Lap Farmakolo Perc 1

18
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional, dalam rangka keselamatan umat manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki. Deklarasi ini berisi tentang segi etik percobaan yang menggunakan manusia (1964) antara lain dikatakan perlunya diakukan percobaan pada hewan, sebelum percobaan di bidang biomedis maupun riset lainnya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga dengan demikian jelas hewan percobaan mempunyai mission di dalam keikutsertaannya menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian biomedis. Katzung, Bertram G, (2004) Selain itu berdasarkan deklarasi tersebut, cukup beralasan pula bila penelitian lain misalnya tentang aspek fisiologis, patologis, dan penyakit pada manusia, nutrisi, virus, penelitian perilaku dan sebagainya, dapat dilakukan pada hewan percobaan sebagai modelnya dengan segala persyaratan tertentu. Berdasarkan referensi data yang diperoleh dari National

description

Laporan Farmakologi

Transcript of Lap Farmakolo Perc 1

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar belakang Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional, dalam rangka keselamatan umat manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki. Deklarasi ini berisi tentang segi etik percobaan yang menggunakan manusia (1964) antara lain dikatakan perlunya diakukan percobaan pada hewan, sebelum percobaan di bidang biomedis maupun riset lainnya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga dengan demikian jelas hewan percobaan mempunyai mission di dalam keikutsertaannya menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian biomedis. Katzung, Bertram G, (2004) Selain itu berdasarkan deklarasi tersebut, cukup beralasan pula bila penelitian lain misalnya tentang aspek fisiologis, patologis, dan penyakit pada manusia, nutrisi, virus, penelitian perilaku dan sebagainya, dapat dilakukan pada hewan percobaan sebagai modelnya dengan segala persyaratan tertentu.Berdasarkan referensi data yang diperoleh dari National Institute of Health Primate Research centers, 1978, syarat utama dalam pemilihan hewan percobaan yang sesuai dan dapat dipakai sebagai model adalah bahwa proses yang terjadi pada hewan percobaan tersebut mirip atau banyak kesamaannya dengan proses yang terjadi pada manusia. Brown, Michael, dkk, (2005) Di samping itu mudah didapat , mudah dikembang-biakkan dan relatip murah harganya. Secara terperinci peranan hewan percobaan berorientasi kepada kegiatan penelitian maupun pemeriksaan laboratorium.S.B, Zunilda, (1995), Obat masuk ke dalam tubuh dengan cara intravaskular atau ekstravaskular. Cara intravaskular yaitu obat langsung masuk ke sirkulasi sistemik dan didistribusikan ke seluruh tubuh seperti pemberian intravena (suntikan atau infus). Berarti pemberian obat tidak perlu menglami fase pertama untuk memberikan efek, yaitu fase absorpsi. Konsentrasi obat dalam plasma atau darah selanjutnya ditentukan oleh kecepatan biotransformasi dan kecepatan ekskresi atau eliminasi obat dari tubuh. Sedangkan cara ekstravaskular yaitu obat harus diabsorpsi dahulu sebelum masuk ke peredaran sistemik seperti pemberian intramuskular, subkutan, intradermal, dan peritoneal. Syarat untuk absorpsi adalah obat harus terbebaskan terlebih dahulu dari bentuk sediannya dan bukan hanya tergantung pada faktor fisikokimia obat, tetapi juga pada faktor lingkungan bagian tubuh tempat obat diserap atau diabsorpsi. Kemudian, faktor-faktor teknik pembuatan (farmakoteknik) merupakan penentu untuk pembebasan obat dari bentuk sediaannya ke dalam cairan tubuh. Katzung, Bertram G, (2004)1.2 Maksud percobaan Memperlakukan dan menangani hewan percobaan, Memberikan tanda atau kode pada hewan percobaan1.3 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui bagaimana cara-cara menangani/ memperlakukan hewan percobaan, Untuk mengetahui bagaimana cara memberi penandaan pada hewan percobaan1.4 Prinsip Percobaan Penanganan hewan uji dalam hal ini adalah dengan cara memegang hewan percobaan yang ditentukan oleh sifat hewan tersebut, keadaan fisiknya (besar atau kecil), serta tujuannya. Kesalahan dalam prosedurnya akan menyebabkan kecelakaan atau rasa sakit pada hewanBAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum Hewan coba atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang khusus diternakkan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan labboratorium tersebut digunakan sebagai model untuk peneltian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Beberapa jenis hewn dari yang ukurannya terkecil dan sederhana ke ukuran yang besar dan lebih komplek digunakan untuk