Perc 10-11 - Q
-
Upload
dede-mi-pasha -
Category
Documents
-
view
142 -
download
3
description
Transcript of Perc 10-11 - Q
Laboratorium Mikrobiologi FarmasiProgram Studi Farmasi, F-MIPAUniversitas Lambung Mangkurat
PERCOBAAN X & PERCOBAAN XI
PEMERIKSAAN JAMUR & PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN
Disusun Oleh :
Noormahdi Riduansyah
J1E109041
Kelompok IV (Empat)
PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU
2011
PERCOBAAN x & PERCOBAAN XI
PEMERIKSAAN JAMUR & PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN
Disusun Oleh :
Noormahdi Riduansyah
J1E109041
Kelompok IV (Empat)
Tanggal Praktikum : 27 April 2011Dikumpul Tanggal : 4 Mei 2011Nilai :
Diketahui,Asisten
(Rini Sahrida Lestari)
PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU
2011
PEMERIKSAAN AIR MINUM & PERHITUNGAN JUMLAH BAKTERI
I. PENDAHULUAN
1. Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa dapat
melakukan pemeriksaan terhadap jamur dan menentukan jumlah kuman per
ml bahan cair atau per gram bahan padat.
2. Dasar Teori
Jamur memang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia.
Sedemikian eratnya sehingga manusia tak terlepas dari jamur. Jenis fungi-
fungian ini bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air,
pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri. Jamur bisa menyebabkan penyakit
yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara lain mikosis yang
menyerang langsung pada kulit, mikotoksitosis akibat mengonsumsi toksin
dari jamur yang ada dalam produk makanan, dan misetismus yang disebabkan
oleh konsumsi jamur beracun (Fajriansyah, 2010).
Penampilan fungi atau cendawan tidak asing lagi bagi kita semua. Kita
telah melihat tumbuhan berwarna biru dan hijau pada buah jeruk, dan keju;
pertumbuhan berwarna putih seperti bulu pada roti, dan selai basi; jamur
dilapangan dan hutan. Kesemua ini merupakan tubuh berbagai cendawan. Jadi
cendawan mempunyai berbagai macam penampilan, tergantung pada
spesiesnya. Telaah mengenai cendawan disebut mikologi. Cendawan terdiri
dari kapang dan khamir. Kapang bersifat filamentus, sedangkan khamir
biasanya uniselular (Pelczar & Chan, 1986).
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup
eukariotikheterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap
molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki bermacam-macam
bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur,
kapang, khamir, atau ragi. Fungi memperbanyak diri secara seksual dan
aseksual. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena
banyak hal yang berbeda. Fungi bukan autotrof seperti tumbuhan melainkan
heterotrof sehingga lebih dekat ke hewan. Usaha menyatukan fungi dengan
hewan pada golongan yang sama juga gagal karena fungi mencerna
makanannya di luar tubuh (eksternal), tidak seperti hewan yang mencerna
secara internal. Selain itu, sel-sel fungi berdinding sel yang tersusun dari kitin,
tidak seperti sel hewan (Wen, 2008).
Perhitungan angka kuman memberikan suatu pemeriksaan yang
standar akan kuman aerob dan fakultatif anaerob yang heterotrofik dalam air
yang diperiksa. Perhitungan ini adalah perhitungan empiris karena sebenarnya
bakteri-bakteri dapat sendiri-sendiri berpasangan, dalam bentuk rantai,
berkelompok dan lain-lain. Dan tak ada sebuah medium atau suatu keadaan
fisik atau kimia yang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dari bakteri-
bakteri yang berasal dari air. Akibatnya ialah jumlah bakteri yang dihitung
akan lebih rendah dari jumlah bakteri hidup yang sebenarnya berada dalam air
pemeriksa (Dwidjoseputro, 1994).
