arteriol jaringan tersebut. Karena, tekanan arteri rata-rata bergantung pada curah jantung dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika arteriol di salah satu jaringan berdilatasi, arteriol di jaringan lain akan mengalami konstriksi untuk mempertahankan tekanan darah arteri yang adekuat, sehingga darah mengalir tidak saja ke jaringan yang mengalami vasodilatasi tetapi juga ke otak, yang harus mendapatkan pasokan darah yang konstan. Dengan demikian variabel kardiovaskuler harus terus menerus diubah untuk mempertahankan tekanan darah yang konstan walaupun kebutuhan jaringan akan darah berubah-ubah.2Faktor-faktor yang menentukan Tekanan Darah

Agar kita mendapatkan tekanan darah maka harus ada curah jantung dan tahanan terhadap aliran darah sirkulasi sistemik. Tahanan ini disebut tahanan tepi.

Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan tepi

Faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung seperti frekuensi jantung dan isi sekuncup. Tahanan terhadap aliran darah terutama terletak di arteri kecil tubuh, yang disebut arteriole. Pembuluh darah berdiameter kecil inilah yang memberikan tahanan terbesar pada aliran darah. Kapiler merupakan pembuluh darah yang jauh lebih kecil dari erteriole, tetapi meskipun setiap kapiler akan memberikan tahanan yang lebih besar di banding sebuah arteriole, terdapat sejumlah besar kapiler yang tersusun paralel dan berasal dari satu arteriole. Akibatnya terdapat sejumlah lintasann alternatif bagi darah dalam perjalanannya dari arteriole ke vena, dan karena inilah maka jaringan kapiler ini tidak memberikan tahanan terhadap aliran darah seperti yang diberikan oleh arteriole .2Viskositas darah

Tahanan yang diberikan oleh arteriole dari ukuran tertentu bergantung pada viskositas darah. Darah yang merupakan cairan kental, lengket, yang memberikan tahanan dua sampai tiga kali lebih besar daripada air biasa atau larutan garam. Viskositas darah bergantung sebagian pada plasma dan sebagian pada jumlah sel darah merah yang ada.Viskositas darah biasanya konstan, tetapi akan berkurang bila diberikan sejumlah besar larutan garam. Pengganti plasma seperti dextran merupakan cairan kental. Pengurangan dalam jumlah sel darah merah yang beredar sedikit berpengaruh pada viskositas, tetapi akan meningkat pada polisitemia. Viskositas darah yang rendah akan berhubungan dengan tekanan darah rendah dan darah berviskositas tinggi dengan tekanan darah tinggi.2Faktor yang mempengaruhi ukuran suatu arteriole. Nadi Arteri

Denyut arteri paling mudah diraba dan seringkali dapat dilihat. Bila nadi dipakai untuk menentukan frekuensi jantung, maka harus ditentukan jumlah siklus jantung dalam satu menit. Waktunya harus dimulai dari nadi pertama dan nadi pertama ini harus di hitung sebagai nol (0). Berikutnya dihitung sebagai 1, berikutnya lagi 2 dan seterusnya. Nadi radial adalah nadi yang paling sering dipakai untuk menentukan frekuensi jantung. Perlu diingat bahwa perubahan tekanan darah di arteri radialis inilah yang terasa bilamana nadi ditentukan, kenaikan tekanan yang cepat dari 80 mmHg ke 120 mmHg waktu sistole dihantarkan secepatnya melalui arteri dengan kecepatan kira-kira enam meter per detik dan perubahan tekanan memerlukan kira-kira 1/10 detik untuk mencapai pergelangan tangan. Perlu diperhatikan dalam membedakan antara tekanan darah dan aliran darah. Darah yang dikeluarkan dari jantung setiap denyut mengalir jauh lebih lambat dan memerlukan sejumlah detik untuk mencapai pergelangan tangan dan tidak tiba sebelum lewat beberapa denyut. Meskipun adanya denyut nadi memastikan bahwa lintasa pembuluh darah utama adalah pasti antara jantung dan lokasi perabaan nadi, fakta bahwa tidak ada nadi bukan berarti bahwa tidak ada aliran darah di dalam arteri. Fluktuasi tekanan darah di dalam arteri antara tekanan sistole (120 mmHg) dan tekanan diastole (80 mmHg) yang menimbulkan adanya naddi. Bila karena suatu sebab tidak terdapat perbedaan antara kedua tekanan tersebut, dan tekanan merupakan tekanan rata-rata 100 mmHg, dimana masih terdapat suatu aliran darah yang memadai, namun nadi tidak dapat diraba. Adanya tahanan terhadap aliran darah proksimal dari tempat pengukuran inilah yang menghilangkan perbedaan tekanan antara sistole dan diastole, jadi adnya tahanan arteriole menghilangkan perubahan tekanan dari kapiler. Begitu pula suatu obstruksi dicabang arteri akan menghilangkan atau merubah nadi. Bila terdapat obstruksi total, maka darah akan mengalir melalui saluran-saluran anastomose.1Koartaksio Aorta

