Instrumen Perc 3a

83
PERCOBAAN VIII A. JUDUL PERCOBAAN REAKSI KESETIMBANGAN B. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mengetahui kesetimbangan ion-ion dalam larutannya 2. Memahami konsep kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya 3. Menghitung harga konstanta kesetimbangan berdasarkan percobaan C. TINJAUAN PUSTAKA Pada percobaan “Reaksi-Reaksi Kimia”, anda memahami peristiwa yang terjadi jika satu atau beberapa zat dicampurkan atau direaksiakan dengan zat lain. (Tim Mata kuliah Kimia Dasar, 2011) Data pengamatan menunjukkan bahwa ada hasil pencampuran zat, menghasilkan reaksi kimia dan ada yang tidak bereaksi. Secara termodinamika, reaksi kimia dapat dibagi atas 3 macam, yaitu reaksi spontan, reaksi tak spontan, dan reaksi kesetimbangan. Ketiga macam reaksi itu dikaitkan dengan perubahan energi bebas yang menyertai

description

iu

Transcript of Instrumen Perc 3a

PERCOBAAN VIII

A. JUDUL PERCOBAANREAKSI KESETIMBANGAN

B. TUJUAN PERCOBAAN1. Mengetahui kesetimbangan ion-ion dalam larutannya2. Memahami konsep kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya3. Menghitung harga konstanta kesetimbangan berdasarkan percobaan

C. TINJAUAN PUSTAKAPada percobaan Reaksi-Reaksi Kimia, anda memahami peristiwa yang terjadi jika satu atau beberapa zat dicampurkan atau direaksiakan dengan zat lain. (Tim Mata kuliah Kimia Dasar, 2011)Data pengamatan menunjukkan bahwa ada hasil pencampuran zat, menghasilkan reaksi kimia dan ada yang tidak bereaksi. Secara termodinamika, reaksi kimia dapat dibagi atas 3 macam, yaitu reaksi spontan, reaksi tak spontan, dan reaksi kesetimbangan. Ketiga macam reaksi itu dikaitkan dengan perubahan energi bebas yang menyertai reaksi, G; G negatif menunjukan reaksi spontan, G positif menunjukan reaksi tak spontan, dan jika tidak terjadi perubahan energi bebas, G = 0, maka reaksi berada dalam kesetimbangan. (Tim Mata Kuliah Kimia Dasar, 2011)Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan dimana kecepatan reaksi maju dan balik adalah sama, yaitu disebut dengan reaksi reversibel. Contoh perubahan es menjadi air adalah suatu contoh proses fisika yang dapat berubah menjadi es, sebaliknya es dapat berubah menjadi air.H2O(s) H2O(l)

D. ALAT DAN BAHAND.1 Alat1. Bejana gelas2. Tabung reaksi3. Rak tabung reaksi4. Pipet tetes5. Labu ukur6. Pipet gondok7. Karet pengisapD.2 Bahan1. Larutan KSCN 0,002 M2. Larutan Fe(NO3)3 0,02 M3. Larutan KSCN 2 M4. Larutan Fe(NO3)3 0,2 M5. Na2HPO4

E. HASIL PENGAMATAN1. Kesetimbangan Besi (III)-TiosianatNOPERLAKUANHASIL

110 ml KSCN 0,002 M + Fe(NO3)3 0,02 M (3tetes)Berubah warna dari bening menjadi kuning muda (terdapat endapan berwarna kuning)

210 ml KSCN 0,002 M + Fe(NO3)3 0,02 M + KSCN 2 M (3 tetes)Berubah warna dari kuning muda menjadi orange

310 ml KSCN 0,002 M + Fe(NO3)3 0,02 M + Fe(NO3)3 0,2 MBerubah warna dari kuning muda menjadi merah tua

410 ml KSCN 0,002 M + Fe(NO3)3 0,02 M + Na2HPO4Tidak terjadi perubahan warna, tetap berwarna kuning muda, larutan agak keruh.

2. Kesetimbanagn Besi (III)-Tiosianat yang EncerNOPERLAKUAN HASIL

15 ml KSCN 0,002 M + 5 ml Fe(NO3)3 0,02 MBerwarna merah tua (merah darah)

25 ml KSCN 0,002 M + Fe(NO3)3 0,08 M (pengenceran I), tabung 2Larutan berubah warna dari orange menjadi merah darah, warna larutan lebih muda dari warna larutan standar

35 ml KSCN 0,002 M + Fe(NO3)3 + aquades (0,032M), (pengenceran II, tabung 3)Larutan berubah warna dari orange menjadi merah tua, namun lebih muda dari tabung 2

45 ml KSCN 0,002 M + Fe(NO3)3 + aquades (0,013 M), (pengenceran III, tabung 4)Larutan berubah warna dari warna kuning menjadi warna merah muda, warna larutan lebih muda dari warna larutan tabung 3

55 ml KSCN 0,002 M + Fe(NO3)3 + aquades (0.005 M), (pengenceran IV, tabung 5)Larutan berwarna kuning muda, lebih muda dari warna larutan pada tabung 4

3. Tinggi Larutan Besi (III) TiosianatNoTabung ReaksiTinggi Larutan

Seb. ditambahkan larutan (cm)Set. Ditambahkan larutan (cm)

1I1,7_

2II1,71,9

3III1,71,9

4IV1,71,8

4. Tinggi Larutan Besi (III) Tiosianat yang EncerNoTabung ReaksiTinggi larutan

Seb. Ditambahkan larutan (cm)Set. Ditambahkan larutan (cm)

1I3,4_

2II3,44,9

3III3,46,1

4IV3,46,9

5V3,46,4

F. ANALISIS DATAF.1 Perhitungana. Perbandingan tinggi larutantabung 1 (T1) = digunakan sebagai standar = 3,4 cmTinggi Larutan StandarT2 = Tinggi larutan T2 3,4 cm = 4,9 cm = 0, 6938Tinggi Larutan Standar T3 = Tinggi larutan T3 3,4 cm = 6,1 cm = 0, 5573

Tinggi Larutan Standar T4 = Tinggi larutan T4 3,4 cm = 6,9 cm = 0, 4927Tinggi Larutan Standar T5 = Tinggi larutan T5 3,4 cm = 6,4 cm = 0, 5312

Konsentrasi FeSCN2+ setelah terjadi perubahan kesetimbanganV1m1 + V2m2Konsentrasi standar = V1 + V2 (5) (0,002) + (5) (0,2) = 5 + 5 1,01 = 10 = 0, 101 MT2 = T2 x [FeSCN2+] = (0,6938) (0,101 M) = 0,07007 MT3 = T3 x [FeSCN2+] = (0,5573) (0,101 M) = 0,0562 MT4 = T4 x [FeSCN2+] = (0,4927) (0,101 M) = 0,04976 MT5 = T5 x [FeSCN2+] = (0,5312) (0,101 M) = 0,0536 Mb. Konsentrasi Fe3+ mula-mula = V1m1 = V2m2T2 = V1m1 = V2m2 10 x 0,2 = 25 m2 2 = 25m2 m2 = 0,08 MT3 = V1m1 = V2m2 10 x 0,08 = 25 m2 0,8 = 25m2 m2 = 0,032 MT4 = V1m1 = V2m2 10 x 0,032 = 25 m2 0,32 = 25m2 m2 = 0,0128 MT5 = V1m1 = V2m2 10 x 0,0128 = 25 m2 0,128 = 25m2 m2 = 0,00512 Mc. Konsentrasi Fe3+ saat setimbang[Fe3+] = [Fe3+] mula-mula [FeSCN2+][Fe3+], T2 = [Fe3+] mula-mula [FeSCN2+] T2 = 0,08 M 0,07007 M = 0,00993 M[Fe3+], T3 = [Fe3+] mula-mula [FeSCN2+] T3 = 0,032 M 0,0562 M = -0,0242 M[Fe3+], T4 = [Fe3+] mula-mula [FeSCN2+] T4 = 0,0128 M 0,04978 M = -0,03696 M[Fe3+], T5 = [Fe3+] mula-mula [FeSCN2+] T5 = 0,00512 M 0,0536 M = -0,04848 Md. konsentrasi SCN- pada keadaan setimbang[SCN-] = [SCN-] mula-mula [FeSCN2+]T2, [SCN-] = [SCN-] mula-mula [FeSCN2+]T2 = 0,002 M 0,07007 M = -0,06807 MT3, [SCN-] = [SCN-] mula-mula [FeSCN2+]T3 = 0,002 M 0,0562 M = -0,0542 MT4, [SCN-] = [SCN-] mula-mula [FeSCN2+]T4 = 0,002 M 0,04976 M = -0,04776 MT5, [SCN-] = [SCN-] mula-mula [FeSCN2+]T5 = 0,002 M 0,0536 M = -0,0516 Me. Konsentrasi hubungan antara konsentrasi ion kesetimbangan dalam masing-masing tabung1. T2 = [Fe3+] x [FeSCN2+] x [SCN-] = (0,00993 M) (0,07007 M) (-0,06807M) = -0,0000474 M3 T3 = [Fe3+] x [FeSCN2+] x [SCN-] = (-0,0242 M) (0,0562 M) (-0,0542M) = 0,0000737 M3 T4 = [Fe3+] x [FeSCN2+] x [SCN-] = (-0,03696 M) (0,04976 M) (-0,04776M) = 0,0000878 M3 T5 = [Fe3+] x [FeSCN2+] x [SCN-] = (-0,04848 M) (0,0536 M) (-0,0516M) = 0,0001341 M3 [Fe3+] [FeSCN2+] 2. T2 = [SCN-] (0,00993 M) (0,07007 M) = (-0,06807 M) 0,0006958 M2 = -0,06807 M = -0,01022 M [Fe3+] [FeSCN2+] T3 = [SCN-] (-0,0242 M) (0,0562 M) = (-0,0542 M) -0,00136 M2 = -0,0542 M = 0,02509 M [Fe3+] [FeSCN2+] T4 = [SCN-] (-0,03696 M) (0,04976 M) = (-0,04776 M) -0,0018391 M2 = -0,04776 M = 0,0385071 M [Fe3+] [FeSCN2+] T5 = [SCN-] (-0,04848 M) (0,0536 M) = (-0,0516 M) -0,0025986 M2 = -0,0516 M = 0,0503585 M [FeSCN2+] 3. T2 = [Fe3+] [SCN-] (0,07007 M) = (0,00993 M) (-0,06807 M) 0,07007 M = -0,0006759 M2 = -103,669 M-1 [FeSCN2+] T3 = [Fe3+] [SCN-] (0,0562 M) = (-0,0242 M) (-0,0542 M) 0,0562 M = 0,0013116 M2 = 42,848 M-1 [FeSCN2+] T4 = [Fe3+] [SCN-] (0,04976 M) = (-0,03696 M) (-0,04776 M) 0,04976 M = 0,0017652 M2 = 28,18944 M-1

