Farfis Nini

31
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari – hari kita selalu berhubungan dengan berbagai macam benda yang selalu kita gunakan untuk menunjang segala aktivitas kita. Tapi tahukah kita bahwa setiap benda itu memiliki massa jenis yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Massa jenis merupakan nilai yang menunjukkan besarnya perbandingan antara massa benda dengan volume benda tersebut, massa jenis suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran dan bentuk benda diubah massa jenis benda tidak berubah. misalnya ukurannya diperbesar sehingga baik massa benda maupun volume benda makin besar. walaupun kedua besaran yang menunjukan ukuran benda tersebut makin besar tetapi massa jenisnya tetap, hal ini disebabkan oleh kenaikan massa benda atau sebaliknya kenaikan volume benda diikuti secara linier dengan kenaikan volume benda atau massa benda. Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti

Transcript of Farfis Nini

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari – hari kita selalu berhubungan dengan berbagai macam benda

yang selalu kita gunakan untuk menunjang segala aktivitas kita. Tapi tahukah kita bahwa

setiap benda itu memiliki massa jenis yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Massa jenis

merupakan nilai yang menunjukkan besarnya perbandingan antara massa benda dengan

volume benda tersebut, massa jenis suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran dan bentuk

benda diubah massa jenis benda tidak berubah. misalnya ukurannya diperbesar sehingga baik

massa benda maupun volume benda makin besar. walaupun kedua besaran yang menunjukan

ukuran benda tersebut makin besar tetapi massa jenisnya tetap,  hal ini disebabkan oleh

kenaikan massa benda atau sebaliknya kenaikan volume benda diikuti secara linier dengan

kenaikan volume benda atau massa benda.

Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut

dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca analitik  atau yang lainnya. 

untuk menentukan volume benda dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan bentuk

bendanya. untuk benda  yang beraturan bentuknya dapat dilakukandenganrumusan yang

sesuai, misal untuk bentuk kubus maka  yang harus dilakukan adalah mengukur panjang sisi

kubus, kemudian menghitungnya dengan rumusan sisi pangkat tiga. Sedangkan untuk benda

tidak beraturan pengukuran volume dilakukan dengan cara memasukkan benda tersebut

kedalam gelas ukur yang di isi dengan air dengan volume tertentu,kemudian diamati selisih

volumenya. selisih volume tersebut adalah volume benda yang  dimasukkan ke dalam gelas

ukur. setelah itu dapat dihitung  berapa massa jenis benda dengan rumusan massa benda

dibagi volume benda.

Setiap zat yang ada di muka bumi ini memiliki karakteristik tersendiri.Karakter-

karakter tersebut berbeda dari segi fisik maupun segi kimia. Sifat fisik adalah sifat zat yang

dapat diamati secara langsung, misalnya cairan, padat ataugas, serta sifat yang dapat diukur

seperti massa, volume, warna dan sebagainya.Sifat kimia meliputi sifat zat yang tidak dapat

diamati secara langsung, misalnyakelarutan zat, kerapatan dan lain- lain.Keadaan bahan

secara keseluruhan dapat dibagi menjadi zat gas, fluida,dan padat. Zat padat cenderung

mempertahankan bentuknya sementara fluidatidak mempertahankan bentuknya dan gas

mengembang menempati semuaruangan tanpa memperdulikan bentuknya.

Fluida termasuk materi yang mengalir yang digunakan dalam hubungan antara

cairan dengan gas. Teori fluida sangatkompleks, sehingga penelusurannya dimulai dari yang

paling dasar yakni dalam penentuan kerapatan dan bobot jenis. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya bahwa karakteristik suatu zat berbeda satu dengan yang lain. Demikian pula

dengan kerapatan, yang juga merupakan suatu sifat zat, berbeda untuk setiap zat. Sebagai

contoh minyak dan air ketika dicampur tercipta 2 fasa karena kerapatannya berbeda. Selain

itu peristiwa mengapung, melayang dan tenggelam, merupakan kejadian lazim kita lihat yang

