KTI_UMY_FIX!!!.doc

25
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT MAHASISWA S1 DALAM RANGKA MILAD HIMIE dan ACARA TAHUNAN HERO FAKULTAS EKONOMI UMY TAHUN 2015 Peningkatan Perekonomian Masyarakat Pesisir di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan dengan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sebagai Cocopeat untuk Media Tanam Hidroponik Disusun Oleh: Noviria Syifaun Nafsi (G111 13 348) Aisyah Putri Utami (K211 12 262) Putu Eka Irawan (G111 13 513) UNIVERSITAS HASANUDDIN

Transcript of KTI_UMY_FIX!!!.doc

Page 1: KTI_UMY_FIX!!!.doc

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT MAHASISWA S1DALAM RANGKA MILAD HIMIE dan ACARA TAHUNAN HERO

FAKULTAS EKONOMI UMY

TAHUN 2015

Peningkatan Perekonomian Masyarakat Pesisir di Kabupaten Selayar,

Sulawesi Selatan dengan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sebagai Cocopeat

untuk Media Tanam Hidroponik

Disusun Oleh:

Noviria Syifaun Nafsi (G111 13 348)

Aisyah Putri Utami (K211 12 262)

Putu Eka Irawan (G111 13 513)

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 2: KTI_UMY_FIX!!!.doc

ABSTRAK

Di kawasan pesisir, potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia begitu melimpah. Namun, sumber daya tersebut belum dapat dikelola dengan baik. Hal ini sejalan dengan tingkat pendidikan dan kesejahteraan populasi penduduk Indonesia yang tinggal di pesisir dan pulau kecil masih terendah. Di Kabupaten Selayar, pemanfaatan sabut kelapa masih belum dilakukan oleh masyarakat. Mereka menganggap bahwa sabut kelapa tersebut hanyalah limbah yang dibuang setelah buah kelapanya digunakan atau dikonsumsi. Padahal, serbuk dari sabut kelapa ini dapat dimanfaatkan menjadi cocopeat yaitu media tanam hidroponik. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengenalkan cocopeat dan meningkatkan perekonomian pada masyarakat pesisir di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. Metode penulisan berdasarkan pengumpulan data dari berbagai sumber bacaan seperti internet dan buku yang bersifat deskrptif, inovatif, informatif, dan sistematis. Penulisan karya tulis ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015. Hasil telaah pustaka yang diperoleh, cocopeat terbukti efektif dan bagus untuk menumbuhkan tanaman hidroponik, sayuran dan buah-buahan karena cocopeat dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk serta dapat menetralkan keasaman tanah. Cocopeat sangat baik dikembangkan oleh masyarakat pesisir karena tidak menggunakan modal yang besar selain itu ramah lingkungan karena bahan-bahan yang digunakan bisa kita jumpai dilingkungan sekitar yang tidak dimanfaatkan lagi oleh karena itu cukup mengetahui teknik pengolahan atau pembuatan cocopeat yang benar kita sudah bisa membuatnya.

Kata kunci: Masyarakat pesisir, cocopeat, hidroponik.

Page 3: KTI_UMY_FIX!!!.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki

luas perairan yang lebih besar dibandingkan dengan luas daratannya. Satu pertiga

luas Indonesia adalah daratan dan dua pertiga luas Indonesia adalah lautan. Dalam

suatu artikel yang terdapat dalam situs http://www.invonesia.com yang berjudul

Luas Wilayah Negara Indonesia menyatakan bahwa luas daratan Indonesia

adalah 1.919.440 km²  dan luas perairan Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil

dari Samudera Indonesia hingga Samudera Pasifik. Ini menjadikan Indonesia

memiliki lautan yang luas sekitar 3.273.810 km². Sebagai Negara kepulauan

terbesar, tidak dapat dipungkiri bahwa ada begitu banyak kekayaan alam sumber

daya hayati yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya

dalam memajukan perekonomian mereka.