keperluan penelitian ini, yaitu: Mencit, tikus, kelinci, dan kera. S.B, Zunilda, (1995) Keanekaragaman jenis hayati (hewan percobaan) yang dimiliki ataupun yang dipakai sebagai Animal model oleh suatu laboratorium medis baik itu dibidang farmasi, phisiologi, ekologi, mikrobiologi, virologi, radiobiologi, kanker, biologi dan sebagainya di negara manapun merupakan suatu "modal dasar" dan "model hidup" yang mutlak dalam berbagai kegiatan penelitian (riset). Secara definitip hewan percobaan adalah yang digunakan sebagai alat penilai atau merupakan "model hidup"dalam suatu kegiatan penelitian atau pemeriksaan laboratorium baik medis maupun non medis secara in vivo. Brown, Michael, dkk, (2005) Di dalam hal keikutsertaan dan pemanfaatannya bagi pengembangan sains dan teknologi, kebutuhan akan sumber hayati ini (hewan percobaan) makin hari makin meningkat terutama untuk kepentingan riset biomedis maupun pendidikan baik di dalam maupun di luar negeri. Bahkan secara nasional negara kita adalah salah satu negara pensuplai kebutuhan tersebut (misalnya kera). Dipihak lain belum banyak usaha yang terpadu & programatis dalam penanganan hewan percobaan baik dalam kwalitas maupun kwantitas, kecuali pada pihak yang benar-benar mengerti dan sadar akan kepentingan ini. Anonim,2006Pengelolaan Hewan PercobaanPada dasamya pengelolaan hewan percobaan dititikberatkan pada: S.B, Zunilda, (1995)1. Kondisi bangunanPersyaratan ini sangat menentukan kondisi hewan percobaan, karena bentuk,ukuran serta bahan yang dipakai merupakan elemen dalam physical environment bagi hewan percobaan. Bangunan harus dirancang sedemikian rupa sehingga hewan dapat hidup dengan tenang, tidak terlalu lembab, dapat menghasilkan peredaran udara yang baik, suhu cocok, ventilasi lengkap dengan insect proof screen (kawat nyamuk)2. SanitasiDari bangunan tersebut diambil manfaatnya dengan dapat terselenggaranya sistem sanitasi yang baik, sestim drainase yang baik, tersedianya fasilitas desinfektan, misalnya dengan jalan menempatkan tempat khusus yang berisi desinfektan (lysol 35%) atau disebut dengan Foot baths. Sanitasi kandang atau peralatan lainnya dilakukan dengan teratur. Di samping itu bagi tenaga pengelola perlu mengenakan lab jas (Protective clothing) atau peralatan proteksi lainnya seperti masker dan sebagainya. Peralatan sanitasi lainnya seperti halnya autoclave pembakar bangkai, fumigator bahkan fasilitas shower dan toilet bila perlu diusahakan ada.3. Tersedianya makananTersedianya makanan hewan percobaan yang nitritiv dan dalam jumlah yang cukup. Penyimpanannya harus baik, terhindar dari lingkungan yang lembab, diusahakan bebas dari insekta atau hewan penggerek lainnya, karena dengan adanya ini dapat merupakan petunjuk adanya kerusakan bahan makanan hewan dan sebagai usaha pencegahannya adalah makanan ditempatkan dalam kantong-kantong plastik yang waterproof, bila perlu dalam kondisi anaerob (dengan menggunakan vaccum pump) dan tertutup rapat. Bentuk makanan bila perlu diusahakan berbentuk pellet (cetakan seperti pil atau berbentuk silinder) dengan diameter tertentu tergantung macam hewannya. Keuntungannya adalah dapat disimpan lama (lebih-lebih bila anaerob), makanan bisa habis termakan (dibandingkan bila dalam bentuk mess atau powder) serta kontrol terhadap makanan yang dimakan lebih mudah.4. Kebutuhan airKebutuhan air dapat diperoleh dengan mudah dan lancar dan usahakan tidak terlalu tinggi kandungan mineralnya serta bersih.5. Sirkulasi udaraDengan adanya sistim ventilasi yang baik, sirkulasi udara dapat diatur lebih-lebih bila dipasang exhaust fan.6. PeneranganPenerangan diperlukan sekali terutama dalam pengaturan proses reproduksi hewan Haruster, karena siklus estrus (siklus reproduksinya) sangat tergantung oleh penerangan dan bila tidak terdapat penerangan akan menyebabkan terhambatnya proses reproduksi.7. Kelembaban dan temperatur ruanganAdapun kelembaban dan temperatur ruangan yang direkomendasikan bagi masing-masing hewan percobaan adalah sebagai berikut:Keamanan, Maksud dari pada keamanan ini adalah menjaga jangan sampai terjadi infeksi penyakit baik yang berasal dari hewan maupun manusia. Sehingga sebagai usaha pencegahan tidak diperkenankan semua orang keluar masuk ruangan hewan (lebih-lebih bila hewannya adalah bebas kuman atau yang disebut dengan Germ Free Animals tanpasuatu keperluan apapun.8. Training/kursus bagi personilDalam program pemeliharaan hewan percobaan diperlukan tenaga yang terlatih dan berpengalaman yang cukup, karena ilmu yang menyangkut hewan percobaan dapat melibatkan banyak aspek ilmu, sehingga diperlukan sekali adanya kursus baik tenaga administrasi maupun tenaga teknis.

