LOMBA KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT MAHASISWA S1DALAM RANGKA MILAD HIMIE dan ACARA TAHUNAN HERO
FAKULTAS EKONOMI UMY
TAHUN 2015
Peningkatan Perekonomian Masyarakat Pesisir di Kabupaten Selayar,
Sulawesi Selatan dengan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sebagai Cocopeat
untuk Media Tanam Hidroponik
Disusun Oleh:
Noviria Syifaun Nafsi (G111 13 348)
Aisyah Putri Utami (K211 12 262)
Putu Eka Irawan (G111 13 513)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
ABSTRAK
Di kawasan pesisir, potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia begitu melimpah. Namun, sumber daya tersebut belum dapat dikelola dengan baik. Hal ini sejalan dengan tingkat pendidikan dan kesejahteraan populasi penduduk Indonesia yang tinggal di pesisir dan pulau kecil masih terendah. Di Kabupaten Selayar, pemanfaatan sabut kelapa masih belum dilakukan oleh masyarakat. Mereka menganggap bahwa sabut kelapa tersebut hanyalah limbah yang dibuang setelah buah kelapanya digunakan atau dikonsumsi. Padahal, serbuk dari sabut kelapa ini dapat dimanfaatkan menjadi cocopeat yaitu media tanam hidroponik. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengenalkan cocopeat dan meningkatkan perekonomian pada masyarakat pesisir di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. Metode penulisan berdasarkan pengumpulan data dari berbagai sumber bacaan seperti internet dan buku yang bersifat deskrptif, inovatif, informatif, dan sistematis. Penulisan karya tulis ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015. Hasil telaah pustaka yang diperoleh, cocopeat terbukti efektif dan bagus untuk menumbuhkan tanaman hidroponik, sayuran dan buah-buahan karena cocopeat dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk serta dapat menetralkan keasaman tanah. Cocopeat sangat baik dikembangkan oleh masyarakat pesisir karena tidak menggunakan modal yang besar selain itu ramah lingkungan karena bahan-bahan yang digunakan bisa kita jumpai dilingkungan sekitar yang tidak dimanfaatkan lagi oleh karena itu cukup mengetahui teknik pengolahan atau pembuatan cocopeat yang benar kita sudah bisa membuatnya.
Kata kunci: Masyarakat pesisir, cocopeat, hidroponik.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
luas perairan yang lebih besar dibandingkan dengan luas daratannya. Satu pertiga
luas Indonesia adalah daratan dan dua pertiga luas Indonesia adalah lautan. Dalam
suatu artikel yang terdapat dalam situs http://www.invonesia.com yang berjudul
Luas Wilayah Negara Indonesia menyatakan bahwa luas daratan Indonesia
adalah 1.919.440 km² dan luas perairan Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil
dari Samudera Indonesia hingga Samudera Pasifik. Ini menjadikan Indonesia
memiliki lautan yang luas sekitar 3.273.810 km². Sebagai Negara kepulauan
terbesar, tidak dapat dipungkiri bahwa ada begitu banyak kekayaan alam sumber
daya hayati yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya
dalam memajukan perekonomian mereka.
Dalam suatu artikel yang yang terdapat dalam situs
http://www.kehati.or.id/id yang berjudul Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
menyatakan bahwa Populasi penduduk Indonesia yang tinggal di pesisir mencapai
161 juta jiwa atau 60% dari 250 juta penduduk Indonesia. Pusat perkembangan
ekonomi juga berkembang di kawasan pesisir. Sayangnya, tingkat pendidikan dan
kesejahteraan populasi penduduk Indonesia yang tinggal di pesisir dan pulau kecil
merupakan yang terendah. Sangat disayangkan apabila berbagai sumber daya
alam maupun sumber daya manusia yang begitu melimpah di kawasan pesisir
tidak dapat dikelola dengan baik.
Memasuki tahun 2015, Indonesia telah dihadapkan dengan adanya AFTA
(Asean Free Trade Area) yang menjadikan urgensi ketahanan pangan nasional
menjadi isu penting mengingat status Indonesia sebagai negara agraris. Pada
umumnya, lahan pertanian yang digunakan adalah lahan subur yang memiliki
kandungan unsur hara yang tinggi dengan salinitas yang rendah. Berbeda dengan
lahan di kawasan pesisir yang merupakan lahan marginal dengan kesuburan yang
rendah dan tingkat salinitas yang sangat tinggi, membuatnya tidak cocok sebagai
tempat untuk bercocok tanam.