Dalam suatu artikel yang yang terdapat dalam situs

http://www.kehati.or.id/id yang berjudul Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

menyatakan bahwa Populasi penduduk Indonesia yang tinggal di pesisir mencapai

161 juta jiwa atau 60% dari 250 juta penduduk Indonesia. Pusat perkembangan

ekonomi juga berkembang di kawasan pesisir. Sayangnya, tingkat pendidikan dan

kesejahteraan populasi penduduk Indonesia yang tinggal di pesisir dan pulau kecil

merupakan yang terendah. Sangat disayangkan apabila berbagai sumber daya

alam maupun sumber daya manusia yang begitu melimpah di kawasan pesisir

tidak dapat dikelola dengan baik.

Memasuki tahun 2015, Indonesia telah dihadapkan dengan adanya AFTA

(Asean Free Trade Area) yang menjadikan urgensi ketahanan pangan nasional

menjadi isu penting mengingat status Indonesia sebagai negara agraris. Pada

umumnya, lahan pertanian yang digunakan adalah lahan subur yang memiliki

kandungan unsur hara yang tinggi dengan salinitas yang rendah. Berbeda dengan

lahan di kawasan pesisir yang merupakan lahan marginal dengan kesuburan yang

Page 4: KTI_UMY_FIX!!!.doc

rendah dan tingkat salinitas yang sangat tinggi, membuatnya tidak cocok sebagai

tempat untuk bercocok tanam.

Kawasan pesisir pada dasarnya memiliki potensi dan peluang yang besar

dalam meningkatkan perekonomiannya dengan mengembangkan berbagai potensi

sumber daya alam dan manusia yang dimiliknya. Profesi sebagai nelayan

terkadang mendapatkan penghasilan yang tidak menentu, dan tidak setiap saat

nelayan dapat melaut karena berbagai kendala terutama kendala cuaca buruk.

Pada saat nelayan tidak dapat melaut, para nelayan biasanya mencari alternatif

penghasilan lain dan tidak jarang bahkan banyak nelayan tidak melakukan

aktifitas apapun pada saat mereka tidak dapat melaut sambil menunggu kondisi

cuaca kondusif untuk melaut.

Kekayaan sumber daya alam di daerah pesisir yang melimpah, dengan

berbagai potensi yang bisa dikembangkan, terutama dengan banyaknya tanaman

kelapa yang tumbuh di daerah pesisir bisa menjadi peluang baru dalam

mengembangkan potensi kawasan pesisir, khususnya di kabupaten Selayar,

Sulawesi Selatan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2014), produksi kelapa

di kabupaten Selayar tahun 2013 mencapai 25.110,25 ton. Namun, dalam kurun

waktu lima tahun terakhir produksi kelapa mengalami penurunan produksi rata-

rata per tahun sebesar 1,94%. Adapun distribusi sektor industri pengolahan

terhadap PDRB kabupaten Kepulauan Selayar hanya sebesar 2,14% saja. Padahal

bahan baku untuk industry cukup melimpah karena disediakan sebagai produk

dari hasil pertanian. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pemerintah untuk

mengadakan pelatihan dan pembinaan pada masyarakat agar industri pengolahan

dapat berkembang dan menghasilkan produk unggulan daerah, yang bisa

dipasarkan di luar daerah dan meningkatkan penghasilan rumah tangga.

Di Kabupaten Selayar, pemanfaatan sabut kelapa masih belum dilakukan

oleh masyarakat. Mereka menganggap bahwa sabut kelapa tersebut hanyalah

limbah yang dibuang setelah buah kelapanya digunakan atau dikonsumsi.

Padahal, serbuk dari sabut kelapa ini dapat dimanfaatkan menjadi cocopeat yaitu

media tanam hidroponik. Hal ini dapat menjadi peluang baru untuk industri

pengolahan dalam mengelola limbah serbuk sabut kelapa menjadi cocopeat

Page 5: KTI_UMY_FIX!!!.doc

sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir Kabupaten

Selayar, Sulawesi Selatan.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis memiliki gagasan untuk

mengenalkan sistem pertanian hidroponik dengan memanfaatkan serbuk sabut

kelapa menjadi cocopeat sebagai media tanam untuk masyarakat di daerah pesisir

Selayar, Sulawesi Selatan. Selain untuk digunakan masyarakat sendiri, cocopeat

dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan masyarakat yang bisa menjadi salah

satu upaya dalam meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya dalam

menghadapi AFTA 2015.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem pertanian hidroponik di kawasan pesisir Kabupaten Selayar,

Sulawesi Selatan?