[FeSCN2+] T5 = [Fe3+] [SCN-] (0,0536 M) = (-0,04848 M) (-0,0516 M) 0,0536 M = 0,00250 M2 = 21,44 M-1F.2 Persamaan Reaksi3KSCN + Fe(NO3)3 Fe(SCN)3 + 3KNO36KSCN + 2Fe(NO3)3 2Fe(SCN)2 + 6KNO36KSCN + Fe(NO)3 Fe(SCN)2 + 6KNO36KSCN+Fe(NO)3+Na2HPO4 2Fe(SCN)3 + 3K2HNO4 + 6NaNO3Fe(NO3)3 Fe3+ + 3NO3-KSCN K+ + SCN-Fe(NO3)2 Fe2+ + 2NO3-3KSCN + Fe(NO3)3 + H2O Fe(SCN)3 + 3KNO3 + H2O3KSCN + Fe(NO3)3 + H2O Fe(SCN)3 + 3KNO4 + H2OG. PEMBAHASANKesetimbangan adalah reaksi pengurangan molekul reaktan dan penambahan molekul produk yang berlangsung pada saat bersamaan dan laju yang sama. Reaksi kesetimbangan juga merupakan reaksi yang berlangsung dua arah, kiri dan kanan dengan kecepatan reaksi yang sama. Contohnya adalah peristiwa kesetimbangan besi (III) Tiosianat dan kesetimbangan besi (III) Tiosianat yang encer. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh adalah peristiwa penguapan air pada panci tertutup.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan,yaitu:1. Pengaruh Temperatur (Suhu)Sesuai dengan azas Le Chatelier, jika suhu atau temperatur suatu sistem kesetimbangan dinaikkan, maka reaksi sistem menurunkan temperatur, kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi yang menyerap kalor (ke pihak reaksi endoterm). Sebaliknya jika suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi eksoterm.Perhatikanlah contoh berikut.Ditentukan reaksi kesetimbangan :

Pada kenaikan temperatur, kesetimbangan bergeser ke pihak reaksi endoterm :Pada kesetimbangan (1), reaksi bergeser ke kiri.Pada kesetimbangan (2), reaksi bergeser ke kanan.Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume akan menyebabkan pergeseran reaksi tetapi tidak akan merubah nilai tetapan kesetimbangan. Hanya perubahan temperatur yang dapat menyebabkan perubahan tetapan kesetimbangan.2. Pengaruh KonsentrasiSesuai dengan azas Le Chatelier (Reaksi = aksi) , jika konsentrasi salah satu komponen tersebut diperbesar, maka reaksi sistem akan mengurangi komponen tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu komponen diperkecil, maka reaksi sistem adalah menambah komponen itu. Oleh karena itu, pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan berlangsung sebagaimana yang digambar pada tabel 1 berikut.Adapun pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan ion-ion dalam larutan, dapat dilihat pada contoh sebagai berikut.Ion besi (III) (Fe3+) berwarna kuning jingga bereaksi dengan ion Tiosianat (SCN-) tidak berwarna membentuk ion tisiano besi (III) yang berwarna merah menurut reaksi kesetimbangan berikut.Fe3+(aq) + SCN-(aq) FeSCN2+(aq)Jika campuran tersebut ditambah larutan KSCN (ion SCN-), maka:Aksi: menambah ion SCN-Reaksi: mengurangi ion SCN-Kesetimbangan: bergeser ke kananPerubahan warna: bertambah merah (karena ion FeSCN2+ bertambah)Jika campuran ditambahkan larutan Fe(NO3)3, maka:Aksi: menambah ion Fe3+Reaksi: mengurangi ion Fe3+Kesetimbangan: bergwser ke kananPerubahan warna: bertambah merah (karena ion FeSCN2+ bertambah)Jika larutan diencerkan, maka:Aksi: mengencerkan (memperbesar volume), memperkecil konsentrasi (jarak antar partikel dalam larutan makin renggang).Reaksi: memperbesar konsentrasi ( menambah jumlah partikel).Kesetimbangan: bergeser ke kiri, ke arah yang jumlah partikelnya lebih besar (setiap ion FeSCN2+ dapat pecah menjadi dua ion, yaitu Fe3+ dan SCN-).Perubahan warna: memudar (karena ion FeSCN2+ berkurang.3. Pengaruh Tekanan dan VolumePenambahan tekanan dengan cara memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi semua komponen. Sesuai dengan azas Le Chatelier, maka sistem akan bereaksi dengan mengurangi tekanan. Sebagaimana anda ketahui, tekanan gas bergantung pada jumlahmolekul dan tidak bergantung pada jenis gas.Oleh karena itu, untuk mengurangi tekanan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih kecil. Sebaliknya, jika tekanan dikurangi dengan cara memperbesar volume, maka sistem akan bereaksi dengan menambah tekanan dengan cara menambah jumlah molekul. Reaksi akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih besar.4. KatalisHanya mempercepat tercapainya kesetim-bangan, tidak dapat mengubah komposisi zat-zat dalam kesetimbangan Tetapan Kesetimbangan - Jika koefisien dikalikan x, nilai tetapan menjadi pangkat x - Jika koefisien dikalikan , nilai tetapan menjadi akar pangkat x Tetapan Kesetimbangan Berdasarkan Tekanan pA (g) +qB (g) rC (g) +sD (g).

Reaksi kesetimbangan hanya dapat berlangsung pada sistem yang tertutup dan terbuka. Hukum kesetimbangan sangat berguna dalam meramalkan beberapa konsentrasi zat yang terjadi dalam suatu reaksi kesetimbangan tertentu. Proses kesetimbangan juga dapat terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Darah manusia sebagai contoh mempunyai suatu sistem yang mengatur pH tetap sekitar 7,4. Hal ini sangat penting, karena perubahan kecil saja pada pH darah akan mengganggu fungsinya, misalnya dalam kegiatan pengikatan logam.Pada perlakuan kesetimbanagn besi (III) Tiosianat,dimana pada tabung pertama, larutan yang bereaksi adalah ion Fe3+ dan SCN-. Dan pada tabung 2, terjadi pergeseran kesetimbangan ke arah kanan, yang berakibat bertambahnya konsentrasi FeSCN2+ dan berkurangnya konsentrasi Fe3+ pada suhu yang tetap,besar ketimbangan tetap. Dengan di tambahkanya ion SCN-, maka konsentrasi SCN- bertambah besar, sehingga konsentrasi Fe3+ akan berkurang bersamaan dengan bertambahnya konsentrasi FeSCN2+, sebagai mana dengan yang di ketahui bahwa jika konsetrasi di perbesar, maka pertimbangan akan bergeser ke arah kiri/lawan, sehingga warna larutan yang berbentuk menjadi lebi pekat dari warna larutan pada tabung sebelumnya, yakni berwarna merah. Pada tabung 4, larutan FeSCN2+ yang di tambahkan Na2HPO4 secukupnya yang di dalam terdapat ion HPO42-,adanya ion ini akan mengurangi konsentrasi Fe3+ karna ion HPO42- akan mengikat dengan ion Fe3+ akan mengakibatkan warna larutan menjadi kekuningan sama dengan warna larutan pada tabung 1.Pada perlakuan kesetimbangan besi(III)- tiosianat yang encer, agar terjadi kesetimbangan dan konsentrasi larutan pada tabung 1,2,3,4 dan 5 menjadi sama, larutan pada tabung pertama yang di gunakan sebagai standar, di lakukan tetes demi tetes dengan menggunakan pipet tetes sampai larutan pada tabung pertama dengan tabung ke dua menunjukan intensitas warna yang sama.Ketika laju reaksi ke kanan dan ke kiri sama dengan konsentrasi reaktan dan produk tidak berubah, maka kesetimbangan reaksi tercapai. Ketika suatu reaksi kimia berlangsung, laju reaksi dan konsentrasi pereaksipun berkurang. Beberapa waktu kemudian reaksi berkesudahan, artinya semua pereaksi habis bereaksi. Namun banyak reaksi yang tidak berkesudahan dan pada seperangkat kondisi tertentu, konsentrasi pereaksi dan produk reaksi menjadi tetap.Umumya pada permulaan reaksi berlangsung, reaktan mempunyai reaksi tertentu. Kemudian setelah reaksi berlangsung konsentrasi akan semakin berkurang sampai akhirnya menjadi konstant. Keadaan kesetimbangan dinamis akan di capai apa bila dua proses yang berlawanan arah berlangsung dengan laju reaksi yang sama dan konsentrasi tidak lagi mengalami perubahan atau tidak ada gangguan dari luar.Konstanta kesetimbangan dapat di hituung dengan menggunakan persamaan untuk reaksi.aA + bB cC + dDmaka tetapan kesetimbangannya adalah [C]c [D]dK = [A]a [B]b