Kawasan pesisir pada dasarnya memiliki potensi dan peluang yang besar
dalam meningkatkan perekonomiannya dengan mengembangkan berbagai potensi
sumber daya alam dan manusia yang dimiliknya. Profesi sebagai nelayan
terkadang mendapatkan penghasilan yang tidak menentu, dan tidak setiap saat
nelayan dapat melaut karena berbagai kendala terutama kendala cuaca buruk.
Pada saat nelayan tidak dapat melaut, para nelayan biasanya mencari alternatif
penghasilan lain dan tidak jarang bahkan banyak nelayan tidak melakukan
aktifitas apapun pada saat mereka tidak dapat melaut sambil menunggu kondisi
cuaca kondusif untuk melaut.
Kekayaan sumber daya alam di daerah pesisir yang melimpah, dengan
berbagai potensi yang bisa dikembangkan, terutama dengan banyaknya tanaman
kelapa yang tumbuh di daerah pesisir bisa menjadi peluang baru dalam
mengembangkan potensi kawasan pesisir, khususnya di kabupaten Selayar,
Sulawesi Selatan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2014), produksi kelapa
di kabupaten Selayar tahun 2013 mencapai 25.110,25 ton. Namun, dalam kurun
waktu lima tahun terakhir produksi kelapa mengalami penurunan produksi rata-
rata per tahun sebesar 1,94%. Adapun distribusi sektor industri pengolahan
terhadap PDRB kabupaten Kepulauan Selayar hanya sebesar 2,14% saja. Padahal
bahan baku untuk industry cukup melimpah karena disediakan sebagai produk
dari hasil pertanian. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pemerintah untuk
mengadakan pelatihan dan pembinaan pada masyarakat agar industri pengolahan
dapat berkembang dan menghasilkan produk unggulan daerah, yang bisa
dipasarkan di luar daerah dan meningkatkan penghasilan rumah tangga.
Di Kabupaten Selayar, pemanfaatan sabut kelapa masih belum dilakukan
oleh masyarakat. Mereka menganggap bahwa sabut kelapa tersebut hanyalah
limbah yang dibuang setelah buah kelapanya digunakan atau dikonsumsi.
Padahal, serbuk dari sabut kelapa ini dapat dimanfaatkan menjadi cocopeat yaitu
media tanam hidroponik. Hal ini dapat menjadi peluang baru untuk industri
pengolahan dalam mengelola limbah serbuk sabut kelapa menjadi cocopeat
sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir Kabupaten
Selayar, Sulawesi Selatan.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis memiliki gagasan untuk
mengenalkan sistem pertanian hidroponik dengan memanfaatkan serbuk sabut
kelapa menjadi cocopeat sebagai media tanam untuk masyarakat di daerah pesisir
Selayar, Sulawesi Selatan. Selain untuk digunakan masyarakat sendiri, cocopeat
dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan masyarakat yang bisa menjadi salah
satu upaya dalam meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya dalam
menghadapi AFTA 2015.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem pertanian hidroponik di kawasan pesisir Kabupaten Selayar,
Sulawesi Selatan?
2. Bagaimana pengolahan limbah serbuk sabut kelapa menjadi cocopeat?
3. Bagaimana keuntungan yang dapat diperoleh masyarakat dengan mengolah
limbah serbuk sabut kelapa menjadi cocopeat?
4. Bagaimana penggunaan cocopeat sebagai media tanam hidroponik dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir Kabupaten Selayar, Sulawesi
Selatan?
5. Bagaimana strategi yang dilakukan dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat pesisir Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan dengan memanfaatkan
limbah serbuk kelapa menjadi cocopeat?
1.3. Tujuan
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengenalkan pada masyarakat
pesisir di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan dengan cocopeat yang dapat
diolah dari limbah serbuk sabut kelapa yang selama ini masyarakat telah
mengabaikannya. Hal ini dapat menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat di kawasan pesisir Kabupaten Selayar, Sulawesi
Selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Masyarakat Pesisir Kabupaten Kepulauan Selayar
Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-
sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas
yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya pesisir
(Satria, 2004). Golongan masyarakat pesisir yang dianggap paling memanfaatkan
hasil laut dan potensi lingkungan perairan dan pesisir untuk kelangsungan
hidupnya adalah nelayan (Kusnadi, 2006).