2. Bagaimana pengolahan limbah serbuk sabut kelapa menjadi cocopeat?

3. Bagaimana keuntungan yang dapat diperoleh masyarakat dengan mengolah

limbah serbuk sabut kelapa menjadi cocopeat?

4. Bagaimana penggunaan cocopeat sebagai media tanam hidroponik dapat

meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir Kabupaten Selayar, Sulawesi

Selatan?

5. Bagaimana strategi yang dilakukan dalam meningkatkan perekonomian

masyarakat pesisir Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan dengan memanfaatkan

limbah serbuk kelapa menjadi cocopeat?

1.3. Tujuan

Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengenalkan pada masyarakat

pesisir di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan dengan cocopeat yang dapat

diolah dari limbah serbuk sabut kelapa yang selama ini masyarakat telah

mengabaikannya. Hal ini dapat menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan

perekonomian masyarakat di kawasan pesisir Kabupaten Selayar, Sulawesi

Selatan.

Page 6: KTI_UMY_FIX!!!.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Masyarakat Pesisir Kabupaten Kepulauan Selayar

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-

sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas

yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya pesisir

(Satria, 2004). Golongan masyarakat pesisir yang dianggap paling memanfaatkan

hasil laut dan potensi lingkungan perairan dan pesisir untuk kelangsungan

hidupnya adalah nelayan (Kusnadi, 2006).

Di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan kekayaan sumber daya alam yang

dimilikinya sangat melimpah, dengan berbagai potensi yang bisa dikembangkan,

terutama dengan banyaknya tanaman kelapa yang tumbuh di daerah pesisir bisa

menjadi peluang baru dalam mengembangkan potensi kawasan pesisir, khususnya

di kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan.

Kepulauan Selayar dikenal juga dengan nama Tanah Doang, merupakan

salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan dengan kota Benteng sebagai

ibukotanya. Selayar mempunyai keunikan tersendiri karena merupakan satu-

satunya kabupaten yang secara geografis terpisah dari daratan utama provinsi

Sulawesi Selatan. Memiliki luas wilayah 22.326.69 km, dengan jumlah penduduk

117.860 jiwa. Selayar adalah wilayah kepulauan atau kumpulan pulau-pulau

berjumlah 130 pulau baik besar maupun kecil, terbentang dari Utara sampai

Selatan (Susanto, dkk., 2011).

Kondisi perekonomian kabupaten ini secara umum masih dalam kondisi

relatif rendah. Mata pencahariannya bertumpu pada beberapa sektor diantaranya

perikanan, peternakan, tanaman pangan dan perindustrian (Qisthy, 2012). Hal ini

didukung dengan data dari Badan Pusat Statistik yang menunjukkan keadaan

salah satu daerah pesisir yaitu di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. Menurut

data dari BPS (2014), angka kemiskinan pada Kabupaten Kepulauan Selayar

dalam kurun tahun 2012-2013 mengalami kenaikan. Pada tahun 2013, persentase

penduduk miskin sebesar 14,23%. Pada tahun berikutnya kesejahteraan penduduk

Page 7: KTI_UMY_FIX!!!.doc

menurun dimana persentase penduduk miskin pada tahun 2012 dan 2013 masing-

masing 12,87% dan 14,25%.

Hasil perkebunan andalan adalah kelapa yang mencapai 25.148 ton, kemiri

1.445,45 ton, kenari 243,05 ton. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2014),

produksi kelapa di kabupaten Selayar tahun 2013 mencapai 25.110,25 ton.

