Lap Farmakolo Perc 5

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diuretika adalah obat-obat yang dapat meningkatkan produksi dan ekskresi uri, sehingga dapat menghilangkan cairan berlebihan yang tertimbun di jaringan. Dengan demikian dapat memulihkan keseimbangan elektrolit beberapa metabolit,jika ginjal sendiri tidak dapat memelihara homeostasis. Selain itu beberapa dieuretik, misalnya klorotiazida, sifat diuretiknya dapat digunakan oleh penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi, dengan sasaran untuk mempertahankan tekanan darah yang wajah, mungkin karena memodilikasi metabolism natrium, sehingga akhirnya dipertahankan resistensi perifer yang rendah ( tekanan darah : output jantung x resistensi perifer total ). Diuretik umumnya dikelompok dalam tiga kelompok besar. Diuretik pengasam yang mengubah keadaan fisika atau kimia dari darah dan jaringan, hingga terjadi

description

Farmakologi

Transcript of Lap Farmakolo Perc 5

Page 1: Lap Farmakolo Perc 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diuretika adalah obat-obat yang dapat meningkatkan produksi dan

ekskresi uri, sehingga dapat menghilangkan cairan berlebihan yang tertimbun di

jaringan.

Dengan demikian dapat memulihkan keseimbangan elektrolit beberapa

metabolit,jika ginjal sendiri tidak dapat memelihara homeostasis. Selain itu

beberapa dieuretik, misalnya klorotiazida, sifat diuretiknya dapat digunakan oleh

penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi, dengan sasaran untuk

mempertahankan tekanan darah yang wajah, mungkin karena memodilikasi

metabolism natrium, sehingga akhirnya dipertahankan resistensi perifer yang

rendah ( tekanan darah : output jantung x resistensi perifer total ).

Diuretik umumnya dikelompok dalam tiga kelompok besar. Diuretik

pengasam yang mengubah keadaan fisika atau kimia dari darah dan jaringan,

hingga terjadi pembebasan cairan interslisial dan cairan seluler untuk

diekskresikan sebagai urin. Diuretik osmotic yang menarik air sebagai urin.

Diuretik renal menstimulasi aktivitas ginjal dengan berbagai cara, misalnya

meningkatkan filtrasi melalui glomenulus dan menghambat reabsorbsi natrium

dan air : menstimulasi system enzim atau ion natrium, ion hydrogen atau

polytransfer atau penyerapan kembali atau sebagai antagonis kompetitif dari

aldoderum.

Page 2: Lap Farmakolo Perc 5

Pada dasarnya volume dan komposisi urin tergantung pada tiga proses

dalam lisiologi ginjal yaitu liltrasi melalui glomerolu di tubulus ginjal dan sekresi

oleh tubulus ginjal. Samapai sekarang ada kesepakatan bahwa diuretik berefek

karena pengaruhnya terhadap fungsi tubulus ginjal dan tidak seberapa karena

efeknya terhadap fungsi glomerolus ginjal.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui efek diuretic obat

2. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya diuresis hewan uji

1.3 Manfaat

1. Mengetahui efek diuretik obat

2. Mengetahui mekanisme terjadinya diuresis hewan uji

Page 3: Lap Farmakolo Perc 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian

Diuretik adalah obat-obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan

urin. ( penuntun praktikum farmakologi, hal 31 )

Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih

( dieresis ) melalui kerja langsung terhadap ginjal.( OOP, hal 519 )

B.      Mekanisme Kerja Diuretika

Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium,

sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air-diperbanyak.

Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni

a.       Tubuli proksimal. Ultra filtrate mengandung sejumlah besar garam yang disini

direabsorpsi secara aktif untuk kurang lebih 70 %, antara lain ion dan air, begitu

pula glukosa dan urem. Karena reabsorpsi berlangsung secara proporsional, maka

susunan filtrat tidais berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika

osmotis ( manitol, sorbitol ) bekerja disini dengan merintangi reabsorpsi air dan

juga natrium. Menarik jaringan ke darah

b.      Lengkungan Henle. Dibagian menarik dari Henle’s loop ini ± 25 % dari semua

ion Cl yang telah di filtrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi

pasif dari dan tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotosis. Diuretika

lengkungan seperti furosemida, bumetanida dan efakrinat, bekerja terutama disini

Page 4: Lap Farmakolo Perc 5

dengan merintangi transport Cl dan demikian reabsorpsi pengeluaran dan air juga

diperbanyak.

c.       Tubuli distal. Dibagian pertama segmen ini diabsorpsi secara aktif pula tanpa

air hingga filtrat menjadi lebih hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon

bekerja di tempat ini dengan memperbanyak ekskresi dan Cl sebesar 5-10 %.