Suatu obstruksi di arkus aorta pada bagian duktus arteriosus disebut koartaksio aorta. Darah akan mencapai anggota bagian bawah lewat anastomose, sehingga kadang-kadang dapat diraba denyut di arteri-arteri interkostal yang membesar dengan meletakkan tangan pada leher bagian belakang seperti menegakkan penderita. Nadi di anggota bagian bawah kemudian dapat dikurangi atau hilang, sehingga tekanan darah femoral akan lebih rendah daripada tekanan darah brankial.1Pengukuran Tekanan Darah

Metode standar dalam pengukuran tekanan darah seorang penderita hdala memakai teknik yang dikembangkan oleh Korotkov pada tahun 1905. suatu manset tangan yang dapat di isi udara diletakan melingkari lengan atas, tidak terlalu erat, dengan jarak 3 cm antara bagian bawah manset dan fossa kubiti di situ. Manset tersebut diisi udara dengan pompa tangan kecil dan tekanan di dalam magnet diukur dengan statu manometer merkuri. Alat ini disebut Sfigmomanometer. Nadi arteri brakialis yang terletak di fosa kubiti pada siku dapat ditemukan dengan palpasi. Arteri ini terletak dibagian medial dari tendon bisep dan denyut arteri ini sering sekali dapat dilihat bila tangan dalam keadaan ekstensi total. Perlu diperhatikan bahwa stetoskop tidak dapat digunakan untuk menentukan lokasi arteri brakialis, karena aliran arteri ini bersifat laminar dan tidak akan terdengar suara sebelum manset diisi udara. Kemudian dilakukan palpasi pada nadi radialis di pergelangan tangan dan sambil jari-jari tangan kita melakukan palpasi, tangan yang lain memompa mengisi manset sampai suatu tekanan di atas tekanan dimana nadi radialis menghilang. Kemudian stetoskop diletakan di atas arteri brakialis dan tekanan didalam manset di turunkan perlahan-lahan. Guna mempertahankan penurunan tekanan secara terus menerus, maka katup pengeluaran harus dibuka makin lebar dengan menurunnya tekanan. Dengan menurunnya tekanan, tidak akan terdengar suara sampai tekanan darah sistole tercapai, yaitu bila suara yang seirama dengan denyut jantung terdengar lewat stetoskop. Ini menandakan tekanan darah sistole. Dengan makin menurunnya tekanan manset, suara-suar menjadi semakin keras, tetapi pada saat terciptanya tekanan darah diastole, suara tersebut berubah sifatnya menjadi suara tertutup. Sedikit lebih bawah suara-suara itu akhirnya menghilang dan tidak muncul lagi. Titik dimana suara menjadi tertutup dianggap sebagai tekanan darah diastole.3