H. PENUTUPH.1 KesimpulanDari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa1. Dalam reaksi KSCN ditambahkan dengan larutan Fe(NO3)3 yang bereaksi adalah ion SCN- dan Fe3+ yang membentuk FeSCN2+ dalam suatu sistem kesetimbangan.2. Konsep kesetimbangan, yaitu pada umumnya reaksi-reaksi kimia berlangsung dalam arah bolak-balik, dan hanya sebagian kecil saja yang berlangsung satu arah. Pada awal proses bolak-balik, reaksi berlangsung ke arah pembentukan produk, segera setelah terbentuk molekul produk maka terjadi reaksi sebaliknya, yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk.Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan, yaitu:a. Konsentrasib. Tekananc. Volumed. Suhue. Katalis3. Harga konstanta kesetimbangan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan untuk reaksi4. aA + bB cC + dDmaka tetapan kesetimbangannya adalah [C]c [D]dK = [A]a [B]bH.2. SaranSaran yang diperoleh dari percobaan kali ini yaitu, praktikan harus menguasai cara kerja atau prosedur percobaan, agar hasil yang diperoleh maksimal.

I. DAFTAR PUSTAKATim Mata Kuliah Kimia Dasar, 2011, Penuntun Praktikum Kimia dasar, Universitas Tadulako, Palu.

ACARA VKESETIMBANGAN1. A. PELAKSANAAN PRAKTIKUMTujuan Praktikum : Mempelajari reaksi kesetimbangan kompleks besi (III) tiosianat.Waktu praktikum : Sabtu, 8 Oktober 2011Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar I, lantai III, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas mataram.1. B. LANDASAN TEORIKesetimbangan kimia dalah proses dinamis ketika reaksi kedepan dan reaksi balik terjadi pada laju yang sama tetapi pada arah yang berlawanan. Konsentrasi pada setiap zat tinggal tetap pada suhu konstan. Banyak reaksi kimia tidak sampai berakhir, dan mencapai satu titik ketika konsentrasi zat-zat bereaksi dan produk tidak lagi berubah dengan berubahnya waktu. Molekul-molekul tetap berubah dari pereaksi menjadi produk dan dari produk menjadi preaksi, tetapi tanpa perubahan netto konsentrasinya (Stephen,2002 : 96).Kebanyakan reaksi kimia berlangsung secara reversible (dua arah). Ketika reaksi itu baru mulai, proses reversible hanya berlangsung kearah pembentukan produk, namun ketika molekul produk telah terbentuk maka proses sebaiknya yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk mulai berjalan. Kesetimbangan kimia tercapai bila kecepatan reaksi tekanan (molekul produk) telah sama dengan kecepatan reaksi ke kiri (pembentukan molekul reaktan) dan konsentrasi reaktan maupun konsentrasi produk tidak berubah-rubah lagi (konstan). Jadi, kesetimbangan kimia merupakan proses yang dinamis (Purwoko, 2006 : 169170).Hukum aksi massa dan konstanta kesetimbangan: aA(g) + bB(l) + cC(s) xX(g) + yY(l) + zZ(s)maka, K =dimana, K adalah kesetimbangan. Tanda [ ] adalah konsentrasi kesetimbangan. Kecepatan reaksi kimia pada suhu konstan sebanding dengan hasil kali konsentrasi zat yang bereaksi. Reaksi kimia bergerak menuju kesetimbangan yang dinamis, dimana terdapat reaktan dan produk, tetapi kedudukannya tidak lagi mempunyai kecenderungan untuk berubah. Kadang-kadang konsentrasi produk jauh lebih besar daripada konsentrasi reaktan yang belum bereaksi di dalam campuran kesetimbangan, sehingga reaksi dikatakan reaksi yang sempurna. G N Lewis memperkenalkan besaran termodinamika baru yaitu keaktifan yang bisa dipakai sebagai ganti konsentrasi. Sangat memudahkan jika keaktifan dianggap sebagai perkalian antara konsentrasi zat yang dimaksud dengan suatu koefisien keaktifan (Syukri,1999:75).Dalam suatu sistem kesetimbangan, suatu katalis menaikkan kecepatan reaksi maju dan reaksi balik dengan sama kuatnya. Suatu katalis tidak mengubah kuantitas relatif yang ada dalam kesetimbangan nilai tetapan kesetimbangan tidaklah berubah. Katalis memang mengubah waktu yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan. Reaksi yang memerlukan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk mencapai kesetimbangan, dapat mencapainya dalam beberapa menit dengan hadirnya katalis. Lagi pula, reaksi yang berlangsung dengan laju yang sesuai hanya pada temperatur yang sangat tinggi, dapat berjalan dengan cepat pada temperatur yang jauh lebih rendah bila digunakan katalis. Ini terutama penting jika temperatur tinggi mengurangi rendeman dari produk-produk yang diinginkan (Keenan,1984:593).1. C. ALAT dan BAHAN PRAKTIKUM 1. Alat Alat Praktikum : Gelas kimia Labu takar 25 ml + penutup Penggaris Pipet gondok 5 ml Pipet gondok 10 ml Pipet tetes Pipet volume 5 ml Rak tabung reaksi Rubber bulb Spatula kaca Tabung reaksi1. Bahan Bahan Prktikum : Aquades (H2O) Larutan Fe(NO3)3 0,2 M Larutan KSCN Serbuk Na2HPO41. D. PROSEDUR PERCOBAAN2. Percoban pertama : kesetimbangan besi (III )- tiosianat 1. Sepuluh ml KSCN 0,002 M dimasukkan kedalam gelas kimia dan ditambahkan 2 tetes Fe(NO3)3 0,2 M kemudian diaduk.2. Larutan yang telah jadi dibagikan kedalam 4 tabung reaksi dan diberi label.3. Tabung reaksi pertama digunakan srbagai pembanding.4. Satu tetes KSCN pekat ditambahkan pada tabung reaksi yang kedua.5. Tiga tetes Fe(NO3)3 0,2 M ditambahkan pada tabung reaksi yang ketiga.6. Beberapa butir Na2HPO4 ditambahkan pada tabung reaksi ke empat.7. Hasil pengamatan dicatat pada laporan sementara.8. Percobaan kedua : kesetimbangan besi (III )- tiosianat yang semakin encer 1. Lima tabung reaksi disiapkan dan diberi label, dimasikkan masing masing 5 ml KSCN 0.002 M.2. Tabung reaksi pertama digunakan sebagai standar dengan penambahan 5 ml Fe(NO3)3 0,2 M.3. Sepuluh ml Fe (NO3)3 0,2 M ditambahkan air hingga volumenya 25 ml. 5 ml larutan ini dimasukkan kedalam tabung reaksi yang kedua.4. Sisa dari Fe (NO3)3 0,2 M + air ditambah air lagi hingga volume larutan mencapai 25 ml. 5 ml larutan ini dimasukkan kedalam tabung raksi yang ketiga.5. Langkah 3 diulang untuk tabung 4 5.6. Warna larutan pada tabung kedua dibandingkan dengan tabung standar. Larutan dari tabung standar dikeluarkan setetes demi setetes, hingga intensitas dari kedua tabung sama.7. Tinggi larutan dari masing masing tabung diukur.8. Langkah ke lima dan ke enam di ulan g untuk tabung 3 5.9. Seluruh hasil pengamatan tersebut dicatat pada laporan sementara.1. E. HASIL PENGAMATANNo.Prosedur PercobaanHasil Pengamatan

