hayu's doc.

download hayu's doc.

of 23

Transcript of hayu's doc.

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    1/23

    Industri Penyamakan Kulit dan dampaknya terhadap lingkungan

    Posted on Agustus 18, 2008 by zaenabku

    PENDAHULUAN.

    A.

    Latar Belakang.

    Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah menjadi

    kulit jadi. Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang didorong

    perkembangannya sebagai penghasil devisa non migas. Potensi penyamakan kulit di

    Indonesia pada tahun 1994 terdiri dari 586 jumlah perusahaan ang terdiri dari industri

    kecil sebesar 489 unit dan industri menengah sebesar 8 unit, dengan kapasitas produksi

    sebesar 70,994 ton ( Dirjen industri aneka 1995).

    Pada Pelita VI Industri kulit dan produk kulit mempunyai investasi sebesar 3,746milyar rupiah dengan penyerapan tenaga kerja 51,399 orang dengan jumlah Produksi

    19,122 milyar rupiah dengan nilai ekspor US 7,354 juta.

    Industri Penyamakan kulit sebagai salah satu Industri yang proses limbah yang

    masih sering dipermasalahkan, dan mempunyai konsekwen untuk dapat mencemari

    lingkungan yang ada disekitarnya baik melalui air, tanah dan udara. Salah satu contoh

    kasus terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah Industri Kulit

    yang ada di Garut.

    Limbah industri penyamakan kulit di Sungkareng, Kabupaten Garut, Jawa Barat

    mencemari lingkungan sejak tahun 1920.PemKab Kabupaten Garut terus berupaya

    menekan sekecil mungkin tingkat pencemaran limbah itu, terutama pencemaran di

    Sungai Cigulampeng dan Sungai Ciwalen, yang dapt menyebabkan rasa gatal pada kulit

    manusia, disamping itu limbah yang dihasilkan menimbulkan bau yang kurang sedap dan

    sangat menyengat hidung. ( http://www.suarapembaharuan.com.News2004/05/26) .

    Kasus pencemaran juga terjadi di Sungai Siak Pekanbaru, dimana terlihat dari

    tingkat Biologial Oxigen Demand (BOD) maupun Chemical Oxigen Demandnya (COD)

    yang amat tinggi. Bila di konversi dalam hitungan pertahun tingakat BOD-nya mencapai

    8.021 ton . Parameter BOD adalah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk

    membusukkan partikel- partikel organik yang ada di sungai bersangkutan. Adapun

    tingkat COD bila di konversi mencapai 18.291 ton pertahun. Pada saat yang sama sungai

    http://keslingmks.wordpress.com/2008/08/18/industri-penyamakan-kulit-dan-dampaknya-terhadap-lingkungan/http://www.suarapembaharuan.com.news2004/05/26http://www.suarapembaharuan.com.news2004/05/26http://keslingmks.wordpress.com/2008/08/18/industri-penyamakan-kulit-dan-dampaknya-terhadap-lingkungan/
  • 8/3/2019 hayu's doc.

    2/23

    yang memiliki rata- rata kedalaman 29 meter tersebut dibebani oleh limbah lemak yang

    mencapai 56 ton setiap tahunnya.. Parameter COD adalah kebutuhan oksigen yang

    diperlukan untuk mengoksidasi partikel- partikel non- organik.

    Akibar buangan limbah industri yang mencemari Sungai Siak, tercatat 103 jenis

    ikan terancam kelestariannya karena spesies- spesies ikan tersebut sangat sensitif

    terhadap pencemaran limbah, terutama limbah kimia.

    Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 tentang pengendalian Pencemaran Lingkungan,

    menjelaskan bahwa tidak diperkenangkan membuang limbah cair kedalam tanah kecuali

    mendapat izin dari mentri terkait dan berdasarkan hasil penelitian. Olehnya itu

    diharapkan bahwa setiap kegiatan industri yang mengeluarkan limbah harus dilengkapi

    dengan instalasi pengolahan air limbah, dengan harapan untuk menekan dampak yang

    terjadi, sehingga kelestarian lingkungan dapat teratasi.

    A. Tujuan.1. Untuk mengetahui sumber dan karateristik limbah cair industri penyamakan kulit.

    2. Untuk mengetahui proses pengolahan limbeh cair pada Industri Penyamatan kulit.

    3. Untuk mengetahui dampak kesehatan yang ditimbulkan dari industri penyamakan kulit

    terhadap kesehatan manusia.

    4. Untuk mengetahui tekhnik pengendalian pencemaran industri kulit.BAB II

    TINAJUAN PUSTAKA.

    A. Proses Produksi Industri Penyamakan kulit.Industri penyamatan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah (hides atau

    skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan

    penyamak. Pada proses penyamakan, semua bagian kulit mentah yang bukan colagen saja

    yang dapat mengadakan reaksi dengan zat penyamak. Kulit jadi sangat berbeda dengan

    kulit mentah dalam sifat organoleptis, fisis, maupun kimiawi.

    Dalam Industri penyamatan kulit, ada tiga pokok tahapan penyamatan kulit,yaitu:

    1. Proses Pengerjaan basah. (beam house).

    2. Proses Penyamakan (tanning).

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    3/23

    3. Penyelesaian akhir (Finishing).

    Masing- masing tahapan ini terdiri dari beberapa macam proses, setiap proses

    memerlukan tambahan bahan kimia dan pada umumnya memerlukan banyak air,

    tergantung jenis kulit mentah yang dignakan serta jenis kulit jadi yang dikehendaki.

    Secara prinsip, ditinjau dari bahan penyamak yang digunakan, maka ada beberapa

    macam penyamakan yaitu:

    a. Penyamakan Nabati.

    Penyamakan dengan bahan penyamakan nabati yang berasal dari tumbuhan yang

    mengandung bahan penyamak misalnya kulit akasia, sagawe , tengguli, mahoni, dan

    kayu quebracho, eiken, gambir, the, buah pinang, manggis, dll. Kulit jadi yang

    dihasilkan misalnya kulit tas koper, kulit sol, kulit pelana kuda, kulit ban mesin, kulit

    sabuk dll.

    b. Penyamakan mineral.