Di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan kekayaan sumber daya alam yang
dimilikinya sangat melimpah, dengan berbagai potensi yang bisa dikembangkan,
terutama dengan banyaknya tanaman kelapa yang tumbuh di daerah pesisir bisa
menjadi peluang baru dalam mengembangkan potensi kawasan pesisir, khususnya
di kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan.
Kepulauan Selayar dikenal juga dengan nama Tanah Doang, merupakan
salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan dengan kota Benteng sebagai
ibukotanya. Selayar mempunyai keunikan tersendiri karena merupakan satu-
satunya kabupaten yang secara geografis terpisah dari daratan utama provinsi
Sulawesi Selatan. Memiliki luas wilayah 22.326.69 km, dengan jumlah penduduk
117.860 jiwa. Selayar adalah wilayah kepulauan atau kumpulan pulau-pulau
berjumlah 130 pulau baik besar maupun kecil, terbentang dari Utara sampai
Selatan (Susanto, dkk., 2011).
Kondisi perekonomian kabupaten ini secara umum masih dalam kondisi
relatif rendah. Mata pencahariannya bertumpu pada beberapa sektor diantaranya
perikanan, peternakan, tanaman pangan dan perindustrian (Qisthy, 2012). Hal ini
didukung dengan data dari Badan Pusat Statistik yang menunjukkan keadaan
salah satu daerah pesisir yaitu di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. Menurut
data dari BPS (2014), angka kemiskinan pada Kabupaten Kepulauan Selayar
dalam kurun tahun 2012-2013 mengalami kenaikan. Pada tahun 2013, persentase
penduduk miskin sebesar 14,23%. Pada tahun berikutnya kesejahteraan penduduk
menurun dimana persentase penduduk miskin pada tahun 2012 dan 2013 masing-
masing 12,87% dan 14,25%.
Hasil perkebunan andalan adalah kelapa yang mencapai 25.148 ton, kemiri
1.445,45 ton, kenari 243,05 ton. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2014),
produksi kelapa di kabupaten Selayar tahun 2013 mencapai 25.110,25 ton.
Namun, dalam kurun waktu lima tahun terakhir produksi kelapa mengalami
penurunan produksi rata-rata per tahun sebesar 1,94%. Hasil tanaman perkebunan
banyak dihasilkan dari perkebunan rakyat dan terkonsentrasi di Kecamatan
Bontosikuyu, Pasimaranmu, Pasimassungu, Bontomatene, dan Takabonerate.
Hasil perkebunan itu berfungsi sebagai tanaman andalan bagi petani dan pekerja
kebun di daerah Selayar (Emang, 2011).
Dengan demikian diperlukan program pemberdayaan untuk masyarakat
pesisir yang dirancang dengan sedemikian rupa dengan tidak menyamaratakan
antara satu kelompok dengan kelompok lainnya apalagi antara satu daerah dengan
daerah pesisir lainnya. Pemberdayaan masyarakat pesisir haruslah bersifat bottom
up dan open menu, namun yang terpenting adalah pemberdayaan itu sendiri yang
harus langsung menyentuh kelompok masyarakat sasaran. Pemberdayaan tersebut
dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu kelembagaan, pendampingan, dan
dana usaha produktif bergulir (Syarief, 2001).
Di Kabupaten Selayar, pemanfaatan kelapa memang telah dilakukan,
namun pemanfaatan sabut kelapa masih belum dilakukan oleh masyarakat.
Mereka menganggap bahwa sabut kelapa tersebut hanyalah limbah yang dibuang
setelah buah kelapanya digunakan atau dikonsumsi. Padahal, serbuk dari
sabut kelapa ini dapat dimanfaatkan menjadi cocopeat yaitu media tanam
hidroponik. Hal ini dapat menjadi peluang usaha untuk masyarakat pesisir
dengan mengembangkan cocopeat di daerah mereka, Kabupaten Selayar,
Sulawesi Selatan.
2.2. Hidroponik
Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan untuk bercocok tanam
tanpa menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya. Tanaman dapat di tanam
dalam pot atau wadah lainnya dengan menggunakan air dan atau bahan-bahan
porus lainnya, seperti kerikil, pecahan genting, pasir, pecahan batu ambang, dan
lain sebagainya sebagai media tanamnya (Rochintaniawati, 2013).
