L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

21
KINETIKA REAKSI KIMIA A. TUJUAN Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperkenalkan konsep dan proses pendukung system kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan zat. B. LANDASAN TEORI Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia senyawa obat yang penting dalam meramalkan derajat absorpsi obat dalam saluran cerna. Obat-obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air (poorly soluble drugs) seringkali menunjukkan ketersediaan hayati rendah dan kecepatan disolusi merupakan tahap penentu (rate limiting step) pada proses absorpsi obat (Zaini, E., dkk., 2011). Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk diperhatikan pada tahap preformulasi sebelum memformula bahan obat menjadi sediaan. Beberapa metode dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan obat, antara lain: melalui pembentukan garam, perubahan struktur internal kristal (polimorfi) atau penambahan suatu bahan penolong, misalnya bahan pengompleks, surfaktan dan kosolven (Erindyah, R.W., dan Sukmawati, A., 2005). Kelarutan intrinsik merupakan kelarutan dari suatu senyawa dalam bentuk molekulnya (tidak terion) di dalam larutan. Dalam melihat kelarutan intrinsik suatu obat pertama dilihat kelarutan obat di dalam 0,1 N HCl, 0,1 N NaOH dan air (Wells, 1989; Lachman et al, 1989). Peningkatan kelarutan obat pada asam menyatakan obat tersebut basa lemah dan peningkatan kelarutan obat pada basa menyatakan obat tersebut asam lemah (Novita, G., dkk., 2012).

description

farfis

Transcript of L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

Page 1: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

KINETIKA REAKSI KIMIA

A. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperkenalkan konsep dan

proses pendukung system kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan zat.

B. LANDASAN TEORI

Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia senyawa obat yang penting dalam meramalkan derajat absorpsi obat dalam saluran cerna. Obat-obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air (poorly soluble drugs) seringkali menunjukkan ketersediaan hayati rendah dan kecepatan disolusi merupakan tahap penentu (rate limiting step) pada proses absorpsi obat (Zaini, E., dkk., 2011).

Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk diperhatikan pada tahap preformulasi sebelum memformula bahan obat menjadi sediaan. Beberapa metode dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan obat, antara lain: melalui pembentukan garam, perubahan struktur internal kristal (polimorfi) atau penambahan suatu bahan penolong, misalnya bahan pengompleks, surfaktan dan kosolven (Erindyah, R.W., dan Sukmawati, A., 2005).

Kelarutan intrinsik merupakan kelarutan dari suatu senyawa dalam bentuk molekulnya (tidak terion) di dalam larutan. Dalam melihat kelarutan intrinsik suatu obat pertama dilihat kelarutan

obat di dalam 0,1 N HCl, 0,1 N NaOH dan air (Wells, 1989; Lachman et al, 1989). Peningkatan

kelarutan obat pada asam menyatakan obat tersebut basa lemah dan peningkatan kelarutan obat

pada basa menyatakan obat tersebut asam lemah (Novita, G., dkk., 2012).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :

a. batang pengaduk

b. kuvet

Page 2: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

Paracetamol

Hasil pengamatan ... ?

c. erlenmeyer 125 ml 10 buah

d. gelas ukur 5 ml 2 buah

e. kuvet

f. labu takar 50 ml 2 buah

g. pipet tetes

h. sendok tanduk

i. spektrofotometer

j. timbangan analitik

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :

a. alkohol 95%

b. aquades

c. theofilin

d. tissue

D. PROSEDUR KERJA

1. Pembuatan Larutan Paracetamol

- Ditimbang 0,02 gram

- Dilarutkan dalam 1,5 ml alcohol

- Diencerkan dalam labu takar 100 ml

dengan aquades

Page 3: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

Larutan paracetamol

             

2. Sampel

Dipipet 10 ml.

Dimasukkan masing-masing ke dalam

9 tabung reaksi.

Dipanaskan 100 ml air diatas hot plate

sampai suhu 40° C.

Dimasukkan 3 tabung reaksi pertama

kedalam gelas kimia berisi air yang

bersuhu 40 oC.

Page 4: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

Diangkat tabung pertama setelah 5

menit kemudian dilakukan pada tabung

2 dan 3 dengan interval waktu 5 menit.

Didinginkan dalam gelas kimia.

Ditambahkan 2 ml FeCl3 pada masing-

masing tabung.

Dikocok hingga homogen.

Dilakukan perlakuan yang sama pada

tabung 4, 5, 6 pada suhu 55o C dan

tabung 7, 8, 9 pada suhu 70o C.

Diukur absorbannya pada λ = 525 nm.

