Kelompok 1 p4 Camkoha

37
KELOMPOK 1 MODUL SARAF JIWA 2015

description

pleno

Transcript of Kelompok 1 p4 Camkoha

KELOMPOK 1

KELOMPOK 1MODUL SARAF JIWA 2015

Fasilitator: dr. Utary HartatiKetua: Reza Rahmat Al AminSekretaris: 1. Juwita Intan Purnama sari 2. Razanova Triana Putri

Anggota:Titip Elia GustamiDini Tania Tahta SariSelly MarlinaLisdawati Naomi SiregarUtary SilvanaRomauli HutabaratPEMICU 4Seorang laki-laki berusia 28 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan kedua tungkai tidak dapat digerakkan, berat badan dan nafsu makan menurun sejak 2 bulan yang lalu. Kadang-kadang disertai keringat malam.Keluhan diawali dengan rasa nyeri di daerah punggung 6 bulan yang lalu. Nyeri terkadang dirasakan menjalar ke paha kanan. Sejak 4 bulan yang lalu kedua tungkai sering kesemutan dan mulai baal. Baal dirasakan dari daerah perut sampai ke bawah. Dua bulan yang lalu pasien mulai merasakan kedua tungkainya lemah. Makin lama makin berat sampai akhirnya tidak dapat digerakkan. Dua minggu terakhir pasien mulai sulit buang air besar dan buang air kecil.Satu tahun sebelum pasien mengalami gejala ini, ia dipecat dari tempat kerjanya. Sejak saat itu pasien dilaporkan bahwa ia mudah tersinggung dan menjadi marah. Dengan adanya gejala di atas, reaksi emosi pasien menjadi lebih labil dan membuat keluarganya menjadi resah.Pada pemeriksaan fisik di sekitar vertebra torakal tampak benjolan yang teraba keras, terfiksir dan tidak ada nyeri tekan.Pada pemeriksaan neurologis didapatkan hipestesi terhadap rasa raba dan nyeri setinggi dermatom T10 ke bawah. Prorioseptif dan rasa vibrasi kedua tungkai terganggu. Kekuatan motorik kedua tungkai 0. klonus patella dan akiles +/+.Pemeriksaan status mental didapatkan mood yang iritabel, afek gelisah dan serasi. Tidak dijumpai adanya gangguan persepsi dan isi pikir pasien lebih banyak didominasi oleh kekecewaan pasien akan kondisi dirinya yang mengalami sakit seperti itu.

TERMINOLOGI1. Prorioseptif: Sistem yang memproses informasi dari otot & sendi tubuh manusia sehingga individu paham gerak dan letak tubuhnya.

2. Hipestesi: Penurunan kepekaan secara abnormal terhadap rangsangan biasanya sentuhan/rabaan.

3. Klonus: tanda fisik yang sering terjadi pada pergelangan kaki, ketika pemeriksa secara tiba-tiba melakukan dorsofleksi dan dipertahankan untuk beberapa saat (lutut pasien sedikit fleksi) sehingga terjadi plantar fleksi dan dorsofleksi secara bergantian dan ritmis.

