LAPORAN Bells Pasly Rs.bhayangkara

17
LAPORAN STATUS KLINIK A. Data-Data Medis RS 1. Diagnosa Medis : Bell’s Palsy 2. Catatan Klinis : Vital Sign a. Tekanan Darah : 134/90 mmHg b. Denyut Nadi : 60 x/menit c. Pernafasan : 22 x/menit d. Temperatur : normal 3. Terapi Umum : Mendika Sentosa B. Pemeriksaan Fisioterapi 1. Anamnesis a. Umum N a m a : Tn.Sehati Segeri U m u r : 65 Thn Jenis Kelamin : Laki-Laki A g a m a : Islam Pekerjaan : Pensiunan PNS Alamat : Jl.Gotong Royong No.39

description

bells palsy

Transcript of LAPORAN Bells Pasly Rs.bhayangkara

Page 1: LAPORAN Bells Pasly Rs.bhayangkara

LAPORAN

STATUS KLINIK

A. Data-Data Medis RS

1. Diagnosa Medis : Bell’s Palsy

2. Catatan Klinis : Vital Sign

a. Tekanan Darah : 134/90 mmHg

b. Denyut Nadi : 60 x/menit

c. Pernafasan : 22 x/menit

d. Temperatur : normal

3. Terapi Umum : Mendika Sentosa

B. Pemeriksaan Fisioterapi

1. Anamnesis

a. Umum

N a m a : Tn.Sehati Segeri

U m u r : 65 Thn

Jenis Kelamin : Laki-Laki

A g a m a : Islam

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Alamat : Jl.Gotong Royong No.39

b. Khusus

Keluhan Utama : Lemah pada wajah

Kapan Terjadinya : + 4 bulan yang lalu

Page 2: LAPORAN Bells Pasly Rs.bhayangkara

Lokasi Keluhan : Bagian sisi kiri

RPP : + 4 bulan yang lalu pasien mengalami Hipertensi dan tiba-

tiba pasien merasa wajah bagian kanan terasa tebal dan ia

sangat kaget karena ketika ia bercermin ia melihat

wajahnya merot ke sisi kanan. Kemudian pasien berobat ke

Poli saraf di Rs.Bhayangkara dan oleh dokter, pasien

dirujuk ke Fisioterapi untuk mendapatkan penanganan lebih

lanjut.

2. Inspeksi

a. Statik

Wajah tampak merot ke sisi kanan

Mata tidak dapat tertutup dengan rapat

b. Dinamis

Pasien tidak dapat melakukan gerakan pada wajah bagian kiri

3. Pemeriksaan Fungsional

a. Pemeriksaan Fungsi Dasar

Tes Gerakan Aktif

Tes menutup mata

Hasilnya : mata tidak bisa tertutup rapat masih ada kelemahan otot orbicularis

oculi.

Tes menggembungkan pipi

Hasilnya : belum maksimal, masih ada kelemahan otot bucinator.

Page 3: LAPORAN Bells Pasly Rs.bhayangkara

Tes mengerutkan dahi

Hasilnya : Pasien tidak bisa mengerutkan dahi secara maksimal, masih ada

kelemahan otot procerius.

Tes mengangkat dahi

Hasilnya : Belum makskimal, masih ada kelemahan otot frontalis

Tes tersenyum

Hasilnya : Bisa tapi belum sempurna masih ada kelemahan otot orbicularis oris.

Tes bersiul

Hasilnya : masih sulit melakukan gerakan bersiul

4. Pemeriksaaan Spesifik

a. Tes motorik

Pasien diminta mengucapkan huruf A, I, U, E, dan O

Hasil : Tidak mampu

Pasien diminta untuk bersiul

Hasil : Tidak mampu

b. MMT

m. Frontalis : 1

m. Orbicularis oculi : 3

m. Procerus : 3

m. Zigomaticum : 3

m. Bucinator : 3

m. Orbicularis oris : 3

Page 4: LAPORAN Bells Pasly Rs.bhayangkara

C. Diagnosa Fisioterapi

Gangguan fungsional wajah akibat Bell’s Palsy

D. Problematik Fisioterapi

1. Kelemahan otot wajah sisi kiri

2. Gangguan fungsional wajah

E. Perencanaan Fisioterapi

1. Tujuan jangka panjang

Mengembalikan kemampuan fungsional wajah sisi kiri secara maksimal

2. Tujuan jangka pendek

Meningkatkan kekuatan otot wajah

Memperbaiki fungsional wajah

F. Penatalaksanaan Fisioterapi

1. MWD

Tujuan : Sebagai pre-eliminary exercise,

Tehnik : Pasien tidur terlentang, lalu fisioterpis memberikan MWD pada sisi wajah

