Lap Farmakolo Perc 5
-
Upload
sri-anggun -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of Lap Farmakolo Perc 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Diuretika adalah obat-obat yang dapat meningkatkan produksi dan
ekskresi uri, sehingga dapat menghilangkan cairan berlebihan yang tertimbun di
jaringan.
Dengan demikian dapat memulihkan keseimbangan elektrolit beberapa
metabolit,jika ginjal sendiri tidak dapat memelihara homeostasis. Selain itu
beberapa dieuretik, misalnya klorotiazida, sifat diuretiknya dapat digunakan oleh
penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi, dengan sasaran untuk
mempertahankan tekanan darah yang wajah, mungkin karena memodilikasi
metabolism natrium, sehingga akhirnya dipertahankan resistensi perifer yang
rendah ( tekanan darah : output jantung x resistensi perifer total ).
Diuretik umumnya dikelompok dalam tiga kelompok besar. Diuretik
pengasam yang mengubah keadaan fisika atau kimia dari darah dan jaringan,
hingga terjadi pembebasan cairan interslisial dan cairan seluler untuk
diekskresikan sebagai urin. Diuretik osmotic yang menarik air sebagai urin.
Diuretik renal menstimulasi aktivitas ginjal dengan berbagai cara, misalnya
meningkatkan filtrasi melalui glomenulus dan menghambat reabsorbsi natrium
dan air : menstimulasi system enzim atau ion natrium, ion hydrogen atau
polytransfer atau penyerapan kembali atau sebagai antagonis kompetitif dari
aldoderum.
Pada dasarnya volume dan komposisi urin tergantung pada tiga proses
dalam lisiologi ginjal yaitu liltrasi melalui glomerolu di tubulus ginjal dan sekresi
oleh tubulus ginjal. Samapai sekarang ada kesepakatan bahwa diuretik berefek
karena pengaruhnya terhadap fungsi tubulus ginjal dan tidak seberapa karena
efeknya terhadap fungsi glomerolus ginjal.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui efek diuretic obat
2. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya diuresis hewan uji
1.3 Manfaat
1. Mengetahui efek diuretik obat
2. Mengetahui mekanisme terjadinya diuresis hewan uji
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Diuretik adalah obat-obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan
urin. ( penuntun praktikum farmakologi, hal 31 )
Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih
( dieresis ) melalui kerja langsung terhadap ginjal.( OOP, hal 519 )
B. Mekanisme Kerja Diuretika
Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium,
sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air-diperbanyak.
Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni
a. Tubuli proksimal. Ultra filtrate mengandung sejumlah besar garam yang disini
direabsorpsi secara aktif untuk kurang lebih 70 %, antara lain ion dan air, begitu
pula glukosa dan urem. Karena reabsorpsi berlangsung secara proporsional, maka
susunan filtrat tidais berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika
osmotis ( manitol, sorbitol ) bekerja disini dengan merintangi reabsorpsi air dan
juga natrium. Menarik jaringan ke darah
b. Lengkungan Henle. Dibagian menarik dari Henle’s loop ini ± 25 % dari semua
ion Cl yang telah di filtrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi
pasif dari dan tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotosis. Diuretika
lengkungan seperti furosemida, bumetanida dan efakrinat, bekerja terutama disini
dengan merintangi transport Cl dan demikian reabsorpsi pengeluaran dan air juga
diperbanyak.
c. Tubuli distal. Dibagian pertama segmen ini diabsorpsi secara aktif pula tanpa
air hingga filtrat menjadi lebih hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon
bekerja di tempat ini dengan memperbanyak ekskresi dan Cl sebesar 5-10 %.
Dibagian kedua ion ditukarkan dengan ion atau . proses ini dikendalikan oleh
hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron ( spinorolakton ) dan zat-zat
penghemat kalium ( amilorida, triamteren ) bertitik kerja disini dengan
mengakibatkan ekskresi ( kurang dari 5% dan retensi )
d. Saluran pengumpul. Hormon antidiuretik ADH ( vasopressin ) dari hipofisis
bertitik kerja dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel
saluran ini.