Interval sunyi. Kadang-kadang sewaktu pengukuran tekanan darah seorang penderita hipertensi di temukan suatu interval sunyi. Bila tekanan manset di turunkan dari 300 mmHg, suara-suara mungkin dimulai umpama pada 220 mmHg, menandakan suatu tekanan darah sistole tinggi. Pada tekanan kira-kira 180 mmHg suara-suara itu menghilang untuk timbul kembali pada kira-kira 150 mmHg, sehingga terdapat interval sunyi diantara kedua tekanan ini. Dengan terus menurunnya tekanan manset, suara-suara mendadak menjadi tertutup pada tekanan 100 mmHg pada 85 mmHg menghilang dan tidak timbul lagi. Tekanan darah penderita dalam hal ini adalah sistole 220 mmHg dengan diastole 100 mmHg. Meskipun jarang timbul interval sunyi ini merupakan suatu jebakan bagi dokter yang kurang teliti. Hal ini sering terjadi pada mereka yang secara rutin mamompa manset sampai kira-kira 160 mmHg dan tidak seperti diterangkan diatas, yaitu memompa hingga nadi radialis menghilang. Bila mana suara-suara telah menghilang dibawah tekanan diastole yang ditetapkan, maka masih perlu penurunan tekanan manset diteruskan untuk meyakinkan bahwa tidak ada suara-suara yang timbul kembali. Bila dipakai suatu stetoskop, maka perlu di perhatikan bahwa memasukkan alat tersebut kedalam telinga dengan cara yang benar. Bagian telinga dari alat tersebut bila dilihat dari arah atas perlu dimasukkan ke arah masuk dan maju. Perlu dicegah agar tidak menyentuh tabung karet sehingga tidak akan menimbulkan suara-suara tambahan. Karena suara kortkov sangat lemah, maka tidak mungkin menentukan tekanan darah secara tepat dalam lingkungan yang ramai. Penting dicatat bahwa manset tidak boleh terisi untuk jangka waktu lama dan tekanan manset harus diturunkan sampai nol setiap kali pemakaian.1,2

Pada kebanyakan orang tekanan darahnya berfluktuasi sebanyak 10 mmHg dengan pernafasan. Oleh sebab itu mustahil menentukan tekanan darah seseorang dengan ketepataan sampai satu milimeter merkuri ( umpama 117/82) kecuali bila

fase respirasi pada waktu pengukuran kedua nilai juga di catat. Biasanya dengan ketepatan sampai 5 mmhg juga sudah mencukupi.

Persiapan sebelum pengukuran tekanan darah21. Idealnya, beritahukan sampel untuk tidak merokok atau meminum minuman yang mengandung kafein setidaknya 30 menit sebelum pengukuran dilakukan.

2. pastikan kamar periksa nyaman dan tenang

3. perintahkan sampel untuk duduk istirahat selama 5 menit dikursi. Lengan diletakkan sejajar dengan jantung

4. pastikan lengan yang akan diperiksa tidak ditutupi oleh pakaian. Pastikan juga tidak ada fistula arteri vena untuk dialisa, skar, pemotongan arteri brakial, tanda-tanda lymph edema

5. palpasi arteri brakial untuk memastikan pulsasinya baik

6. posisikan lengan sehingga arteri brakial pada fossa antecubitti berada sejajar dengan jantung

7. jika sampel duduk letakkan lengan pada meja yang lebih tinggi sedikit dari pinggang sampel. Jika berdiri, untuk mempertahankan posisi lengan setinggi pertengahan dada penderita.Gravitasi dan Tekanan Darah

Karena pengaruh gravitasi, tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmhg setiap 12 cm di bawah jantung. Di atas jantung, tekanan darah akan menurun dengan jumlah yang sama. Jadi dalam keadaan berdiri, maka tekanan darah sistole adalah 210 mmHg di kaki tetapi hanya 90 mmHg di otak. Dalam keadaan berbaring kedua tekanan ini akan sama .3Efek Gravitasi pada Tekanan Vena1a.Pada orang dewasa dalam keadaan tegak, darah di pembuluh-pembuluh yang berjalan antara jantung dan ekivalen dengan sebuah kolom darah setinggi 1,5 m. Tekanan yang ditimbulkan oleh kolom darah ini akibat efek gravitasi adalah 90 mmHg. Tekanan yang terjadi pada darah oleh jantung telah berkurang menjadi sekitar 10 mmHg di vena-vena tungkai bawah karena hilangnya tekanan akibat pergesekkan di pembuluh-pembuluh sebelumnya. Tekanan yang ditimbulkan oleh gravitasi (90 mmHg) ditambah tekanan yang ditimbulkan oleh jantung (10 mmHg) menghasilkan tekanan vena 100 mmHg di pergelangan kaki. Demikian juga kapiler didaerah ini mendapat pengaruh gravitasi yang sama.