Sistem hidroponik merupakan cara produksi tanaman yang sangat efektif.
Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi kondisi
pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimum untuk berproduksi dapat
tercapai. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di
mana pertumbuhan perakaran tanaman yang optimum akan menghasilkan
pertumbuhan tunas atau bagian atas yang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik,
larutan nutrisi yang diberikan mengandung komposisi garam-garam organik yang
berimbang untuk menumbuhkan perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran
yang ideal (Rosliani dan Sumarni, 2005).
Pada dasarnya semua tanaman bisa dihidroponikkan. Tapi pada akhir-akhir
ini tanaman yang paling banyak dihidroponikkan adalah tanaman buah dan sayur
karena dilihat dari segi ekonomis, tanaman buah dan sayur dapat menghasilkan
keuntungan yang lumayan. Selain itu, kualitas dan kuantitas produksi/ hasil panen
lebih tinggi dibanding dengan media tanah.
2.3. Cocopeat atau Serbuk Kelapa
Kelapa merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki potensi
agroindustri kelapa yang cukup besar, tetapi belum dapat dimanfaatkan dengan
maksimal. Luas areal kebun kelapa di Indonesia adalah yang terbesar di dunia,
yaitu 3,76 juta hektar (Setiadi, 2001).
Limbah hasil pengupasan buah kelapa antara lain tempurung dan sabut
kelapa yang terdiri atas serat dan serbuk sabut kelapa. Negara penghasil serat dan
serbuk sabut kelapa terbesar adalah India (120 kiloton/tahun) dan Sri Lanka (73
kiloton/tahun). Menurut BPS (1992) dalam Adiyati (1999), di Indonesia limbah
buah kelapa hasil pengolahan atau pengupasan yang dihasilkan per tahunnya
mencapai sekitar 19,05 juta m3 yang terdiri atas 35% serat dan 65% serbuk sabut
kelapa. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75% dari sabut),
dan gabus 175 gram (25% dari sabut) (Kristijono, 2010).
Salah satu cara dalam mengelola limbah sabut kelapa yaitu membuat
media tanam dalam bentuk serbuk. Cocopeat atau dalam bahasa Indonesia disebut
serbuk sabut kelapa. Cocopeat adalah media tanam yang dapat menjadi alternatif
pengganti tanah yang terbuat dari serbuk yang terdapat dalam sabut kelapa,
berupa serbuk yang dapat langsung digunakan.
Cocopeat memiliki kandungan trichoderma molds, sejenis enzim dari
jamur yang dapat mengurangi penyakit dalam tanah, menjaga tanah tetap gembur,
subur, besar, dan panjang. Selain itu, cocopeat juga memiliki pori-pori yang
memudahkan terjadinya pertukaran udara dan masuknya sinar matahari. Di dalam
cocopeat juga terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan
tanaman, berupa kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), nitrogen (N),
fospor (P), dan kalium (K) (Annisa, 2009).
Hasil penelitian Dr. Geoff Creswell, dari Creswell Horticultural Service,
Australia, media tanam cocopeat sanggup menahan air hingga 73%. Dari 41 ml
air yang dialirkan melewati lapisan cocopeat, yang terbuangnya hanya 11 ml.
Jumlah itu jauh lebih tinggi daripada sphagnum moss yang hanya 41%. Secara
umum, derajat keasaman media cocopeat 5,8-6. Pada kondisi itu tanaman optimal
menyerap unsur hara. Derajat keasaman ideal yang diperlukan tanaman 5,5-6,5.
Karena kemampuan cocopeat manahan air cukup tinggi maka hindari pemberian
air berlebih (Wiyono, 2011).
BAB III
METODE PENULISAN
5.1. Jenis Penulisan
Penulisan karya tulis ini merupakan penulisan deskriptif dengan
memberikan gambaran dan penjelasan mengenai upaya peningkatan
perekonomian masyarakat Kabupaten Selayar dengan memanfaatkan cocopeat.
Adapun tujuan dari penulisan deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau
gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
5.2. Metode Pengumpulan Data
Metode penulisan berdasarkan pengumpulan data dari berbagai sumber
bacaan seperti internet dan buku serta berdasarkan kenyataan yang ada di
lapangan mengenai keadaan sosial masyarakat pesisir disertai dengan imajinasi
penulis untuk mengenalkan sistem pertanian hidroponik dengan memanfaatkan
limbah sabut kelapa menjadi cocopeat serta peluang usahanya.