dipengaruhi oleh perbandingan bobot jenis zat-zat tersebut. Untuk mengetahui cara mengukur

bobot jenis dan kerapatan pada beberapa sampel

Di bidang farmasi, selain bobot jenis digunakan untuk mengetahui kekentalan suatu

zat cair juga digunakan untuk mengetahui kemurnia suatu zat dengan menghitung berat

jenisnya kemudian dibandingkan dengan teori yang ada, jika berat jenisnya mendekati maka

dapat dikatakan zat tersebut memiliki kemurnian yang tinggi. Oleh karena itu, percobaan ini

dilakukan untuk mengetahui hal tersebut dengan menggunakan piknometer, maka

dilakukanlahpercobaan penentuan kerapatan dan bobot jenis ini.

2. Tujuan Percobaan

1. Menentukan bobot jenis zat cair dari gliserin, parafin cair, minyak kelapa, dan

sirup ABC orange dengan menggunakan alat piknometer.

2. Menentukan kerapatan dari padatan asam borat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Teori Umum

Menurut defenisi, bobot jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal,

dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat

mempunyai temperature yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air digunakan

untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi,

perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan

yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.

Pada 4oC, kerapatan air adalah 1 g dalam satu centimeter kubik. Karena USP menetapkan 1

ml dapat dianggap equivalent dengan 1 cc, dalam farmasi, berat 1 g air dianggap 1 ml

(Pengantar bentuk sediaan farmasi; 625).

Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi yang

dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis

didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga

kedua zat ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus

(Martin,1990).

Keadaan bahan secara keseluruhan secara mudah dapat dibagi menjadi zatpadat dan

fluida. Zat padat cenderung tegar dan mempertahankan bentuknya,sementara fluida tidak

mempertahankan bentuknya tetapi mengalir. Fluida meliputicairan, yang mengalir dibawah

pengaruh gravitasi sampai menempati daerahterendah yang mungkin dari penampungnya,

dan gas, yang mengembang mengisipenampungnya tanpa peduli bentuknya. Perbedaan antara

zat padat dan cairan tidak tajam. Walaupun es dianggap sebagai zat padat, aliran sungai es

sangat dikenal.Demikian pula kaca, dan bahkan batu dibawah tekanan yang besar,

cenderungmengalir sedikit untuk periode waktu yang panjang (Petrucci, 1999).

Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat disbanding dengan

volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25o C). Rapat jenis (specific gravity) adalah

perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai

25o /25o, 25o/4o, 4o,4o). Untuk bidang farmasi biasanya 25o/25o. (Tim asisten UNHAS., 2008)

Ahli farmasi seringkali menggunakan besaran pengukuran kerapatan dan bobot jenis

apabila mengadakan perubahan massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran yang

menyangkut satuan massa dan volume. Batasanya adalah massa per satuan volume pada

temperatur dan tekanan tertentu yang dinyatakan dalam system cgs dalam gram per

sentimeter kubik (g/cm3) (Martin,1990)

Bobot jenis adalah konstanta/tetapan bahan yan bergantung pada suhu unutuk padat,

cair, dan bentuk gas yang homogen. Didefinisikan sebagai hubungan dari massa (m) suatu

bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis adalah suatu karakteristik bahan yang penting

yang digunakan untuk pengujian identitas dan kemurnian dari bahan obat dan bahan

pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat bersifat seperti malam. (Rudolf, Voigt., 1994)

Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya adalahkilogram

per meter kubik, atau ungkapan yang umum, gram per sentimeter kubik, atau gram per

milliliter. Pernyataan awal mengenai kerapatan adalah bobotjenis. Satuannya sudah kuno dan

sebaiknya tidak dipakai lagi. Penjelasan berikutdiberikan sebagai petunjuk. (Brescia, dkk.,

1975)

Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur (dalam banyak kasus,kerapatan

menurun dengan kenaikan temperatur, karena hamper semua substansimengembang ketika

dipanaskan). Konsekuensinya, temperatur harus dicatat dengan nilai kerapatannya. Sebagai

tambahan, tekanan gas harus spesifik (Stoker., 1993).

Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat, dan air

merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan

mudah dimurnikan. (Howard, Ansel., 1989)

Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu :

1. Bobot jenis sejati

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan

tertutup.

2. Bobot jenis nyata

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi

termasuk pori yang tertutup.

3. Bobot jenis efektif

Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup.

(Lachman, L., 1994)

Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif

merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan konsentrasi

dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi. (Voigt, R., 1994)

Penentuan bobot jenis selain piknometer, neraca Westphalt, danaerometer adalah

neraca Hidrostatik, neraca Reimenn, untuk menentuka mengetahui berat jenis zat cair; neraca

Ephin, untuk mengukur zatcair; neraca Qeimann, untuk mengukur zat cair saja (karena telah

memiliki bendapadat yang tak bisa diganti dengan zat padat (Raharjo, 2008)

Penentuan bobot jenis berlangsung dengan pikonometer, Areometer, timbangan

hidrostatis (timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometeris. ( Rudolf, Voigt., 1994)

Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis

digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan

bobot zat di udara pada suhu 250 terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila

suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada

suhu yang ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu

250C zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-

masing monografi, dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 250C (Voigt, R., 1994).

Metode penentuan untuk cairan (Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke., 1988) :

1. Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan

penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk

menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah

hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.

Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.

2. Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu

benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume

cairan yang terdesak.

3. Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok

timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot

lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah

penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.

4. Metode areometer. Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan benam,

sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang

sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.

Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya adalahkilogram

per meter kubik, atau ungkapan yang umum, gram per sentimeter kubik, atau gram per

milliliter. Pernyataan awal mengenai kerapatan adalah bobotjenis. Satuannya sudah kuno dan

sebaiknya tidak dipakai lagi. Penjelasan berikutdiberikan sebagai petunjuk. (Brescia, dkk.,

1975)

Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur (dalam banyak kasus,kerapatan

menurun dengan kenaikan temperatur, karena hamper semua substansimengembang ketika

dipanaskan). Konsekuensinya, temperatur harus dicatat dengan nilai kerapatannya. Sebagai

tambahan, tekanan gas harus spesifik (Stoker., 1993).

Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi,

yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis

untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu

zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 40C atau temperatur lain yang telah

ditentukan. (Ansel H.C., 1989)

Kerapatan partikel, karena partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal dan kasar

serta berpori dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan dengan hati-hati.

Kerapatan partikel secara umum didefinisikan sebagai berat per satuan volume, kesulitan

timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan volume dan partikel yang mengandung

retakan-retakan mikroskopis pori-pori dalam ruang kapiler. (Alfred, Martin., 1993)

Kerapatan dapat dibagi tiga tipe ,yaitu :

a. Kerapatan sebenarnya dari bahan itu sendiri, tidak termasuk rongga-rongga dan

pori-pori di dalam partikel yang lebih besar dari dimensi molekuler atau dimensi

atomis dalam kisi-kisi kristal.

b. Kerapatan granul, seperti ditentukan oleh perpindahan tempat dari air raksa, yang

tidak mempenetrasi pada tekanan biasa ke dalam pori-pori yang lebih kecil sekitar

10 mili micron.

c. Kerapatan bulk, seperti ditentukan dari volume bulk dan berat suatu serbuk kering

dalam sebuah gelas ukur.

Kerapatan granul bisa ditentukan dengan suatu metode yang serupa dengan metode

pemindahan cairan. Digunakan air raksa, karena air raksa mengisi ruang-ruang kosong tetapi

tidak berpenetrasi ke dalam pori-pori dalam dari partikel. Kerapatan bulk didefinisikan

sebagai massa dari suatu serbuk dibagi dengan volume bulk. (Alfred, Martin., 1993).

Kerapatan sebenarnya adalah kerapatan dari bahan padat yang nyata (sebenarnya).