Namun, dalam kurun waktu lima tahun terakhir produksi kelapa mengalami

penurunan produksi rata-rata per tahun sebesar 1,94%. Hasil tanaman perkebunan

banyak dihasilkan dari perkebunan rakyat dan terkonsentrasi di Kecamatan

Bontosikuyu, Pasimaranmu, Pasimassungu, Bontomatene, dan Takabonerate.

Hasil perkebunan itu berfungsi sebagai tanaman andalan bagi petani dan pekerja

kebun di daerah Selayar (Emang, 2011).

Dengan demikian diperlukan program pemberdayaan untuk masyarakat

pesisir yang dirancang dengan sedemikian rupa dengan tidak menyamaratakan

antara satu kelompok dengan kelompok lainnya apalagi antara satu daerah dengan

daerah pesisir lainnya. Pemberdayaan masyarakat pesisir haruslah bersifat bottom

up dan open menu, namun yang terpenting adalah pemberdayaan itu sendiri yang

harus langsung menyentuh kelompok masyarakat sasaran. Pemberdayaan tersebut

dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu kelembagaan, pendampingan, dan

dana usaha produktif bergulir (Syarief, 2001).

Di Kabupaten Selayar, pemanfaatan kelapa memang telah dilakukan,

namun pemanfaatan sabut kelapa masih belum dilakukan oleh masyarakat.

Mereka menganggap bahwa sabut kelapa tersebut hanyalah limbah yang dibuang

setelah buah kelapanya digunakan atau dikonsumsi. Padahal, serbuk dari

sabut kelapa ini dapat dimanfaatkan menjadi cocopeat yaitu media tanam

hidroponik. Hal ini dapat menjadi peluang usaha untuk masyarakat pesisir

dengan mengembangkan cocopeat di daerah mereka, Kabupaten Selayar,

Sulawesi Selatan.

2.2. Hidroponik

Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan untuk bercocok tanam

tanpa menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya. Tanaman dapat di tanam

dalam pot atau wadah lainnya dengan menggunakan air dan atau bahan-bahan

Page 8: KTI_UMY_FIX!!!.doc

porus lainnya, seperti kerikil, pecahan genting, pasir, pecahan batu ambang, dan

lain sebagainya sebagai media tanamnya (Rochintaniawati, 2013).

Sistem hidroponik merupakan cara produksi tanaman yang sangat efektif.

Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi kondisi

pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimum untuk berproduksi dapat

tercapai. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di

mana pertumbuhan perakaran tanaman yang optimum akan menghasilkan

pertumbuhan tunas atau bagian atas yang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik,

larutan nutrisi yang diberikan mengandung komposisi garam-garam organik yang

berimbang untuk menumbuhkan perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran

yang ideal (Rosliani dan Sumarni, 2005).

Pada dasarnya semua tanaman bisa dihidroponikkan. Tapi pada akhir-akhir

ini tanaman yang paling banyak dihidroponikkan adalah tanaman buah dan sayur

karena dilihat dari segi ekonomis, tanaman buah dan sayur dapat menghasilkan

keuntungan yang lumayan. Selain itu, kualitas dan kuantitas produksi/ hasil panen

lebih tinggi dibanding dengan media tanah.

2.3. Cocopeat atau Serbuk Kelapa

Kelapa merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi

tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki potensi

agroindustri kelapa yang cukup besar, tetapi belum dapat dimanfaatkan dengan

maksimal. Luas areal kebun kelapa di Indonesia adalah yang terbesar di dunia,

yaitu 3,76 juta hektar (Setiadi, 2001).

Limbah hasil pengupasan buah kelapa antara lain tempurung dan sabut

kelapa yang terdiri atas serat dan serbuk sabut kelapa. Negara penghasil serat dan

serbuk sabut kelapa terbesar adalah India (120 kiloton/tahun) dan Sri Lanka (73

kiloton/tahun). Menurut BPS (1992) dalam Adiyati (1999), di Indonesia limbah

buah kelapa hasil pengolahan atau pengupasan yang dihasilkan per tahunnya

mencapai sekitar 19,05 juta m3 yang terdiri atas 35% serat dan 65% serbuk sabut

kelapa. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75% dari sabut),

dan gabus 175 gram (25% dari sabut) (Kristijono, 2010).