5.3. Waktu dan Tempat
Penulisan karya tulis ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015. Adapun
telaah pustaka dilakukan di perpustakaan pusat Universitas Hasanuddin serta dari
berbagai sumber layanan on-line internet.
5.4. Materi Karya Tulis
Materi dalam karya tulis adalah materi yang berbasis pustaka (literatur)
yang kemudian diuraikan kaitannya dengan kondisi sosial masyarakat pesisir
Indonesia untuk mewujudkan peningkatan perekonomian masyarakat pesisir
dengan memberikan suatu konsep profesi alternatif, serta dengan konsultasi
intensif dengan pembimbing.
5.5. Teknik Mengolah
Materi yang diperoleh dianalisa secara analisis deskriptif dengan
menguraikan dan meringkas informasi serta fakta-fakta dari temuan selama studi
pustaka kemudian menyusunnya sehingga berbentuk karya tulis ilmiah yang
inovatif, informatif, dan sistematis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Cocopeat sebagai salah satu contoh dari media tanam hidroponik dapat
diolah dari limbah serbuk sabut kelapa yang terdapat banyak di daerah Kabupaten
Selayar, Sulawesi Selatan. Pemanfaatan limbah kelapa menjadi cocopeat ini
bertujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Pelaksanaannya dapat
dilakukan di lingkungan rumah warga, baik itu di pekarangan rumah
warga ataupun lahan kosong yang tepat untuk melakukan kegiatan.
Cocopeat sangat baik dikembangkan oleh masyarakat pesisir Kabupaten
Selayar, Sulawesi Selatan karena tidak menggunakan modal yang besar selain itu
ramah lingkungan karena bahan baku yang berasal dari limbah sabut kelapa yang
tidak digunakan lagi oleh masyarakat. Dengan mengetahui teknik pengolahan atau
pembuatan cocopeat yang benar masyarakat sudah bisa membuatnya.
Cocopeat diolah dari sabut kelapa. Sebelum diolah, sabut kelapa direndam
selama beberapa hari minimal 6 hari dengan pengantian air rendaman selama 2
hari sekali (lebih lama lebih baik) untuk menghilangkan senyawa-senyawa kimia
yang dapat merugikan tanaman seperti tanin. Senyawa itu dapat menghambat
pertumbuhan tanaman. Setelah dikeringkan, sabut kelapa itu dimasukan kedalam
mesin untuk dapat memisahkan serat dengan jaringan empuler. Residu dari
pemisahan itulah yang kemudian dicetak membentuk kotak atau sebagai serbuk
biasa. Media dicetak dengan tingkat kerapatan rongga kapiler sehingga dapat
menyimpan oksigan pada tanah yang hanya 2-3%. Ketersedian oksigen pada
media tanaman dibutuhkan untuk pertumbuhan akar.
Kabupaten Selayar memiliki peluang yang sangat besar menjadi sentra
produksi cocopeat. Analisis SWOT yang dapat dilakukan pada masyarakat pesisir
di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat dengan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sebagai Cocopeat untuk Media
Tanam Hidroponik antara lain sebagai berikut :
1. S – Strength (Kekuatan)
- Besarnya potensi sumberdaya alam berupa tanaman kelapa yang tumbuh
banyak di daerah pesisir Selayar
- Kondisi sosial kemasyarakatan yang sangat terbuka dan kondisi budaya
sedang
- Banyak pemilik modal lokal yang berpotensi untuk dibina
- Infrastruktur dasar cukup tersedia seperti aksesbilitas baik jalan maupun
transportasi, dermaga, listrik, pendidikan, kesehatan, dan komunikasi.