Berbagai macam cara untuk menghitung jumlah mikroorganisme, akan
tetapi secara mendasar, ada dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak
langsung. Perhitungan langsung dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa
cara yaitu : perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC),
perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat
(MPN methode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri)
(Cappuccino & Sherman, 1983). Standard Pate Count adalah menentukan
jumlah bakteri dalam suatu sampel. Dalam test tersebut diketehui
perkembangan banyaknya bakteri dengan mengatur sampel, di mana total
bakteri tergantung atas formasi bakteri di dalam media tempat tumbuhnya dan
masing-masing bakteri yang dihasilkan akan membentuk koloni yang tunggal
(Pelczar & Chan, 1986).
II. CARA PERCOBAAN
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah batang L, object glass, cover glass, pipet
tetes, gelas beker, gunting, labu ukur, cawan petri, kapas, skapel, colony
counter, inkubator, tabung reaksi, mikropipet, mikrotip, mikroskop, labu
takar, cawan petri, vortex mixer, pipet 1 ml, ose, laminary flow cabinet, dan
rak tabung reaksi.
Bahan yang digunakan adalah kerokan kulit kepala, rambut, urin, alkohol
70%, akuades, KOH 10%, larutan LPCB, media agar darah, dan media Mc
Conkey.
2. Cara Kerja
2.1 Pemeriksaan jamur
2.1.1 Pembuatan sampel yang akan diperiksa
1. Sampel (kulit kepala) dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol
70%.
2. Kulit kepala dikerok dengan skapel
3. Diletakkan di dalam cawan petri.
4. Sampel (akar rambut dan ujung rambut bagian atas dengan dengan
akar rambut) dipotong kecil-kecil dengan gunting.
5. Diletakkan di dalam cawan petri.
2.1.2 Pembuatan preparat
A. Tanpa Pewarnaan
1. Setetes larutan KOH 10% diletakkan pada gelas objek.
2. Ujung ose disterilkan dengan memijarkan pada nyala api bunsen
sampai ada pijar merah.
3. Ujung ose yang telah disterilkan, dibasahi pada larutan KOH
10% yang ada pada gelas objek.
4. Setelah dibasahi, ujung ose dikenakan pada ketiga sampel, yaitu
kulit kepala, akar rambut, dan ujung rambut bagian atas (dekat
akar rambut).
5. Sampel tersebut diletakkan pada gelas objek yang telah ditetesi
dengan KOH 10%.
6. Ditutup dengan cover glass.
7. Diamati di bawah mikroskop.
B. Dengan Pewarnaan
1. Setetes larutan LPCB diletakkan pada gelas objek.
2. Ujung ose disterilkan dengan memijarkan pada nyala api bunsen
sampai ada pijar merah.
3. Ujung ose yang telah disterilkan, dibasahi pada larutan LPCB
yang ada pada gelas objek.
4. Setelah dibasahi, ujung ose dikenakan pada ketiga sampel, yaitu
kulit kepala, akar rambut, dan ujung rambut bagian atas (dekat
akar rambut).
5. Sampel tersebut diletakkan pada gelas objek yang telah ditetesi
dengan LPCB.
6. Ditutup dengan cover glass.
7. Diamati di bawah mikroskop.
2.2 Perhitungan angka kuman
1. Urine (sampel 1 atau sampel 2) diambil dengan metode mid stream
voiled urine.
2. Dilakukan seri pengenceran pada 10-0-10-4
3. Dilakukan penanaman dengan cara:
4. Dituang 1 mL urine pada petri yang berisi medium agar darah (untuk
gram positif) dan medium Mac Conkey (untuk gram negatif).