E. HASIL PENGAMATAN

1. Data Pengamatan

a. Pemanasan 40° C

SampelPanjang

Gelombang (nm)Waktu (menit) Absorban (Å)

Tabung I 525 5 0,09

Tabung II 525 10 0,103

Tabung III 525 15 0,199

Page 5: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

b. Pemanasan 55° C

SampelPanjang

Gelombang (nm)Waktu (menit) Absorban (Å)

Tabung I 525 5 0,104

Tabung II 525 10 0,098

Tabung III 525 15 0,077

c. Pemanasan 70° C

SampelPanjang

Gelombang (nm)Waktu (menit) Absorban (Å)

Tabung I 525 5 0,097

Tabung II 525 10 0,096

Tabung III 525 15 0,098

2. Perhitungan

a. Pembuatan larutan standar

1) Larutan standar 0,01 M

mol = M x V

= 0,01 M x 0,05 mL

= 0,0005 mol

Massa = mol x Mr

= 0,0005 x 151,16

Page 6: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

= 0,07558 gr

2) Larutan standar 0,02 M

mol = M x V

= 0,02 M x 0,05 mL

= 0,001 mol

Massa = mol x Mr

= 0,001 x 151,16

= 0,15116 gr

3) Larutan standar 0,03 M

mol = M x V

= 0,03 M x 0,05 mL

= 0,0015 mol

Massa = mol x Mr

= 0,0015 x 151,16

= 0,22674 gr

4) Larutan standar 0,04 M

mol = M x V

= 0,04 M x 0,05 mL

= 0,002 mol

Massa = mol x Mr

= 0,002 x 151,16

= 0,30232 gr

5) Larutan standar 0,05 M

Page 7: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

mol = M x V

= 0,05 M x 0,05 mL

= 0,0025 mol

Massa = mol x Mr

= 0,0025 x 151,16

= 0,3779 gr

b. Menghitung nilai C0 dan C0-C, dengan mengingat molekul ekuivalensinya

1) Mencari nilai C0

Diketahui : berat molekul paracetamol (C8H9NO2) = 151,16 gr/mol

mol C8H9NO2 = massa

Mr

= 0,02 gr

151,16gr

mol

= 0,00013 mol

M C8H9NO2 = mol

volume

= 0,00013

1 L

= 0,00013 mol

L

Jadi, nilai C0 = 0,00013 mol

L

2) Mencari nilai C

C = C0 – X = konsentrasi mula-mula – jumlah yang terurai pada waktu t

a) Pemanasan 40C

Page 8: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

SampelWaktu

(menit)C0 (mol/L) x C (mol/L)

Tabung I 5 0,00013 11,67 -11,66987

Tabung II 10 0,00013 7,3 -7,29987

Tabung III 15 0,00013 -24,67 24,67013

b) Pemanasan 55C

SampelWaktu

(menit)C0 (mol/L) x C (mol/L)

Tabung I 5 0,00013 5 -4,99987

Tabung II 10 0,00013 9 -8,99987

Tabung III 15 0,00013 16 -15,99987

c) Pemanasan 70C

SampelWaktu

(menit)C0 (mol/L) x C (mol/L)

Tabung I 5 0,00013 9,3 -9,29987

Tabung II 10 0,00013 9,67 -9,66987

Tabung III 15 0,00013 9 -8,99987

3) Mencari nilai C0-C

a) Pemanasan 40C

Sampel Waktu C0 (mol/L) C (mol/L) C0-C

Page 9: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

(menit)

Tabung I 5 0,00013 -11,66987 11,67

Tabung II 10 0,00013 -7,29987 7,3

Tabung III 15 0,00013 24,67013 -24,67

b) Pemanasan 55C

SampelWaktu

(menit)C0 (mol/L) C (mol/L) C0-C

Tabung I 5 0,00013 -4,99987 5

Tabung II 10 0,00013 -8,99987 9

Tabung III 15 0,00013 -15,99987 16

c) Pemanasan 70C

SampelWaktu

(menit)C0 (mol/L) C (mol/L) C0-C

Tabung I 5 0,00013 -9,29987 9,3

Tabung II 10 0,00013 -9,66987 9,67

Tabung III 15 0,00013 -8,99987 9

c. Mencari nilai x

1) Dengan suhu 40C

a) Waktu 5 menit

y = -0,003x + 0,125

Page 10: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

0,09 = -0,003x + 0,125

0,09 – 0,125 = -0,003x

x = 11,67

b) Waktu 10 menit

y = -0,003x + 0,125

0,103 = -0,003x + 0,125

0,103 – 0,125 = -0,003x

x = 7,3

c) Waktu 15 menit

y = -0,003x + 0,125

0,199 = -0,003x + 0,125

0,199 – 0,125 = -0,003x

x = -24,67

2) Dengan suhu 55C

a) Waktu 5 menit

y = -0,003x + 0,125

0,104 = -0,003x + 0,125

0,104 – 0,125 = -0,003x

x = 7

b) Waktu 10 menit

y = -0,003x + 0,125

0,098 = -0,003x + 0,125

0,098 – 0,125 = -0,003x

Page 11: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

x = 9

c) Waktu 15 menit

y = -0,003x + 0,125

0,077 = -0,003x + 0,125

0,077 – 0,125 = -0,003x

x = 16

3) Dengan suhu 70C

a) Waktu 5 menit

y = -0,003x + 0,125

0,097 = -0,003x + 0,125

0,097 - 0,125 = -0,003x

x = 9,3

b) Waktu 10 menit

y = -0,003x + 0,125

0,096 = -0,003x + 0,125

0,096 – 0,125 = -0,003x

x = 9,67

c) Waktu 15 menit

y = -0,003x + 0,125

0,098 = -0,003x + 0,125

0,098 – 0,125 = -0,003x

x = 9

3. Kurva

Page 12: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 100

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

f(x) = − 0.00366666666666665 x + 0.125222222222222R² = 0.0801784688783844

hfffff,mmmmmmmmmm

Series2

Linear (Series2)