2. W – Weakness (Kelemahan)
- Kondisi ekonomi masyarakat pesisir dan kepulauan di Kabupaten Selayar
secara rata-rata 10% sejahtera, 25% sedang, dan sekitar 65% tergolong
miskin
- Tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan
lingkungan masih sangat rendah
- Terbatasnya ketersediaan informasi dan teknologi dalam mengolah limbah
sabut kelapa
3. O – Oppurtunity (Peluang)
- Ketersediaan limbah sabut kelapa yang begitu banyak dan tidak terpakai di
wilayah pesisir Kabupaten Selayar sehingga dapat dimanfaatkan untuk
diolah menjadi cocopeat
- Modal yang digunakan untuk biaya produksi cocopeat tergolong sangat
rendah karena bahan baku yang digunakan adalah limbah dari sabut kelapa
- Harga jual cocopeat yang tinggi dapat menjadi peluang baru untuk sebuah
usaha
- Langkanya cocopeat di daerah Sulawesi Selatan menjadikan cocopeat
sangat dicari oleh para petani hidroponik dan membuat harga jualnya
semakin tinggi
- Belum ada produsen cocopeat yang ada di Sulawesi Selatan sehingga dapat
menjadi peluang bagi kabupaten Selayar menjadi produsen cocopeat di
Sulawesi Selatan
- Dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dengan menjadikannya
sebuah usah industri pengolahan sabut kelapa
4. T – Treath (Ancaman)
- Semakin banyaknya produsen cocopeat lain dari luar Provinsi Sulawesi
Sealatan
- Kurangnya nilai mutu yang dapat dihasilkan oleh industri-industri rumah
tangga yang dikelola oleh masyarakat
Berdasarkan analisis SWOT tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa
strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat
pesisir di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan dengan Pemanfaatan Limbah
Kelapa Sebagai Cocopeat untuk Media Tanam Hidroponik antara lain sebagai
berikut :
1. Strategi S – O
Strategi S – O adalah strategi pengembangan yang menggunakan potensi
dan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi ini terdiri atas :
- Ketersedian tanaman kelapa dengan limbahnya berupa sabut kelapa yang
sangat melimpah dapat diolah menjadi cocopeat
- Mengadakan sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat untuk
mengenalkan pentingnya menjaga lingkungan dengan mengolah limbah
yang ada contohnya sabut kelapa yang didukung dengan kondisi sosial
kemasyarakatan yang terbuka serta infrastruktur dasar yang tersedia.
- Melakukan pemasaran cocopeat di seluruh daerah Sulawesi Selatan dengan
memanfaatkan infrastruktur transportasi dan komunikasi yang baik agar
dapat tersalurkan di seluruh wilayah
- Mengajak para pemilik modal lokal untuk menginvestasikan modalnya
dalam usaha ini.
2. Strategi W – O
Strategi W – O adalah strategi pengembangan yang mengupayakan
mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang. Strategi ini terdiri atas :
- Mengadakan pelatihan dan pembinaan kepada masyarakat dalam mengolah
serbuk sabut kelapa menjadi cocopeat.
- Mengajak pemerintah kabupaten untuk turut berpartisipasi dalam
mendukung program pemanfaatan limbah sabut kelapa menjadi cocopeat
agar dapat meningkatkan distribusi sektor industri pengolahan di Kabupaten
Selayar, Sulawesi Selatan.
3. Strategi S – T
Strategi S – T adalah strategi pengembangan yang menggunakan
kekuatan untuk menghadapi ancaman. Strategi ini terdiri atas :
- Meningkatkan pemasaran cocopeat ke berbagai penjuru daerah Indonesia,
khususnya Sulawesi Selatan dengan memanfaatkan teknologi dengan media
komunikasi berupa pemasaran melalui internet atau on-line.
4. Strategi W – T
Strategi W – T adalah strategi pengembangan yang mengupayakan
meminimalkan dampak dari ancaman. Strategi ini terdiri atas :
- Menerapkan standarisasi produksi agar mutu dari produk cocopeat tetap
terjaga hingga ke konsumen.
- Meningkatkan iklim usaha yang sehat, aman, dan menarik bagi para
investor.
