Lapak Farfis II Modul 1

18
I. Tujuan Percobaan 1. Membuat larutan Natrium Hidroksida (NaOH) yang dibakukan dengan larutan Asam Oksalat (H 2 C 2 O 4 ) dengan indikator fenolftalein. 2. Membuat pelarut campur dari etanol, air, gliserin, dan propilenglikol. 3. Menentukan kelarutan asam benzoat dan asam salisilat dari berbagai macam pelarut campur. 4. Membuat grafik hubungan konsentrasi dengan presentase campuran. II. Prinsip Percobaan 1. Azas Le Chatelier Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-kecilnya (Ratna, 2009). 2. Kelarutan Kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut dalam jumlah tertentu larutan (Suyatno, 2006). 3. Titrasi Asam-Basa Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Titrasi yang melibatkan reaksi asam basa disebut titrasi asam basa (Muchtaridi, 2007). 4. Like Dissolve Like Suatu senyawa akan larut pada senyawa yang mempunyai struktur kimia yang sama, polar

description

Farmasi Fisik

Transcript of Lapak Farfis II Modul 1

I. Tujuan Percobaan1. Membuat larutan Natrium Hidroksida (NaOH) yang dibakukan dengan larutan Asam Oksalat (H2C2O4) dengan indikator fenolftalein.2. Membuat pelarut campur dari etanol, air, gliserin, dan propilenglikol.3. Menentukan kelarutan asam benzoat dan asam salisilat dari berbagai macam pelarut campur.4. Membuat grafik hubungan konsentrasi dengan presentase campuran.

II. Prinsip Percobaan1. Azas Le ChatelierBila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-kecilnya (Ratna, 2009).

2. KelarutanKelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut dalam jumlah tertentu larutan (Suyatno, 2006).

3. Titrasi Asam-BasaTitrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Titrasi yang melibatkan reaksi asam basa disebut titrasi asam basa (Muchtaridi, 2007).

4. Like Dissolve LikeSuatu senyawa akan larut pada senyawa yang mempunyai struktur kimia yang sama, polar dengan polar dan nonpolar dengan nonpolar (Arsyad, 2001)

5. Reaksi Penetralan (Netralisasi)Reaksi yang terjadi dengan pembentukan garam dan H2O netral (pH=7) hasil reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH- dari suatu basa (Sumardjo, 2006).

6. PengenceranProsedur untuk penyiapan larutan kurang pekat dari larutan yang lebih pekat disebut pengenceran. Dalam melakukan proses pengenceran, perlu diingat bahwa penambahan lebih banyak pelarut ke dalam sejumlah tertentu larutan stok akan mengubah (mengurangi) konsentrasi larutan tanpa mengubah sejumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam larutan (Chang, 2005).7. StoikiometriStoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya (Alfian, 2009).