Salah satu cara dalam mengelola limbah sabut kelapa yaitu membuat

media tanam dalam bentuk serbuk. Cocopeat atau dalam bahasa Indonesia disebut

Page 9: KTI_UMY_FIX!!!.doc

serbuk sabut kelapa. Cocopeat adalah media tanam yang dapat menjadi alternatif

pengganti tanah yang terbuat dari serbuk yang terdapat dalam sabut kelapa,

berupa serbuk yang dapat langsung digunakan.

Cocopeat memiliki kandungan trichoderma molds, sejenis enzim dari

jamur yang dapat mengurangi penyakit dalam tanah, menjaga tanah tetap gembur,

subur, besar, dan panjang. Selain itu, cocopeat juga memiliki pori-pori yang

memudahkan terjadinya pertukaran udara dan masuknya sinar matahari. Di dalam

cocopeat juga terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan

tanaman, berupa kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), nitrogen (N),

fospor (P), dan kalium (K) (Annisa, 2009).

Hasil penelitian Dr. Geoff Creswell, dari Creswell Horticultural Service,

Australia, media tanam cocopeat sanggup menahan air hingga 73%. Dari 41 ml

air yang dialirkan melewati lapisan cocopeat, yang terbuangnya hanya 11 ml.

Jumlah itu jauh lebih tinggi daripada sphagnum moss yang hanya 41%. Secara

umum, derajat keasaman media cocopeat 5,8-6. Pada kondisi itu tanaman optimal

menyerap unsur hara. Derajat keasaman ideal yang diperlukan tanaman 5,5-6,5.

Karena kemampuan cocopeat manahan air cukup tinggi maka hindari pemberian

air berlebih (Wiyono, 2011).

Page 10: KTI_UMY_FIX!!!.doc

BAB III

METODE PENULISAN

5.1. Jenis Penulisan

Penulisan karya tulis ini merupakan penulisan deskriptif dengan

memberikan gambaran dan penjelasan mengenai upaya peningkatan

perekonomian masyarakat Kabupaten Selayar dengan memanfaatkan cocopeat.

Adapun tujuan dari penulisan deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau

gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

5.2. Metode Pengumpulan Data

Metode penulisan berdasarkan pengumpulan data dari berbagai sumber

bacaan seperti internet dan buku serta berdasarkan kenyataan yang ada di

lapangan mengenai keadaan sosial masyarakat pesisir disertai dengan imajinasi

penulis untuk mengenalkan sistem pertanian hidroponik dengan memanfaatkan

limbah sabut kelapa menjadi cocopeat serta peluang usahanya.

5.3. Waktu dan Tempat

Penulisan karya tulis ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015. Adapun

telaah pustaka dilakukan di perpustakaan pusat Universitas Hasanuddin serta dari

berbagai sumber layanan on-line internet.

5.4. Materi Karya Tulis

Materi dalam karya tulis adalah materi yang berbasis pustaka (literatur)

yang kemudian diuraikan kaitannya dengan kondisi sosial masyarakat pesisir

Indonesia untuk mewujudkan peningkatan perekonomian masyarakat pesisir

dengan memberikan suatu konsep profesi alternatif, serta dengan konsultasi

intensif dengan pembimbing.

5.5. Teknik Mengolah

Materi yang diperoleh dianalisa secara analisis deskriptif dengan

menguraikan dan meringkas informasi serta fakta-fakta dari temuan selama studi

pustaka kemudian menyusunnya sehingga berbentuk karya tulis ilmiah yang

inovatif, informatif, dan sistematis.

Page 11: KTI_UMY_FIX!!!.doc

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Cocopeat sebagai salah satu contoh dari media tanam hidroponik dapat

diolah dari limbah serbuk sabut kelapa yang terdapat banyak di daerah Kabupaten

Selayar, Sulawesi Selatan. Pemanfaatan limbah kelapa menjadi cocopeat ini

bertujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Pelaksanaannya dapat

dilakukan di lingkungan rumah warga, baik itu di pekarangan rumah

warga ataupun lahan kosong yang tepat untuk melakukan kegiatan.