Dibagian kedua ion ditukarkan dengan ion atau . proses ini dikendalikan oleh

hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron ( spinorolakton ) dan zat-zat

penghemat kalium ( amilorida, triamteren ) bertitik kerja disini dengan

mengakibatkan ekskresi ( kurang dari 5% dan retensi )

d.      Saluran pengumpul. Hormon antidiuretik ADH ( vasopressin ) dari hipofisis

bertitik kerja dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel

saluran ini.

Penggolongan Diuretik ( OOP, hal 521 - 526 )

Pada umumnya diuretik dibagi dalam beberapa kelompok, yakni :

a.       Diuretik lengkungan

Furosemid, Bumetanida dan Etakrinat. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat

tetapi agak singkat ( 4-6 jam ). Mekanisme bekerja pada lengkungan Henle

dengan cara mereabsorsi kurang lebih 25% semua ion yang telah difiltrasi secara

aktif kemudian disusul dengan reabsorbsi pasif dari dan tetapi pengeluaran dan

air juga diperbanyak.

b.      Derivate – thiazida : hidroklorothiazida, klortakdon, mefrusida, indapamidadan,

klopamida efeknya lebih lemah dan lambat, tetapi bertahan lebih lama ( 6-8 jam ).

Mekanismenya : bekerja pada tubuli distal dengan cara mereabsorbsi secara aktif

Page 5: Lap Farmakolo Perc 5

pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Obat-obatan

tersebut bekerja ini dengan memperbanyak ekskresi dan sebesar 5-10 %.

c.       Diuretic penghemat kalium : Antagonis aidosteron ( spironolakton,

kankrenoat ), amilorida, dan triamteren.

Efek-efek obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan

diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Mekanismenya : bekerja pada

tubuli distal dengan cara menukarkan ion dengan ion atau proses ini

dikendalikan oleh kelenjar anak ginjal aldosteron. Dimana aldosteron

menstimulasi reabsorbsi dan ekskresi , proses ini dihambat secara kompotetif

( saingan ) oleh obat-obat ini mengakibatkan ekskresi kurang dari 5% dan

retensi .

d.      Diuretika osmotis manitol dan sorbitol

Obat-obat ini hanya reabsorbsi sedikit oleh tubuli hingga reabsorbsi air juga

terbatas. Efeknya adalah dieresis osmotif dengan sekresi air kuat dan relatif

sedikit ekskresi mekanismenya : bekerja pada tubuli proksimal dengan cara

mereabsorbsi ultrafiltrat yang mengandung sejumlah besar garam untuk kurang

lebih 70% antara lain ion dan air, begitupula glukosa dan ureum karena reabsorbsi

secara proposional, maka susunan filtrate tidak berubah dan tetapi isofonis

terhadap plasma. Obat-obat tersebut bekerja ditubuli ini dengan merintangi

reabsorbsi air dan juga Natrium. Natrium adalah ekskresi air kuat sedangkan

sedikit.

e.       Perintang – karbonanhidrase : Asetozolamide

Page 6: Lap Farmakolo Perc 5

Zat ini merintangi enzim karbonanhidrose ditubuli proksimal juga . Mekanisme

bekerja pada tubuh proksimal dengan harus merintangi enzim karbonanhidrase

sehingga disamping karbonat, juga dan diekskresikan lebih banyak bersamaan

dengan air.

C.    Obat

1.      Benzotiadiazid

Sistem golongan ini merupakan hasil dari penelitian zat penghambat enzim

karbonik anhidrase. Benzotiazid berefek langsung terhadap transport dan

ditubuli ginjal, lepas dari efek penghambatnya terhadap enzim karbonik anhidrase.

Tiazid dapat meninggikan ekskresi ion terutama pada pemberian jangka pendek,

dan mungkin efek ini menjadio kecil bila penggunaannya berlangsung dalam

jangka panjang. Ekskresi Natrium yang berlebihan tanpa disertai jumlah air yang

sebanding dapat menyebabkan hiponatremia dan hipokloremia, terutama bila

penderita tersebut mendapat diet rendah garam, namun secara keseluruhan

golongan tiazid cenderung kuat, karena intensitas dieresis yang ditimbulkan

relative lebih rendah.

2.      Diuretik Hemat Kalium

Yang tergolong dalam kelompok ini adalah antagonis aldosteron, triamteren dan

amilorid. Efek diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat.

