makalah P4

21
EKAPRASETYA PANCAKARSA MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang dibina oleh Tim Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan OLEH NAMA : DAHLISA SOLEMAN NIM : AKF14037

description

makalah pkn PUTRA INDONESIA MALANG

Transcript of makalah P4

EKAPRASETYA PANCAKARSAMAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Untuk memenuhi sebagian persyaratandalam menempuh Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraanyang dibina oleh Tim Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

OLEHNAMA : DAHLISA SOLEMANNIM : AKF14037

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALAKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANGNOVEMBER 2014KATA PENGANTARPuji Syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta karunia-Nya telah diberikan kepada penulis sehingga penulisan makalah dengan judul Ekaprasetya Pancakarsa dapat terselesaikan. Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.Makalah ini dibuat dengan tujuan agar pembaca dapat memenuhi kewajibannya sebagai warga Negara Indonesia dalam mengamalkan pancasila sesuai dengan ekaprasetya pancakarsa atau Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).Penulis tidak akan dapat makalah ini tanpa adanya bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak. Oleh karena itu, dengan rasa hormat pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :1. Imam Syahroni, M. Pd selaku Dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan bimbingan kepada penulis demi terselesaikannya makalah ini.2. Mustofa, M.Si selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Agama yang telah memberikan bimbingan di bidang Ilmu Pendidikan Agama.3. Dra. Anna. S. Prawoto selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan bimbingan di bidang tata cara penulisan makalah yang baik dan benar.Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dalam memenuhi kewajibannya sebagai warga Negara Indonesia dalam mengamalkan pancasila sesuai dengan Ekaprasetya Pancakarsa atau Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).

Penulis

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar BelakangZaman semakin berkembang, perubahan cara berpikir demi kelagsungan hidup pun berubah. Salah satu contoh, seorang tertuduh mengambil satu tandan pisang dari kebun tetangganya demi kelangsungan hidupnya. Akan tetapi karena tertangkap oleh pemiliknya maka orang tersebut mendapatkan hukuman yang kejam. Disisi lain seorang pejabat terkait kasus korupsi, kemudian mendapatkan tindak pidana dan dihukum yang dianggap ringan. Selain itu, pejabat korupsi juga mendapat perlakuan khusus ketika dalam bui. Hal ini tidak sebanding dengan tindak kejahatan yang telah dilakukan oleh pelaku tersebut. Oleh karena itu, ini merupakan salah satu cerminan ekapraetya pancakarsa di Indonesia. Keputusan yang diambil dapat di pertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Setiap manusia mempunyai keinginan untuk mempertahankan hidup dan mengejar kehidupan yang lebih baik. Ini merupakan naluri yang paling kuat dalam diri manusia. Dan seperti yang diisyaratkan oleh ketetapan MPR NO. II/MPR/78, maka pancasila yang bulat dan utuh itu memberi keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan hidup manusia sebagai pribadi, dan hubungan manusia dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan bangsa, dan bangsa, dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahirlah dan kebahagiaan rohaniah.

I.2 Rumusan Masalah I.2.1 Apa itu Ekaprasetia Pancakarsa ?I.2.2 Bagaimana penerapan ekaprasetya pancakarsa ?I.2.3 Bagaimana jalur penerapan Ekaprasetia Pancakarsa ?I.2.4 Bagaimana pandangan islam tentang ekaprasetya pancakarsa khususnya di daerah Ternate ?I.3 Tujuan PembahasanBerdasarkan perumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :I.3.1 Untuk mengetahui yang di maksud dengan ekaprasetya pancakarsaI.3.2 Untuk mengetahui penerapan ekaprasetya pancakarsaI.3.3 Untuk mengetahui jalur penerapan ekaprasetya pancakarsaI.3.4 Untuk mengetahui pandangan islam mengenai ekaprasetya pancakarsa khususnya di daerah TernateI.4 ManfaatI.4.1 Dapat memahami ekaprasetya pancakarsaI.4.2 Dapat memahami penerapan ekaprasetya pancakarsaI.4.3 Dapat memahami jalur penerapan ekaprasetya pancakarsaI.4.4 Dapat memahami pandangan islam tentang ekaprasetya pancakarsa khususnya di daerah Ternate