Konsentrasi

Absorban

F. PEMBAHASAN

Dalam kinetika kimia yang dipelajari adalah laju reaksi kimia dan energi

yang berhubungan dengan proses tersebut, serta mekanisme berlangsungnya

Page 13: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

proses tersebut. Mekanisme reaksi adalah serangkaian tahap reaksi yang terjadi

secara berturutan selama proses pengubahan reaktan menjadi produk. Perubahan

kimia atau reaksi kimia berkaitan erat dengan waktu. Kinetika kimia menjelaskan

hubungan antara perubahan konsentrasi reaktan atau produk sebagai fungsi waktu.

Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan sehingga kadar obat dalam

darah atau jumlah obat dalam tubuh tinggal separuhnya. Perlambatan eliminasi

obat dapat disebabkan oleh adanya gangguan hepar atau ginjal sehingga

memperpanjang waktu paruhnya.waktu paruh obat dapat memberikan gambaran

stabilitas obat, yaitu gambaran terurainya obat.

Percobaan ini digunakan larutan paracetamol dan larutan FeCl3. Larutan

paracetamol yang digunakan sebagai sampel, yang dipanaskan dengan tiga macam

suhu yang berbeda yaitu suhu 40°C, 55ºC, 70°C. Dan dengan waktu yang

bermacam pula yaitu 5, 10 dan 15 menit. Penambahan FeCl3 berguna untuk

pembentuk ion kompleks agar lebih mudah diukur absorbansinya pada alat

spektrofotometer yaitu dimana alat ini mengukur daya serap dari sampel dengan

menembakkan cahaya ke dalam sampel dan mengitung daya serapnya. Sebelum

penambahan FeCl3, tabung terlebih dahulu didinginkan dengan es, yang bertujuan

agar reaksi yang terjadi selama kenaikan suhu berhenti.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukakan dengan pemanasan suhu

40°C, 55ºC, dan 70°C. Nilai absorbansi yang diperoleh ada yang meningkat dan

ada yang menurun. Sedangkan pada literatur yang ada, semakin tinggi suhu dari

larutan tersebut maka semakin besar pula laju reaksinya. Hal ini disebabkan

karena setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi

Page 14: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

kinetik molekul akan bertambah, sehingga tumbukan semakin sering terjadi. Hal

ini menunjukkan bahwa dalam percobaan yang kami lakukan ini masih

mengalami kesalahan. Baik kesalahan dalam pengukuran suhu, kesalahan ketika

pembuatan larutan blanko FeCl3 yang tidak teliti dan kesalahan yang lain.

Teori yang didapat bahwa pertambahan nilai k pada suhu yang semakin

meningkat ini terjadi karena molekul-molekul harus bertumbukan dengan energi

yang cukup agar bereaksi sehingga semakin tinggi temperatur, akan lebih banyak

tumbukan yang terjadi per satuan waktu karena meningkatkan energi tumbukan:

laju ~ energi tumbukan ~ temperatur. Sedangkan semakin lama waktu reaksi

maka harga k semakin berkurang hal ini menunjukkan reaksi dalam kondisi

mendekati kesetimbangan.

G. KESIMPULAN

Page 15: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

makin lama waktu pemanasannya maka konstanta laju reaksi larutan semakin

menurun. Hal ini disebabkan karena konsentrasi larutan berkurang secara

eksponensial terhadap pertambahan waktu.

Page 16: L. Farfis Perc. 1 (Kelarutan Intrinsik Obat)

DAFTAR PUSTAKA

Zaini, E., Halim, A., Soewandhi, S.N., Setyawan, D., 2011, Peningkatan Laju

Pelarutan Trimetoprim Melalui Metode Ko-Kristalisasi dengan

Nikotinamida, Jurnal Farmasi Indonesia, Volume 5 Nomor 4, halaman

205.

Erindyah, R.W., dan Sukmawati, A., 2005, Peningkatan Kelarutan

Pentagamavunon-1 melalui Pembentukan Kompleks dengan

Polivinilpirolidon, Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Volume 6

Nomor 2, halaman 128.

Novita, G., Rullah, K., Syahadat, A., 2012, Studi Preformulasi Senyawa Sintesis

Turunan Kalkon 3-(3-Nitrophenil)-1-Phenilprop-2-En-1-On : Kelarutan

Intrinsik dan Konstanta Ionisasi, SCIENTIA Jurnal Farmasi dan

Kesehatan, Volume 2 Nomor 1, halaman 15.