b.karena terjadi peningkatan tekanan yang disebabkan oleh efek gravitasi, terjadi penimbunan darah di vena-vena yang melebar, sehingga aliran balik vena berkurang. Filtrasi menembus dinding kapiler juga meningkat yang menyebabkan pergelangan kaki dan kaki membengkak, kecuali apabila tindakan-tindakan kompensasi mampu melawan efek gravitasi tersebut.Posisi atau Sikap Tubuh dan Tekanan Darah2

Pada dasarnya jumlah darah arteri ditentukan oleh jumlah darah yang terkandung di dalam arteri tersebut. Makin besar jumlah darah di dalam arteri, makin tinggi tekanan arteri dan makin kecil jumlah darah yang terkandung di dalam arteri, makin rendah tekanan arteri. Jumlah darah yang terkandung di dalam arteri tergantung pada jumlah darah yang memasuki arteri dan yang meninggalkan arteri. Jika jumlah darah yang masuk banyak maka darah yang terkandung di dalam arteri makin bertambah, dan sebaliknya jika darah yang meninggalkan arteri lebih banyak maka darah yang terkandung di dalam arteri berkurang. Jumlah darah yang masuk ke dalam arteri ditentukan oleh frekuensi jantung dan volume sekuncup jantung.

Fungsi jantung dan pembuluh darah dipengaruhi oleh saraf otonom, yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Saraf simpatis mempengaruhi fungsi jantung serta pembuluh darah dan pemacunya menyebabkan naiknya frekuensi jantung, bertambah kuatnya konstriksi otot jantung, dan vasokonstriksi pembuluh darah resisten. Saraf parasimpatis mempengaruhi fungsi jantung saja dan pemacuannya mengakibatkan menurunnya frekuensi jantung. Jadi, naik turunnya tekanan darah dipengaruhi oleh saraf otonom, pemacuan saraf simpatis menaikkan tekanan darah arteri dan penghambatan saraf simpatis ditambah dengan pemacu saraf parasimpatis yang mengakibatkan menurunnya tekanan darah. Naik turunnya tekanan darah arteri terjadi secara reflektoris. Pemacuan tekanan darah arteri dapat menimbulkan shock, yaitu keadaan dimana jumlah darah yang masuk ke jaringan berkurang sehingga menimbulkan gejala-gejala klinis tertentu. Misalnya menurunnya kesadaran, kepala terasa ringan, pucat, kaki dan tangan dingin, keluar keringat dingin, dan lain-lain. Cardiogenic shock adalah menurunnya tekanan darah karena melemahnya pemompaan darah oleh jantung. Tekanan darah dalam arteria pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena tekanan darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau kedua faktor tersebut. Curah jantung adalah hasil kali antara denyut jantung dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard dan volume darah yang kembali ke jantung.Berdiri dan Tekanan Darah2

Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada pembuluh capacitance vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa bergerak maka kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30 mmHg dan alir balik vena cukup (Ganong, 2002). Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak.Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun. Jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya. Darah sampai ke kaki, dan untuk kembali ke jantung harus ada tekanan yang mengalirkannya. Untuk itu perlu adanya kontraksi otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena ke bawah dari kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke jantung ada katup. Dengan adanya katup, maka darah dapat mengalir kembali ke jantung. Jika pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat, maka darah yang kembali ke jantung berkurang, memompanya berkurang, sehingga pembagian darah ke sel tubuh pun ikut berkurang. Banyaknya darah yang di keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang.Gerak Tubuh dan Tekanan Darah2