1.Kesetimbangan besi (III)- Tiosianat1. Dimasukkan 10 ml KSCN 0,002M ke dalam suatu bejana gelas. Kemudian ditambahkan dengan 2 tetes larutan Fe(NO3)3 0,2M.2. Larutan ini kemudian dibagi ke dalam 4 tabung reaksi.3. Tabung reaksi pertama digunakan sebagai pembanding.4. Ditambahkan 1 tetes KSCN pekat ke dalam tabung reaksi kedua.5. Ditambahkan 3 tetes Fe(NO3)3 0,2M ke dalam tabung reaksi ketiga.6. Ditambahkan 1 butir Na2HPO4 ke dalam tabung reaksi keempat.7. Semua peristiwa yang terjadi dicatat dalam tabel hasil percobaan.Kesetimbangan besi (III)- Tiosianat yang semakin encer1. Disediakan 5 tabung reaksi , kemudian diberi nomer. Kedalam tabung reaksi ini dimasukkan masing-masing 5 ml KSCN 0,002M. Kemudian 5 ml larutan Fe(NO3)3 0,2M ditambahkan kedalam tabung reaksi pertama. Tabung reaksi ini digunakan sebagai standar.2. Diukur 10 ml Fe(NO3)3 0,2M dan ditambahkan aquades hingga volumenya menjadi 25 ml. diukur 5 ml dari larutan ini dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kedua ( dihitung konsentrasi larutan ini ). Selebihnya disimpan untuk pengerjaan berikutnya.3. Didalam 10 ml larutan Fe(NO3)3 0,2M sisa diatas, ditambahkan aquades hingga volumenya tepat menjadi 25 ml ( dihitung konsentrasi larutan ini ). Diukur 5 ml larutan ini dan dimasukkan ke tabung reaksi ketiga.4. Dilakukan pengerjaan yang sama sampai dengan tabung kelima.5. Dibandingkan warna larutan pada tabung kedua dengan tabung standar (tabung 1) , untuk menghitung konsentrasi FeSCN2+. Jika intensitas warna tidak sama, dikeluarkan larutan dari tabung standar setetes demi setetes , sampai kedua tabung tersebut menunjukkan intensitas warna yang sama dan diukur tinggi larutan dalam masing-masing tabung sampai mm (larutan yang dikeluarkan tadi dimasukkan ke dalam tempat yang bersih agar dapat digunakan kembali). Selanjutnya dengan cara yang sama , disamakan intensitas warna larutan pada tabung 3, 4 dan 5 , dibandingkan semua dengan tabung pertama.KSCN yang semula bening , ditetesi Fe(NO3)3 menjadi merah kecoklatan.Warnanya merah kecoklatanWarnanya menjadi merah pekatWarnanya merah kecoklatan (lebih pekat dari tabung I namun tidak lebih pekat dari tabung IISemula merah kecoklatan berubah menjadi bening agak keruh.Warna awal Fe(NO3)3 orange.Warna awal KSCN bening.1. Tabung 1 + 5 ml Fe(NO3)3 warna berubah menjadi merah hitam pekat.Tinggi larutan 7,5 cm.1. Aquades + 10 ml Fe(NO3)3 warna berubah menjadi orange kekuningan.Tabung 2 warnanya merah agak kehitaman.Tinggi larutannya 7,5 cm.1. Aquades + 10 ml Fe(NO3)3 yang telah diencerkan di atas, warnanya berubah menjadi kuning bening.Tabung 3 berwarna merah hati .Tinggi larutannya 7,5 cm.1. Aquades + 10 ml Fe(NO3)3 yang telah diencerkan 2 kali, warnanya berubah menjadi bening agak kekuningan.Tabung 4 warnanya merah darah.Tinggi larutannya 7,5 cm.1. Aquades + 10 ml Fe(NO3)3 yang telah diencerkan 3 kali warnanya putih bening.Tabung 5 warnanya nerah anggur.Tinggi larutannya 7,5 cm.Ukuran tinggi larutan dlm tabung 1 saat dikeluarkan tetes demi tetes :1. Tingginya 7 cm2. Tingginya 5,3 cm3. Tingginya 4 cm4. Tingginya 3,5 cm

1. F. ANALISIS DATA 1. Percobaan pertama Diasumsikan :2. Fe (NO3)3 dan KSCN dalam bentuk ion3. Pada tabung 1 dianggap berbebtuk FeSN2+ Jika : Tabung 1 (standar) : marah darah Tabung ini digunakan sebagai tabung standar yang dibandingkan dengan : Tabung 2 + KSCN pekat : merah darah sama dengan tabung satu. Tabung 3 + Fe (NO3)3 : merah pekat lebih pekat dari tabung satu. Tabung 4 + Na2HPO4 : bening dari tabung 1Persamaan reaksi pada tabung IVFeSCN2+(aq) + Na2HPO4(s) FePO4(aq) + HSCN(aq) + 2Na+(aq)1. Percobaan kedua Perbandingan tinggi tabungT1 === 1,12T2 === 0,94T3 == = 0,85T4 = == 0,71 Perhitungan konsentrasi[ FeSCN2+] = T konsentrasi standarn Fe2+ = M V= 0,2 5= 1 mmolN SCN- = M V= 0,002 5= 0,01 mmolFe3+(aq) + SCN-(aq) FeSCN2+.(aq)Mula-mula 1 mmol 0,01mmolBereaksi 0,01 mmol 0,01 mmol 0,01mmolSetimbang 0.99mmol 0,01mmol[ FeSCN2+]0 === 0,001 M= 10-3 M[ FeSCN2+]1 = T1 [ FeSCN2+]0 = 1,12 10-3[ FeSCN2+]2 = T2 [ FeSCN2+]0= 0,94 10-3 M[ FeSCN2+]3 = T3 [ FeSCN2+]0 = 0,85 10-3 M[ FeSCN2+]4= T4 [ FeSCN2+]0 = 7,1 10-3 M1. Perhitungan Konsentrasi Fe3+ mula mula Pergeseran 1M1 V1 = M2 V2 M2 === 0,08 M Pergeseran 2M2 V2 = M3 V3 M3 === 0,032 M Pergeseran 3M3 V3 = M4 V4 M4 === 0,0128 M Pergeseran 4M4 V4 = M5 V5 M5 === 0,00512 M1. Perhitungan konsentrasi Fe3+ setimbang[Fe3+] = [Fe3+] mula mula [ FeSCN2+] setimbang[Fe3+]stb 1 = 0,08M 1,12 10-3 = 0,0788 M[Fe3+]stb 2 = 0,032M 0,94 10-3 M= 0,03106 M[Fe3+]stb 3 = 0,0128M 0,85 10-3 M= 0,01195 M[Fe3+]stb 4 = 0,00512 M 7,1 10-3 M= 0,00441 M1. Perhitungan konsentrasi SCN- setimbang[SCN-]mula mula = 0,002 M[SCN-]stb = [SCN-]mula mula - [ FeSCN2+] setimbang[SCN-]stb1 = 0,002 0,00112= 0,00088 M[SCN-]stb2 = 0,002 0,00094= 0,00106 M[SCN-]stb3 = 0,002 0,00085= 0,00115 M[SCN-]stb4 = 0,002 0,0071= 0,00129 M1. Ka = [Fe3+] [ FeSCN2+] [SCN-]Ka1 = [0,0788] [0,00112] [0,00088]= 78Ka2 = [0,03106] [0,00094] [ 0,00106]= 31Ka3 = [0,01195] [0,00085] [0,00115]= 12Ka4 = [0,00441] [0,00071] [0,00129]= 41. Kb =Kb1 == 10,18 x 10-2Kb2 == 27,543 x 10-3Kb3 == 0,887 x 10-2Kb4 == 242 x 10-51. Kc =Kc1 == 15,9Kc2 == 28Kc3 == 61Kc4 == 1241. Tabel AnalogNo.[Fe3+][SCN-][FeSCN2+]KaKbKc