4. Mendel Bechtew & Rossolimo: Pukulan pada bagian dorsal kaki pada tulang cuboid (reflek Mendel Bechtrew) dan pada telapak kaki bagian depan (reflek Rossolimo) yang diberikan respon berupa jari-jari fleksi. Arti klinisnya sama dengan refleks Babinsky.KEYWORDLaki-laki 28 tahunMengeluh kedua tungkai tidak dapat digerakkanBerat badan dan nafsu makan menurun sejak 2 bulan yang laluKadang-kadang disertai keringa malamNyeri di daerah punggung sejak 6 bulan yang lalu dan terkadang menjalar ke paha kanan4 bulan yang lalu kedua tungkai sering kesemutan dan baal dari daerah perut ke bawah.2 minggu terakhir pasien sulit buang air besar dan buang air kecil1 tahun sebelum pasien mengalamu gejala ini, ia dipecat dari tempat kerjanyaEmosi pasien jadi lebih labilPemeriksaan Fisik- Disekitar vetebral torakal tampak benjolan yang teraba keras, terfiksir dan tidak ada nyeri tekanPemerisaan Neurologis- Hipestesi terhadap rasa raba dan nyeri setinggi dermatom T10 kebawah- Prorioseptif dan rasa Vibrasi kedua tungkai terganggu- Kekuatan motorik kedua tungkai 0- Klonus dan akiles +/+- Rossolimo dan Mendel Bechtrew +/+Pemeriksaan Status Mental- Mood iritabel, afek gelisah dan serasi- Isi pikiran pasien didominasi kekecewaanIDENTIFIKASI MASALAH Laki-laki 28 tahun dengan keluhan kedua tungkai tidak dapat digerakkan, berat badan dan nafsu makan menurun sejak 2 bulan yang lalu disertai emosi pasien yang lebih labil dan keringat malam.ANALISIS MASALAHLaki-laki 28 TahunPsikisEmosi labil, mudah tersinggung, marah.DD Spondilitis TBHIPOTESISMassa yang ditemukan pada vetebral torakal disebabkan proses inflamasi yang dikarenakan infeksi tuberculosisKedua tungkai tidak dapat digerakkan dikarenakan tekanan ekstradural dari abses paravetebralPERTANYAAN TERJARING1. DD SPONDILITIS TB a. Definisib. Epidemiologic. Etiologid. Patofisiologie. Manifestasi klinisf. Pemeriksaan fisik dan penunjangg. Komplikasi dan prognosish. Penatalaksanaani. Edukasi

2. Jelaskan adakah hubungan antara depresi dengan keluhan pada pemicu ?

3. Mekanismea. Kelumpuhan kedua tungkaib. Hipestesic. Klonus Patella dan Achilles1. DD Spondilitis TBa. Definisi=> Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium tuberculosa yang mengenai tulang vertebra (Abdurrahman, et al 1994; 144 )

b. EtiologiMycobacterium tuberculosis

c. EpidemiologiTotal kasus, lebih dari 8 juta per tahunSekitar 20 33 % penduduk dunia terinfeksi tuberculosisIndonesia penyumbang terbesar setelah India dan China yaitu dengan penemuan kasus baru 583.000 orang pertahunAngka kematian 140.000 kasus tiap tahun di AmerikaKejadian TB ekstrapulmonal sekitar 4000 kasus tiap tahun di America, Tempat yang paling sering terkena adalah tulang belakang dari TB ekstrapulmonalTerjadi 25 30 % TB ekstrapulmonal dari anak-anak yang terinfeksi TB

d. Patofisiologi

e. Manifestasi KlinisSakit punggung yang terlokalisirDemam, keringat malam, anoreksia, dan penurunan berat badanKyphosis atau pembengkakan paravertebralJika terlibat saraf akan ada tanda-tanda neurologisAdanya abses psoas

f. Pemeriksaan Fisik dan PenunjangPalpasi :- Bila terdapat abses maka akan teraba massa yang berfluktuasi dan kulit diatasnya terasa sedikit hangat (disebut cold abcess, yang membedakan dengan abses piogenik yang teraba panas). Dapat dipalpasi di daerah lipat paha, fossa iliaka, retropharynx, atau di sisi leher (di belakang otot sternokleidomastoideus), tergantung dari level lesi. Dapat juga teraba di sekitar dinding dada. Perlu diingat bahwa tidak ada hubungan antara ukuran lesi destruktif dan kuantitas pus dalam cold abscess.- Spasme otot protektif disertai keterbatasan pergerakan di segmen yang terkena.

Perkusi :- Pada perkusi secara halus atau pemberian tekanan diatas prosesus spinosus vertebrae yang terkena, sering tampak tenderness.