    Penyamak dengan bahan penyamak mineral , misalnya bahan penyamak krom. Kulit

    yang dihasilkan misalnya kulit boks, kulit jaket, kulit glase, kulit suede, dll.

    Disamping itu ada pula bahan penyamak aluminium yang biasanya untuk

    menghasilkan kulit berwarna putih ( misalnya kulit shuttle cock).

    c. Penyamakan minyak.

    Penyamak dengan bahan penyamak yang berasal dari minyak ikan hiu atau ikan lain,

    biasanya disebut minyak kasar. Kulit yang dihasilkan misalnya: kulit berbulu

    tersamak, kulit chamois ( kulit untuk lap kaca) dll.

    Dalam prakteknya untuk mendapatkan sifat fisis tertentu yang lebih baik, misalnya

    tahan gosok, tahan terhadap keringat dan basah, tahan bengkuk, dll, biasanya

    dilakukan dengan cara kombinasi.

    Ada kalanya suatu pabrik penyamkan kulit hanya melaksanakan proses basah

    saja, proses penyamakan saja, proses penyelesaian akhir atau melakukan 2 tahapan atau

    ketiga- tiganya sekaligus.

    Secara garis besar bagab tahapan proses industri penyamakan kulit sbb:

    1. TAHAPAN PROSES PENGERJAAN BASAH. ( BEAM HOUSE).

    Urutan proses pada tahap proses basah beserta bahan kimia yang ditambahkan

    dan limbah yang dikeluarkan dapat dilihat pada bagan 2 berikut ini.

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    4/23

    a. Perendaman ( Soaking).

    Maksud perendaman ini adalah untuk mengembalikan sifat- sifat kulit mentah

    menjadi seperti semula, lemas, lunak dan sebagainya. Kulit mentah kering setelah

    ditimbang, kemudian direndam dalam 800- 1000 % air yang mengandung 1 gram/

    liter obat pembasah dan antiseptic, misalnya tepol, molescal, cysmolan dan

    sebagainya selama 1- 2 hari. Kulit dikerok pada bagian dalam kemudian diputar

    dengan drum tanpa air selama 1/ 5 jam, agar serat kulit menjadi longgar sehingga

    mudah dimasuki air dan kulit lekas menjadi basah kembali. Pekerjaan perendaman

    diangap cukup apabila kulit menjadi lemas, lunak, tidak memberikan perlawanan

    dalam pegangan atau bila berat kulit telah menjadi 220- 250% dari berat kulit mentah

    kering, yang berarti kadar airnya mendekati kulit segar (60-65 %). Pada proses

    perendaman ini, penyebab pencemarannya ialah sisa desinfektan dan kotoran- kotoran

    yang berasal dari kulit.

    b. Pengapuran ( Liming).

    Maksud proses pengapuran ialah untuk.

    1) Menghilangkan epidermis dan bulu.

    2) Menghilangkan kelenjar keringat dan kelenjar lemak.

    3) Menghilangkan semua zat-zat yang bukan collagen yang aktif menghadapi zat-zat

    penyamak.

    Cara mengerjakan pengapuran, kulit direndam dalam larutan yang terdiri dari 300-

    400 % air (semua dihitung dari berat kulit setelah direndam), 6-10 % Kapur Tohor Ca

    (OH)2, 3-6 % Natrium Sulphida (Na2S). Perendaman ini memakan waktu 2-3 hari.

    Dalam proses pengapuran ini mengakibatkan pencemaran yaitu sisa- sisa Ca

    (OH)2, Na2S, zat-zat kulit yang larut, dan bulu yang terepas.

    c. Pembelahan ( Splitting).

    Untuk pembuatan kulit atasan dari kulit mentah yang tebal (kerbau-sapi) kulit

    harus ditipiskan menurut tebal yang dikehendaki dengan jalan membelah kulit

    tersebut menjadi beberapa lembaran dan dikerjakan dengan mesin belah ( Splinting

    Machine). Belahan kulit yang teratas disebut bagian rajah (nerf), digunakan untuk

    kulit atasan yang terbaik. Belahan kulit dibawahnya disebut split, yang dapat pula

    digunakan sebagai kulit atasan, dengan diberi nerf palsu secara dicetak dengan mesin

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    5/23

    press (Emboshing machine), pada tahap penyelesaian akhir. Selain itu kulit split juga

    dapat digunakan untuk kulit sol dalam, krupuk kulit, lem kayu dll. Untuk pembuatan

    kulit sol, tidak dikerjakan proses pembelahan karena diperlukan seluruh tebal kulit.

    d. Pembuangan Kapur ( Deliming).

    Oleh karena semua proses penyamakan dapat dikatakan berlangsung dalam

    lingkungan asam maka kapur didalam kulit harus dibersihkan sama sekali. Kapur

    yang masih ketinggalan akan mengganggu proses- proses penyamakan. Misalnya :

    1) Untuk kulit yang disamak nabati, kapur akan bereaksi dengan zat penyamak

    menjadi Kalsium Tannat yang berwarna gelap dan keras mengakibatkan kulit

    mudah pecah.

    2) Untuk kulit yang akan disamak krom, bahkan kemungkinan akan menimbulkan

    pengendapan Krom Hidroksida yang sangat merugikan.

    Pembuangan kapur akan mempergunakan asam atau garam asm, misalnya

    H2SO4, HCOOH, (NH4)2SO4, Dekaltal dll.

    e. Pengikisan Protein ( Bating).

    Proses ini menggunakan enzim protese untuk melanjutkan pembuangan semua

    zat- zat bukan collagen yang belum terhilangkan dalam proses pengapuran antara

    lain:

    1) Sisa- sisa akar bulu dan pigment.

    2) Sisa- sisa lemak yang tak tersabunkan.

    3) Sedikit atau banyak zat- zat kulit yang tidak diperlukan artinya untuk kulit atasan

    yang lebih lemas membutuhkan waktu proses bating yang lebih lama.

    4) Sisa kapur yang masih ketingglan.

    f. Pengasaman (Pickling).

    Proses ini dikerjakan untuk kulit samak dan krom atau kulit samak sintetis dan

    tidak dikerjakan untuk kulit samak nabati atau kulit samak minyak. Maksud proses

    pengasaman untuk mengasamkan kulit pada pH 3- 3,5 tetapi kulit kulit dalam

    keadaan tidak bengkak, agar kulit dapat menyesuaikan dengan pH bahan penyamak

    yang akan dipakai nanti.