BAB IIPEMBAHASANII.1 TINJAUAN PUSTAKAII.1.1 PENGERTIAN EKAPRASETYA PANCAKARSAIstilah Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa sansekerta, secara harfiah eka berarti satu atau tunggal prasetia berarti janji atau tekad, Panca berarti lima, dan karsa berarti kehendak yang kuat. Dengan demikian ekaprasetia pancakarsa berarti tekad yang tunggal untuk melaksanakan lima kehendak. Dalam hubungannya dengan ketetapan MPR II/MPR/1978 maka lima kehendak yang kuat itu adalah kehendak untuk melaksanakan kelima sila pancasila. Dikatakan tekad yang tunggal karena tekad itu sangat kuat dan tidak tergoyah -goyahkan lagi.Ekaprasetia pancakarsa lebih merupakan tekad yang tumbuh dari kesadaran diri sendiri atau merupankan janji terhadap dirinya sendiri, janji terhadap diri sendiri a dalah panggilan hati nurani, yang tidak dirasakan terhadap sesuatu yang di paksakan dari luar.Ketetapan MPR nomor II/MPR/1978 itu merupan kerangka dasar yang dinamakan Ekaprasetia pancakarsa memberi petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan pancasila. Penjabaran selanjutnya pengamalan pancasila dari ketetapan MPR itu dapat dirumuskan sebagai berikut :

a.Sila Ketuhanan Yang Maha Esa1) Percaya dan taqwa kepada tuhan yang maha esa sesuai dengan agamanya masing-masing menurut dasar kemanusaian yang adil dan beradab.2)Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada tuhan yang maha esa.3) Mengembangkan sikap hormat menghormati kemerdakaan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.4) Menghargai setiap bentuk ajaran agama, dan tidak boleh memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

b. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab 1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk tuhan yang maha esa2) Memandang persamaan derajat, hak dan kewajiban anata sesama manusia tanpa membedakan suku, turunan dan kedudukan social.3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesame manusia, tepa salira dan tidak semena-mena terhadap orang lain.4) Menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusian, kemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan berani membela kebenaran dan keadilan.5) Meresa sebagai bagian umat manusia dan karena itu berkewajiban mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.

c.Sila Persatuan Indonesia1) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.2) Cinta tanah air dan bangsa Indonesia, sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.3) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban dunia.4) Mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan atas dasar bhineka tunggal ika dalam memajukan pergaulan hidup bersama.

d. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.2) Keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah, dan keputusan musyawarah diusahakan secara mufakat, diliputi oleh semangat kekeluargaan.3) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah dan melaksanakannya dengan itikad baik dan rasa bertanggung jawab.4) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur, dengan mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat, serta tidak memaksakan kehendak terhadap orang lain.5) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada tuhan yang maha esa. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.e.Sila keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia1) Menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia.2) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.3) Bersikap adil terhadap sesame, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiaban serta menghormati hak-hak orang lain.4) Memupuk sikap suka memberi pertolongan terhadap orang lain yang membutuhkan agar dapat berdiri sendiri, tidak menggunakan hak milik untuk pemerasan, pemborosan, bergaya hidup mewah dan perbuatan lain yang bertentangan dan merugikan kepentingan umum.5) Memupuk sikap suka bekerja keras dan menghargai karya orang lain yang bermanfaat serta berusaha bersamasama mewujudkan kemajuan yang merata dan kesejahteraan bersama.II.1.2 PENERAPAN EKAPRASETYA PANCAKARSASetelah rakyat Indonesia memiliki pedoman pengamalan pancasila sebagaimana yang dirumuskan dalam ketetapam MPR Nomor II/MPR/1978, maka rakyat Indonesia perlu melaksanakan pedoman tersebut, dengan mendarah dagingkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila. Dengan kata lain dengan adanya perdomana pancasila rakyat Indonesia harus berusaha agar nilai-nilai, norma-norma, sikap dan tingkah laku yang di jabarkan dari kelima sila pancasila benar-benar menjadi bagian yang utuh dan tidak terpisahkan dari seluruh cara hidup masyarakat Indonesia.Untuk melaksanakan pedoman pengamalan pancasila perlu usaha yang dilakukan secara berencana dan tererah, berdasarkan satu pola, tujuannya adalah agar pancasila sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan oleh segenap warga negara, baik dalam kehidupan perorangan maupun kehidupan bermasyarakat, berdasarkan pola itu diharapkan lebih terarah usaha-usaha :-Pembinaan manusia Indonesia agar menjadi insan pancasila.-Pembangunan bangsa untuk mewujudkan masyarakat pancasilaMasalah pembinaan insan pancasila lebih banyak menyangkut bidang pendidikan, lewat kegiatan pendidikan diharapkan anak-anak didik menyerap nilai-nilai moral pancasila, penyerapan nilai-nilai moral pancasila diarahkan berjalan secara manusiawi dan alamiah, tidak saja lewat pamahaman melalui pemikiran, melainkan melalui penghayatan dan pengamalan secara pribadi. Nilai-nilai moral pancasila tidak sekedar untuk dipahami melainkan untuk dihayati dan diamalkan.Sasaran pelaksanaan pedoman pengamalan pancasila adalah perorangan, keluarga dan masyarakat, baik di lingkungan tempat tinggal masing-masing maupun dilingkungan tempat bekerja.Langkah-langkah dalam pengamalan pancasila ini harus disebar luaskan kepada seluruh lapisan masyarakat dengan menggunakan berbagai jalur dan penciptaan suasana yang menunjang.

II.1.3 JALUR PENERAPAN EKAPRASETYA PANCAKARSAJalur-jalur yang di gunakan dalam penerapan ekaprasetya pancakarsa, sebagai berikut :1) Jalur pendidikanDalam melaksanakan pedoman pengamalan pancasila peranan pendidikan sangat penting, baik pendidikan formal yakni yang disekolah-sekolah, maupun pendidikan non-formal yakni dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.Dalam pendidikan formal, semua unsur lembaga pendidikan tindak perbuatannya hendaknya menceminkan nilai-nilai luhur pancasila. Para pendidik menjadi contoh tauladan, anak didik hendaklah benar-benar dapat menhayati dan mengamalkan pancasila, dan perlu diintegrasikan kedalam kurikulum.Disamping pendidikan disekolah penting juga adanya pendidikan keluarga peranan penting keluarga. Peranan keluarga tidaklah kalah artinya dibandingkan kesekolah, karena peran keluarga itu jauh mendahului sekolah. Oleh karena itu pengamalan pancasila harus ditanamkan dan dikembangkan sejak anak-anak masih kecil, sehingga proses pendarah dagingan nilai-nilai pancasila berlangsung wajar tanpa paksaan. Dan hal yang menuntut suasana rumah tangga yang harmonis sesuai nilai-nilai luhur pancasila yang dipraktekan sehari-hari.Sebagai pelengkap dua macam pendidikan diatas yang turut menentukan juga pengaruh lingkungan masyarakat terhadap pertumbuhan generasi muda. Oleh karena itu lingkungan masyarakat perlu dibina dengan sungguh-sungguh agar menjadi tempat yang subur bagi pelaksanaan pengamalan pancasila. Dalam hal ini yang pokok adalah kesadaran bagi para warga masyarakat itu sendiri untuk melaksanakan nilai-nilai luhur pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan dalam segala bidang kegiatan sosial.2) Jalur media masaPola pelaksanaan pedoman pengamalan pancasila melalui media massa dapat digolongkan sebagai salah satu aspek pendidikan dalam arti luas, peranan media massa sedemikian pentingnya sehingga perlu mendapat penonjolannya sebagai jalurnya tersendiri. Dalam hal ini media dakwah memegang peranan penting, baik berupa media tradisional dalam bentuk kesenian maupun media modern seperti pers, radio, dan televisi.Dalam menggunakan komunikasi modern ini perlu dijaga agar siaran-siaran yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan pancasila dihadirkan.

