lap kai p4

3
Analisis furosemid dan hidroklorotiazida pada sediaan obat tradisional jamu dilakukan dengan melarutkan serbuk Jamu Iboe, furosemid dan hidroklorotiazida dengan menggunakan methanol. Khusus untuk furosemid dan hidroklorotiazida, karena keduanya berbentuk tablet maka diserbukkan dahulu di dalam mortir masing- masing sebanyak dua tablet. Metanol digunakan karena eluen yang digunakan juga methanol. Metanol juga merupakan pelarut polar yang akan melarutkan bahan kimia tadi. Hal ini sesuai dengan sifat larutan ” like disolve like “ atau melarutkan sesama. (Adnan, 1987) Lempeng KLT yang digunakan adalah silica GF254 karena silica ini akan berfluoresensi pada spektroskopi pada panjang gelombang 254 nm. Silica dibuat dengan ukuran 7 cm x 5 cm menyesuaikan tinggi dan lebar chamber. Kemudian pada sisi bawah ditarik garis setinggi 1 cm sebagi garis start yang nantinya akan menjadi tempat penotolan sampel dan dari garis start ditarik sepanjang 10 cm sebagai garis front nantinya akan menandakan elusi sudah cukup. Pada garis start ditotolkan masing-masing sampel yaitu sebanyak 3 totolan kemudian keringkan (Gandjar, 2011) Lempeng KLT yang telah ditotolkan sampel dimasukkan ke dalam chamber yang telah berisi larutan eluen yang terdiri dari methanol : etil asetat dengan perbandingan 2 : 3 yaitu 2 ml methanol dan 3 ml etil asetat. Perbandingan ini digunakan untuk mempermudah meletakkan lempeng KLT karena chamber yang kecil sehingga jarak garis front dan start tidak terlalu dekat ataupun

description

j

Transcript of lap kai p4

Page 1: lap kai p4

Analisis furosemid dan hidroklorotiazida pada sediaan obat tradisional jamu dilakukan

dengan melarutkan serbuk Jamu Iboe, furosemid dan hidroklorotiazida dengan menggunakan

methanol. Khusus untuk furosemid dan hidroklorotiazida, karena keduanya berbentuk tablet

maka diserbukkan dahulu di dalam mortir masing-masing sebanyak dua tablet. Metanol

digunakan karena eluen yang digunakan juga methanol. Metanol juga merupakan pelarut polar

yang akan melarutkan bahan kimia tadi. Hal ini sesuai dengan sifat larutan ” like disolve like “

atau melarutkan sesama. (Adnan, 1987)

Lempeng KLT yang digunakan adalah silica GF254 karena silica ini akan berfluoresensi

pada spektroskopi pada panjang gelombang 254 nm. Silica dibuat dengan ukuran 7 cm x 5 cm

menyesuaikan tinggi dan lebar chamber. Kemudian pada sisi bawah ditarik garis setinggi 1 cm

sebagi garis start yang nantinya akan menjadi tempat penotolan sampel dan dari garis start ditarik

sepanjang 10 cm sebagai garis front nantinya akan menandakan elusi sudah cukup. Pada garis

start ditotolkan masing-masing sampel yaitu sebanyak 3 totolan kemudian keringkan (Gandjar,

2011)

Lempeng KLT yang telah ditotolkan sampel dimasukkan ke dalam chamber yang telah

berisi larutan eluen yang terdiri dari methanol : etil asetat dengan perbandingan 2 : 3 yaitu 2 ml

methanol dan 3 ml etil asetat. Perbandingan ini digunakan untuk mempermudah meletakkan

lempeng KLT karena chamber yang kecil sehingga jarak garis front dan start tidak terlalu dekat

ataupun jauh. Digunakan metanol dan asetil salisilat karena dalam pemilihan eluen harus

disesuaikan dengan senyawa atau bahan obat yang akan dianalisis, sehingga akan memperoleh

nilai Rf yang maksimal. Sifat methanol yang merupakan pelarut polar dan etil asetat yang

menengah polar. Eluen tersebut dimasukkan ke dalam chamber ditutup dan ditunggu sekitar 10

menit dengan tujuan eluen yang berada di dalam chamber tepat jenuh ketika akan digunakan

untuk mengelusi. Kemudian silica gel yang sudah ditotolkan sampel dimasukkan ke dalam

chamber dengan posisi berdiri tegak sehingga eluen yang naik akan tepat bersama-sama sampai

digaris front , garis start tidak boleh menyentuh eluen karena akan menyebabkan sampel yang

ditotolkan larut dalam eluen, Kemudian chamber ditutup,ditunggu hingga eluen mencapai garis

front. Elusi selesai pada saat eluen telah mencapai garis front. Silica dalam chamber diangkat

dengan menggunaka pinset dan dikeringkan. Kira-kira cukup kering silica diamati dibawah

spektroskopi sinar uv 254. Lempeng KLT dilihat di bawah UV 245 untuk melihat bercak yang

tidak terlihat secara visible. Penggunaan UV 254 dikarenakan lempeng silica gel yang digunakan

Page 2: lap kai p4

hanya dapat berflouresensi maksimal pada panjang gelombang 254, maka semua bercak terlihat

ketika dilihat pada UV 254. Lempeng kemudian disemprot dengan (Dragendorff atau besi (III)

klorida), Penambahan reagen ini berfungsi sebagai reagen penampak noda. Setelah itu diamati

noda yang timbul. Kemudian dikeringakan kembali lempeng KLT. Kemudian ukur jarak yang

ditempuh masing-masing bercak komponen sampel dan bercak standar. Baru kemudian

dimasukkan dalam rumus Rf. Bilangan Rf diperoleh dengan mengukur jarak antara titik awal

dan pusat bercak yang dihasilkan senyawa dan jarak ini kemudian dibagi dengan jarak antara

titik awal dan garis depan (jarak yang ditempuh cairan pengembang) (Gandjar dan Rohman,

2007).

Hasil yang diperoleh Rf standar Hidroklortiazid, Rf standar Furosemid, Rf jamu

berturut-turut : 0,904 cm , 0,865 cm , 0,942cm. Dua senyawa dikatakan idenitik jika mempunyai

nilai Rf yang sama jika diukur pada kondisi KLT yang sama pula. Jamu yang terudentifikasi

mengandung bahan kimia hidroklortiazid dilihat dari harga Rf yang hampir sama dengan HCT.

Gandjar, I.G dan Abdul Rohman. 2011. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Gandjar, Ibnu Tholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : UGM

Moch, Adnan. 1987. Teknik kromatografi untuk analisis bahan makanan. Yogyakarta : ANDI