    Selain itu pengasaman juga berguna untuk:

    1) Menghilangkan sisa kapur yang masih tertinggal.

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    6/23

    2) Menghilangkan noda- noda besi yang diakibatkan oleh Na2gS, dalam pengapuran

    agar kulit menjadi putih bersih.

    2. TAHAPAN PROSES PENYAMAKAN ( TANNING).

    Proses penyamakan dimulai dari kulit pikel untuk kulit yang akan disamakkrom

    dan sintan, sedangkan untuk kulit yang akan disamak nabati dan disamak minyak tidak

    melalui proses pickling ( pengasaman).

    Bagan proses penyamakan dapat dilihat sbb:

    Fungsi masing-masing proses sbb:

    a. Penyamakan.

    Pada tahap penyamakan ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yakni:

    1) Cara Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Nabati.

    a). Cara Counter Current

    Kulit direndam dalam bak penyamakan yang berisis larutan ekstrak

    nabati + 0,50. Be selama 2 hari, kemudian kepekatan cairan penyamakan

    dinaikkan secara bertahap sampai kulit menjadi masak yaitu 3- 40Be untuk

    kulit yang tipis seperti kulit lapis, kulit tas, kuli pakaian kuda, dll sedang

    untuk kulit- kulit yang tebal seperti kulit sol, ban mesin dll a pada kepekatan

    6-80

    be. Untuk kulit sol yang keras dan baik biasanya setelah kulit tersanak

    masak dengan larutan ekstrak, penyamakan masih dilanjutkan lagi dengan

    cara kulit ditanam dalam babakan dan diberi larutan ekstrak pekat selama 2-5

    minggu.

    b). Sistem samak cepat.

    Didahului dengan penyamakan awal menggunakan 200% air, 3% ekstrak

    mimosa (Sintan) putar dalam drum selam 4 jam. Putar terus tambahkan zat

    peyamak hingga masak diamkan 1 malam dalam drum.

    2). Cara Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Mineral.

    a). Menggunakan bahan penyamak krom

    Zat penyamak krom yang biasa digunakan adalah bentuk kromium

    sulphat basa. Basisitas dari garam krom dalam larutan menunjukkan berapa

    banyak total velensi kroom diikat oleh hidriksil sangat penting dalam

    penyamakan kulit. Pada basisitas total antara 0-33,33%, molekul krom

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    7/23

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    8/23

    b. PENGETAMAN (Shaving).

    Kulit yang telah masak ditumpuk selama 1-2 hari kemudian diperah

    dengan mesin atau tangan untuk menghilangkan sebagian besar airnya, lalu

    diketam dengan mesin ketam pada bagian daging guna mengatur tebal kulit agar

    rata. Kulit ditimbang guna menentukan jumlah khemikalia yang akan diperlukan

    untuk proses- proses selanjutnya, selanutnya dicuci dengan air mengalir jam.

    c. PEMUCATAN ( Bleaching).

    Hanya dikerjakan untuk kulit samak nabati dan biasanya digunakan asam-

    asam organik dengan tujuan:

    1) Menghilangkan lek- flek bsi dari mesin ketam.

    2) Menurunkan pH kulit yang berarti memudahkan warna klit.

    Cara mengerjakan proses pemucatan, kulit diputar dengan 150-2005 air

    hangat (36- 400C ). 0,5-1,0 % asam oksalat selama - 1 jam.

    d. PENETRALAN ( Neutralizing).

    Hanya dikerjakan untuk kulit samak krom. Kulit samak krom

    dilingkungannya sangat asam ( pH 3-4) maka kulit perlu dinetralkan kembali agar

    tidak mengganggu dalam proses selanjutnya. Penetralan biasanya

    mempergunakan garam alkali misalnya NaHCO3, Neutrigan dll.

    Cara melakukan penetralan, kulit diputar dengan 200% air hangat 40-

    600C. 1-2 % NaHCO3 atau Neutrigan. Putar selama - 1 jam.Penetralan dianggap

    cukup bila - penampang kulit bagian tengah berwarna kunung terhadap

    Bromo Cresol Green (BCG) indikator, sedangkan kulit bagian tepi berwarna biru.

    Kulit kemudian dicuci kembali.

    e. PENGECETAN DASAR ( Dyeing).

    Tujuan pengecetan dasar ialah untuk memnberikan warna dasar pada kulit

    agar pemakaian cat tutup nantinya tidak terlalu tebal sehingga cat tidak mudah

    pecah.

    Cat dasar yang dipakai untuk kulit ada 3 macam:

    1). Cat direct, untuk kulit samak krom.

    2). Cat asam, untuk kulit samak krom dan nabati.

    3). Cat basa, untuk kulit samak nabati.

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    9/23

    f. PEMINYAKAN (Fat liguoring).

    Tujuan proses peminyakan pada kulit antara lain sebagai berikut:

    1). Untuk pelumas serat- serat kulit ag kulit menjadi tahan tarik dan tahan

    getar.

    2). Menjaga serat kulit agar tidak lengket satu dengan yang lainnya.

    3). Membuat kulit tahan air.

    Cara mengerjakan peminyakan, kulit setelah dicat dasar, diputar selama

    1jam dengan 150 %- 200% air 40- 600C, 4-15% emulsi minyak. Ditambahkan

    0,2- 0,5 % asam formiat untuk memecahkan emulsi minyak. Minyak akan

    tertinggal dalam kulit dan airnya dibuang. Kulit ditumpuk pada kuda- kuda

    selama 1 malam.

    g. PELUMASAN ( Oiling).

    Pelumasan hanya dikerjakan untuk kulit sol samak nabati. Tujuan

    pelumasan ialah untuk menjaga agar bahan penyamak tidak keluar kepermukaan

    kulit sebelum kulit menjadi kering, yang berakibat kulit menjadi gelap warnanya

    dan mudah pecah nerfnya bila ditekuk..

    Cara pelumasan, kulit sol sebagian airnya diperah kemudian kulit diulas

    dengan campuran:

    1). 1 bagian minyak parafine.

    2). 1 bagian minyak sulfonir.