3) Jalur organisasi sosial politikSesuai dengan tekad untuk menjunjung tinggi demokrasi dan menegakkan kehidupan konstitusional, maka kiranya semua anggota maupun kader-kader partai politik dan semacamnya hendaklah berusaha sekuat tenaga ikut serta dalam melaksanakan pedoman pengamalan pancasila, dan terutama sekali adalah para pegawai republic Indonesia, karena mereka adalah abdi negara dan abdi masyarakat, sehigga pancasila itu lestari di republic Indonesia ini.

I.2.4 PANDANGAN ISLAM MENGENAI EKAPRASETYA PANCAKARSA KHUSUSNYA DI DAERAH TERNATEAkhir-akhir ini banyak bermunculan upaya-upaya yang dilakukan baik oleh golongan yang pro maupun yang kontra terhadap keberadaan Pancasila. Dalam suatu negara dibutuhkan suatu tata aturan yang bisa mengakomodir seluruh masyarakat di bawah naungan negara tersebut.Demikian halnya dengan Indonesia sebagaimana kita ketahui bersama dalam sejarah bahwa sejak lama Pancasila telah menopang dan mengakomodir berbagai suku, ras, dan agama yang ada di Indonesia. Pancasila dirasa sangat sesuai dan tepat untuk mengakomodir seluruh ras, suku bangsa, dan agama yang ada di Indonesia. 1 Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Al-Quran dalam beberapa ayatnya menyebutkan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu mengesakan Tuhan. Dalam kacamata Islam, Tuhan adalah Allah semata. Namun, dalam pandangan agama lain Tuhan adalah yang mengatur kehidupan manusia, yang disembah. Di kalangan masyarakat Ternate toleransi antar umat beragama terjalin sangat baik hal ini terlihat pada saat perayaan Natal di Ternate Gerakan Pemuda Ansor Maluku Utara menurunkan anggotanya untuk membantu pengamanan di setiap gereja terutama saat umat kristiani melaksanakan ibadah Natal di Gereja. 2 Sila Kedua Kemanusiaan Yang Adil dan BeradabSila kedua ini mencerminkan nilai kemanusiaan dan bersikap adil. Islam selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bersikap adil dalam segala hal, adil terhadap diri sendiri, orang lain dan alam.Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan. Sadar bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkanlah sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain. Pemerintah Kota Ternate sering mengadakan kegiatan sosial terutama di bidang kemanusiaan seperti mengadakan donor darah, gotong royong dalam bakti social dan lain sebagainya dengan tujuan untuk lebih meningkatan ikatan persaudaraan antar masyarakat Ternate tanpa memadang ras, suku, warna kulit dan agama.

3 Sila Ketiga Persatuan IndonesiaPersatuan adalah tiang penyangga daya suatu negara. Kemajuan atau kemunduran suatu negara ditentukan oleh persatuan dan kesatuan bangsanya, Bangsa yang makmur adalah bangsa yang bersatu, bangsa yang hancur adalah bangsa yang berseteru. Semua agama termasuk Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bersatu dan menjaga kesatuan dan persatuan. Di Ternate persatuan dan kesatuan sangat di jaga di mana hal ini merupakan suatu syarat untuk mendorong pembangunan di kota Ternate karena ketika persatuan dan kesatuan di NKRI terganggu maka proses pembangunan di kota Ternate pun terganggu.4 Sila Keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/PerwakilanPancasila dalam sila keempat ini selaras dengan apa yang telah digariskan al-Quran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Islam selalu mengajarkan untuk selalu bersikap bijaksana dalam mengatasi permasalahan kehidupan (dan selalu menekankan untuk menyelesaikannya dalam suasana demokratis. Di kota Ternate setiap aparat-aparat kelurahan dikota Ternate dituntut untuk senantiasa mengontrol masyarakatya masing-masing, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan setiap permasalah yang terjadi selalu di selesaikan dengan musyawarah.