III. ReaksiH2C2O4 + 2NaOH

IV. Teori DasarLarutan merupakan campuran yang homogen, yaitu campuran yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung dua komponen atau lebih yang disebut zat terlarut (Solute) dan pelarut (Solven). Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit. Sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak (Azizah, 2010).Kimiawan membedakan larutan berdasarkan kemampuannya melarutkan zzat terlarut. Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut di dalam pelarut, pada suhu tertentu, dinamakan larutan jenuh (Saturated Solution). Sebelum titik jenuh tercapai, larutannya disebut larutan tak jenuh (Unsaturated Solution) ; larutan ini mengandung zat terlarut lebih sedikit dibandingkan dengan kemampuannya untuk melarutkan. Jenis ketiga, larutan lewat jenuh (Supersaturated Solution), mengandung lebih banyak zat terlarut dibandingkan yang terdapat di dalam larutan jenuh (Chang, 2005).Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (Solute) untuk dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia Solute dan pelarut pada suhu, tekanan dan pH tertentu. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit solute pada pelarut sampai solute tersebut mengendap (tidak dapat larut lagi) (Ilmu Kimia, 2013).Kesetimbangan kelarutan mirip dengan kesetimbangan antar zat cair (atau zat padat) yang mudah menguap dalam bejana tertutup. Dalam kedua hal, partikel-partikel dari fasa pekat cenderung untuk keluar dan menyebar ke volume yang lebih luas, tetapi terbatas. Dalam kedua hal, kesetimbangan adalah kompromi dinamik dimana kecepatan keluarnya partikel dari fasa pekat sama dengan kecepatan baliknya (Oxtoby, 2001).Karena suatu larutan jenuh yang berhubungan dengan kelebihan solute membentuk kesetimbangan dinamik, maka bilamana sistem tersebut diganggu, efek gangguan tersebut dapat diramalkan berdasarkan kaidah Le Chatelier. Kita tahu bahwa kenaikkan temperatur menyebabkan posisi kesetimbangan bergeser ke arah yang akan mengabsorpsi panas. Karena, kalau solute tambahan yang ingin melarut dalam larutan jenuh harus mengabsorpsi energi, maka larutan zat tersebut akan bertambah jika temperatur dinaikkan. Sebaliknya, jika solute tambahan yang dimasukkan ke dalam larutan jenuh menimbulkan proses eksotermik, maka solute akan menjadi kurang larut jika temperatur dinaikkan (Moechtar, 1989).Prinsip Le Chatelier diterapkan pada kesetimbangan ini, seperti juga prinsip ini diterapkan pada semua kesetimbangan. Satu cara untuk menekan kesetimbangan kelarutan adalah dengan mengubah jumlah pelarut. Penambahan pelarut menurunkan konsentrasi spesies terlarut ; penambahan zat padat cenderung untuk mengembalikkan konsentrasi spesies terlarut ke kesetimbangannya. Jika pelarut yang ditambahkan terlalu banyak maka semua zat padat akan larut, kemudian kesetimbangan kelarutan menurun, dan larutan menjadi tidak jenuh (Oxtoby, 2001).Faktor-faktor penting yang mempengaruhi kelarutan zat padat adalah :1. Temperatur2. Pemilihan Pelarut3. Efek ion Sekutu4. Efek Aktivitas5. Efek pH6. Efek Hidrolisis7. Hidroksida Metal8. Efek Pembuatan kompleks (Underwood, 2002)Kelarutan suatu solute pada pelarut tertentu sangat bergantung pada suhu. Pada sebagian besar padatan yang dapat larut dalam air, kelarutan akan semakin meningkat jika suhu dinaikkan melebihi 100oC. Solute ionik yang terlarut pada air bersuhu tinggi (mendekati suhu kritis) cenderung berkurang karena perubahan sifat dan struktur molekul air. Selain itu, tetapan dielektrik menyebabkan pelarut kurang polar. Kelarutan senyawa organik selalu meningkatdengan naiknya suhu. Inilah yang mendasari teknik emurnian dengan rekristalisasi yang memanfaatkan perbedaan kelarutan solute pada suhu rendah dan tinggi (Ilmu Kimia, 2013).Untuk semua keperluan praktis, tekanan eksternal tidak mempengaruhi kelarutan dari cairan dan adatan., tetapi sangat mempengaruhi kelarutan gas. Hubungan kuantitatif antara kelarutan gas dan tekanan ditunjukkan oleh hukum Henry (Henrys Law), yang menyatakan bahwa kelarutan gas dalam cairan berbanding lurus dengan tekanan gas di atas larutannya.

(Chang, 2005)Kosolven seperti etanol, propilen glikol, polietilen glikol dan glikofural telah rutin digunakan sebagai zat untuk meningkatkan kelarutan obat dalam larutan pembawa berair. Pada beberapa kasus, penggunaan kosolven yang tepat dapat meningkatkan kelarutan obat hingga beberapa kali lipat, namun bisa juga peningkatan kelarutannya sangat kecil, bahkan dalam beberapa kasus penggunaan kosolven dapat menurunkan kelarutan solut dalam larutan berair. Efek peningkatan kelarutan terutama disebabkan oleh polaritas obat terhadap solven (air) dan kosolven. Pemilihan sistem kosolven yang tepat dapat menjamin kelarutan semua komponen dalam formulasi dan meminimalkan resiko pengendapan karena pendinginan atau pengenceran oleh cairan darah. Akibatnya, hal ini akan mengurangi iritasi jaringan pada tempat administrasi obat (Yalkowsky, 1981).Elektrolit lemah dan molekul-molekul nonpolar seringkali mempunyai kelarutan dalam air yang buruk. Kelarutannya biasanya dapat ditingkatkan dengan penambahan suatu pelarut yang dapat bercampur dengan air dimana dalam pelarut tersebut obat mempunyai kelarutan yang baik. Proses ini dikenal sebagai kosolvensi, dan pelarut-pelarut yang digunakan dalam kombinasi untuk meningkatkan kelarutan zat terlarut dikenal sebagai kosolven. Mekanisme yang mengakibatkan penambahan kelarutan melalui kosolvensi tidak dimengerti dengan jelas. Etanol, sorbitol, propilen glikol, dan beberapa anggota dari seri polimer polietilen glikol memperlihatkan jumlah terbatas dari kosolven yang berguna, dan dapat diterima secara umum dalam formulasi cairan-cairan dalam air. Kosolven tidak hanya digunakan untuk mempengaruhi kelarutan obat tersebut, tetapi juga untuk memperbaiki kelarutan dari konstituen-konstituen yang mudah menguap yang digunakan untuk memberi rasa dan bau yang diinginkan ke produk tersebut. Molekul-molekul dalam obat padat diikat bersama oleh gaya intermolekular tertentu misalnya gaya dipol-dipol imbas, dipol-dipol dan interaksi ion-ion, demikian pula halnya dengan solven. pelarut dibedakan atas polar, semi polar, atau non polar tergantung dari besarnya ikatan yang bersangkutan (Martin, 1990).Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu oleh dipol momennya. Sesuai dengan hal itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan & melarutkan gula dan senyawa polihidrasi yang lain. selain itu pelarut biasanya memiliki beda titik didih(Tb) rendah dan lebih mudah menguap meninggalkan substansi terlarut. Dan yang jelas pelarut jumlahnya lebih besar daripada zat terlarut (Martin, 1990 ).