bagian kiri dan kanan

Dosis : frekuensi 3x seminggu, metode circumplode, bentuk arus continuos, intesitas

40 watt, waktu terapi 8 menit.

2. Massage (Friction)

Tujuan : Melancarkan sirkulasi darah

Tehnik : Pasien tidur terlentang, fisioterapis berdiri disamping bed diatas bagian kepala

pasien

Page 5: LAPORAN Bells Pasly Rs.bhayangkara

Dosis : frekuensi 3 x seminggu, tekanan friction sedang, metode sirkuler, durasi 10

kali tekanan.

3. Exercise Terapi (PNF)

Tehnik : Pasien tidur terlentang fisioterapis berdiri disamping bad atau di ujung bed

Dosis : frekuensi 3 x seminggu, metode irradiasi, repetisi 5 x per otot.

G. Evaluasi

1. MMT

Sebelum Terapi

m. Frontalis : 1

m. Orbicularis oculi : 3

m. Proccerius : 3

m. Zigomaticum : 3

m. Bucinator : 3

m. Orbicularis oris : 3

Sesudah Terapi

m. Frontalis : 1

m. Orbicularis oculi : 3

m. Proccerius : 3

m. Zigomaticum : 3

m. Bucinator : 3

m. Orbicularis oris : 3

2. ADL wajah mulai membaik

Page 6: LAPORAN Bells Pasly Rs.bhayangkara

BAB I

PENDAHULUAN

Paralisis saraf fasialis dapat terjadi akibat kelainan congenital, neoplastik, trauma, infeksi

atau iatrogenik. Kelumpuhan ini dapat bersifat sentral atau perifer. Bells Palsy adalah

kelumpuhan nervus fasialis perifer, terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui dengan

pasti atau tidak menyertai penyakit lain yang dapat menyebabkan lesi nervus fasialis.

Secara statistik insiden Bells Palsy di USA adalah kira-kira 23 kasus per 100.000 populasi.

Kebanyakan studi populasi menunjukan insiden 15-30 kasus per 100.000 populasi. Tidak

terdapat perbedaan kejadian antara wanita dengan pria. Insiden yang tertinggi terjadi pada usia

60 tahun atau lebih dan yang terendah pada usia kurang dari 10 tahun.

Paralisis fasialis dapat terjadi pada penyakit-penyakit tertentu misalnya anestesis local pada

pencabutan gigi, infeksi telinga bagian bawah, syndrome guillain barre, meningitis dan trauma.

Gambaran klinik dapat membantu membedakannya dari penyebab paralisis saraf fasialis lainnya

meliputi paralisis fasialis unilateral yang terjadi tiba-tiba (kurang dari 48 jam) tanpa tanda-tanda

dan gejala dari gangguan telinga atau fossa posterior.

Page 7: LAPORAN Bells Pasly Rs.bhayangkara

BAB II

ANATOMI FISIOLOGI

Daerah wajah umumnya dipersarafi oleh oleh nervus facialis (nervus VII). Nervus VII

termasuk kedalam nervus cranialis, dimana nervus cranialis merupakan sistem saraf autonom

yang terdiri dari 12 pasang nervus cranialis, yaitu :

1. Nervus Olfaktorius (Nervus I)

2. Nervus Opticus (Nervus II)

3. Nervus Occulomotoni’is (Nervus III)

4. Nervus Trochleanis (Nervus IV)

5. Nervus Tnigeminus (Nervus V)

6. Nervus Abducens (Nervus VI)

7. Nervus Facialis (Nervus VII)

8. Nervus Vestibulocochleanjs (Nervus VIII)

9. Nervus Glassopharyngeus (Nervus IX)

10. Nervus Vagus (Nervus X)

11. Nervus Acessonius (Nervus XI)

12. Nervus Hypoglosus (Nervus XII)

Nervus facialis adalah saraf motorik yang menginervasi otot-otot muka (otot mimetic).