         Antagonis aldosteron

Page 7: Lap Farmakolo Perc 5

Mekanisme adalah penghambat kompetitif terhadap aldosteron, sehingga dengan

pembentuk antagonis aldosteron, reabsorbsi dihilir tubuli distal dan diktus

koligentes dikurangi, dengan demikian ekskresi juga berkurang.

         Triamteren dan amilorid

Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium eklorida, sedangkan

ekskresi kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami perubahan.

Triamteren menurunkan ekskresi dengan menghambat sekresi di sel tubuli distal.

3.      Diuretik kuat

Diuretik kuat mencakup sekelompok diuretic yang efeknya sangat kuat

dibandingkan dengan diuretik lain. Tempat kerja utamanya dibagian epitel ansa

Henle bagian asenden, karena itu kelompok ini disebut juga sebagai loop

diuretics. Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat, furosemid, dan

bumetanid. ( Farmakologi dan Terapi, hal 390 )

      Furosemid

Farmakokonetik :

Obat furosemid mudah diserap melalui saluran cerna. Bioavabilitas

furosemid 65% diuretik kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif sehingga

tidak difiltrasi di glomerolus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport

asam organik ditubuli proksimal. Dengan cara ini obat ini terakumulasi di cairan

tubuli dan mungkin sekali ditempat kerja didaerah yang lebih distal lagi.

Mula kerja Furosemid pesat, oral 0,5 – 1 jam dan bertahan 4 – 6 jam, intravena

dalam beberapa menit dan 2,5 jam lamanya reabsorbsinya dari usus ± 50%

Page 8: Lap Farmakolo Perc 5
Page 9: Lap Farmakolo Perc 5

BAB III

METODOLOGI KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat yang digunakan

a. Spuit oral

b. Beaker Glass

c. Gelas Ukur

d. Kapas

e. Stopwatch

f. Erlemeyer

g. Batang pengaduk

h. Timbangan berat badan hewan uji

III.1.2 Bahan yang digunakan

a. Cofein

b. Infus akar alang - alang

c. Infus daun kumis kucing

d. Aquadest steril

III.2 Skema Kerja

1.      Semua mencit dipuasakan makan lebih kurang 16 jam, minum tetap di

berikan

Page 10: Lap Farmakolo Perc 5

2.     Mencit dikelompokkan secara acak dalam 4 kelompok, masing – masing

terdiri dari 1 ekor mencit.

3. kepada semua mencit diberikan air hangat secara oral sebanyak 1 ml/25 g

mencit.

4. Mencit kemudian diberikan obat diuresis secara oral

5. Tempatkan mencit di kandang khusung yang bias memnampung urin mencit,

catat junlah urin komulatif setiap kurun 30 menit selama 4 jam

Page 11: Lap Farmakolo Perc 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan :

No Perlakuan berat Vol

air

Vol.

Perlakuan

Setiap 30 menit…

1 2 3 4 Ket

1 Akar alang-

alang

17 g 0.8 0,4 - - 0,4 - Aktif

2 Daun kumis

kucing

17 g 0,8 0,4 - - - - Aktif

3 Coffein 18 g - 0,26 - - - - Mati

4 air 17 g 0,8 0,4 - 0,42 ml 0.4 ml - Aktif

IV.2 Pembahasan

Pada percobaan kali ini, dilakukan pemberian obat untuk mengetahui efek

diuretik pada hewan uji dengan cara melihat volume urin pada mencit yang telah

mendapat perlakuan. Diuretika adalah obat-obat yang dapat meningkatkan

produksi dan ekskresi urin, sehingga dapat menghilangkan cairan berlebihan yang

tertimbun di jaringan. Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi

reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari

air-diperbanyak.

Obat yang digunakan pada praktikum ini adalah akar alang – alang, daun

kumis kucing, air, dan kofein. Tetapi terlebih dahulu di buat larutan infus untuk

Page 12: Lap Farmakolo Perc 5

akar alang-alang dan daun kumis kucing. Sebelum obat ini diberikan terlebih

dahulu hewan uji diberikan air hangat sebanyak 0,8 ml secara oral dan selanjutnya

di berikan obat. Setelah pemberian obat, mencit kemudian dikandangkan pada

kandang khusus yang dapat menampung urin mencit. Dilakukan pengamatan

selama 2 jam dan setiap 30 menit dihitung volume urin dari mencit.