V. Alat dan Bahan5.1. Alata. Buretb. Gelas Kimiac. Gelas Ukurd. Kertas Saringe. Labu ukurf. Pipet Ukur5.2. Bahana. Airb. Asam Benzoatc. Asam Oksalatd. Asam Salisilate. Etanol 90 %f. Fenolftaleing. Gliserinh. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH)i. Propilenglikol

5.3. Gambar Alat

VI. Prosedur

VII. Data Pengamatan7.1. Pembakuan Larutan NaOHNoVolume Asam Oksalat (ml)Volume Natrium Hdroksida (ml)

11010,3

21010,5

3109,8

Rata rata 1010,1667

7.1.1. Perhitungan Asam Oksalat

7.1.2. Perhitungan Normalitas NaOH

7.2. Asam SalisilatNoVolume Larutan (ml)Volume NaOH (ml)Kelarutan (mol L-1)

1101,3518,329

2101,621,723

3100,79,504

4101,2516,971

Pelarut 1 (etanol 3 ml + air 27 ml)Titrasi 1 : Volume NaOH= 1,3 mlTitrasi 2: Volume NaOH= 1,4 mlV rata-rata: Kelarutan: : : 18,329 mol L-1

Pelarut 2 (etanol 4,5 ml + air 25,5 ml)Titrasi 1 : Volume NaOH= 1,6 mlTitrasi 2: Volume NaOH= 1,6 mlV rata-rata: Kelarutan: : : 21,723 mol L-1

Pelarut 3 (etanol 3 ml + air 24 ml + gliserin 3 ml)Titrasi 1 : Volume NaOH= 0,6 mlTitrasi 2: Volume NaOH= 0,8 mlV rata-rata: Kelarutan: : : 9,504 mol L-1

Pelarut 4 (etanol 3 ml + air 24 ml + propilenglikol 3 ml)Titrasi 1 : Volume NaOH= 1,3 mlTitrasi 2: Volume NaOH= 1,2 mlV rata-rata: Kelarutan: : : 16,971 mol L-1

7.3. Asam BenzoatNoVolume Larutan (ml)Volume NaOH (ml)Kelarutan (mol L-1)

1100,56,002

2100,759,003

3101,1513,805

4101,3516,205

Pelarut 1 (etanol 3 ml + air 27 ml)Titrasi 1 : Volume NaOH= 0,5 mlTitrasi 2: Volume NaOH= 0,5 mlV rata-rata: Kelarutan: : : 6,002 mol L-1

Pelarut 2 (etanol 4,5 ml + air 25,5 ml)Titrasi 1 : Volume NaOH= 1 mlTitrasi 2: Volume NaOH= 0,5 mlV rata-rata: Kelarutan: : : 9,003 mol L-1 Pelarut 3 (etanol 3 ml + air 24 ml + gliserin 3 ml)Titrasi 1 : Volume NaOH= 0,9 mlTitrasi 2: Volume NaOH= 1,4 mlV rata-rata: Kelarutan: : : 13,805 mol L-1 Pelarut 4 (etanol 3 ml + air 24 ml + propilenglikol 3 ml)Titrasi 1 : Volume NaOH= 1,7 mlTitrasi 2: Volume NaOH= 1 mlV rata-rata: Kelarutan: : : 16,205 mol L-1

7.4. Grafik Hubungan Konsentrasi dengan Pelarut campuran

Daftar PustakaAlfian. 2009. Kimia Dasar. Medan : USU Press.Arsyad, N. 2001. Kamus Kimia Anti dan Penjelasan Istilah. Jakarta : Gramedia.Azizah, Utiya. 2010. Pengertian Larutan. Available at http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/pengertian-larutan/ [diakses pada tanggal 16 maret 2015].Chang, R. 2005. Kimia dasar Jilid 2 Edisis 3. Jakarta : Erlangga.Ilmu Kimia. 2013. Pengertian kelarutan. Available at http://www.ilmukimia.org/2013/04/kelarutan.html [diakses pada tanggal 16 maret 2015].Martin, Alfred, dkk. 1990. Farmasi Fisik edisi 3. Jakarta: Universitas Indonesia press.Moechtar, 1989. Farmasi Fisika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.Muchtaridi. 2007. Kimia 2. Jakarta : Yudhistira.Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid 1 Edisi 4. Jakarta : Erlangga. Ratna. 2009. Azas Le Chatelier. Available at http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_X/azas-le-chatelier/ [diakses pada tanggal 15 maret 2015].Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta : EGC.Suyatno. 2006. Kimia. Jakarta : Grasindo.Underwood, R. A. Day. A. L.. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.Vogel. 1990. Kimia Analitis Kuantitatif. Jakarta : Kalman Media Pustaka.Yalkowsky, S. H. 1981. Techniques of Solubilization of Drugs. New York: Marcel Dekker.

Lampiran