Pemeriksaan penunjang pada spondilitis tuberkulosa yaitu:

1. Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan darah lengkap didapatkan leukositosis dan LED meningkatUji mantoux positif tuberkulosisUji kultur biakan bakteri dan BTA ditemukan MycobacteriumBiopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regionalPemeriksaan hispatologis ditemukan tuberkelPungsi lumbal didapati tekanan cairan serebrospinalis rendah

g.Peningkatan CRP (C-Reaktif Protein)h.Pemeriksaan serologi dengan deteksi antibodi spesifik dalam sirkulasii.Pemeriksaan ELISA (Enzyme-Linked Immunoadsorbent Assay) tetapi menghasilkan negatif palsu pada penderita dengan alergij.Identifikasi PCR (Polymerase Chain Reaction) meliputi denaturasi DNA kuman tuberkulosis melekatkan nukleotida tertentu pada fragmen DNA dan amplifikasi menggunakan DNA polimerase sampai terbentuk rantai DNA utuh yang diidentifikasi dengan gel.

2. Pemeriksaan radiologiFoto toraks atau X-ray untuk melihat adanya tuberculosis pada paru. Abses dingin tampak sebagai suatu bayangan yang berbentuk spindlePemeriksaan foto dengan zat kontrasFoto polos vertebra ditemukan osteoporosis, osteolitik, destruksikorpus vertebra, penyempitan diskus intervertebralis, dan mungkin ditemukan adanya massa abses paravertebral

d.Pemeriksaan mielografie.CT scan memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesi irreguler, skelerosis, kolaps diskus, dan gangguan sirkumferensi tulangf.MRI Mengevaluasi infeksi diskus intervertebralis dan osteomielitis tulang belakang serta menunjukkan adanya penekanan saraf (Lauerman, 2006).

g. Komplikasi dan PrognosiskomplikasiPrognosisCidera corda spinalisEmpyema tuberculosa

Prognosis baik jika pengobatan lebih cepat dilakukan.

h. Penatalaksanaan1. Terapi KonservatifPemberian nutrisi yang baikPemberian kemoterapi/terapi anti tuberculosaTirah baring

2. Terapi Operatifi. EdukasiA. PasienB. KeluargaMengikuti dan menjalankan terapi dengan baik,yaitu taat makan obatnya dengan pengawasan dokterMakan yang teratur dan bergizi untuk menjaga staminaMenjaga kebersihan diri

Mengawasi dan memberikan terapi yang sedang dilakukanpasienMenjaga kebersihan lingkungan dan makanan yang dikonsumsiMenyediakan alat makan khusus yang digunakan hanya untuk pasienMemberi support pasien

2. Jelaskan adakah hubungan antara depresi dengan keluhan pada pemicu ?Ada, berhubungan dengan neuropsikiatripasien yang disebabkan strespsikologis karena ketidakmampuan pasien dalam melakukan aktivitas yang biasa dilakukan sebelumnyaDan juga terjadi ketidakseimbangan neurotransmitter otak yaitu norepinefrin dan serotonin yang menyebabkan gangguan nafsu makan dan gangguan mood.

3. Mekanismea. Kelumpuhan kedua tungkaib. Hipestesic. Klonus Patella dan Achilles

a. Kelumpuhan kedua tungkai

b. HipestesiSpondilitisKerusakan jaringan di sekitar diskus intervertebralis

Reaksi InflamasiDiskus Intervertebralis MenyempitSyaraf TertekanHipestesic. Klonus Patella dan AchillesRefleks PatellaRangsangan (ketukanpada patellae) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N.Femoris) medullaspinalis/L3-L4 (pusat) (N. Quadratusfemoris).

Refleks achillesRangsangan (ketukan tendon acilles) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N. Tibialis) medulla spinalis/L5&S2 (pusat) s.motorik (N. Tibialis) efektor (M. gastocnemius).

KESIMPULANHipotesis Pertama Massa yang ditemukan pada vetebral torakal disebabkan proses inflamasi yang dikarenakan infeksi tuberculosis, tidak dapat diterima.Hipotesis Kedua Kedua tungkai tidak dapat digerakkan dikarenakan tekanan ekstradural dari abses paravetebral, dapat diterima.

SumberSaripediatri.idai.or.id Andreasen,NC. Kesehatan mental I. 2006. Yogyakarta : kanisius.Anil K, Jail MS. Treatment of tuberculosis of the spine with neurologic complication. Clinical orthopedics and related research 2002.