LAPORAN
STATUS KLINIK
A. Data-Data Medis RS
1. Diagnosa Medis : Bell’s Palsy
2. Catatan Klinis : Vital Sign
a. Tekanan Darah : 134/90 mmHg
b. Denyut Nadi : 60 x/menit
c. Pernafasan : 22 x/menit
d. Temperatur : normal
3. Terapi Umum : Mendika Sentosa
B. Pemeriksaan Fisioterapi
1. Anamnesis
a. Umum
N a m a : Tn.Sehati Segeri
U m u r : 65 Thn
Jenis Kelamin : Laki-Laki
A g a m a : Islam
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Jl.Gotong Royong No.39
b. Khusus
Keluhan Utama : Lemah pada wajah
Kapan Terjadinya : + 4 bulan yang lalu
Lokasi Keluhan : Bagian sisi kiri
RPP : + 4 bulan yang lalu pasien mengalami Hipertensi dan tiba-
tiba pasien merasa wajah bagian kanan terasa tebal dan ia
sangat kaget karena ketika ia bercermin ia melihat
wajahnya merot ke sisi kanan. Kemudian pasien berobat ke
Poli saraf di Rs.Bhayangkara dan oleh dokter, pasien
dirujuk ke Fisioterapi untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut.
2. Inspeksi
a. Statik
Wajah tampak merot ke sisi kanan
Mata tidak dapat tertutup dengan rapat
b. Dinamis
Pasien tidak dapat melakukan gerakan pada wajah bagian kiri
3. Pemeriksaan Fungsional
a. Pemeriksaan Fungsi Dasar
Tes Gerakan Aktif
Tes menutup mata
Hasilnya : mata tidak bisa tertutup rapat masih ada kelemahan otot orbicularis
oculi.
Tes menggembungkan pipi
Hasilnya : belum maksimal, masih ada kelemahan otot bucinator.
Tes mengerutkan dahi
Hasilnya : Pasien tidak bisa mengerutkan dahi secara maksimal, masih ada
kelemahan otot procerius.
Tes mengangkat dahi
Hasilnya : Belum makskimal, masih ada kelemahan otot frontalis
Tes tersenyum
Hasilnya : Bisa tapi belum sempurna masih ada kelemahan otot orbicularis oris.
Tes bersiul
Hasilnya : masih sulit melakukan gerakan bersiul
4. Pemeriksaaan Spesifik
a. Tes motorik
Pasien diminta mengucapkan huruf A, I, U, E, dan O
Hasil : Tidak mampu
Pasien diminta untuk bersiul
Hasil : Tidak mampu
b. MMT
m. Frontalis : 1
m. Orbicularis oculi : 3
m. Procerus : 3
m. Zigomaticum : 3
m. Bucinator : 3
m. Orbicularis oris : 3
C. Diagnosa Fisioterapi
Gangguan fungsional wajah akibat Bell’s Palsy
D. Problematik Fisioterapi
1. Kelemahan otot wajah sisi kiri
2. Gangguan fungsional wajah
E. Perencanaan Fisioterapi
1. Tujuan jangka panjang
Mengembalikan kemampuan fungsional wajah sisi kiri secara maksimal
2. Tujuan jangka pendek
Meningkatkan kekuatan otot wajah
Memperbaiki fungsional wajah
F. Penatalaksanaan Fisioterapi
1. MWD
Tujuan : Sebagai pre-eliminary exercise,
Tehnik : Pasien tidur terlentang, lalu fisioterpis memberikan MWD pada sisi wajah
bagian kiri dan kanan
Dosis : frekuensi 3x seminggu, metode circumplode, bentuk arus continuos, intesitas
40 watt, waktu terapi 8 menit.
2. Massage (Friction)
Tujuan : Melancarkan sirkulasi darah
Tehnik : Pasien tidur terlentang, fisioterapis berdiri disamping bed diatas bagian kepala
pasien
Dosis : frekuensi 3 x seminggu, tekanan friction sedang, metode sirkuler, durasi 10
kali tekanan.
3. Exercise Terapi (PNF)
Tehnik : Pasien tidur terlentang fisioterapis berdiri disamping bad atau di ujung bed
Dosis : frekuensi 3 x seminggu, metode irradiasi, repetisi 5 x per otot.
G. Evaluasi
1. MMT
Sebelum Terapi
m. Frontalis : 1
m. Orbicularis oculi : 3
m. Proccerius : 3
m. Zigomaticum : 3
m. Bucinator : 3
m. Orbicularis oris : 3
Sesudah Terapi
m. Frontalis : 1
m. Orbicularis oculi : 3
m. Proccerius : 3
m. Zigomaticum : 3
m. Bucinator : 3
m. Orbicularis oris : 3
2. ADL wajah mulai membaik
BAB I
PENDAHULUAN
Paralisis saraf fasialis dapat terjadi akibat kelainan congenital, neoplastik, trauma, infeksi
atau iatrogenik. Kelumpuhan ini dapat bersifat sentral atau perifer. Bells Palsy adalah
kelumpuhan nervus fasialis perifer, terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui dengan
pasti atau tidak menyertai penyakit lain yang dapat menyebabkan lesi nervus fasialis.