10,07880,000881,12 x 10-378 x 10-910,18 x 10-215,9

20,031060,001069,4 x 10-431 x 10-927,543 x 10-228

30,011950,001158,5 x 10-412 x 10-90,887 x 10-261

40,004410,001297,1 x 10-44 x 10-9242,72 x 10-5124

G. PEMBAHASANPraktikum ini membahas tentang reaksi kimia. Reaksi dapat dikatakan setimbangb jika laju reaksi ke arak produk sama dengan laju reaksi ke arah reaktan, V1 = V2. Pada percobaan pertama, kita mempelajari tentang kesetimbangan dari besi (III)-tiosianat, dengan reaksi:Fe3+(aq) + SCN-(aq) FeSCN2+(aq)Pada reaksi ini KSCN yang sebelum ditetesi Fe(NO3)3 memiliki warna yang bening dan setelah ditetesi 2 tetes Fe(NO3)3 menunjukkan perubahan warna menjadi merah darah. Hal ini disebabkan karena konsentrasi yang diperbesar sehingga kesetimbangan bergeser menjauhi pihak tersebut. Pada tabung kedua yang ditetsi oleh 1 tetes KSCN pekat menunjukkan perubahan warna yang semakin pekat karena bertambahnya konsentrasi. Tabung ketiga yang juga ditambahkan 3 tetes Fe(NO3)3 0,2 M menunjukkan perubahan warna menjadi warna merah yang semakin pekat. Hal ini juga disebabkan akibat dari penambahan konsentrasi. Dan pada tabung keempat yang ditambahkan Na2HPO4 menunjukkan perubahan warna menjadi bening. Hal ini menunjukkan jumlah ion FeSCN2+ semakin berkurang dan mengakibatkan konsentrasi ion FeSCN2+ juga berkurang.Percobaan kedua mempelajari tentang kesetimbangan besi (III)-tiosianat yang semakin encer. Pada percobaan ini intensitas warna antara larutan yang satu dengan larutan yang lain menunjukkan warna yang berbeda-beda setelah dilakukan pengenceran atau penambahan volume larutan. Tabung pertama dijadikan sebagai standar yang berisi campuran antara KSCN dam Fe(NO3)3. Sedangkan pada tabung 2, 3, 4, dan 5 ditambahkan Fe(NO3)3 yang telah diencerkan yang konsentrasi pada tabung kedua 0,08 M, tabung ketiga ),032 M, tabung keempat 0,0128 M, dan pada tabung kelima 0,00512 M. Untuk penambahan konsentrasi yang berbeda ini didapatkan bahwa terjadi pemudaran warna akibat penambahan konsentrasi yang semakin encer.Tabung pertama yang ditambahkan Fe(NO3)3 memiliki warna merah pekat, tabung kedua yang telah mengalami pengenceran mempunyai warna merah kehitaman yang kurang pekat, tabung ketiga yang telah mengalami pengenceran lagi memiliki warna merah kehitaman , tabung keempat yang juga mengalami pengenceran menunjukkan warna merah kecoklatan, dan tabung kelima yang telah mengalami pengenceran untuk kesekian kalinya memiliki warna coklat. Inilah yang memperlihatka konsentrasi yang semakin encer.Pada saat pembandingan dan penyetaraan intensitas tabung-tabung standar (tabung 1) denag tabung 2, 3, 4, dan 5 dengan cara mengurangi volume pada tabung pertama setetes demi setetes sehingga didapat persamaan warna. Hal ini membuktikan bahwa volume berpengaruh pada kesetimbangan. Jika volume ditingkatkan maka kesetimbangan bergeser kearah koefisien yang lebih besar dan jika volume dikurangai maka kesetimbangan bergeser ke arah koefisien yang lebih kecil.Berdasarkan pada analisis data nilai yang paling konstan antara:[Fe3+] [FeSCN2+] [SCN], , dan adalah untuk kesetimbangan yang telah disepakati. Akan tetapi, pada percobaan kali ini kesetimbangan yang konstan adalah [Fe3+] [FeSCN2+] [SCN]. Kesalahan ini dapat diakibatkan karena kurang telitinya praktikan dalam membandingkan warna sehingga memengaruhi ketelitian dari konsentrasi.H. PENUTUP1. KesimpulanDari percobaan yang telah dilakukan didapati bahwa kesetimbang diatas dipengaruhi oleh banyak sedikitnya konsentrasi dan juga benyak sedikitnya volume larutan. Sehingga perubahan kesetimbangan yang dipengaruhi beberapa faktor diatas dapat dilihat dari perubahan warna dan kepekatan larutan.2. SaranPraktikan harus berhati-hati dalam melakukan percobaan agar tidak terjadi sedikitpun kesalahan. Dan harus terjadi komunikasi yang lebih baik antara praktikan dan asisten.DAFTAR PUSTAKABresnick, Stephen. 2002. Intisari Kimia umum. Jakarta: Erlangga.Keenan, dkk. 1984. Kimia untuk universitas. Jakarta: Erlangga.Purwoko, Agus A. 2006. Kimia Dasar 1. Mataram: Mataram University Press.Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN SPEKTROSKOPIPERCOBAAN 6

METODE ANALISIS BESI (Fe) PADA AIR SUMUR DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI ASS-Nyala

OLEH :NAMA : ARDIN A.STAMBUK : F1C1 09007KELOMPOK : IV (EMPAT)ASISTEN : HARDIN AGUSMAN S.Si

JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HALUOLEOKENDARI2011

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangBesimerupakansalahsatulogamyangbanyakdigunakandalamindustri.Besimerupakanunsurterbanyakkeempatdalamlitosferbumi setelah oksigen, silikon, dan aluminium.Kegunaanbesiyangpalingpenting adalah dalam pembuatan baja (alloy). Dialambesiterdapatsebagaimineral oksida: magnetit (Fe3O4), hematite (Fe2O3), danlimonit/butir(Fe2O3.H2O), sebagai karbonat: siderite (FeCO3) dan sebagian sebagaisulfida:pirit(FeS2) Spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur persen transmitansi (T) atau absorbansi dari suatu cuplikan, sebagai fungsi dari suatu panjang gelombang. Alat-alat yang digunakan dikelompokkan secara manual/perekam maupun sebagai sinar tunggal atau sinar rangkap .Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak pada makin meningkatnya pengetahuan serta kemampuan manusia. Betapa tidak setiap manusia lebih dituntut dam diarahkan kearah lmu pengetahuan di segala bidang. Tidak ketinggalan pula ilmu kimia yang identik dengan ilmu mikropun tidak luput dari sorotan perkembangan iptek. Belakangan ini telah lahir ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempermudah dalam analisis kimia. Salah satu dari bentuk kemajuan ini adalah alat yang disebut dengan Spektrometri Serapan Atom (SSA).Dari pemaparan di atas, timbul permasalahan yang selanjutnya akan dikaji dalam praktikum ini, yaituB. Permasalahan Permasalahan yang diajukan dalam , praktikum ini yaitu bagaimana menentukan menentukan kadar besi (III) pada air sumur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visible ?C. Tujuan Tujuan yang diperoleh dari praktikum iniyaitu untuk menentukan kadar besi (III) pada air sumur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visible ?

BAB IITINJAUAN PUSTAKABesi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat, namun jarang terdapat besi komersil yang murni. Reaksi antara besi (III) dengan larutan amonium tiosulfat, dalam larutan yang sedikit asam, dihasilkan pewarnaan merah-tua, yang disebabkan karena pembentukkan suatu kompleks besi (III) tiosianat yang tak berdisosiasi : Fe3+ + 3SCN- Fe(SCN)3, Selain ini terbentuk pula serangkaian ion-ion kompleks seperti [Fe(SCN)]2+, [Fe(SCN)2]+, [Fe(SCN)4]-, [Fe(SCN)5]2-, dan [Fe(SCN)6]3-(Vogel, 1979).Spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur persen transmitansi (T) atau absorbansi dari suatu cuplikan, sebagai fungsi dari suatu panjang gelombang. Alat-alat yang digunakan dikelompokkan secara manual/perekam maupun sebagai sinar tunggal atau sinar rangkap (Soendro, 1994).Besimerupakansalahsatuelemenkimiawiyangbanyakterdapatdiperairantanah.BesidiperairanterdapatsebagaiFe2+danFe3+.AnalisisspektrofotometricampuranFe2+danFe3+secaraumummerupakanmetodetidaklangsungyangdilakukansecarabertahap.Orthofenantrolin(atauofenantrolin)sebagaiagenpengompleksdapatberikatandenganFe2+danFe3+membentukkompleksberwarnaberbeda,sehinggadiharapkan Fe2+ dan Fe3+ dalam campuran bisa ditentukan secara langsung sebagai senyawa kompleks dengan metode spektrofotometri (Yuniati Fitria, 2009).

Darianalisa kualifikasi pengukuranunsur uranium dan besi menggunakan pengomplek amonium tiosianat dengan Spektrometer UV - Vis dapat disimpulkanbahwa alat spektrometer UV - Vis dalam keadaan berfungsi baik, kondisi optimumamonium tiosianat untuk unsur besi adalah padkonsentrasi 0,1 M pada panjang gelombang468,9nm,setelahterbentuknyasenyawakomplekbesisianatdanuraniumsianat maka pada hari yang sama juga harus diukurabsorbansinya. Daerah kerja untuk penentuan unsur besi adalah antara 0,16 sampai 10 ppm (Fatimah et al, 2005).Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direflesikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30 40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar monokromatis (Ruslin, 2009).

BAB IIIMETODE PERCOBAANA. Waktu dan Tempat PercobaanPercobaan ini dilaksanakan pada hari Rabu 19 Oktober 2011 bertempat di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Haluoleo Kendari, Sulawesi Tenggara. B. Alat dan Bahan1. AlatAlat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Spektrofotometer AAS- Nyala, Labu takar 10 mL , Pipet ukur 10 mL , Botol semprot, Filler. 2. BahanBahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Larutan standar Fe3+ 10-3 t, HNO3, KCNS 10-2, Larutan sampel FeCl3, Aquades , Air sumur.