Nervus facialis keluar dari os petrosum kembali dan tiba di cavum timpani. Kemudian ia turun

Page 8: LAPORAN Bells Pasly Rs.bhayangkara

dan sedikit membelok ke belakang dan keluar dari tulang tengkorak melalui foramen

stylomastoideum. Pada saat ia turun kebawah dan membelok kebelakang di cavum timpani, di

situ ia tergabung dengan ganglion gnikulatum.

Nervus facialis mempunyai lima komponen fungsional yaitu tiga aferent dan dua eferent.

Dua aferent pertama datang dari sekitar kuping berupa sensasi sakit dan temperature, induk

selnya terdapat didalam ganglion genikulatum. Aferent ketiga datang dari 2/3 depan Iidah

membawa sensorik taktil melalui nervus lingualis menuju korda timpani dan ke gangion

genikulatm dimana terdapat sel induknya. Selanjutnya akson ketiga aferent tersebut dikirim

menuju pons melalui nervus intermedius masuk kedalam pons. Eferent pertama datang dari

nucleus nervus facialis didalam pons menuju canalis facialis dan keluar dari foramen

stilomastoideus serta bercabang-cabang menginervasi otot-otot mimik. Eferent kedua datang dari

nucleus sanivatorius superior didalam pons, kemudian keluar melalui nervus intermedius menuju

ganglion genikulatum dan disana bercabang dua. Cabang pertama menuju ganglion

sphenopalatini dan mengirim serabut post ganglioner ke kelenjar laknimalis sedangkan cabang

kedua menuju ganglion submaksilaris dan memberi serabut post ganglion ke kelenjar

sublingualis.

Otot-otot yang dipersarafi oleh nervus facialis adalah:

1. M. Frontalis, berfungsi mengangkat ails mata dan mengkerutkan dahi.

2. M. Corrugator supercilii, berfungsi menarik alis mata kearah medial.

3. M. Orbiculris oculi, berfungsi menutup mata.

4. M. Procerus, berfungsi megangkat/mengkerutkan hidung.

5. M. Nasalis, berfungsi melebarkan lubang hidung.

6. M. Levator labii superior, berfungsi untuk mengangkat bibir atas.

Page 9: LAPORAN Bells Pasly Rs.bhayangkara

7. M. Levator Anguli Oris, berfungsi untuk mengangkat sudut mulut.

8. M. Zygomaticus mayor, berfungsi untuk menarik sudut mulut keatas dan ke belakang

sebagaimana tersenyum dan ketawa.

9. M. Orbicularis Oris, berfungsi untuk menguncupkan mulut ke depan (seperti bersiul).

10. M. Risonius, berfungsi untuk retraksi sudut mulut atau menarik sudut lateral bibir kearah

belakang.

11. M. Buccinator, berfungsi untuk menekan kedua pipi atau menarik kedua pipi dan seperti

meniup terompet.

12. M. Depressor labii inferioris, berfungsi untuk depresi sudut mulut atau menarik sudut

mulut lateral bibir kearah bawah dan belakang.

13. M. Mentalis, berfungsi untuk menaiklan kulit dagu sementara menguncupkan bibir bawah.

14. M. Depressor Anguli Oris, berfungsi untuk depresi sudut mulut atau menarik sudut bibir ke

arah bawah.

15. M. Platysma, berfungsi untuk menarik bibir bawah dan sudut mulut kearah lateral dan

inferior.