    3). 3 bagian air.

    Kulit diulas tipis tetapi rata kedua permukaannya, kemudian dikeringkan.

    h. PENGERINGAN.

    Kulit yang diperah airnya dengan mesin atau tangan kemudian

    dikeringkan. Proses ini bertujuan untuk menghentikan semua reaksi kimia

    didalam kulit. Kadar air pada kulit menjadi 3-14%.

    i. KELEMBABAN.

    Kulit setelah dikeringkan dibiarkan 1-3 hari pada udara biasa agar kulit

    menyesuaikan dengan kelembaban udara sekitarnya. Kulit kemudian

    dilembabkan dengan ditanam dalam serbuk kayu yang mengandung air 50- 55

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    10/23

    % selama 1 malam, Kulit akan mengambil air dan menjadi basah dengan

    merata. Kulit kemudian dikeluarkan dan dibersihkan serbuknya.

    j. PEREGANGAN DAN PEMENTANGAN.

    Kulit diregang dengan tangan atau mesin regang. Tujuan peregangan ini

    ialah untuk menarik kulit sampai mendekati batas kemulurannya, agar jika

    dibuat barang kerajinan tidak terlalu mulur, tidak merubah bentuk ukuran.

    Setelah diregang sampai lemas kulit kemudian dipentang dan setelah kering

    kulit dilepas dari pentangnya, digunting dibagian tepinya sampai lubang-lubang

    dan keriput- keriputnya hilang.

    3. TAHAPAN PENYELESAIAN AKHIR ( FINISHING).

    Penyelesaian akhir bertujuan untuk memperindah penampilan kulit jadinya,

    memperkuat warna dasar kulit, mengkilapkan, menghaluskan penampakan rajah

    kulit serta menutup cacat-cacat atau warna cat dasar yang tidak rata.

    BAB III

    PEMBAHASAN.

    A. SUMBER DAN KARAKTERISTIK LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT.

    1. Sumber dan Karakteristik Limbah cair.

    Menurut David Winter 1984, penggunaan air untuk proses penyamakan kulit dari

    tahun ke tahun ada kecenderungan semakin menurun. Dijelaskan pada tahun 1962 pemakaian

    air 103 l/ kg tahun 1975 sebanyak 71 l/kg tahun 1977 turun menjadi 40 l/kg kulit yang

    diproses. David Winter 1984 dan Clonvero 1987 cenderung memilih penggunaan air untuk

    proses ini sebanyak 45 l/kg kulit yang diproses.

    Di Indonesia sampai saat ini belum ada penelitian khusus tentang penggunaan air

    untuk tiap 25 kg kulit namun berdasarkan pengamatan pemakaian air berukuran antara 30-70

    l/kg kulit mentah.

    Tabel I

    Kisaran Pemakaian Air pada Proses Penyamakan Kulit.

    Macam Proses Pemakaian air l/kg kulit mentah

    Kulit besar (hide) samak krom.

    Kulit besar (hide) samak nabati.

    Kulitkecil (skin)

    30- 50

    20- 40

    30- 60

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    11/23

    Kulit kecil (skin) berbulu tersamak 50- 100

    Sumber data: Clanfero 1993

    Dilihat dari asal bahan pencemar, maka sumber dan sifat air limbah industri penyamakan

    kulit dapat dibedakan pertahapan proses sbb:

    a. Perendaman ( Soaking).Air limbah soaking mengandung sisa daging, darah, bulu, garam, mineral, debu,

    dan kotoran lain atau bahkan bakteri antrax. Pada proses perendaman air limbah cairnya

    berbau busuk, kotor, dengan kandungan suspended solid 0,05- 0,1 %. Menurut ESCAP

    1982, volume limbah soaking berkisar antara 2,5- 4 l/kg kulit, pH 7,5- 8. Total Solid

    8.000- 28.000 mg/l. Suspended Solid 2.500- 4.00 mg/l.

    Selain itu UNEP 1991 menambahkan bahwa air limbah soaking juga mengandung garam

    dan bahan organic lain yang akan mempengaruhi BOD,COD,SS.

    a. Buang bulu dan pengapuran ( Unhairing dan liming).Air pada proses ini berwarna putih kehijauan dan kotor, berbau menyengat, pH air

    limbah pada proses ini berkisar antara 9-10, mengandung kalsium , natrium, sulfide,

    albunin, bulu sisa daging, dan lemak. Suspended solid 36%. Menurut CTTE 1979,

    ESCAP 1982, bahwa air limbah pada proses unhairing mengandung total solid 16.000-45.000 mg/l, suspended solid 4.500-6.500 mg/l. BOD 1.100-2.500 mg/l, pH berkisar 10-

    12.5. Dampak yang ditimbulkan akibat buangan dalam proses tersebut adalah bahwa air

    limbah berpengaruh tehadap air, tanah, dan udara. Pengaruh terhadap air terutama pada

    BOD, COD,SS, alkalinitas, sulphida, N-Organik, N- ammonia. Adanya gs H2S pada

    pencemaran ini menyebabkan terjadinya pencemaran udara.

    a. Air limbah buanagan kapur ( Deliming).Air limbah pada proses deliming mempunyai beban polutan yang lebih kecil

    dibanding dengan unhairing dan liming. Menurut CTTE 1979,ESCAP 1982, air limbah

    pada proses tersebut mempunyai pH 3-9, total solid 1.200- 12.000 mg/l, suspended solid

    200- 1.200 mg/l dan BOD 1.000- 2.000 mg/l. UNEP menambahkan bahwa air limbah

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    12/23

    tersebut akan menyebabkan pencemaran air berupa BOD,COD, DS, dan N- ammonia.

    Kemudian adanya ammonia akan menimbulkan pencemaran udara.

    a. Air limbah pengikisan Protein (Degreasing).Pada proses ini air limbah yang dihasilkan pencemaran air yang ditunjukkan

    dengan tingginya nilai COD,BOD,DS dan lemak. (UNEP 1991).

    a. Air limbah Pikel ( Pickling) dan Krom ( Tanning).Air limbah dari proses ini akan mengandung bahan protein, sisa garam, sejumlah

    kecil mineral dan crome velensi 3 yang apabila tercampur dengan alkali akan terbentuk

    chrome hidroksida, pH berkisar antara 3,5-4, suspendid solid 0,01-0,02 % ( Koziowroski

    dan Kucharski 1972). Sedangkan CTTE 1979, ESCAP 1982, membedakan antara air

    limbah partikel dengan penyamakan chorome sbb:

    1). Air limbah pikel volume 2-3 l/kg kulit, pH 2,9-4, total solid 1.6000- 45.000 mg/l,

    suspended solid 16.000- 45.000 mg/l, dan BOD 800- 2.2000 mg/l.