Metode untuk menentukan kerapatan padatan tidak berpori dengan pemindahan cairan di

mana padatan tersebut tidak larut ditemukan dalam buku-buku farmasi umum. Jika bahan

berpori seperti halnya kebanyakan serbuk-serbuk, kerapatan sebenarnya dapat ditentukan

dengan menggunakan densitometer helium. (Alfred, Martin., 1993)

2. Uraian Bahan

a. Minyak kelapa (4: 456)

Nama resmi : Oleum cocos

Nama lain : Minyak kelapa

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau kekuningan, bau khas, tidak

tengik.

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 60C, sangat

mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.

Bobo jenis : 0,945 g/ml – 0,985 g/ml

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung cahaya, di tempat sejuk

Kegunaan : sebagai sampel

b. Air suling (4: 96)

Nama resmi : Aqua destillata

Nama lain : Air suling

RM / BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai medium pelarut dan sebagai zat yang digunakan sebagai

zat pembanding pada perhitungan rapat jenis serta sebagai

penghilang kotoran pada piknometer.

Bobot jenis : 0,997 g/ml

c. Alkohol (4: 65)

Nama resmi : Aethanolum

Nama lain : Etanol

RM/BM : C2H5OH / 46,07

Pemerian : cairan tidak berwarna, mudah menguap, bau khas

Kelarutan : Bercampur dengan air dan etanol dan menimbulkan panas

Kegunaan : sebagai penghilang lemak dan mempercepat pengeringan

piknometer.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

3. Prosedur Kerja

a. Menentukan kerapatan bulk

- Timbang asam borat sebanyak 10 g, masukkan kedalam gelas ukur 50 ml.

- Ukur volume zat padat tersebut.

- Hitung kerapatan bulk menggunaan persamaan 1e.

Kerapatan bulk = Bobot zat padat (g).....................................1e

Volume bulk (ml)

b. Menentukan kerapatan mampat

- Timbang zat padat sebanyak 10 gram.

- masukkan kedalam gelas ukur 50 ml.

- ketuk sebanyak 100 kali ketukan.

- ukur volume zat padat tersebut.

- hitung kerapatan mampat dengan persamaan 1d

Kerapatan mampat = Bobot zat padat (g).....................................1d

Volume mampat (ml)

c. Menentukan kerapatan sejati

- Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya <W1>

- isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya

- Ditimbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya<w3>.

- Isikan paraffin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat.

- Timbang piknometer berisi zat padat dan paraffin cair tersebut beserta tutupnya

<w4>.

- bersihkan piknometer diatas hingga tidak ada gelembung didalamnya.

- Ditimbang piknometer berisi penuh paraffin cair dan tutupnya<w2>

- hitung kerapatan zat dengan persamaan 1c.

ρ padatan = (w3-w1).....................................1c

(w2-w1)-(w4-w3)

d. Menentukan bobot jenis cairan

-gunakan piknometer yang bersih dan kering

- timbang piknometer kosong <w1>, lalu isi dengan air suling, bagian luar

Piknometer dilap sampai kering dan ditimbang <w1>

- buang air suing tersebut, keringkan Piknometer lalu isi dengan cairan yang akan

diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suing, dan

timbang <w3>

-hitung bobot jenis cairan dengan persamaan 1b.

Dt = w3-w1.....................................1b

W2-W1

BAB III

METODE KERJA

1. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah :

- Gelas ukur 50 ml

- Piknometer 25 ml

- Timbangan analitik

- Pipiet tetes

- Sendok tanduk

- Botol semprot

- Batang penganduk

Bahan yang digunakan adalah

- Alkohol 7o %

- Aquades

- Sirup ABC orange

- Gliserin

- Paraffin cair

- Minyak kelapa

- Asam borat

- Kertas timbang

- Alumunium foil

- Tissue

2. Langkah Percobaan

Menentukan kerapatan bulk

Ditimbang zat padat sebanyak 10 gram, Dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml,

Diukur volume zat padat tersebut.

Menentukan kerapatan mampat

Ditimbang zat padat sebanyak 10 gram, Dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml,

Diketuk sebanyak 100 kali,Diukur volume zat padat tersebut.