Pengolahan limbah serbuk sabut kelapa menjadi cocopeat sebagai media
tanam sangat perlu dikenalkan pada masyarakat pesisir di Kabupaten Selayar,
Sulawesi Selatan. Cocopeat ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Selayar
sebagai media tanam hidroponik dan dapat menjadi peluang usaha yang
menjanjikan sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat
pesisir di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah kami paparkan, kami
menyimpulkan bahwa pengolahan limbah serbuk sabut kelapa menjadi cocopeat
sebagai media tanam sangat perlu dikenalkan pada masyarakat pesisir di
Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. Dengan adanya pengolahan limbah serbuk
sabut kelapa menjadi cocopeat ini diharapkan mampu meningkatan taraf
kehidupan masyarakat pesisir Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan untuk
menunjang perekonomiannya semakin maju. Selain dapat digunakan sendiri oleh
masyarakat menjadi media tanam hidroponiknya, cocopeat dapat dipasarkan
karena bernilai jual tinggi dan sangat berpeluang besar menjadi suatu usaha
sehingga hal ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap upaya peningkatan
perekonomian masyarakat. Hal ini juga dapat meningkatkan peluang industri
pengolahan di Kabupaten Selayar menjadi semakin maju. Cocopeat sangat baik
dikembangkan oleh masyarakat pesisir karena tidak menggunakan modal yang
besar selain itu ramah lingkungan karena bahan-bahan yang digunakan bisa kita
jumpai dilingkungan sekitar yang tidak dimanfaatkan lagi oleh karena itu cukup
mengetahui teknik pengolahan atau pembuatan cocopeat yang benar kita sudah
bisa membuatnya.
5.2. Saran
Sebaiknya ide dan inovasi untuk menunjang perekonomian masyarakat
pesisir semakin dikembangkan dan lebih diperhatikan agar dapat terealisasikan
dengan baik demi kepentingan masyarakat itu sendiri. Selain itu, perlu adanya
dukungan yang besar dari pemerintah untuk dapat merealisasikannya agar
perekonomian masyarakat pesisir dapat semakin maju sehingga terciptanya
perekonomian masyarakat pesisir di Indonesia yang mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1. 2013. Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. http://www.kehati.or.id/id/ekosistem-pesisir-dan-pulau-pulau.html diakses pada tanggal 19 Februari 2015. Makassar.
Anonim 2. 2013. Luas Wilayah Negara Indonesia. http://www.invonesia.com/luas-wilayah-negara-indonesia.html diakses pada tanggal 19 Februari 2015. Makassar.
Anonim 3. 2014. Menilik Potensi Pertanian di Kawasan Pesisir. http://careernews.web.id/event/view/2541-menilik-potensi-pertanian-di-kawasan-pesisir dikses pada tanggal 19 Februari 2015. Makassar.
BBPP Lembang. 2012. Pertanian Organik vs Hidroponik. http://bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/550-pertanian-organik-vs-hidroponik diakses pada tanggal 19 Februari 2015. Makassar.
BPS Kabupaten Selayar. 2014. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Selayar 2013. Katalog BPS : 4102004.7301.
BPS Kabupaten Selayar. 2014. Statistik Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar 2014. Katalog BPS: 1101002.7301
Fitriyani, Dewi. 2013. Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Nelayan Di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka. Universitas Pendidikan Indonesia : repository.upi.edu.
Kristijono, Agus. 2010. Pemanfaatan Gambut Sebagai Media Tumbuh Bituman (Biji Tumbuh Mandiri) Dalam Rangka Mendukung Kegiatan Rehabilitasi Lahan Kritis. Laporan Akhir Program Insentif Riset Perekayasa Dikti. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Kusnadi.2006. Konflik Sosial Nelayan, Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Alam.Yogyakarta:LKiS.
Kusumastanto, Tridoyo dan Yudi Wahyudin. 2012. Pembinaan Nelayan Sebagai Ujung Tombak Pembangunan Perikanan Nasional. Manuskrip pada Majalah Ilmiah Wawasan Tridharma. http://ssrn.com/abstract=2167875 diakses pada tanggal 19 Februari 2015. Makassar
Pemkab Selayar. 2012. Buku Putih Kabupaten Selayar. Selayar: Pokja Sanitasi Kabupaten Kepulauan Selayar
Pemkab Selayar. 2006. Laporan Akhir Pemantauan Kondisi Sosial Ekonomi. Makassar: CV. Nature Bestari.
Satria, A. 2004. Karakteristik Sistem Sosial Masyarakat Pesisir, Kendari.
Syarief, Efrizal. 2001. Pembangunan Kelautan Dalam Konteks Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Majalah PP Edisi 25.
http://media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090034_2_7398.pdf
http://mfile.narotama.ac.id/files/Umum/JURNAL%20IPB/Optimasi%20Pengelolaan%20dan%20Pengembangan%20Budidaya%20Ikan%20Kerapu%20Macan%20pada%20Kelompok%20Sea%20Farming%20di%20Pulau%20Panggang,%20Kabupaten%20Administratif%20Kepulauan.pdf