Penggolongan Diuretik ( OOP, hal 521 - 526 )
Pada umumnya diuretik dibagi dalam beberapa kelompok, yakni :
a. Diuretik lengkungan
Furosemid, Bumetanida dan Etakrinat. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat
tetapi agak singkat ( 4-6 jam ). Mekanisme bekerja pada lengkungan Henle
dengan cara mereabsorsi kurang lebih 25% semua ion yang telah difiltrasi secara
aktif kemudian disusul dengan reabsorbsi pasif dari dan tetapi pengeluaran dan
air juga diperbanyak.
b. Derivate – thiazida : hidroklorothiazida, klortakdon, mefrusida, indapamidadan,
klopamida efeknya lebih lemah dan lambat, tetapi bertahan lebih lama ( 6-8 jam ).
Mekanismenya : bekerja pada tubuli distal dengan cara mereabsorbsi secara aktif
pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Obat-obatan
tersebut bekerja ini dengan memperbanyak ekskresi dan sebesar 5-10 %.
c. Diuretic penghemat kalium : Antagonis aidosteron ( spironolakton,
kankrenoat ), amilorida, dan triamteren.
Efek-efek obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan
diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Mekanismenya : bekerja pada
tubuli distal dengan cara menukarkan ion dengan ion atau proses ini
dikendalikan oleh kelenjar anak ginjal aldosteron. Dimana aldosteron
menstimulasi reabsorbsi dan ekskresi , proses ini dihambat secara kompotetif
( saingan ) oleh obat-obat ini mengakibatkan ekskresi kurang dari 5% dan
retensi .
d. Diuretika osmotis manitol dan sorbitol
Obat-obat ini hanya reabsorbsi sedikit oleh tubuli hingga reabsorbsi air juga
terbatas. Efeknya adalah dieresis osmotif dengan sekresi air kuat dan relatif
sedikit ekskresi mekanismenya : bekerja pada tubuli proksimal dengan cara
mereabsorbsi ultrafiltrat yang mengandung sejumlah besar garam untuk kurang
lebih 70% antara lain ion dan air, begitupula glukosa dan ureum karena reabsorbsi
secara proposional, maka susunan filtrate tidak berubah dan tetapi isofonis
terhadap plasma. Obat-obat tersebut bekerja ditubuli ini dengan merintangi
reabsorbsi air dan juga Natrium. Natrium adalah ekskresi air kuat sedangkan
sedikit.
e. Perintang – karbonanhidrase : Asetozolamide
Zat ini merintangi enzim karbonanhidrose ditubuli proksimal juga . Mekanisme
bekerja pada tubuh proksimal dengan harus merintangi enzim karbonanhidrase
sehingga disamping karbonat, juga dan diekskresikan lebih banyak bersamaan
dengan air.
C. Obat
1. Benzotiadiazid
Sistem golongan ini merupakan hasil dari penelitian zat penghambat enzim
karbonik anhidrase. Benzotiazid berefek langsung terhadap transport dan
ditubuli ginjal, lepas dari efek penghambatnya terhadap enzim karbonik anhidrase.
Tiazid dapat meninggikan ekskresi ion terutama pada pemberian jangka pendek,
dan mungkin efek ini menjadio kecil bila penggunaannya berlangsung dalam
jangka panjang. Ekskresi Natrium yang berlebihan tanpa disertai jumlah air yang
sebanding dapat menyebabkan hiponatremia dan hipokloremia, terutama bila
penderita tersebut mendapat diet rendah garam, namun secara keseluruhan
golongan tiazid cenderung kuat, karena intensitas dieresis yang ditimbulkan
relative lebih rendah.
2. Diuretik Hemat Kalium
Yang tergolong dalam kelompok ini adalah antagonis aldosteron, triamteren dan
amilorid. Efek diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat.
Antagonis aldosteron
Mekanisme adalah penghambat kompetitif terhadap aldosteron, sehingga dengan
pembentuk antagonis aldosteron, reabsorbsi dihilir tubuli distal dan diktus
koligentes dikurangi, dengan demikian ekskresi juga berkurang.
Triamteren dan amilorid
Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium eklorida, sedangkan
ekskresi kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami perubahan.