Page 10: LAPORAN Bells Pasly Rs.bhayangkara

BAB III

PATOLOGI TERAPAN

Kerusakan nervus facialis bisa berakibat paralisis total otot-otot fasial sepihak. Otot-otot

muka sepihak jadi lemah dan garis-garis muka sekitar bibir, hidung dan dahi menghilang. Bila

tersenyum, maka sudut mulut tertarik kearah yang sehat, air ludah biasanya menetes dari sudut

mulut. Sukarnya menutup mata berakibat mudahnya iritasi dan infeksi pada mata. Sering terjadi

nervus facialis lumpuh tanpa sebab yang jelas yang disebut dengan Bell’s Palsy. Penyebab lain

gangguan pada nervus facialis adalah :

1. lnfeksi

2. Tumor dan virus

3. Komplikasi dan pembedahan

4. Trauma capitis

Gambaran KIinik

Kelumpuhan saraf fasialis melibatkan semua otot wajah sesisi dan sangat mudah

dibuktikan dengan tanda-tanda :

- Kerutan lipat kulit dahi hanya sesisi yang sehat

- Kelopak mata tidak dapat menutup rapat pada wajah yang sakit dan nampak bola mata

berputar-putar keatas

Page 11: LAPORAN Bells Pasly Rs.bhayangkara

- Mulut merot kesisi yang sehat, jika mulut terbuka dan mudah di julurkan nampak lidah

normal gerakannya ,namun gerakan bibir menyimpang kesisi yang tidak sehat.

- Ketika mengembungkan pipi dengan mulut tertutup maka gembungan besar pada sisi yang

sakit, dalam waktu seketika ketupan kedua bibir terbuka karena kelemahan otot pipi dan

otot bibir yang sesisi wajah terserang.

- Air mata sering keluar pada sisi wajah yang sakit akibat iritasi pada konjungtiva karena

kelopak mata sulit menutup mata bila berlangsung terus kadang kala mata mengalami

infeksi.

- Kadang kala di sertai gangguan pengecap. apabila oedem yang mengenai nervus facialis

pada foramen stylomastoideus sampai ke corda tympani.

Proses Patologinya

Dengan adanya proses cuaca yang dingin tersebut maka dapat menyebabkan nervus facialis

terjepit di foramen stilomastoideus akibat penekanan atau penjepitan saraf yang akan mengalami

kelumpuhan facialis LMN dan kelumpuhan tersebut dinamakan Bells Palsy.

Pada kondisi ini masih digolongkan dalam paresis ringan sebagian mengalami kelumpuhan

komplit atau digolongkan dalam tipe 1. Hal ini disebabkan adanya blok londuksi saraf yang

refersible, ini di sebut dengan Neoropraksia yang terjadi akibat adanya kompresi akut oleh cairan

oedem di sekitar saraf. Adapun bentuk kerusakan saraf lainya yaitu axonotnesis dan

neoronotnesis.

Axonotnesis yaitu suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada Axon tetapi pembungkus

jaringan penyambung mendukung dan melindungi saraf secarah utuh.

Page 12: LAPORAN Bells Pasly Rs.bhayangkara

Neoronotnesis yaitu putusnya serabut otot yang menyokong endonerium yang

mengakibatkan kehilangan axon tetapi kondisi ini mengakibatkan pembungkus dan jaringan

penyambung mengalami kerusakan dan keadaan ini tidak dapat pulih seperti semula.

Page 13: LAPORAN Bells Pasly Rs.bhayangkara

Follow Up

No Hari/Tgl Problematik Intervensi Evaluasi

1. Selasa,07 Juli 2015

Kelemahan otot wajah

Gangguan ADL wajah

MWD Massage (Friction) Exercise Terapi

(PNF)

MMT Setelah Terapi m. Frontalis : 1 m. Orbicularis oculi : 3 m. Procerus : 3 m. Zigomaticum : 3 m. Bucinator : 3 m. Orbicularis oris : 3

2. Rabu, 15

Juli 2015

Kelemahan otot wajah

Gangguan ADL wajah

MWD

Massage (Friction) Exercise Terapi

(PNF, )

MMT Setelah Terapi m. Frontalis : 1 m. Orbicularis oculi : 3 m. Procerus : 3 m. Zigomaticum : 3 m. Bucinator : 3 m. Orbicularis oris : 3

3. Senin, 27

Juli 5015

Kelemahan otot wajah

Gangguan ADL wajah

MWD Massage (Friction) Exercise Terapi

(PNF)

MMT Setelah Terapi m. Frontalis : 1 m. Orbicularis oculi : 3 m. Procerus : 3 m. Zigomaticum : 3 m. Bucinator : 3 m. Orbicularis oris : 3