Dari hasil pengamatan dapat diperoleh bahwa Pada pemberian infuse akar

alang – alang, volume urin yang di hasilkan sebanyak 0.4 ml pada 30 menit ke-3

atau 150 menit setelah pemberian infus . Ini menunjukkan bahwa Infus akar alang

alang menpunyai eefek diuretic. Selanjutnya pada pemberian Infus kumis kucing,

mencit tidak mengalami mixing (buang air kecil) yang menunjukkan bahwa infuse

kumis kucing tidak memberikan efek diuretic. Hal ini mungkin salah karena Efek

diuretik telah dibuktikan dengan percobaan farmakologi dan uji klinis. Diduga

efek ini disebabkan oleh flavonoid, mesoinositol, minyak menguap, kalium atau

efek sinergis dari senyawa-senyawa tersebut yang terkandung didalam daun kumis

kucing.

Sedangkn Pada pemberian air mineral pada mencit diperoleh volume urin

0.42 ml pada 30 menit ke – 2 dan 0.42 ml pada 30 menit ke -3. Hal ini mungkin

dipengaruhi oleh kantung kemih mencit yang telah terisi penuh sebelumnya.

Sehingga menyebabkan mixing yang berlebihan. Pada Pemberian koffein tidak

didapatkan volume urin karena mencit mengalami kematian. Hal ini mungkin

disebakan karena efek koffein itu sendiri atau mungkin karena mencit tidak

diberikan air hangat terlebih dahulu yang bersifar protector atau pelindung bagi

lambung.

Page 13: Lap Farmakolo Perc 5

BAB VI

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

1. Infus daun kumis kucing dan infuse akar alang – alang tidak memberikan

efek diuretic karena konsentrasi yang diberikan tidak mencukupi serta

prosedur pembuatan larutan infuse tidak menghasilkan infuse dengan zat

khasiat yang diinginkan

2. Kafein merupakn obat diuretic lemah karena efek diuretic yang dihasilakn

merupakn fek sekunder saj

3. Pemberian kafein pada hewan uji untuk efek diuretic harus memperhatikan

dosis agar tidak menyebabkan pada mencit.

V.2 Saran

Dalam melakukan praktikum harus memperhatikan dann melalui prosedur

yang ada agar hasilnya maksimal sesuai dengan harapan.

Page 14: Lap Farmakolo Perc 5

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pengajar Farmakologi . 2012 . Penuntun Praktikum Farmakologi . Pliteknik

Kesehatan Makassar . Makassar

Dirjen POM . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III . Departemen Kesehatan RI

Tjay, Tam Hoan dan K Rahardja . 2007 . Obat – Obat Penting . PT Garamedia .

Jakarta

Setiawati , A dan F.D.Suryatna . 1995 . Farmakologi dan Terapi Edisi IV . Gaya

Baru . Jakarta

Ansel, Howard C. 1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Universitas

Indonesia Press . Jakarta

Ganiswara, Sulistra G (ed) . 1995 . Farmakologi dan Terapi Edisi IV . Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran UI . Jakarta

Page 15: Lap Farmakolo Perc 5

Laboratorum Farmakologi II

Jurusan Farmasi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

EFEK DIURETIK

OLEH:

SRI ANGGUN (PO. 713.25.10.1.086)

MUH.RUSLI TAHIR (PO. 713.25.10.1.076)

SUNDARIKA NASTITIN (PO. 713.25.10.1.090)

WANTI E (PO. 713.25.10.1.096)

STELLA MARIS (PO. 713.25.10.1.088)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

2011/2012

Page 16: Lap Farmakolo Perc 5

LAMPIRAN

1. Akar Alang-alang

Berat badan mencit = 17 gram

Volume penyuntikan = 17/20 x 1 ml = 0,85 ml => air hangat (oral)

Untuk sampel = 200 x 0,0026 = 0,52

= 17/20 x 0,52 = 0,442 ml (0,4 ml)

2. Kofein

Berat badan mencit = 18 g

Volume penyuntikan

Pengenceran = 10.4 mg/100 ml

= 100/1 x 0,104 mg

= 10,4 mg

Dosis = 300 mg – 500 mg

Mencit = 500 mg x 0,0026

= 1,3 mg / 20 g / 1 ml

Untuk 17 g = 18 / 20 x 1.3 mg

= 1,108 mg/ ml (1,1 mg/ml)

Untuk 100 ml = 110 mg/ 100 ml

Page 17: Lap Farmakolo Perc 5

3. Daun kumis kucing

Berat badan mencit = 17 gram

Volume penyuntikan = 17/20 x 1 ml = 0,85 ml => air hangat (oral)

Untuk sampel = 200 x 0,0026 = 0,52

= 17/20 x 0,52 = 0,442 ml (0,4 ml)

4. Air

Berat badan mencit = 17 gram

Volume penyuntikan = 17/20 x 1 ml = 0,85 ml => air hangat (oral)

Untuk sampel = 200 x 0,0026 = 0,52

= 17/20 x 0,52 = 0,442 ml (0,4 ml)