5 Sila Kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat IndonesiaIndonesia sebagai suatu organisasi tertinggi memiliki kewajiban untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Dalam konse,.p Islam, hal ini sesuai dengan istilah adil. Al-Quran dalam beberapa ayatnya memerintahkan untuk selalu bersikap adil dalam segala hal, adil terhadap diri sendiri, orang lain dan alam.

II.2 HASIL OBSERVASIMasyarakat Ternate memiliki sedikit perbedaan dengan masyarakat luar Ternate, dari aspek sejarah Ternate adalah daerah Kerajaan yang berada di sebelah Timur Indonesia dan paling utara dari Maluku, walaupun wilayahnya kecil, namun pernah menjadi Bandar perdagangan rempah-rempah yang sampai ke belahan dunia.Tata kehidupan dengan aturan lisan yang mengikat komunitas orang Ternate dalam konteks Masyarakat Adat bersumber dari adat segulaha yang merupakan cerminan integrasi nilai-nilai agama dan budaya dalam kehidupan sosial masyarakat Ternate, dalam pelaksanaan adat kesultanan Ternate dikenal dengan sistem bobato dunia dan bobato akhirat sebagai pengatur dan pengarah undang-undang adat dan hukum adat agama. Pelaksanaan adat segulaha pada kesultanan Ternate bersumber pada lima kerangka dasar sebagai sumber dari adat istiadatnya, yaitu: 1. Adat se atorang adalah hukum dasar yang bersumber pada al Quran al Karim dan sunnah rasulullah yang merupakan warisan yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW.2. Adat se kabasarang adalah hak kekuasan dan hak kolano atau sultan yang mempunyai status kehormatan, gelar, mahkota, istana, dan hak veto yang disebut jaib kolano. Sebagai amir atau sultan, masyarakat harus menghormati dan mentaati segala perintah yang dititahnya, segala perintah dilaksanakan atas dasar kebenaran yang dijiwai ajaran Islam.

3. Adat galib se lukudi adalah hak asal usul dan hak asasi atau hak dan kedudukan soa atau marga menurut asal usulnya, yakni kesamaan dan kesetaraan dalam pemenuhan hak dan kewajiban seseorang sesuai status sosial, baik sebagai pemimpin pegawai kerajaan maupun masyarakat biasa. 4. Adat ngale se cara sere se doniru ialah kebiasan-kebiasaan yang baik dan berguna dalam menjaga kerukunan hidup bersama, sepanjang tidak bertentangan dengan hukum-hukum yang berlaku seperti: tata cara perkawinan, tata cara upacara adat dan tata cara pergaulan kerukunan hidup bermasyarakat. 5. Adat cing se cingari adalah kepatuhan/kedisiplinan dan ketaatan kepada hukum yang berlaku, diantaranya adalah tata tertib dan penampilan seseorang di depan umum berdasarkan soa atau marga yang disandangnya dalam setiap upacara kerajaan, serta mantaati status dan kedudukan soa itu sendiri, memelihara adat istiadat dalam pergaulan sehari-hari; tidak berbangga diri karena kedudukan dan jabatan, bersifat amanah dan rasa tanggung jawab atas tugas yang dipercayakan.Kelima kerangka dasar tersebut di atas merupakan sumber adat istiadat yang telah dibudayakan sejak terbentuknya pemerintahan Moloku dalam hal ini zaman Islam moloku kie raha sampai sekarang.