Menentukan kerapatan sejati

Ditimbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya, Diisi piknometer

dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya,Ditimbang piknometer

berisi zat padat beserta tutpnya. Isikan paraffin cair perlahan-lahan kedalam

piknometer berisi zat padat,Ditimbang piknometer berisi zat padat dan paraffin

cair,Dibersihkan piknometer diatas hingga tidak ada gelembung

didalamnya,Ditimbang piknometer berisi penuh paraffin cair dan tutupnya,Dihitung

kerapatan zat.

Menentukan bobot jenis cairan

Disiapkan piknometer yang bersih dan kering,timbang piknometer kosong lalu isi

dengan air suling, bagian luar Piknometer dilap sampai kering dan ditimbang,buang

air suing tersebut, keringkan Piknometer lalu isi dengan cairan yang akandiukur bobot

jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suing dan ditimbang,hitung

bobot jenis cairan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil dan perhitungan

A. Kerapatan Bulk

Bobot zat (g) 1 gram

Volume bulk (ml) 11,5 ml

Kerapatan bulk (gr/ml) 0,87 gr/ml

Perhitungan :

KERAPATAN BULK =BOBOT ZAT PADAT (g)

VOUME BULK(ml)

= 10 (g)

11,5 (ml)

= 0,87 g/ml

B. Kerapatan Mampat

Bobot zat (g) 10 g

Volume mampat (ml) 11 ml

Kerapatan mampat (gr/ml) 0, 9 g/ml

Perhitungan :

Kerapatan mampat = Bobot zat padat (g)

Volume mampat (ml)

= 10 g

11 ml

= 0,90 g/ml

C. Kerapatan Sejati

Bobot piknometer kosong (g) 28,875 g

Bobot pikno + zat cair (g) 49,34 g

Bobot pikno + zat padat (g) 46,88 g

Bobot jenis zat padat + cair (ml/gr) 56,71 g/ml

Perhitungan :

ρ padatan = (w3-w1)

(w2-w1)-(w4-w3)

= (46,88-28,875)

(49,34-28,875)-(56,71-46,88)

= 18, oo5

2o, 465-9,83

= 18, oo5

1o,635

= 1,693 g/m

D. Bobot Jenis Zat Cair

Alkohol Minyak Gliserin Sirup ABC ORANGE

Bobot piknometer Kosong (g) 28,89 g 28,89 g 28,89 g 28,89 g

Bobot pikno + air (g) 53,15 g 53,15 g 53,15 g 53,15 g

Bobot pikno + zat cair (g) 52,o6 g 5o,96 g 59,5o g 57,53 g

Bobot jenis zat cair (g/ml) O,955 g/ml 0,909 g/ml 1,261 g/ml 1,18o g/ml

Perhitungan :

Minyak

Dt = w3-w1

W2-w1

= 5o,96 – 28,89

53,15-28,89

= 22,o7

24,26

= o,9o9 g/ ml

Sirup ABC orange

Dt = w3-w1

W2-w1

= 57,53 – 28,89

53,15-28,89

= 28,64

24,26

= 1,18o g/ ml

Alkohol

Dt = w3-w1

W2-w1

= 52,o6 – 28,89

53,15-28,89

= 23,17

24,26

= o,955 g/ ml

Giserin

Dt = w3-w1

W2-w1

= 59,5o – 28,89

53,15-28,89

= 3o,61

24,26

= 1,261 g/ ml

2. Pembahasan

Bobo jenis adalah perbandingan massa dengan volume suatu zat pada suhu

tertentu (25C), dan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat

dengan bobot jenis air pada suhu tertentu.

Dalam bidang farmasi bobot jenis dan kerapatan suatu zat atau cairan digunakan

sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair,

digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam

bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.