Cocopeat sangat baik dikembangkan oleh masyarakat pesisir Kabupaten

Selayar, Sulawesi Selatan karena tidak menggunakan modal yang besar selain itu

ramah lingkungan karena bahan baku yang berasal dari limbah sabut kelapa yang

tidak digunakan lagi oleh masyarakat. Dengan mengetahui teknik pengolahan atau

pembuatan cocopeat yang benar masyarakat sudah bisa membuatnya.

Cocopeat diolah dari sabut kelapa. Sebelum diolah, sabut kelapa direndam

selama beberapa hari minimal 6 hari dengan pengantian air rendaman selama 2

hari sekali (lebih lama lebih baik) untuk menghilangkan senyawa-senyawa kimia

yang dapat merugikan tanaman seperti tanin. Senyawa itu dapat menghambat

pertumbuhan tanaman. Setelah dikeringkan, sabut kelapa itu dimasukan kedalam

mesin untuk dapat memisahkan serat dengan jaringan empuler. Residu dari

pemisahan itulah yang kemudian dicetak membentuk kotak atau sebagai serbuk

biasa. Media dicetak dengan tingkat kerapatan rongga kapiler sehingga dapat

menyimpan oksigan pada tanah yang hanya 2-3%. Ketersedian oksigen pada

media tanaman dibutuhkan untuk pertumbuhan akar.

Kabupaten Selayar memiliki peluang yang sangat besar menjadi sentra

produksi cocopeat. Analisis SWOT yang dapat dilakukan pada masyarakat pesisir

di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan untuk meningkatkan perekonomian

masyarakat dengan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sebagai Cocopeat untuk Media

Tanam Hidroponik antara lain sebagai berikut :

1. S – Strength (Kekuatan)

- Besarnya potensi sumberdaya alam berupa tanaman kelapa yang tumbuh

banyak di daerah pesisir Selayar

Page 12: KTI_UMY_FIX!!!.doc

- Kondisi sosial kemasyarakatan yang sangat terbuka dan kondisi budaya

sedang

- Banyak pemilik modal lokal yang berpotensi untuk dibina

- Infrastruktur dasar cukup tersedia seperti aksesbilitas baik jalan maupun

transportasi, dermaga, listrik, pendidikan, kesehatan, dan komunikasi.

2. W – Weakness (Kelemahan)

- Kondisi ekonomi masyarakat pesisir dan kepulauan di Kabupaten Selayar

secara rata-rata 10% sejahtera, 25% sedang, dan sekitar 65% tergolong

miskin

- Tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan

lingkungan masih sangat rendah

- Terbatasnya ketersediaan informasi dan teknologi dalam mengolah limbah

sabut kelapa

3. O – Oppurtunity (Peluang)

- Ketersediaan limbah sabut kelapa yang begitu banyak dan tidak terpakai di

wilayah pesisir Kabupaten Selayar sehingga dapat dimanfaatkan untuk

diolah menjadi cocopeat

- Modal yang digunakan untuk biaya produksi cocopeat tergolong sangat

rendah karena bahan baku yang digunakan adalah limbah dari sabut kelapa

- Harga jual cocopeat yang tinggi dapat menjadi peluang baru untuk sebuah

usaha

- Langkanya cocopeat di daerah Sulawesi Selatan menjadikan cocopeat

sangat dicari oleh para petani hidroponik dan membuat harga jualnya

semakin tinggi

- Belum ada produsen cocopeat yang ada di Sulawesi Selatan sehingga dapat

menjadi peluang bagi kabupaten Selayar menjadi produsen cocopeat di

Sulawesi Selatan

- Dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dengan menjadikannya

sebuah usah industri pengolahan sabut kelapa

4. T – Treath (Ancaman)

- Semakin banyaknya produsen cocopeat lain dari luar Provinsi Sulawesi

Sealatan

Page 13: KTI_UMY_FIX!!!.doc

- Kurangnya nilai mutu yang dapat dihasilkan oleh industri-industri rumah

tangga yang dikelola oleh masyarakat

Berdasarkan analisis SWOT tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa

strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat

pesisir di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan dengan Pemanfaatan Limbah