Triamteren menurunkan ekskresi dengan menghambat sekresi di sel tubuli distal.
3. Diuretik kuat
Diuretik kuat mencakup sekelompok diuretic yang efeknya sangat kuat
dibandingkan dengan diuretik lain. Tempat kerja utamanya dibagian epitel ansa
Henle bagian asenden, karena itu kelompok ini disebut juga sebagai loop
diuretics. Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat, furosemid, dan
bumetanid. ( Farmakologi dan Terapi, hal 390 )
Furosemid
Farmakokonetik :
Obat furosemid mudah diserap melalui saluran cerna. Bioavabilitas
furosemid 65% diuretik kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif sehingga
tidak difiltrasi di glomerolus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport
asam organik ditubuli proksimal. Dengan cara ini obat ini terakumulasi di cairan
tubuli dan mungkin sekali ditempat kerja didaerah yang lebih distal lagi.
Mula kerja Furosemid pesat, oral 0,5 – 1 jam dan bertahan 4 – 6 jam, intravena
dalam beberapa menit dan 2,5 jam lamanya reabsorbsinya dari usus ± 50%
BAB III
METODOLOGI KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat yang digunakan
a. Spuit oral
b. Beaker Glass
c. Gelas Ukur
d. Kapas
e. Stopwatch
f. Erlemeyer
g. Batang pengaduk
h. Timbangan berat badan hewan uji
III.1.2 Bahan yang digunakan
a. Cofein
b. Infus akar alang - alang
c. Infus daun kumis kucing
d. Aquadest steril
III.2 Skema Kerja
1. Semua mencit dipuasakan makan lebih kurang 16 jam, minum tetap di
berikan
2. Mencit dikelompokkan secara acak dalam 4 kelompok, masing – masing
terdiri dari 1 ekor mencit.
3. kepada semua mencit diberikan air hangat secara oral sebanyak 1 ml/25 g
mencit.
4. Mencit kemudian diberikan obat diuresis secara oral
5. Tempatkan mencit di kandang khusung yang bias memnampung urin mencit,
catat junlah urin komulatif setiap kurun 30 menit selama 4 jam
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan :
No Perlakuan berat Vol
air
Vol.
Perlakuan
Setiap 30 menit…
1 2 3 4 Ket
1 Akar alang-
alang
17 g 0.8 0,4 - - 0,4 - Aktif
2 Daun kumis
kucing
17 g 0,8 0,4 - - - - Aktif
3 Coffein 18 g - 0,26 - - - - Mati
4 air 17 g 0,8 0,4 - 0,42 ml 0.4 ml - Aktif
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini, dilakukan pemberian obat untuk mengetahui efek
diuretik pada hewan uji dengan cara melihat volume urin pada mencit yang telah
mendapat perlakuan. Diuretika adalah obat-obat yang dapat meningkatkan
produksi dan ekskresi urin, sehingga dapat menghilangkan cairan berlebihan yang
tertimbun di jaringan. Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi
reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari
air-diperbanyak.
Obat yang digunakan pada praktikum ini adalah akar alang – alang, daun
kumis kucing, air, dan kofein. Tetapi terlebih dahulu di buat larutan infus untuk
akar alang-alang dan daun kumis kucing. Sebelum obat ini diberikan terlebih
dahulu hewan uji diberikan air hangat sebanyak 0,8 ml secara oral dan selanjutnya
di berikan obat. Setelah pemberian obat, mencit kemudian dikandangkan pada
kandang khusus yang dapat menampung urin mencit. Dilakukan pengamatan
selama 2 jam dan setiap 30 menit dihitung volume urin dari mencit.
Dari hasil pengamatan dapat diperoleh bahwa Pada pemberian infuse akar
alang – alang, volume urin yang di hasilkan sebanyak 0.4 ml pada 30 menit ke-3
atau 150 menit setelah pemberian infus . Ini menunjukkan bahwa Infus akar alang
alang menpunyai eefek diuretic. Selanjutnya pada pemberian Infus kumis kucing,
mencit tidak mengalami mixing (buang air kecil) yang menunjukkan bahwa infuse
kumis kucing tidak memberikan efek diuretic. Hal ini mungkin salah karena Efek
diuretik telah dibuktikan dengan percobaan farmakologi dan uji klinis. Diduga
efek ini disebabkan oleh flavonoid, mesoinositol, minyak menguap, kalium atau
efek sinergis dari senyawa-senyawa tersebut yang terkandung didalam daun kumis
kucing.