Dalam menetukan kerapatan bulk, zat yaitu asam borat ditimbang sebanyak 1

gr. Asam borat lalu dimasukkan kedalam gelas ukur, volume yang diperoleh sebanyak

11,5 ml. Untuk memperoleh kerapatan bulk ditimbang dengan membagi bobot asam

borat dengan volume, sehingga diperoleh nilai kerapatan bulk 0,87 gr/ml. Pada

penentuan kerapatan mampat masih duigunakan asam borat yang sama, gelas ukur

yang berisi asam borat diketuk 100 kali. Pengetukan dilakukan agar kerapatan lebih

mampat dan diperoleh hasil 11 ml. Dengan perhitungan yang sama, diperoleh

kerapatan mampat sebesar 0,9o gram/ml. Pada penentuan kerapatan sejati, digunakan

piknometer kosong yang ditimbang beserta dengan penutupnya. Diperoleh sebesar

28,875 gram. Piknometer yang bersih, dipegang menggunakan tissue. Hal ini

dikarenakan pada tangan manusia tedapat partikel atau zat yang dapat mempengaruhi

bobot piknometer yang sesungguhnya. Asam borat diamasukkan 2/3 volume

piknometer dan ditimbang. Ditambahkan paraffin cair hingga tidak terdapat

gelembung udara didalamnya. Ditimbang dan diganti dengan paraffin cair, lalu

kembali ditimbang. Dilakukan perhitungan dan diperoleh hasil kerapatan sejati 1,693

gr/ml.

Pada penentuan bobot jenis zat, piknometer yang bersih ditimbang dan diisi

dengan air suling hingga penuh. Piknometer berisi air suling diganti dengan alkohol

dan ditimbang. Dilakukan perhitungan dan diperoleh hasil 0,955 gr/ml. Bobot jenis

zat lain yaitu gliserin 1,261 gr/ml, minyak kelapa 0,9o9 gr/ml, dan sirup ABC orange

1,18o gr/ml. Adanya perbedaan bobot jenis pada tiap-tiap zat cair dikarenakan

kurangnya ketelitian pada saat penimbangan dan bobot tiap piknometer yang berbeda-

beda.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :

Kerapatan bulk adalah 0,87 gr/ml

Kerapatan mampat sebanyak 0,9o gr/ml

Kerapatan sejati diperoleh 1,693 gr/ml

Bobot jenis alkohol diperoleh 0,955 gr/ml

Bobot jenis minyak diperoleh o,9o9 gr/ml

Bobot jenis gliserin diperoleh 1,261 gr/ml

Bobot jenis sirup ABC orange diperoleh 1,18o gr/ml.

2. Saran

Sebaiknya setiap praktikan harus bisa mennggunakan alat-alat yang digunakan

dalam praktikum ini..

Sebaiknya para asisten membagi praktikan dengan beberapa kelompok untuk tiap-

tiap percobaan agar semua praktikan bekerja, tidak hanya satu dua orang saja yang

aktif dalam praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Voigt, Rudolf, (1994), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi ke-5, UGM Press,

Yogyakarta.

Ansel, C., Howard, (1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta.

Martin, Alfred, (1993), Farmasi Fisika, UI Press, Jakarta.

Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Ditjen POM, (1995), “Farmakope Indonesia”, edisi IV, Depkes RI, Jakarta

Budavari, S., (1986), The Merck Index, 11th edition, Mach and Company Inc,

Tim asisten, (2008), Penuntun Praktikum Farmasi Fisika, Jurusan Farmasi UNHAS,

Makassar.

Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke., (1988), Analisis Farmasi, UGM-Press, Yogyakarta

Ansel H.C.,(1989), Pengenatar Bentuk Sediaan Farmasi, Terjemahan Faridah Ibrahim,

Universitas Indonesia Press, Jakarta

Lachman, L., dkk., (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri II, Edisi III, diterjemahkan

oleh Siti suyatmi, UI Press, Jakarta

Voigt,., (1994), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, UGM-Press, Yogyakarta

Petrucci R . H ,1999, Kimia Dasar Prinsip dan Teori Modern, Erlangga, Jakarta.

Raharjo S. J., 2008, BeratJenis,(Online), (http://Sjraharjo.wordpress.com/ kimia_fisik, diakses

tanggal 3O maret 2o13).

Brescia, Arents dan Meislich, 1975, Fundamental Chemistry, New York