II.2 Uraian Hewan UjiMencit (Mus musculus)Kingdom : AnimaliaFilum: ChordataSub filum : VertebrataClass : MamaliaSub class : TheriaOrdo : RodentiaSub ordo : MyomorphaFamili : MuridaeSub family : MurinaeGenus: MusSpecies : Mus musculusData Biologik Normal. S.B, Zunilda, (1995)- Konsumsi pakan per hari- Konsumsi air minum per hari- Diet protein- Ekskresi urine per hari- lama hidup- Bobot badan dewasa Jantan Betina- Bobot lahir- Dewasa kelamin (jantan=betina)- Siklus estrus (menstruasi)- Umur sapih- Mulai makan pakan kering- Rasio kawin- Jumlah kromosom- Suhu rektal- Laju respirasi- Denyut jantung- Pengambilan darah maksimum- Jumlah sel darah merah (Erytrocyt)- Kadar haemoglobin(Hb)- Pack Cell Volume (PCV)- Jumlah sel darah putih (Leucocyte)5 g (umur 8 minggu)6,7 ml (umur 8 minggu)20-25%0,5-1 ml1,5 tahun

25-40 g20-40 g1-1,5 g28-49 hari4-5 hari (polyestrus)21 hari10 hari1 jantan 3 betina4037,5oC163 x/mn310 840 x/mn7,7 ml/Kg8,7 10,5 X 106 / l13,4 g/dl44%8,4 X 103 /l

BAB IIIMETODE KERJA

III.1 Alat dan BahanIII.1.1 Alat yang digunakan1. Timbangan2. Penggaris / Mistar3. Masker4. Handscoen5. Lap6. TissueIII.1.2 Bahan yang digunakan1. Hewan coba (mencit)2. Betadine3. Air

III.2 Prosedur Kerja1. Buka kandang dengan hati, kira kira cukup untuk masuk tangan saja2. Diangkat mencit dengan cara menangkat ekor 3-4 cm dari pangkalnya3. Diletakkan pada kawat atau permukaan kasar4. Ditandai ekor/ Diberikan kode dengan spidol permanen5. Lalu tangan kiri menjepit tengkuk di antara telunjuk dan ibu jari lalu pindahkan ekor dari tangan tangan keantara jari manis dan jari kelingking6. Masukkan kedalam timbangan, dicatat berat badan dari mencit tersebut7. Keluarkan, ukur tinggi dan Lebar serta panjang badan( mulai hidung sampai ekor) mencit menggunakan penggaris

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data pengamatanNo.KodeBerat BadanPanjang BadanTinggi BadanLebar BadanAktifitas

1.730.5 gr18.5 cm4 cm3.3 cm++

2.927.5 gr18.5 cm1.7 cm+

3.1137.5 gr19 cm5 cm3.5 cm++

4.1332.5 gr19 cm2.5 cm2.5 cm++

Keterangan:+ = Kurang Aktif++ = Aktif+++ = Sangat Aktif

IV.2 PembahasanPada percobaan ini, penanganan hewan uji dilakukan hanya pada mencit. Untuk memegang mencit yang akan diperlakukan maka diperlukan cara-cara yang khusus sehingga mempermudah cara perlakuannya. Secara alamiah mencit denderung menggigit bila mendapat sedikit perlakuan kasar. Pengambilan mencit dari kandang dilakukan dengan mengambil ekornya kemudian mencit ditaruh pada kawat kasa dan ekornya sedikit ditarik. Cubit kulit bagian belakang kepala dan jepit ekornya (Lihat gambar 1)

Gambar 1. Cara menghandel mencit

Beberapa cara penandaan hewan lab. Dilakukan untuk mengetahui kelompok hewan yang diperlakukan berbeda dengan kelompok lain. Penandaan ini dapat dilakukan secara permanen untuk penelitian jangka panjang (kronis), sehingga tanda tersebut tidak mudah hilang. Yaitu : dengan ear tag (anting bernomor), tatoo pada ekor, melubangi daun telinga dan elektronik transponder. Namun pada praktikum ini, kami menadai mencit menggunakan spidol permanen. Mencit kemudian diukur berat, tinggi , lebar, serta panjang badannya

BAB VPENUTUP

V.1 Kesimpulan Penanganan hewan uji pada mencit adalah memperlakukan hewan uji secara hati hati, jangan sekali kali memegang telinga karena saraf dan pembuluh darah dapat tergangguV.2 Saran Sebaiknya hewan uji yang ditangani lebih luas lagi, jangan terbatas hanya satu hewan uji saja.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, Michael, dkk, (2005), (Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach), Sixth Edition, McGraw-Hill Companies: United States of America, hal : 1.713 (e- book version of the text).Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition, Lange Medical Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152 (e-book version of the text).Kumar, Vinay, dkk, (2005), (Robbins and Cotran Pathologic Basis Of Disease), Seventh Edition, Elsevier Inc: USA, hal 1486 (e-book version of the text).S.B, Zunilda, (1995), Pengantar Farmakologi dalam buku Farmakologi Dan Terapi, Edisi Keempat, Editor: S.G Ganiswara,Jakarta: Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia, halaman 18-19.Anonim, www.medicastore, 2006, diakses tanggal 22 sepetember 2012Anonim, www.sinarharapan.co.id.html, diakses tanggal 22 sepetember 2012