    2). Air lmbah samak chrome, volume 4-5 l/kg, pH 2,6-3,2, total solid 2.400- 12.000 mg/l,

    suspended solid 300-1.000 mg/ l dan BOD 800- 1.200 mg/l.

    3). Selain yang tersebut diatas UNEP menambahkan bahwa air limbah pikel dan krom

    akan menimbulkan pencemaran air berupa BOD, COD, SS, DS,, asam garam krom,dan sisa samak nabati.

    a. Air limbah Gabungan Termasuk Pencucian.Pada buangan air limbah gabungan ini ESCAP menjelaskan untuk volume air 30-

    35 l/kg, pH berkisar antara 7.5-10, total solid 10- 25 mg/l, suspended solid 1.250- 6.000

    mg/l dan BOD 2.000- 3.000 mg/l.

    Untuk lebih jelasnya beban pencemaran air limbah penyamatan kulit dari

    beberapa tahapan proses dapat dilihat pada table berikut ini.

    Tabel 2

    Beban Pencemaran air limbah penyamakan kulit dari beberapa tahapan

    proses.

    Parameter. COD BOD S CR N.NH3 Lemak TSS pH

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    13/23

    Jenis air

    Limbah

    (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)

    Soaking

    Pengapuran

    Buang bulu

    Pikel

    Samak Krom

    40.576,48

    10.964.64

    18.555.36

    7.454,9

    17.000

    3.500

    5.800

    2.400

    991.1.

    448

    86.75

    147.2

    0

    0

    0

    6.254

    207.68

    16.35

    57.68

    217.28

    944

    632

    12.547

    10.120

    31.204

    4.154

    27.085

    17.084

    12

    12

    5

    4

    Sunaryo,dkk 1993.

    2. Sumber dan Karateristik Limbah Padat.

    Didalam proses penyamakan disamping limbah cairjuga menghasilkan limbah padat

    sebagai hasil samping. Dikatakan hasil samping karena dimanfaatkan untuk berbagai

    keperluan, misalnyasebagai bahan makanan,obat-obatan, kosmetik, pupuk, kerajinan, dan

    bahan bangunan lainnya. Bahan padat yang dimaksud antara lainbulu, sisa trimming,fleshing,

    sisa split,shaving, buffing, dan Lumpur.

    B. PROSES PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT.

    Limbah cair industri penyamakan kulit nampak paling menonjol dibandingkan limbah

    padat maupun gasnya karena volumenya yang cukup banyak yaitu 30-70 l / kg bahan baku yang

    diolah dari awal. Disamping volume yang banyak, zat- zat pencemaran yang terkandung dapat

    menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan dampak yang paling cepat berpengaruhadalah berbau busuk dan kadang- kadang secara visual nampak berbuih banyak. Secara umum

    air limbah penyamakan kulit mengandung bagian- bagian dari kulit seperti bulu, sisa daging,

    potongan kulit dan bahan kimia sisa dari yang ditambahkan dalam proses penyamakan kulit.

    Seperti yang terjadi pada pada kasus pencemaran Limbah Industri Kulit Sungkareng ,

    Kabupaten Garut Jawa Barat., yang mencemari lingkungan sejak tahun 1920.Selain tantangan

    untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan membuka pasar, ada satu hal lagi yang juga menjadi

    tantangan sejak tiga dekade terakhir yaitu, limbah. Persoalan limbah sering kali menjadi isu

    penting. Sejak digunakannya bahan kimia untuk penyamakan kulit, pada saat itu pula persoalan

    limbah muncul. Bahan chroom yang digunakan untuk menyamak kulit ternyata sangat berbahaya

    bagi kesehatan, terutama sekali pada kulit manusia. Dampak dari limbah Sukaregang sangat

    dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir sungai Ciwalen, yang notabene bukan kalangan

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    14/23

    penggiat bisnis kulit. Protes pun mulai bermunculan karena banyaknya warga di daerah hilir

    yang mengalami gangguan kesehatan kulit.

    Untuk mengantisipasi peningkatan jumlah limbah yang dibuang ke sungai, pada awal

    1980-an, saat Garut dipimpin oleh Bupati Taufik Hidayat, ada rencana untuk merelokasi sentra

    industri kulit Sukaregang, namun tidak terealisasi. Oleh penerusnya, Bupati Toharudin Gani

    rencana tersebut kembali dicoba diwujudkan namun tak juga berhasil.

    Karena berbagai hambatan itu, akhirnya yang dapat dilaksanakan adalah revitalisasi.

    Artinya, lokasi Sukaregang akan ditata sedemikian rupa, termasuk ditetapkannya zona-zona

    industri serta pembatasan jumlah industri dengan dilengkapi instalasi pengelolaan air limbah

    (IPAL). Untuk revitalisasi ini pemerintah pusat memberi bantuan untuk membangun dua buah

    instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) pada 1992 agar air dari Sukaregang dapat kembali bersih

    saat dialirkan ke sungai. IPAL tersebut baru dapat beroperasi pada 1994, namun persoalan

    limbah tidak selesai karena jumlah IPAL yang ada tidak sesuai dengan jumlah limbah yang

    dihasilkan industri kulit Sukaregang. Kesadaran masyarakat pengusaha akan persoalan limbah

    ini juga kurang mendukung. Hingga kini hanya beberapa yang mau membangun IPAL sendiri.

    Padahal, untuk menangani masalah limbah idealnya setiap perusahaan memiliki satu mesin

    recovery sendiri. (http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0104/13/0806.htm) .

    Untuk lebih jelasnya instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Penyamakan kulit dapat dilaihat

    pada gambar dibawah ini.

    INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRIPENYAMAKAN KULIT

    -

    Secara garis besar proses pengolahan limbah cair penyamakan kulit adalah sbb:

    http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0104/13/0806.htmhttp://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0104/13/0806.htm
  • 8/3/2019 hayu's doc.

    15/23

    Dalam proses produksi Industri penyamakan kulit ada beberapa tahapan proses pengolahan

    yaitu:

    1. Pemisahan Padatan Kasar.

    2. Segresi.

    3. Ekualisasi.

    4. Koagulasi.

    5. Proses pengolahan limbah cair.

    Agar supaya setiap tahapan pengolahan dapat berlangsung secara efektif maka sebaiknya aliran

    yang khas dan pekat dipisahkan untuk melewati tahap pengolahan terlebih dahulu, yaitu

    penghilangan sulfida, penghilangan krom kemudian dijadikan satu dalam bak ekualisasi, aliran

    limbah ( efluent) dengan kandungan maupun aliran keluar untuk tahahp primer.

    Dari bak ekualisasi air limbah tersebut diatur pH kemudian ditambahkan larutan penggumpal dan

    pengendap yang selanjutnya endapan dapat dilakukan penanganan lumpur ( primer).

    Penanganan lumpur harus hati- hati agar tidak terlarut pada proses selanjutnya.

    1. Pemisahan Padatan Kasar.

    Sebelum diolah air limbah perlu disaring terlebih dahulu untuk menghilangkan

    padatan kasar yang dapat menutup pipa, pompa-pompa dan saluran- saluran. Pada proses

    ini lebih dari 30% padatan tersuspensi total dalam cairan air limbah dapat dihilangkan

    dengan saringan.

    2. Segresi.

    Pada tahap ini dilakukan pemisahan cairan-cairan limbah yang mempunyai sifat

    khas dan memerlukan perlakuan tertentu untuk menangani zat pencemar agar nanti setelah

    dicampur dengan cairan limbah yang lain tidak menimbulkan kontradiksi yang merugikan.

    Adapun cairan- cairan limbah dari proses penyamakan kulit yang perlu dipisahkan adalah:

    a. Cairan limbah pengapuran (buang bulu).Cairan limbah ini banyak mengandung Sulfida dari Na2S atau NaHS sisa dari

    proses buang bulu sebagai agensia perontok bulu/ rambut. Sebelum proses pengolahan

    segresi air limbah pada proses buang bulu berwarna putih kehijauan dan kotor, dengan

    konsntrasi pH 10-12,5 dengan total solid 16.000- 45.000 mg/l. Namun setelah proses

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    16/23

    pengolahan dapat menetralisir asam, serta kandungan slfida yang terkandung didalamnya

    dapat teratasi. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara:

    1) Oksidasi Katalitik Sulfida, yaitu dengan aerasi dan pemberian mangan sebagai

    katalisator. Seharusnya hal ini dilakukan setiap hari untuk menghindari bau busuk

    (H2S) dari air limbah tampungan. Aerasi dapat dilakukan pada tang ki yang

    memanjang keatas (tinggi) dan udara dihembuskan dari bagian dasar melalaui difusir

    atau dapat juga memakai aerator.

    2). Pengendapan Langsung.

    Fero sulfat dan feri klorida dapat digunakan untuk menghilangkan sulfida dari

    larutan denganpengendapan. Pengolahan ini akan menurunkan pH karena

    hidroksidanya mengendap.

    a. Cairan limbah Krom.Pengendapan krom relatif mudah dilakukan, pengendapan limbah krom dapat mempengaruhi

    biaya produksi/ pengolahan limbahnya. Pada pengolahan ini menghasilkan cairan

    supernatan yang hampir bebas krom dan juga dapat menurunkan BOD.

    3. Ekualisasi.

    Proses pengolahan pada bak ekualisasi bertujuan untuk penghilangan sulfida dan

    krom agar dapat menghemat air yang dapat mengencerkan limbah kapran dan cairan limbahkrom sebelum diolah lebih lanjut.

    Pada tahapan ini juga meningkatkan efisiensi pengolahan dan untuk menghindari

    rancangan baik yang diantisipasi untuk aliran puncak ( peak Flow) maka dilakukan sistem

    pengaturan laju aliran dan pencampuran seluruh air limbah.

    Praktek pencampuran ini meberi kesempatan terjadinya proses netralisasi dan

    pengendapan. Oleh karena itu sebaiknya air limbah dicampur dengan baik dan intensif,

    misalnya dengan mixer atau blower mengingat dalam bak ini padatan tersuspensinya dijaga

    jangan samapai mengendap dan kondisi air limbahnya harus aerobik, hal ini dapat dicapai

    dengan menghembuskan udara dari dasar bak melaluai beberapa difuser untuk memasok O2

    yang intensif. Tenaga yang diperlukana untuk mengaduk kira- kira 30 watt/m2 air limbah.

    Jika dilakukan injeksi udara pada bak sedalam 2-4 m, aliran udara optimalnya 3-4 m3/jam

    per m2 permukaan bak. Dalam bak ekualisasi dapat dilakukan pergantian garam- garam

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    17/23

    aluminium maka penghilangan Nitrogen melalui proses nitrifikasi/ denitrifikasi perlu

    dilakukan.Pada tahapan ini untuk meningkatkan efisiensi pengolahan dan untuk menghindari

    rancangan baik yang diantisipasi untuk aliran puncak ( peak Flow) maka dilakukan sistem

    pengaturan laju aliran dan pencampuran seluruh air limbah.

    4. Koagulasi.

    Pada tahapan ini dilakukan perlakuan fisiko kimiawi untuk menghilangkan BOD dan

    padatan. Dengan perlakuan fisiko kimiawi yang relatif mudah dan sederhana dapat

    menghilangkan > 95 % padatan tersuspensi dan BOD sekitar 70%. Untuk menghilangkan

    BOD sepenuhnya dapat dilakukan dalam pengolahan proses biologis selanjutnya.

    Perlakuan fisiko kimia terhadap air limbah penyamakan kulit terdiri dari perlakuan

    awal dengan pemberian penggumpal yang dilanjutkan dengan pemberian pengendap sampai

    dengan pemisahan lumpurannya untuk dibuang.