5. Diratakan urine pada permukaan agar.
6. Petri diletakkan dalam posisi miring, sisa urine dipipet dan dibuang.
7. Diinkubasi 37°C selama 24 jam.
8. Diulangi untuk seri pengenceran.
9. Dilakukan perhitungan angka kuman dengan menggunakan rumus:
Jumlah Bakteri x 1 = Jumlah Kuman (CFU/mL) pengenceran
II. HASIL PERCOBAAN
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Jamur
No Metode Pemeriksaan Pengamatan Mikroskopik
1. Preparat kulit kepala
Keterangan : Negatif (-),
Warna coklat (dengan KOH)
Perbesaran : 100x
2 Preparat rambut
Keterangan : Positif (+),
Warna Orange/Jingga
(dengan LPCB)
Pembesaran : 100x
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Angka Kuman
NoJumlah
Pengenceran
Jumlah Angka Kuman
Kelompok III Kelompok IV
1 10-1
Jumlah koloni = 77 Jumlah koloni = 58
2 10-2
Jumlah koloni > 300 Jumlah koloni = 5
3 10-3
Jumlah koloni = 158 Jumlah koloni = nul4 10-4
Jumlah koloni = 1 Jumlah koloni = nul
5 10-5
Jumlah koloni = 96 Jumlah koloni = nul
IV. PEMBAHASAN
Percobaan yang dilakukan kali ini adalah pemeriksaan jamur. Tujuan dari
percobaan ini, yaitu agar praktikan dapat melakukan pemeriksaan terhadap jamur.
Adapun sampel atau bahan utama yang digunakan pada uji ini, yaitu kulit kepala,
rambut (akar dan ujung bagian atas dekat akar rambut). Percobaan ini
menggunakan dua tipe pemeriksaan jamur, yaitu pemeriksaan tanpa pewarnaan
dan dengan pewarnaan. Pemeriksaan jamur ini menggunakan metode
pemeriksaan mikroskopik, artinya pemeriksaan harus melalui mikroskop untuk
mengetahui apakah pemeriksaan tersebut positif atau negatif. Selain itu, tujuan
dari pemeriksaan mikroskop dikarenakan jamur yang terdapat pada sampel kulit
kepala, rambut (akar dan ujung bagian atas dekat akar rambut), ukurannya mikros
atau kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (mata normal).
Tipe pemeriksaan jamur yang pertama adalah dengan menggunakan
preparat natife (tanpa pengecatan). Larutan yang digunakan pada tipe ini adalah
larutan KOH 10%. Maksud dari preparat natife (tanpa pengecatan) mengacu pada
larutan yang digunakan adalah larutan yang tidak berwarna atau larutan berwarna
putih bening. Sehingga, sampel yang ditetesi dengan preparat natife tidak akan
berwarna.
Tipe pemeriksaan jamur yang kedua adalah menggunakan preparat dengan
pengecatan yang sederhana. Larutan yang digunakan adalah larutan LPCB
(Lactophenol catton blue) yang berwarna biru. Maksud dari preparat dengan
pengecatan mengacu pada larutan yang digunakan adalah larutan yang berwarna.
Sehingga, sampel yang ditetesi dengan preparat ini akan berwarna sesuai dengan
preparat yang digunakan.
Pemeriksaan mikroskopik preparat natif (tanpa pewarnaan) memiliki ciri
yang khas apabila hasilnya positif atau sampel tersebut ada jamurnya. Caranya,
yaitu dengan meletakkan sampel pada gelas objek yang ada preparat natif. Jika
saat diamati di bawah mikroskop, sampel tersebut tidak berwarna coklat, maka
dapat dipastikan bahwa sampel tersebut mengandung jamur. Namun, bila sampel
yang diamati di bawah mikroskop berwarna coklat artinya sampel tidak
mengandung jamur.
Pemeriksaan mikroskopik preparat sederhana LPCB (dengan pewarnaan)
juga memiliki ciri yang khas seperti preparat natif. Hasil positif pada sampel yang
ditetesi dengan preparat ini akan memberikan warna selain warna biru, artinya
sampel mengandung jamur. Jika warna yang dihasilkan pada sampel berwarna
biru, maka sampel tersebut tidak mengandung jamur.
Berdasarkan hasil praktikum, pada pemeriksaan jamur tanpa pewarnaan.
Sampel yang telah berada pada larutan KOH 10% baik sampel kulit kepala, akar
rambut, ataupun ujung rambut bagian atas dekat akar dari kelompok 3 dan 4,
diamati di bawah mikroskop. Setelah diamati di bawah mikroskop, ternyata
hasilnya semua bernilai negatif (-) atau semua sampel berwarna coklat. Artinya,
sampel tidak mengandung jamur. Hal ini dapat terjadi karena preparat natif bukan
preparat yang spesifik akan memberikan warna pada sampel, sehingga hasil
semua sampel negatif (-).