C. Prosedur Kerjaa. Pemilihan panjang gelombang maksimum

maksimum larutan = 510 nm

b. Pembuatan kurva standar dan penentuan [Fe3+] pada larutan sampel

KonsentrasiFe3+dalam sampel =

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil PengamatanNo konsentrasiAmaks

1.2.3.4.5.6.Fe 1 ppmFe 2 ppmFe 3 ppmFe 4 ppmFe 5 ppmSampel0,3180,3650,4330,6550,8290,128510510510510510510

Grafik hubungan Absorbansi vs konsentrasi

Dari persamaan garis y = 0,047x + 0,012, dengan y = 0,0412 (absorbansi sampel) maka kadar sampel Fe (II) (x) dapat diperoleh sebagai berikut:y = 0,047x + 0,0120,0412 = 0,047x + 0,012X = = 0,62B. Pembahasan Besi merupakan salah satu unsur logam transisi yang memiliki orbital d yang tidak terisi penuh pada konfigurasinya. Sedangkan tiosianat (CNS-) memiliki elektron bebas sehingga keduanya dapat membentuk suatu senyawa kompleks yang berikatan koordinasi dimana besi sebagai penerima pasangan electron dengan menyediakan orbital kosongnya atau asam Lewis dan bertindak sebagai atom pusat, sedangkan tiosianat bertindak sebagi ligan atau basa Lewis dengan mendonorkan pasangan elektronnya untuk digunakan bersama. Salah satu sifat dari senyawa kompleks ini yaitu umumnya dapat membentuk warna dalam larutan, sehingga dalam penentuan rumus senyawa kompleks besi-tiosianat dapat digunakan teknik spektrofotometri yaitu dengan mengukur serapan cahaya (absorbansi) dari berbagai campuran. Kompleks yang terbentuk antara besi dan tiosianat berwarna merah, dan umumnya juga digunakan dalam analisis kualitatif untuk menguji adanya Fe dalam suatu sampel.Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar besi (III) dalam beberapa sample air sumur menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau absorbansi suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Prinsip kerja dari alat ini adalah interaksi yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari suatu sumber sinar dengan materi yang berupa molekul. Spektrum serapan molekular dalam daerah ultraviolet-visibel bergantung pada struktur elektronik molekul. Besar energi yang diserap tertentu, dan menyebabkan elektron tereksitasi dari ground state ke keadaan tereksitasi yang tingkat energinya lebih tinggi. Serapan tidak terjadi seketika pada daerah ultraviolet-visibel untuk semua struktur elektronik, tetapi hanya terbatas pada sistem-sistem terkonjugasi, struktur elektronik dengan adanya ikatan dan nonbonding elektron (n).Ion tiosianat (CNS-) dalam KCNS dalam percobaan ini digunakan sebagai pengompleks besi. Sehingga reaksi yang akan terbentuk nantinya adalah :Fe3+ + 6CNS- [Fe(CNS)6]3-Pembuatan kompleks besi tiosianat dilakukan dalam lingkungan asam nitrat 0,5 1,5 N. Prosedur ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa sehingga tidak diperoleh larutan kompleks yang homogen dan tidak dapat terbaca pada alat spektrofotometer.Sebelumnya ditentukan lebih dahulu panjang gelombang maksimum dimana diperoleh absorbansi maksimum yaitu pada panjang gelombang 510 nm, sehingga untuk pengukuran absorbansi larutan standar maupun sample dilakukan pada panjang gelombang ini.Untuk menentukan kadar besi dalam sample air, digunakan suatu kurva standar untuk memperoleh persamaan regresi linear. Kurva standar ini diperoleh dengan mengukur absorbansi larutan kompleks besi tiosianat pada konsentrasi yang divariasikan. Absorbansi yang diperoleh kemudian diplotkan dengan konsentrasi larutan sehingga diperoleh suatu persamaan garis, yaitu y = 0.047x + 0.012. Untuk menentukan kadar besi(III) dalam sampel, masing-masing sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm dan ditentukan konsentrasi besi menggunakan persamaan garis pada kurva standar.Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh konsentrasi besi dalam sampel air berdasarkan pengukuran absorbansinya yaitu, air sumur 0,62 M. Nilai konsentrasi besi yang sangat kecil bahkan diperoleh nilai negatif karena kemungkinan sampel air yang diteliti hanya sedikit mengandung besi (III), karena nilai absorbansi sampel yang diukur dengan alat spektrofotometer sangat kecil dibanding nilai larutan standar yang konsentrasinya.

BAB VKESIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan diperoleh diperoleh konsentrasi besi dalam sampel air yaitu air sumur 0,62 M dengan suatu persamaan garis, yaitu y = 0.047x + 0.012dan nilai konsentrasi besi yang sangat kecil bahkan diperoleh nilai negatif karena kemungkinan sampel air yang diteliti hanya sedikit mengandung besi (III), karena nilai absorbansi sampel yang diukur dengan alat spektrofotometer sangat kecil dibanding nilai larutan standar yang konsentrasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Fatimah S., Yanlinastuti, Yoskasih, 2005, Kualifikasi Alat Spektrometer Uv-Vis Untuk Penentuan Uranium Dan Besi Dalam U3O8, Hasil Penelitian EBN, JakartaRuslin, 2009, Penuntun Praktikum Instrumentasi Spektroskopi, Unhalu, Kendari.

Soendro, R., 1994, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.Yuniatifitria,2009, Penentuan Konsentrasi Fe2+ Dan Fe3+ Secara Simultan Dengan Spektrofotometri Tampak Menggunakan Pengompleks Ortho-Fenantrolin.

Vogel, 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta

Laporan Praktikum Kimia Dasar 1

ACARA VKESETIMBANGAN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM1. Tujuan Praktikum: Mempelajari kesetimbangan kompleks besi (III)-tiosianat.2. Waktu Praktikum: Jumat, 9 November 20123. Tempat Praktikum: Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORIBanyak reaksi-reaksi kimia yang berjalan tidak sempurna artinya reaksi-reaksi tersebut berjalan sampai pada suatu titik dan akhirnya berhenti dengan meninggalkan zat-zat yang tidak bereaksi. Pada temperatur, tekanan dan konsentrasi tertentu, titik pada saat reaksi tersebut berhenti sama. Hubungan antara konsentrasi peraksi dan hasil reaksi tetap. Pada saat ini reaksi dalam keadaan setimbang. Pada saat setimbang, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri. Kesetimbangan disini merupakan kesetimbangan dinamis, bukan kesetimbangan statis. Jadi sebenarnya reaksi masih ada tetapi karena kecepatannya sama, seakan-akan reaksi berhenti. A + B C + DAtas dasar ini dapat dianggap hampir semua reaksi berhenti pada kesetimbangan. Untuk reaksi sempurna, kesetimbangan sangat berat disebelah kanan. Untuk reaksi yang sangat berat di sebelah kanan. Untuk reaksi yang tidak berjalan, kesetimbangan sangat berat disebelah kiri. Kesetimbangan dibagi menjadi homogen dan heterogen. Homogen bila kesetimbangan terdapat pada satu fase (gas, cairan tunggal, fase padat tunggal). Heterogen bila kesetimbangan terdapat dalam lebih dari satu fase (gas, padat, gas cairan, padat cairan atau padat-padat) (Sukardjo, 1997:220).Kesetimbangan kimia dalah proses dinamis ketika reaksi kedepan dan reaksi balik terjadi pada laju yang sama tetapi pada arah yang berlawanan. Konsentrasi pada setiap zat tinggal tetap pada suhu konstan. Banyak reaksi kimia tidak sampai berakhir, dan mencapai satu titik ketika konsentrasi zat-zat bereaksi dan produk tidak lagi berubah dengan berubahnya waktu. Molekul-molekul tetap berubah dari pereaksi menjadi produk dan dari produk menjadi preaksi, tetapi tanpa perubahan netto konsentrasinya (Stephen,2002 : 96).Kebanyakan reaksi kimia berlangsung secara reversible (dua arah). Ketika reaksi itu baru mulai, proses reversible hanya berlangsung kearah pembentukan produk, namun ketika molekul produk telah terbentuk maka proses sebaiknya yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk mulai berjalan. Kesetimbangan kimia tercapai bila kecepatan reaksi tekanan (molekul produk) telah sama dengan kecepatan reaksi ke kiri (pembentukan molekul reaktan) dan konsentrasi reaktan maupun konsentrasi produk tidak berubah-rubah lagi (konstan). Jadi, kesetimbangan kimia merupakan proses yang dinamis (Purwoko, 2006 : 169).Tetapan kesetimbangan Kp dan tetapan kesetimbangan Kc diberi harga dalam konsentrasi-konsentrasi yang dinyatakan dalam mol per liter. Untuk suatu sistem kesetimbangan yang melibatkan gas, pengukuran biasanya dilakukan terhadap tekanan bukan konsentrasi. Dalam hal ini tetapan kesetimbangan dapat dihitung dari tekanan parsial gas-gas. Tetapan yang dihitung dengan cara ini disebut Kp. Untuk sistem kesetimbangan :2H2O(g) 2H2(g) + O2(g)Kp dinyatakan sebagai :Kp = Tekanan total sama dengan jumlah tekanan parsial :P = pH2O + pH2 + pO2Dari persamaan hukum gas ideal nampak bahwa tekanan parsial suatu gas berbanding lurus dengan konsentrasi c dalam mol per liter :pV = nRT c = = Jadi, secara numeris Kp dan Kc saling berhubungan. Untuk persamaan kesetimbangan umum, wA + xB yC + zD hubungan antara Kp dan Kc dinyatakan oleh :Kc = Kp ( ) nAtau Kp = Kc (RT) nDengan n = (y + z) (w + x). Jumlah molekul produk gas dikurangi dengan jumlah molekul pereaksi gas dalam persamaan kesetimbangan. Jika jumlah molekul pereaksi gas sama dengan jumlah molekul produk gas, n = 0 maka Kp = Kc (Keenan, 1999 : 560).Adapun kesetimbangan dibagi menjadi dua yaitu kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen adalah kesetimbangan yang hanya melibatkan satu fase yang sama,sedangkan kesetimbangan heterogen adalah kesetimbangan yang meliputi dua fase atau lebih. Sebagai contoh kesetimbangan 2C(s) + O2(g) 2CO(g) meliputi fase gas dan padatan. Dalam sistem ini terdiri atas suatu campuran oksigen dan karbon monoksida. Persamaan ini menyaqtakan bahwa suatu sistem mengandung CO(g) , O2(g) ,dan C(s) dalam kesetimbangan yang tak menghiraukan berapa banyak C(s) berada . Aturan yang mudah bahwa untuk kesetimbangan heterogen padatan,dimana padatan murni dan cairan-cairan murni di abaikan dari pengertian aksi massa(Firman,2007:146).Dalam suatu sistem kesetimbangan, suatu katalis menaikkan kecepatan reaksi maju dan reaksi balik dengan sama kuatnya. Suatu katalis tidak mengubah kuantitas relatif yang ada dalam kesetimbangan nilai tetapan kesetimbangan tidaklah berubah. Katalis memang mengubah waktu yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan. Reaksi yang memerlukan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk mencapai kesetimbangan, dapat mencapainya dalam beberapa menit dengan hadirnya katalis. Lagi pula, reaksi yang berlangsung dengan laju yang sesuai hanya pada temperatur yang sangat tinggi, dapat berjalan dengan cepat pada temperatur yang jauh lebih rendah bila digunakan katalis. Ini terutama penting jika temperatur tinggi mengurangi rendeman dari produk-produk yang diinginkan (Keenan,1984:593).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM1. Alat Alat Praktikum :a. Gelas kimia 200 mlb. Labu ukur 25 mlc. Pipet gondok 5 mld. Pipet gndok 10 mle. Pipet tetesf. Rubber bulbg. Spatulah. Tabung Reaksii. Tissuej. Kertas label2. Bahan Bahan Praktikum :a. Aquades (H2O)(l)b. Butiran Na2HPO4 (Natrium hidropospat)c. Larutan Fe(NO3)3 0,2 M (Besi (III) nitrat)d. Larutan KSCN 0,002 M (Kalium tiosanat)e. Larutan KSCN pekat (Kalium tiosanat)