Secara statistik insiden Bells Palsy di USA adalah kira-kira 23 kasus per 100.000 populasi.
Kebanyakan studi populasi menunjukan insiden 15-30 kasus per 100.000 populasi. Tidak
terdapat perbedaan kejadian antara wanita dengan pria. Insiden yang tertinggi terjadi pada usia
60 tahun atau lebih dan yang terendah pada usia kurang dari 10 tahun.
Paralisis fasialis dapat terjadi pada penyakit-penyakit tertentu misalnya anestesis local pada
pencabutan gigi, infeksi telinga bagian bawah, syndrome guillain barre, meningitis dan trauma.
Gambaran klinik dapat membantu membedakannya dari penyebab paralisis saraf fasialis lainnya
meliputi paralisis fasialis unilateral yang terjadi tiba-tiba (kurang dari 48 jam) tanpa tanda-tanda
dan gejala dari gangguan telinga atau fossa posterior.
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI
Daerah wajah umumnya dipersarafi oleh oleh nervus facialis (nervus VII). Nervus VII
termasuk kedalam nervus cranialis, dimana nervus cranialis merupakan sistem saraf autonom
yang terdiri dari 12 pasang nervus cranialis, yaitu :
1. Nervus Olfaktorius (Nervus I)
2. Nervus Opticus (Nervus II)
3. Nervus Occulomotoni’is (Nervus III)
4. Nervus Trochleanis (Nervus IV)
5. Nervus Tnigeminus (Nervus V)
6. Nervus Abducens (Nervus VI)
7. Nervus Facialis (Nervus VII)
8. Nervus Vestibulocochleanjs (Nervus VIII)
9. Nervus Glassopharyngeus (Nervus IX)
10. Nervus Vagus (Nervus X)
11. Nervus Acessonius (Nervus XI)
12. Nervus Hypoglosus (Nervus XII)
Nervus facialis adalah saraf motorik yang menginervasi otot-otot muka (otot mimetic).
Nervus facialis keluar dari os petrosum kembali dan tiba di cavum timpani. Kemudian ia turun
dan sedikit membelok ke belakang dan keluar dari tulang tengkorak melalui foramen
stylomastoideum. Pada saat ia turun kebawah dan membelok kebelakang di cavum timpani, di
situ ia tergabung dengan ganglion gnikulatum.
Nervus facialis mempunyai lima komponen fungsional yaitu tiga aferent dan dua eferent.
Dua aferent pertama datang dari sekitar kuping berupa sensasi sakit dan temperature, induk
selnya terdapat didalam ganglion genikulatum. Aferent ketiga datang dari 2/3 depan Iidah
membawa sensorik taktil melalui nervus lingualis menuju korda timpani dan ke gangion
genikulatm dimana terdapat sel induknya. Selanjutnya akson ketiga aferent tersebut dikirim
menuju pons melalui nervus intermedius masuk kedalam pons. Eferent pertama datang dari
nucleus nervus facialis didalam pons menuju canalis facialis dan keluar dari foramen
stilomastoideus serta bercabang-cabang menginervasi otot-otot mimik. Eferent kedua datang dari
nucleus sanivatorius superior didalam pons, kemudian keluar melalui nervus intermedius menuju
ganglion genikulatum dan disana bercabang dua. Cabang pertama menuju ganglion
sphenopalatini dan mengirim serabut post ganglioner ke kelenjar laknimalis sedangkan cabang
kedua menuju ganglion submaksilaris dan memberi serabut post ganglion ke kelenjar
sublingualis.
Otot-otot yang dipersarafi oleh nervus facialis adalah:
1. M. Frontalis, berfungsi mengangkat ails mata dan mengkerutkan dahi.
2. M. Corrugator supercilii, berfungsi menarik alis mata kearah medial.
3. M. Orbiculris oculi, berfungsi menutup mata.
4. M. Procerus, berfungsi megangkat/mengkerutkan hidung.
5. M. Nasalis, berfungsi melebarkan lubang hidung.
6. M. Levator labii superior, berfungsi untuk mengangkat bibir atas.
7. M. Levator Anguli Oris, berfungsi untuk mengangkat sudut mulut.
8. M. Zygomaticus mayor, berfungsi untuk menarik sudut mulut keatas dan ke belakang
sebagaimana tersenyum dan ketawa.
9. M. Orbicularis Oris, berfungsi untuk menguncupkan mulut ke depan (seperti bersiul).
10. M. Risonius, berfungsi untuk retraksi sudut mulut atau menarik sudut lateral bibir kearah
belakang.
11. M. Buccinator, berfungsi untuk menekan kedua pipi atau menarik kedua pipi dan seperti
meniup terompet.