Hasil praktikum pada pemeriksaan jamur dengan pewarnaan ada yang
bernilai positif (+). Sampel yang bernilai positif adalah sampel kulit kepala
(kelompok 4), dan rambut (kelompok 4). Pada sampel yang bernilai positif
memberikan warna pada sampel berupa warna orange atau jingga bukan biru.
Sehingga, sampel tersebut mengandung jamur.
Ada perbedaan hasil yang diperoleh pada pemeriksaan jamur tanpa
pewarnaan dengan pemeriksaan jamur dengan pewarnaan. Pada pemeriksaan
jamur tanpa pewarnaan, semua sampel dari kelompok 3 dan 4 hasilnya negatif.
Sedangkan pada pemeriksaan jamur dengan pewarnaan, sampelnya ada yang
positif. Hal ini dapat dikarenakan, preparat sederhana (LPCB) lebih bersifat
spesifik daripada preparat natif (KOH 10%). Kespesifikan dari kedua preparat ini
dapat dilihat dari warna larutan yang digunakan, pada larutan LPCB berwarna
biru, sedangkan larutan KOH 10% berwarna putih bening. Jadi, hasil pada
pemeriksaan jamur dengan pewarnaan lebih akurat dibandingkan hasil
pemeriksaan jamur tanpa pewarnaan.
Infeksi jamur pada kulit kepala dan rambut dapat disebabkan karena
kurangnya memperhatikan kebersihan dari kulit kepala dan rambut. Menurut
literatur (Fajriansyah, 2010), pada manusia jamur hidup pada lapisan tanduk.
Jamur itu kemudian melepaskan toksin yang bisa menimbulkan peradangan dan
iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa bercak-bercak warna
putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris. Ada pula infeksi yang
berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Itu tergantung pada jenis jamur yang
menyerang. Penyebab penyakit kulit tersebut yang terkenal adalah disebabkan
oleh beberapa spesies Trichophyton, beberapa spesies Microsporum, beberapa
Epidermophyton dan Malassezia furfur yang menyebabkan berbagai penyakit
pada kulit.
Percobaan yang dilakukan selanjutnya adalah pemeriksaan angka kuman.
Tujuan dari percobaan ini, yaitu agar dapat menentukan jumlah kuman per mL
bahan cair atau per gram bahan padat. Prosedur percobaan dilakukan dengan
membuat seri pengenceran pada urine yang digunakan sebagai sampel yaitu
pengenceran 10-0-10-4 pada 2 (dua) medium yang berbeda. Medium pertama
(medium a) berupa agar darah (untuk gram positif) dan medium kedua (medium
b) berupa medium Mac Conkey (untuk gram negatif).
MacConkey Agar (atau dinamakan pula sebagai Mc Conkey agar)
merupakan sebuah medium kultur yang didesain untuk menumbuh-kembangkan
Bakteri Gram Negatif dan kultur murni untuk fermentasi laktosa. Mc Conkey
merupakan medium sintesis yang komposisi zat kimia diketahui jenis dan
takarannya secara pasti (Wasredy, 2008).
Pengambilan urine dilakukan dengan metode mid stream voiled urine.
Pada waktu pengambilan urine perlu diperhatikan bahwa 1/3 bagian adalah urine
yang pertama keluar merupakan pendorong atau pembersih kuman yang ada di
uretran bagian ini tidak diambil, 1/3 bagian berikutnya ditampung dalam
kontainer steril, 1/3 bagian adalah urine akhir, dibuang dan pada waktu
pengambilan perlu diperhatikan yaitu dengan cara menampung urine dalam
kontainer steril dan waktu pengambilan sampel urine diusahakan bebas
darikontaminasi dari kulit ataupun organ penderita. Pemeriksaan harus dilakukan
secepat mungkin agar jumlah kuman tidak bertambah sebelum bahan ditanam.