    Efesiensi penggumpalan dapat diperoleh dengan penambahan larutan pengendap yang

    berupa larutan polyelektrolit anionik rantai panjang dengan konsentrasi 1-10 mg/l.

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Skema pengolahan limbah cair dengan Proses

    Fisika Kimiawi.

    5. Pengolahan Limbah Cair dengan Proses Biologis.

    Dalam persyaratan baku mutu air limbah, maka perlu adanya pegolahan sekunder.

    Pilihan cara pengolahan sekunder untuk air limbah penyamakan kulit sbb:

    a. Filter biologis.Filter biologis dalam pengolahan limbah penyamakan kulit sering tidak

    dipertimbangkan.

    a. Lumpur aktif (kolam oksidasi).Pengolahan lumpur aktif pada prinsipnya adalah mempertemukan antara air

    limbah yang mengandung bahan pengencer organik dengan sejumlah besar bakteri aerob

    dan mokroorganisme lain yang terkandung dalam lumpur biologis (lumpur aktif).

    Pengolahan dengan lumpur aktif berbeban ringan sangat sesuai untuk air limbah

    penyamakan kulit. Cara ini dikenal deng oksidasi kolam PASVEER.

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    18/23

    a. Lumpur aktif konvensional.Jika dibandingkan dengan cara konvensional yang berbeban berat, maka waktu

    yang diperlukan adalah 2-4 hari dan beban organik yang ringan lebih mudah menahan

    variasi keadaan air limbah dan beban mendadak yang menjadi proses penyamakan kulit,dengan demikian lumpur yang dihasilkan berkurang. Kolam oksidasi PASVEER relatif

    lebih murah, dan pemeliharaannya mudah, juka dioprasikan sebagaimana mestinya dapat

    menghasilkan air limbah terolah dengan BOD , 20 mg/l.

    Pengolah dengan lumpur aktif konvensional ( bebn berat) dapat dipilih dengan

    cara pegolahan sekundernya jika lahan yang ada sangat tebatas. Oksidasi berlangsung

    terus menerus dalam bk aerasi karena itu kebutuhan aerasinya juga agak intensif ( sampai

    kra- kira 1 Kw/ kg BOD). Waktu tingga l yang diperlukan hanya 6-12 jam sudah cukup.

    a. Lagun (kolam) .Ada pendekatan lain bagi daerah pedesaan atau yang memiliki lahan luas, yaitu

    kolam dapat dibuat dengan biaya rendah dan perawatan pengolahan juga sangat mudah.

    Ada beberapa pilihannya :

    1) Kolam aerob

    Dapat mengurangi sampai > 85 % BOD dalam waktu 10 hari, namun biasanya

    kolam tersebut mengeluarkan pencemaran udara dan memungkinkan terbentuknya

    kembali sulfida bersamaan dengan terlepasnya gas H2S. Hal ini sesuai bila hanya

    untukpemanfaatan ruang/ ahan dan biaya kolam-kolam tersebut rendah, sedangkan

    yang diperlukan hanya membuat kedalaman 3 meter.

    2) Kolam Fakultatif.

    Dengan 2 lapisan (zone) pengolahan yaitu lapisan aerob (yang ada di atas,

    berhubungan dengan udara) dal lapisan anaerob (zone di bawahnya). Biasanya

    berukuran lebih besar dari an aerob dan kurang efektif.Kolam ini lebih mengandalkan

    kekuatn fotosintetik dengan demikian tergantung pada perubahan musim dan tidak

    dapat diperiksa/ dipantau dengan baik.

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    19/23

    3) Kolam Aerasi

    Kolam ini sudah banyak dioperasikan di banyak perusahaan dan

    membutuhkan tenaga 10 30 w/m3 yang biasanya digunakan adalah aerator

    permukaan mekanik.

    A. DAMPAK INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT TERHADAP KESEHATANMANUSIA.

    Didalam Industri Penyamakan kulit menggunakan bahan- bahan pembantu yang

    tersusun dari senyawa- senyawa kimia. Ada yang berwujud bubuk, kristal, maupun cair,

    semi liguid yang berbahaya terhadap kesehatan manusia. Bahan- bahan kimia tersebut

    akan kontak dengan pekerja Industri Penyamakan Kulit dengan berbagai macam cara,

    yaitu melalui kontak dengan kulit atau dengan cara penghirupan dalam bentuk gas atauuap..

    Bahan bahan yang bersifat korosif dapat menyebabkan kerusakan pada bagian

    tubuh yang terkena tumpahan ke kulit, mata atau juga bisa terminum, tertelan, maupun

    terhirup ke paru- paru.

    Dibawah ini akan dijelaskan akibat yang ditimbulkan apabila kontak dengan

    bahan- bahan yang bersifat korosif/ beracun.

    1. Natrium Sulfida (Na2S), berfungsi pada buangan bulu pada industri penyamakan kulit.

    Berupa kristal putih atau kekuningan. Bereaksi dengan karbon. Bersifat tidak stabil,

    sehingga dalam proses penyimpanannya harus dijaga agar terhindar dari pemanasan

    karena dapat meledak.

    2. Asam Sulfida (H2SO4), bersifat korosif dan bersifat racun terhadap jaringn kulit.

    Kontak dengan kulit menyebabkan terbakar, sehingga merusak jaringan. Penghisapan

    kabut/ uap asam sulfat dapat menyebabkan inflamasi pada tenggorokan bagian atas

    sehingga menyebabkan bronkitis, dan bila kontak dengan konsentrasi tinggi dapat

    menyebabkan kolaps.

    3. Asam Klorida (HCL), bahan ini merupakan bahan pengoksidasi yang sangat

    kuat.Berbahaya jika terkena panas. Pengaruhnya terhadap kesehatan manusia yang

    akan menghasilkan methemoglobin dalam darah serta akan merusak butir- butir darah

    merah pada akhirnya akan merusak buah ginjal juga otot- otot hati.

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    20/23

    4. Asam Format ( HCCOH), bahan mudah terbakar dapat menyebabkan iritasi pada kulit,

    mata, membran mukosa.

    5. Amonium Hidroksida (NH4OH), suatu bahan apbila dipanaskan akan mengeluarkan

    racun yang berbahaya bagi kesehata, uapnya bersifat racun.