Sedangkn Pada pemberian air mineral pada mencit diperoleh volume urin
0.42 ml pada 30 menit ke – 2 dan 0.42 ml pada 30 menit ke -3. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh kantung kemih mencit yang telah terisi penuh sebelumnya.
Sehingga menyebabkan mixing yang berlebihan. Pada Pemberian koffein tidak
didapatkan volume urin karena mencit mengalami kematian. Hal ini mungkin
disebakan karena efek koffein itu sendiri atau mungkin karena mencit tidak
diberikan air hangat terlebih dahulu yang bersifar protector atau pelindung bagi
lambung.
BAB VI
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Infus daun kumis kucing dan infuse akar alang – alang tidak memberikan
efek diuretic karena konsentrasi yang diberikan tidak mencukupi serta
prosedur pembuatan larutan infuse tidak menghasilkan infuse dengan zat
khasiat yang diinginkan
2. Kafein merupakn obat diuretic lemah karena efek diuretic yang dihasilakn
merupakn fek sekunder saj
3. Pemberian kafein pada hewan uji untuk efek diuretic harus memperhatikan
dosis agar tidak menyebabkan pada mencit.
V.2 Saran
Dalam melakukan praktikum harus memperhatikan dann melalui prosedur
yang ada agar hasilnya maksimal sesuai dengan harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengajar Farmakologi . 2012 . Penuntun Praktikum Farmakologi . Pliteknik
Kesehatan Makassar . Makassar
Dirjen POM . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III . Departemen Kesehatan RI
Tjay, Tam Hoan dan K Rahardja . 2007 . Obat – Obat Penting . PT Garamedia .
Jakarta
Setiawati , A dan F.D.Suryatna . 1995 . Farmakologi dan Terapi Edisi IV . Gaya
Baru . Jakarta
Ansel, Howard C. 1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Universitas
Indonesia Press . Jakarta
Ganiswara, Sulistra G (ed) . 1995 . Farmakologi dan Terapi Edisi IV . Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran UI . Jakarta
Laboratorum Farmakologi II
Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar
EFEK DIURETIK
OLEH:
SRI ANGGUN (PO. 713.25.10.1.086)
MUH.RUSLI TAHIR (PO. 713.25.10.1.076)
SUNDARIKA NASTITIN (PO. 713.25.10.1.090)
WANTI E (PO. 713.25.10.1.096)
STELLA MARIS (PO. 713.25.10.1.088)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
2011/2012
LAMPIRAN
1. Akar Alang-alang
Berat badan mencit = 17 gram
Volume penyuntikan = 17/20 x 1 ml = 0,85 ml => air hangat (oral)
Untuk sampel = 200 x 0,0026 = 0,52
= 17/20 x 0,52 = 0,442 ml (0,4 ml)
2. Kofein
Berat badan mencit = 18 g
Volume penyuntikan
Pengenceran = 10.4 mg/100 ml
= 100/1 x 0,104 mg
= 10,4 mg
Dosis = 300 mg – 500 mg
Mencit = 500 mg x 0,0026
= 1,3 mg / 20 g / 1 ml
Untuk 17 g = 18 / 20 x 1.3 mg
= 1,108 mg/ ml (1,1 mg/ml)
Untuk 100 ml = 110 mg/ 100 ml
3. Daun kumis kucing
Berat badan mencit = 17 gram
Volume penyuntikan = 17/20 x 1 ml = 0,85 ml => air hangat (oral)
Untuk sampel = 200 x 0,0026 = 0,52
= 17/20 x 0,52 = 0,442 ml (0,4 ml)
4. Air
Berat badan mencit = 17 gram
Volume penyuntikan = 17/20 x 1 ml = 0,85 ml => air hangat (oral)
Untuk sampel = 200 x 0,0026 = 0,52
= 17/20 x 0,52 = 0,442 ml (0,4 ml)