Langkah selanjutnya yaitu sampel dituang pada cawan petri yang berisi
media Mac Conkey dan diratakan, kemudian diinkubasi. Masing-masing
pengenceran dilakukan sebanyak 2 kali penanaman dan dilakukan perhitungan
kuman setelah 24 jam.
Dari data hasil percobaan, maka dapat dilakukan perhitungan jumlah
koloni kuman terhadap sampel 1 dan sampel 2. Jumlah koloni kuman pada
sampel 1 tersebut pada pengenceran 10-0 a, 10-0 b, 10-1 a, 10-1 b, 10-2 a, 10-2 a, 10-3 a,
10-3 b, 10-4 a, dan 10-4 berturut-turut adalah 77, >300, 158, 1 dan 196. Dari hasil
perhitungan tersebut, maka urine tersebut kemungkinan terjadi kontaminasi oleh
kuman yang terdapat di kulit atau vagina dimana semestinya jumlah angka kuman
menurun dengan meningkatnya pengenceran. Namun pada percobaan ini, angka
kuman tidak beraturan sesuai dengan urutan pengenceran. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kurang higienisnya pada saat pengambilan spesimen atau pada
saat pengerjaan di laboratorium.
Jumlah koloni kuman pada sampel 2 tersebut diperoleh pada pengenceran
10-0 a, 10-0 b, 10-1 a, 10-1 b, 10-2 a, 10-2 a, 10-3 a, 10-3 b, 10-4 a, dan 10-4 berturut-turut
adalah 58, 5, nul, nul dan nul. Dari hasil perhitungan tersebut, angka koloni
kuman sudah teratur sesuai dengan pengenceran. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam mengendalikan
mikroba. Diantara faktor-faktor tersebut yaitu suplai nutrisi, suhu atau temperatur,
keasaman atau kebasaan (pH) dan ketersediaan oksigen.
Dalam melakukan percobaan ini, dilakukan pengamatan sampai terjadinya
perubahan warna pada sampel. Hal ini untuk menunjukkan tumbuhnya koloni
kuman yang memudahkan pengamatan jumlah bakteri/kuman tersebut.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan pada percobaan ini adalah:
1. Pemeriksaan jamur menggunakan metode pemeriksaan mikroskopik karena
ukuran jamur yang kecil (mikros).
2. Pemeriksaan jamur dengan preparat natif (tanpa pengecatan) menggunakan
larutan KOH 10% adalah negatif semua (kulit kepala, akar rambut, dan
ujung rambut bagian atas dekat akar) karena sampel berwarna coklat saat
diamati di bawah mikroskop.
3. Pemeriksaan jamur dengan preparat sederhana (dengan pengecatan)
menggunakan larutan LPCB ada yang negatif dan ada yang positif. Hasil
positif adalah sampel kulit kepala semua kelompok, akar rambut dan ujung
akar rambut bagian atas dari kelompok 5 dengan hasil sampel berwarna
orange/jingga saat diamati di bawah mikroskop. Sedangkan yang negatif
karena sampel berwarna biru saat diamati di bawah mikroskop.
4. Jumlah koloni kuman pada sampel 1 tersebut pada pengenceran 10-0 a, 10-0
b, 10-1 a, 10-1 b, 10-2 a, 10-2 a, 10-3 a, 10-3 b, 10-4 a, dan 10-4 berturut-turut
adalah 77, >300, 158, 1 dan 196.
5. Jumlah koloni kuman pada sampel 2 tersebut diperoleh pada pengenceran
10-0 a, 10-0 b, 10-1 a, 10-1 b, 10-2 a, 10-2 a, 10-3 a, 10-3 b, 10-4 a, dan 10-4
berturut-turut adalah 58, 5, nul, nul dan nul.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Surabaya.
Fajriansyah. 2010. Jangan Anggap Remeh Jamur Kulithttp://agustiarfajriansyah.blogspot.com/2010/04/jangan-anggap-remeh-jamur-kulit.htmlDiakses pada tanggal 01 Mei 2011
Pelczar, M. J & E. C. S Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI-Press. Jakarta.
Wen. 2008. Fungihttp://antiserra.wen.su/fungi.htmlDiakses pada tanggal 01 Mei 2011