D. PROSEDUR PERCOBAAN1. Kesetimbangan besi (III )- tiosianata. 10 ml KSCN 0,002 M dimasukkan kedalam gelas kimia dan ditambahkan 2 tetes Fe(NO3)3 0,2 M kemudian diaduk.b. Larutan tersebut dibagi kedalam 4 tabung reaksi.c. Tabung pertama digunakan sebagai larutan pembanding.d. Kedalam tabung reaksi kedua ditambahkan 1 tetes KSCN pekat.e. Kedalam tabung reaksi ketiga ditambahkan 3 tetes Fe(NO3)3 0,2 Mf. Kedalam tabung reaksi keempat ditambahkan beberapa butir Na2HPO4.g. Semua pristiwa yang terjadi dicatat.2. Kesetimbangan besi (III )- tiosianat yang semakin encera. Disediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan diberi nomor. Kedalam lima tabung reaksi ini dimasukkan masing-masing 5 ml KSCN 0,002 M. kedalam tabung reaksi pertama tambahkan 5 ml larutan Fe(NO3)3 0,2 M. tabung ini digunakan sebagi tabung standar.b. Diukur 10 ml Fe(NO3)3 0,2 M dan ditambahkan air hingga volumenya menjadi 25 ml. diukur 5 ml dari larutan ini dan dimasukkan kedalam tabung reaksi kedua (hitung konsentrasi larutan). Selebihnya disimpan untuk pengerjaan berikutnya.c. Diukur 10 ml Fe(NO3)3, sisa larutan diatas, ditambahkan air hingga volumenya tepat menjadi 25 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi ketiga.d. Pada tabung berikutnya dilakukan pengerjaan yang sama sampai tabung kelima.e. Dibandingkan warna larutan pada tabung kedua dengan tabung standar (tabung 1), untuk menghitung konsentrasi FESCN2+. Jika intensitas warna tidak sama, dikeluarkan larutan dari tabung standar setetes demi setetes sampai kedua tabung tersebut menunjukkan intensitas warna yang samadan diukur tinggi larutan dalam masing-masing tabung sampai cm. selanjutnya dengan cara yang sama, disamakan intensitas warna larutan pada tabung 3, 4 dan 5 bandingkan dengan tabung 1.

E. HASIL PENGAMATANNo.Prosedur PercobaanHasil Pengamatan

1.

Kesetimbangan besi (III)- Tiosianata. Dimasukkan 10 ml KSCN 0,002M ke dalam suatu bejana gelas. Kemudian ditambahkan dengan 2 tetes larutan Fe(NO3)3 0,2M.b. Larutan ini kemudian dibagi ke dalam 4 tabung reaksi.c. Tabung reaksi pertama digunakan sebagai pembanding.d. Ditambahkan 1 tetes KSCN pekat ke dalam tabung reaksi kedua.e. Ditambahkan 3 tetes Fe(NO3)3 0,2M ke dalam tabung reaksi ketiga. f. Ditambahkan 1 butir Na2HPO4 ke dalam tabung reaksi keempat.g. Semua peristiwa yang terjadi dicatat dalam tabel hasil percobaan.

Kesetimbangan besi (III)- Tiosianat yang semakin encera. Disediakan 5 tabung reaksi , kemudian diberi nomer. Kedalam tabung reaksi ini dimasukkan masing-masing 5 ml KSCN 0,002M. Kemudian 5 ml larutan Fe(NO3)3 0,2M ditambahkan kedalam tabung reaksi pertama. Tabung reaksi ini digunakan sebagai standar.b. Diukur 10 ml Fe(NO3)3 0,2M dan ditambahkan aquades hingga volumenya menjadi 25 ml. diukur 5 ml dari larutan ini dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kedua (dihitung konsentrasi larutan ini). Selebihnya disimpan untuk pengerjaan berikutnya.c. Didalam 10 ml larutan Fe(NO3)3 0,2M sisa diatas, ditambahkan aquades hingga volumenya tepat menjadi 25 ml ( dihitung konsentrasi larutan ini ). Diukur 5 ml larutan ini dan dimasukkan ke tabung reaksi ketiga.d. Dilakukan pengerjaan yang sama sampai dengan tabung kelima.e. Dibandingkan warna larutan pada tabung kedua dengan tabung standar (tabung 1) , untuk menghitung konsentrasi FeSCN2+. Jika intensitas warna tidak sama, dikeluarkan larutan dari tabung standar setetes demi setetes , sampai kedua tabung tersebut menunjukkan intensitas warna yang sama dan diukur tinggi larutan dalam masing-masing tabung sampai cm (larutan yang dikeluarkan tadi dimasukkan ke dalam tempat yang bersih agar dapat digunakan kembali). Selanjutnya dengan cara yang sama , disamakan intensitas warna larutan pada tabung 3, 4 dan 5 , dibandingkan semua dengan tabung pertama.Tabung I berwarna merah bataTabung ke II yang ditetesi KSCN pekat berwarna lebih pekat daripada tabung ITabung ke III berwarna merah bata tetapi lebih pekat dari tabung I dan IISedangkan tabung ke IV jernih dan ada endapan di dasar tabung

1. Tabung reaksi pertama yang menjadi standar berwarna merah kehitam-hitaman

2. Tabung reaksi kedua, warnya juga merah kehitam-hitaman tapi tidak sepekat tabung standar3. Tabung reaksi berwarna merah marun (merah kehitam-hitaman tapi lebih cerah dari tabung 2)

4. Tabung reaksi keempat warna larutannya merah marun, lebih muda dari tabung ke 3

5. Tabung reaksi ke lima warnanya merah darahPerbandingan warna=T1:T2:T3:T40,95:0,71:0,42:0,042

F. ANALISIS DATA1. Percobaan pertama Diasumsikan bahwa: a. Fe (NO3)3 dan KSCN dalam bentuk ionb. Pada tabung 1 dianggap berbebtuk FeSCN2+Fe+(aq) + SCN- FeSCN2+Jika : Tabung I (standar) : warna merahTabung ini digunakan sebagai tabung standar yang dibandingkan dengan : Tabung II + KSCN pekat : warna larutan merah darah (lebih pekat dari tabung I) Tabung III + Fe (NO3)3: warna larutan hitam pekat (warna lebih pekat dari tabung I dan tabung II) Tabung IV + Na2HPO4: warna larutan bening dan terdapat endapanPersamaan reaksi pada tabung IVFeSCN2+(aq) + Na2HPO4(s) FePO4(aq) + HSCN(aq) + 2Na+(aq)