Kelapa Sebagai Cocopeat untuk Media Tanam Hidroponik antara lain sebagai

berikut :

1. Strategi S – O

Strategi S – O adalah strategi pengembangan yang menggunakan potensi

dan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi ini terdiri atas :

- Ketersedian tanaman kelapa dengan limbahnya berupa sabut kelapa yang

sangat melimpah dapat diolah menjadi cocopeat

- Mengadakan sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat untuk

mengenalkan pentingnya menjaga lingkungan dengan mengolah limbah

yang ada contohnya sabut kelapa yang didukung dengan kondisi sosial

kemasyarakatan yang terbuka serta infrastruktur dasar yang tersedia.

- Melakukan pemasaran cocopeat di seluruh daerah Sulawesi Selatan dengan

memanfaatkan infrastruktur transportasi dan komunikasi yang baik agar

dapat tersalurkan di seluruh wilayah

- Mengajak para pemilik modal lokal untuk menginvestasikan modalnya

dalam usaha ini.

2. Strategi W – O

Strategi W – O adalah strategi pengembangan yang mengupayakan

mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang. Strategi ini terdiri atas :

- Mengadakan pelatihan dan pembinaan kepada masyarakat dalam mengolah

serbuk sabut kelapa menjadi cocopeat.

- Mengajak pemerintah kabupaten untuk turut berpartisipasi dalam

mendukung program pemanfaatan limbah sabut kelapa menjadi cocopeat

agar dapat meningkatkan distribusi sektor industri pengolahan di Kabupaten

Selayar, Sulawesi Selatan.

Page 14: KTI_UMY_FIX!!!.doc

3. Strategi S – T

Strategi S – T adalah strategi pengembangan yang menggunakan

kekuatan untuk menghadapi ancaman. Strategi ini terdiri atas :

- Meningkatkan pemasaran cocopeat ke berbagai penjuru daerah Indonesia,

khususnya Sulawesi Selatan dengan memanfaatkan teknologi dengan media

komunikasi berupa pemasaran melalui internet atau on-line.

4. Strategi W – T

Strategi W – T adalah strategi pengembangan yang mengupayakan

meminimalkan dampak dari ancaman. Strategi ini terdiri atas :

- Menerapkan standarisasi produksi agar mutu dari produk cocopeat tetap

terjaga hingga ke konsumen.

- Meningkatkan iklim usaha yang sehat, aman, dan menarik bagi para

investor.

Pengolahan limbah serbuk sabut kelapa menjadi cocopeat sebagai media

tanam sangat perlu dikenalkan pada masyarakat pesisir di Kabupaten Selayar,

Sulawesi Selatan. Cocopeat ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Selayar

sebagai media tanam hidroponik dan dapat menjadi peluang usaha yang

menjanjikan sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat

pesisir di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan.

Page 15: KTI_UMY_FIX!!!.doc

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah kami paparkan, kami

menyimpulkan bahwa pengolahan limbah serbuk sabut kelapa menjadi cocopeat

sebagai media tanam sangat perlu dikenalkan pada masyarakat pesisir di

Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. Dengan adanya pengolahan limbah serbuk

sabut kelapa menjadi cocopeat ini diharapkan mampu meningkatan taraf

kehidupan masyarakat pesisir Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan untuk

menunjang perekonomiannya semakin maju. Selain dapat digunakan sendiri oleh

masyarakat menjadi media tanam hidroponiknya, cocopeat dapat dipasarkan

karena bernilai jual tinggi dan sangat berpeluang besar menjadi suatu usaha

sehingga hal ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap upaya peningkatan

perekonomian masyarakat. Hal ini juga dapat meningkatkan peluang industri

pengolahan di Kabupaten Selayar menjadi semakin maju. Cocopeat sangat baik

dikembangkan oleh masyarakat pesisir karena tidak menggunakan modal yang

besar selain itu ramah lingkungan karena bahan-bahan yang digunakan bisa kita

jumpai dilingkungan sekitar yang tidak dimanfaatkan lagi oleh karena itu cukup

mengetahui teknik pengolahan atau pembuatan cocopeat yang benar kita sudah

bisa membuatnya.