Selama gerak tubuh terjadi peningkatan tekanan arteri. Peningkatan ini terjadi karena adanya pencetusan simpatis dan vasokonstriksi sebagian besar pembuluh darah. Peningkatan ini dapat sekecil 20 mmHg atau sampai sebesar 80 mmHg tergantung pada keadaan-keadaan saat gerak badan tersebut dilakukan. Sebaliknya bila orang melakukan gerak badan seluruh tubuh seperti berlari atau berenang kenaikan arteri biasanya hanya 20 mmHg- 40 mmHg. Kurang besarnya kenaikan dalam tekanan arteri disebabkan adanya vasodilatasi yang terjadi di dalam massa otot yang besar (Guyton, 2002). Selama bergerak, otot-otot memerlukan peningkatan aliran darah yang banyak. Sebagian dari peningkatan ini adalah akibat dari vasodilatasi lokal pada vasokularisasi otot yang disebabkan oleh peningkatan metabolisme sel otot. Peningkatan tekanan arteri selama bergerak terutama akibat area motorik sistem saraf menjadi teraktivasi untuk bergerak, sistem pengaktivasi retikuler di batang otak juga ikut teraktivasi, yang melibatkan peningkatan perangsangan yang sangat besar pada area vasokonstriktor dan kardioakselerator pada pusat vasomotor. Keadaan ini akan meningkatkan tekanan arteri dengan segera untuk menyetarakan besarnya peningkatan aktivitas otot . Duduk dan Tekanan Darah2

Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat.Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen.

Berbaring dan Tekanan Darah2

Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa harus melawan kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai tertinggi pada 40% -- 60% VO2 maksimal. Pada posisi berbaring, dalam keadaan istirahat isi sekuncup mendekati nilai maksimal sedangkan pada kerja terdapat hanya sedikit peningkatan. Nilai pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat hampir sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Jumlah isi sekuncup pada orang dewasa laki-laki mempunyai variasi antara 70 -- 100 ml. Makin besar intensitas kerja (melebihi batas 85% dari kapasitas kerja) makin sedikit isi. sekuncup; hal ini disebabkan memendeknya waktu pengisian diatole akibat frekuensi denyut jantung yang meningkat (bila mencapai 180/menit maka 1 siklus jantung hanya berlangsung selama 0,3 detik dan pengisian diastole merupakan bagian dari 0,3 detik tersebut).Perbedaan Tekanan Darah dengan cara Auskultasi dan Palpasi4

Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh. Alat yang digunakan pada saat pengukuran tekanan darah dengan mengunakan cara palpasi adalah sphygmomanometer (tensimeter) sedangkan pengukuran tekanan darah dengan cara auskultasi menggunakan sphygmomanometer (tensimeter) ditambah dengan stethoscope. Palpasi hanya dapat mengukur tekanan sistolik sedangkan auskultasi dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik. Pada cara palpasi kita bisa mendapatkan tekanan sistolik pada saat tidak adanya lagi teraba denyutan dari arteri radialis. Sedangkan pada pengukuran secara auskultasi kita bisa mendapatkan tekanan sistolik saat terdengar suara denyut nadi pertama dan pada saat suara denyut nadi itu menghilang maka kita bisa mendapatkan tekanan diastolik.BAB V

KESIMPULANBerdasarkan hasil pembahasan dari praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa:1. Kesanggupan badan seseorang dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan (IKB) yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus IKB. Semakin besar nilai dari IKB seseorang maka kesanggupan badannya semakin baik.2. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada lengan atas.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu, aktivitas fisik, jenis kelamin, usia, dll.

4. Pengukuran tekanan darah dapat menggunakan metode tidak langsung dengan auskultasi dan palpasi yang bisa menggunakan spigmomanometer (manual atau digital) dan stetoskop.

5. Semakin berat aktivitas tubuh , semakin cepat curah jantung karena adanya vasodilatasi di otot rangka dan jantung serta vasokontriksi di arteriol pada organ-organ tersebut dan menyebabkan aliran darah ke saluran pencernaan dan ginjal berkurang.berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah setelah exercise lebih tinggi dibandingkan saat berdiri, tekanan darah saat berdiri lebih tinggi daripada saat duduk, saat duduk tekanan darah lebih tinggi dari pada berbaring.Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC. 2011.

2. Guyton AC. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC. 2007.3. Michael, dkk. 2006. Kecepatan Denyut Nadi Siswa SMA Kelas X. Mahatma Gading School

4. Nadi H, Iwan NB. Manula dan olahraga ditinjau dari sistem cardiovaskular. Cermin Dunia Kedokteran no. 78, 1992

5. Mohrman D, Jane H. Cardiovascular physiology. Sixth edition. USA: McGraw-Hill Companies, Inc; 2006.