2. Percobaan kedua Perbandingan tinggi tabungT1 = = = 0,95T2 = = = 0,71T3 = = = 0,42T4 = = = 0,04 Perhitungan konsentrasi[ FeSCN2+] = T konsentrasi standar

n Fe2+ = M V= 0,2 M 0,005 L= 0,001 moln SCN- = M V= 0,002 M 0,005 L= 0,00001 mol Fe3+(aq) + SCN-(aq) FeSCN2+.(aq)Mula-mula 0,001 mol 0,00001 molBereaksi0,00001 mol 0,00001 mol 0,00001 molSetimbang0,00099 mmol - 0,00001 mol [ FeSCN2+]0 = = = = 0,001 M[ FeSCN2+]1 = T1 [ FeSCN2+]0 = 0,95 0,001 M = 0,00095 M[ FeSCN2+]2 = T2 [ FeSCN2+]0 = 0,71 0,001 M = 0,00071 M[ FeSCN2+]3 = T3 [ FeSCN2+]0 = 0,42 0,001 M = 0,00042 M[ FeSCN2+]4 = T4 [ FeSCN2+]0 = 0,04 0,001 M = 0,00004 M Perhitungan Konsentrasi Fe3+ mula mula Pengenceran IM1 V1 = M2 V2 M2 = = = 0,08 MPengenceran IIM2 V2 = M3 V3M3 = = = 0,032 MPengenceran IIIM3 V3 = M4 V4 M4 = = = 0,0128 MPengenceran IVM4 V4 = M5 V5M5 = = = 0,00512 M Perhitungan konsentrasi Fe3+ setimbang[Fe3+] = [Fe3+] mula mula - [ FeSCN2+] setimbang

[Fe3+]stb 1 = 0,08 M 0,00095 M = 0,07905 M = 0,079 M[Fe3+]stb 2 = 0,032 M - 0,00071 M = 0,03129 M[Fe3+]stb 3 = 0,0128M - 0,00004M = 0,01238 M [Fe3+]stb 4 = 0,00512 M - 0,00004 M = 0,005038 M = 0,005 M Perhitungan konsentrasi SCN- setimbang[SCN-]mula mula = 0,002 M[SCN-]stb = [SCN-]mula mula - [ FeSCN2+] setimbang

[SCN-]stb 1 = 0,002 M 0,00095 M = 0,00105 M[SCN-]stb2 = 0,002 M 0,00071 M = 0,00129 M[SCN-]stb3 = 0,002 M 0,00042 M = 0,00158 M[SCN-]stb4 = 0,002 M 0,00004 M = 0,00196 M Ka = [Fe3+] [ FeSCN2+] [SCN-]Ka1= 0,079 x 0,00095 x 0,001= 75,05 x 10-9 MKa2= 0,03129 x 0,00071 x 0,00129= 28,65 10-9 MKa3= 0,01238 x 0,00004 x 0,00158= 8,21 10-9 MKa4= 0,005 x 0,00004 x 0,00196= 0,392. 10-9 M

Kb = Kb1 = = 7,5 10-2 MKb2 = = 1,72 10-2 MKb3 = = 0,36 10-2 MKb4 = = 1,02 10-2 M

Kc = Kc1= = 12,02 MKc2= = 17,58 MKc3= = 21,47 MKc4= = 4,08 M

Tabel AnalogNo.[Fe3+][SCN-][FeSCN2+]KaKbKc

1 M M M7,5.10-9 M7,5. 10-2M12,02 M

2 M M M28,65.10-9M1,72. 10-2M17,58 M

3 M M M8,21. 10-9M0,36. 10-2M21,47 M

4 M M M0,392. 10-9M1,02. 10-4M4,08 M

G. PEMBAHASANTujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari reaksi-reaksi kesetimbangan kompleks besi (III)-tiosianat. Pada percobaan pertama dimana tabung 1 dijadikan sebagai pembanding atau standar bagi tabung lainnya. Diperoleh data bahwa setelah larutan besi nitrat direaksikan dengan larutan ion tiosianat menghasilkan larutan yang berwarna hitam pekat. Reaksi yang terbentuk adalah:Fe+(aq) + SCN- (aq) FeSCN2+(aq)Perubahan warna ini terjadi karena adanya perubahan konsentrasi larutan. Seperti yang diketahui bersama bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia yaitu perubahan konsentrasi, perubahan tekanan, perubahan volume dan perubahan suhu. Sedangkan katalis hanya berfungsi sebagau suatu zat yang mempercepat tercapainya keadaan setimbang. Jika dilakukan pada sistem tertutup sehingga dapat dikatakan katalis tidak mempengaruhi terhadap pergeseran kesetimbangan. Untuk tabung kedua ketika larutan awal ditambah (KSCN pekat) maka kesetimbangan akan bergeser ke arah produk. Pada tabung ketiga, larutan awal ditambah dengan larutan Fe(NO3) 0,2 M, warna laruta yang semula merah berubah menjadi hitam pekat dan lebih pekat daripada tabung 1 maupun tabung 2. Hal ii dikarenakan larutan atau zat yang ditambahkan pada tiap-tiap tabung berbeda konsentrasinya. Pada tabung keempat. Larutan awal ditambah dengan beberapa butir N2HPO4, hasilnya adalah warna yang semula merah menjadi bening dan terdapat endapan. Adanya endapan pada larutan tersebut terjadi karena adanyaunsur logam pada larutan FeSCN, sedangkan warna berubah menjadi bening karena adanya reaksi antara FeSCN3+ dengan NaHPO4, dimana Fe3+ akan berikatan dengan ion PO43- membentuk FePO4. Kemudian ion SCN- akan diikat oleh H+ dan membentuk HSCN, sedangkan Na+ tidak berikatan dengan senyawa lain. Reaksi yang terbentuk adalah:FeSCN2+(aq) + Na2HPO4(s) FePO4(aq) + HSCN(aq) + 2Na+(aq)Fe3+ berikatan dengan PO43- membentuk FePO4 yang sukar larut. Penambahan PO43- sama dengan mengurangi Fe3+ , sehingga intensitas warna larutan berkurang.Pada percobaan kedua yaitu kesetimbangan besi (III) tiosianat ayng semakin encer. Dari tabung 1-5 terjadi pengurangan kepekatan atau intensitas warna. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan volume aquades dari tabung 1-5. Pada saat perbandingan dan penyetaraan intensitas tabung standar (tabung 1) dengan tabung 2,3,4 dan 5 dengan cara mengurangi volume pada tabung pertama setetes demi setetes sehingga didapat persamaan warna. Hal ini membuktikan bahwa volume berpengaruh pada kesetimbangan. Dalam penyeragaman warna ini juga tidak dapat diamati dari samping tabung karena dengan cara ini akan menghalangi mata dalam mengamati warna pada tabung yaitu cahaya yang masuk ke dalam tabung akan di biaskan terlebih dahulu ke tabung reaksi lalu dibiaskan menuju mata sehingga larutan terlihat lebih pekat. Oleh karea itu dalam mengamati warna sebaiknya dari atas tabung agar cahaya yang dipantulkan ke dalam tabung akan langsung dibiaskan ke mata. Untuk menentukan kesetimbangan dalam suatu sistem dapat diketahui dengan mengitung konstanta kesetimbangan. Secara teoritis seharusnya nilai dari suat kesetimbangan adalah konstan. Namun dari hasil analisis data diperoleh nilai Ka, Kb dan Kc yang berbeda-beda atau menunjukkan nilai yang tidak konstan. Ini disebabkan oleh kurang teliti dalam menyamakan atau menyetaraan warna pada tabung I dengan tabung 2,3,4 dan 5, sehigga mempengaruhi juga dalam mengukur volumenya kurang teliti.

H. KESIMPULANKesimpulan yang dapat ditarik adalah kesetimbangan kimia dipengaruhi oleh konsentrasi dan volume zat yang ditambahkan pada saat pencampuran dan pengenceran. Perubahan konsentrasi dapat ditandai dengan perubahan warna larutan. Jika konsentrasi pereaksi ditambahkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah produk. Pengaruh konsentarsi pada kesetimbangan akan lebih kuat dibandingkan pengaruh volume. Diperoleh juga nilai ketetapan kesetimbangan yang tidak konstan dikarenakan oleh ketidaktelitian dalam menyetarakan warna sehingga dalam mengukur volume juga berpengaruh.

DAFTAR PUSTAKAFirman, H. 2007. Penelitian Pendidikan Kimia. Bandung: Jurusan Kimia FMIPA UPI.

Keenan, W. Charles. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Keenan, W. Charles. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Purwoko, Agus Abh. 2006. Kimia Dasar 1. NTB : Mataram University Press.

Stephen, Bresnick. 2002. Istilah Kimia Umum. Jakarta: Erlangga.

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.