5.2. Saran

Sebaiknya ide dan inovasi untuk menunjang perekonomian masyarakat

pesisir semakin dikembangkan dan lebih diperhatikan agar dapat terealisasikan

dengan baik demi kepentingan masyarakat itu sendiri. Selain itu, perlu adanya

dukungan yang besar dari pemerintah untuk dapat merealisasikannya agar

perekonomian masyarakat pesisir dapat semakin maju sehingga terciptanya

perekonomian masyarakat pesisir di Indonesia yang mandiri.

Page 16: KTI_UMY_FIX!!!.doc

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2013. Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. http://www.kehati.or.id/id/ekosistem-pesisir-dan-pulau-pulau.html diakses pada tanggal 19 Februari 2015. Makassar.

Anonim 2. 2013. Luas Wilayah Negara Indonesia. http://www.invonesia.com/luas-wilayah-negara-indonesia.html diakses pada tanggal 19 Februari 2015. Makassar.

Anonim 3. 2014. Menilik Potensi Pertanian di Kawasan Pesisir. http://careernews.web.id/event/view/2541-menilik-potensi-pertanian-di-kawasan-pesisir dikses pada tanggal 19 Februari 2015. Makassar.

BBPP Lembang. 2012. Pertanian Organik vs Hidroponik. http://bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/550-pertanian-organik-vs-hidroponik diakses pada tanggal 19 Februari 2015. Makassar.

BPS Kabupaten Selayar. 2014. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Selayar 2013. Katalog BPS : 4102004.7301.

BPS Kabupaten Selayar. 2014. Statistik Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar 2014. Katalog BPS: 1101002.7301

Fitriyani, Dewi. 2013. Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Nelayan Di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka. Universitas Pendidikan Indonesia : repository.upi.edu.

Kristijono, Agus. 2010. Pemanfaatan Gambut Sebagai Media Tumbuh Bituman (Biji Tumbuh Mandiri) Dalam Rangka Mendukung Kegiatan Rehabilitasi Lahan Kritis. Laporan Akhir Program  Insentif Riset Perekayasa Dikti. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Kusnadi.2006. Konflik Sosial Nelayan, Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Alam.Yogyakarta:LKiS.

Kusumastanto, Tridoyo dan Yudi Wahyudin. 2012. Pembinaan Nelayan Sebagai Ujung Tombak Pembangunan Perikanan Nasional. Manuskrip pada Majalah Ilmiah Wawasan Tridharma. http://ssrn.com/abstract=2167875 diakses pada tanggal 19 Februari 2015. Makassar

Pemkab Selayar. 2012. Buku Putih Kabupaten Selayar. Selayar: Pokja Sanitasi Kabupaten Kepulauan Selayar

Page 17: KTI_UMY_FIX!!!.doc

Pemkab Selayar. 2006. Laporan Akhir Pemantauan Kondisi Sosial Ekonomi. Makassar: CV. Nature Bestari.

Satria, A. 2004. Karakteristik Sistem Sosial Masyarakat Pesisir, Kendari.

Syarief, Efrizal. 2001. Pembangunan Kelautan Dalam Konteks Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Majalah PP Edisi 25.

http://media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090034_2_7398.pdf

http://mfile.narotama.ac.id/files/Umum/JURNAL%20IPB/Optimasi%20Pengelolaan%20dan%20Pengembangan%20Budidaya%20Ikan%20Kerapu%20Macan%20pada%20Kelompok%20Sea%20Farming%20di%20Pulau%20Panggang,%20Kabupaten%20Administratif%20Kepulauan.pdf