12. M. Depressor labii inferioris, berfungsi untuk depresi sudut mulut atau menarik sudut
mulut lateral bibir kearah bawah dan belakang.
13. M. Mentalis, berfungsi untuk menaiklan kulit dagu sementara menguncupkan bibir bawah.
14. M. Depressor Anguli Oris, berfungsi untuk depresi sudut mulut atau menarik sudut bibir ke
arah bawah.
15. M. Platysma, berfungsi untuk menarik bibir bawah dan sudut mulut kearah lateral dan
inferior.
BAB III
PATOLOGI TERAPAN
Kerusakan nervus facialis bisa berakibat paralisis total otot-otot fasial sepihak. Otot-otot
muka sepihak jadi lemah dan garis-garis muka sekitar bibir, hidung dan dahi menghilang. Bila
tersenyum, maka sudut mulut tertarik kearah yang sehat, air ludah biasanya menetes dari sudut
mulut. Sukarnya menutup mata berakibat mudahnya iritasi dan infeksi pada mata. Sering terjadi
nervus facialis lumpuh tanpa sebab yang jelas yang disebut dengan Bell’s Palsy. Penyebab lain
gangguan pada nervus facialis adalah :
1. lnfeksi
2. Tumor dan virus
3. Komplikasi dan pembedahan
4. Trauma capitis
Gambaran KIinik
Kelumpuhan saraf fasialis melibatkan semua otot wajah sesisi dan sangat mudah
dibuktikan dengan tanda-tanda :
- Kerutan lipat kulit dahi hanya sesisi yang sehat
- Kelopak mata tidak dapat menutup rapat pada wajah yang sakit dan nampak bola mata
berputar-putar keatas
- Mulut merot kesisi yang sehat, jika mulut terbuka dan mudah di julurkan nampak lidah
normal gerakannya ,namun gerakan bibir menyimpang kesisi yang tidak sehat.
- Ketika mengembungkan pipi dengan mulut tertutup maka gembungan besar pada sisi yang
sakit, dalam waktu seketika ketupan kedua bibir terbuka karena kelemahan otot pipi dan
otot bibir yang sesisi wajah terserang.
- Air mata sering keluar pada sisi wajah yang sakit akibat iritasi pada konjungtiva karena
kelopak mata sulit menutup mata bila berlangsung terus kadang kala mata mengalami
infeksi.
- Kadang kala di sertai gangguan pengecap. apabila oedem yang mengenai nervus facialis
pada foramen stylomastoideus sampai ke corda tympani.
Proses Patologinya
Dengan adanya proses cuaca yang dingin tersebut maka dapat menyebabkan nervus facialis
terjepit di foramen stilomastoideus akibat penekanan atau penjepitan saraf yang akan mengalami
kelumpuhan facialis LMN dan kelumpuhan tersebut dinamakan Bells Palsy.
Pada kondisi ini masih digolongkan dalam paresis ringan sebagian mengalami kelumpuhan
komplit atau digolongkan dalam tipe 1. Hal ini disebabkan adanya blok londuksi saraf yang
refersible, ini di sebut dengan Neoropraksia yang terjadi akibat adanya kompresi akut oleh cairan
oedem di sekitar saraf. Adapun bentuk kerusakan saraf lainya yaitu axonotnesis dan
neoronotnesis.
Axonotnesis yaitu suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada Axon tetapi pembungkus
jaringan penyambung mendukung dan melindungi saraf secarah utuh.
Neoronotnesis yaitu putusnya serabut otot yang menyokong endonerium yang
mengakibatkan kehilangan axon tetapi kondisi ini mengakibatkan pembungkus dan jaringan
penyambung mengalami kerusakan dan keadaan ini tidak dapat pulih seperti semula.
Follow Up
No Hari/Tgl Problematik Intervensi Evaluasi
1. Selasa,07 Juli 2015
Kelemahan otot wajah
Gangguan ADL wajah
MWD Massage (Friction) Exercise Terapi
(PNF)
MMT Setelah Terapi m. Frontalis : 1 m. Orbicularis oculi : 3 m. Procerus : 3 m. Zigomaticum : 3 m. Bucinator : 3 m. Orbicularis oris : 3
2. Rabu, 15
Juli 2015
Kelemahan otot wajah
Gangguan ADL wajah
MWD
Massage (Friction) Exercise Terapi
(PNF, )
MMT Setelah Terapi m. Frontalis : 1 m. Orbicularis oculi : 3 m. Procerus : 3 m. Zigomaticum : 3 m. Bucinator : 3 m. Orbicularis oris : 3
3. Senin, 27
Juli 5015
Kelemahan otot wajah
Gangguan ADL wajah
MWD Massage (Friction) Exercise Terapi
(PNF)
MMT Setelah Terapi m. Frontalis : 1 m. Orbicularis oculi : 3 m. Procerus : 3 m. Zigomaticum : 3 m. Bucinator : 3 m. Orbicularis oris : 3