    6. Natrium Hidroksida (NaOH), berbentuk padat atau larutan bersifat korosif pada kulit

    manusia apabila kontak terlalu lama, dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh

    manusia. Penghisapan pada hidung dapat menyebabkan iritasi pada membran

    mukosa.

    7. Senyawa Benzidin (NH2 C6 H4 NH2), apabila kontak dengan kulit dapat

    menyebabkan iritasi, dapat menyebabkan kerusakan pada darah (hemolisis), apabila

    terhisap menyebabkan mual, muntah-muntah dan pada akhirnya diikuti dengan

    kerusakan hati.

    8. Kalium Permanganat (KMNO4), sangat iritasif, debu KMNO4 sangat beracun, dapat

    terhisap melalui pori-pori, dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru, pernafasan

    pada bagian atas .

    9. Formalin (HCHO)., iritasi pada kulit mata membran mukosa apabila tertelan dapat

    menyebabkan muntah, diare, kolaps. Bersifat karsinogenik terhadap paru-paru.

    10. Arsen (AS), arsen bila tdapat terhisap melaluerhisap maka dapat menimbulkan

    menyebabkan muntah, mual dapat terhisap melalui maka dapat menimbulkan

    menyebabkan muntah, mual, diare. Kerusakan arsen menyebabkan kelainan sistem

    syaraf , kerusakan hati, gangguan sistem pembuluh darah, pigmentasi kulit serta dapat

    menyebabkan kanker.

    11. Naftol (C10HOH), apabila terhisap dapat menyebabkan mual, muntah, diare, bahkan

    anemia. Naftol dapat diserap oleh kulit.

    12. Phenol (C6H3OH), penyerapan larutan phenol pada kulit terjadi dengan cepat.

    Kontak dengan larutan phenol selama 30 menit sampai beberapa jam dapat

    menyebabkan kematian, untuk kontak dengan kulit seluas 64 inchi. Gejala yang

    timbul apabila seseorang keracunan phenol yaitu pusing, otot lemah, pandangan

    kabur, telinga berdengung, napas terengah-engah.

    13. Krom (Cr), yang bersifat asam sangat bersifat korosif pada kulit serta membran

    mukasid (selaput lendir). Kontak dengan Cr secara langsung dan terus menerus bagi

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    21/23

    kulit yang sensitif akan menyebabkan koreng (ulcer) selebar ujung pensil di sekitar

    kuku maupun punggung tangan.

    A. TEKHNIK PENGENDALIAN LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT.1. Penerapan Cleaner Production.

    Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat pereventif

    dan terpadu yang perlu dilaksanakan secara terus menerus pada proses produksi sehingga

    mengurangi risiko negative terhadap manusia dan lingkungan.

    Produksi bersih pada proses produksi berarti meningkatkan efisiensi dan

    efektifitas pengguanaan bahan baku, energi, dan sumber daya lainnya, serta mengganti

    atau mengurangi jumlah dan toksitas seluruh emisi dan limbah sebelum keluar dari

    proses. Pencegahan, pengurangan, dan penghilangan limbah atau bahan pencemaran pada

    sumbernya merupakan elemen utama di produksi bersih. Kegiatan yang merupakan

    produksi bersih adalah:

    a. Penghematan pemakaian air pencucian/ pembilasan.

    b. Penghematan penggunaan zat kimia misalnya penyamakan dengan menggunakan

    garam krom dengan kadar larutan cuku dengan 8% tidak perlu dipakai 12%.

    c. Modifikasi proses, seperti pada proses pengapuran menggunakan drum dengan jumlah

    bahan-bahan yang dipakai dapat dikurang ( air, kapur, sulfida) atau denganpemisahan cairan pada proses buang bulu dan pengpuran.

    d. Pemakaian tekhnologi dan peralatan yang tepat.

    1. Pemisahan Krom.Krom dapat dipisahkan dari cairan buangan dengan jalan penyaringan yang

    kemudian di daur ulang dengan cara sbb : Air buangan dari penyamakan kromdan air

    pencucian (sebanyak 2 x 100 % air) yang sudah bebas dari padatan diberi larutan

    magnesium hidroksida, dan diendapkan kira-kira 10 jam, yang kemudian cairan

    dipindahkan ke bak lain (dengan pipa penyedot, tetapi jangan sampai endapannya ikut

    tersedot). Cairan tersebut bila benar-benar bebas dari endapan akan mengandung krom

    kurang dari 2 ppm sehingga bias langsung dibuang atau dipakai untuk daur ulang.

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    22/23

    Endapan yang terjadi kemudian ditambah asam sulphat yang sesuai, endapan

    tersebut akan larut dalam waktu sekitar 15 menit dan akan memberikan suatu larutan

    krom sebesar 50 gram krom oksida/liter. Pada daur ulang proses selanjutnya masih

    membutuhkan penambahan krom kira-kira sejumlah 30 %.

    BAB IV

    PENUTUP.

    A.KESIMPULAN.

    1. Sumber dan karateristik limbah industri penyamakan kulit ditentukan oleh masing-

    masing tahapan dalam proses produksi, yang diawali dengan proses perendaman, buang

    bulu dan pengapuran, deliming, degresing, pickling dan tanning serta proses gabungan

    air limbah pencucian.

    2. Proses pengolahan limbah industri penyamakan kulit terdiri dari 5 tahapan yaitu

    pemisahan padatan kasar, segresi, ekualisasi, koagulasi, dan proses pengolahan limbah

    cair dengan proses biologis.

    3. Dampak industri penyamakan kulit terhadap Kesehatan disebabkan kontak dengan

    bahan- bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi.

    4. Teknik pengendalian industri penyamakan kulit dapat dilakukan dengan penerapan

    produksi bersih dan pemisahan krom.

    B. SARAN.

    1. Setiap industri yang menghasilkan limbah yang berbahaya baik terhadap kesehatan

    manusia maupun lingkungan, harus melakukan pengendalian dan pengolahan limbah

    sesuai dengan jenis dan karakteristik limbahnya.

    2. Perlu diberikan sanksi hukum dengan tegas bagi pihak industri yang melakukan

    pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    DAFTAR PUSTAKA.

    Anonim, 1996. Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Penyamakan Kulit,

    Bapedal, Jakarta.

    Anonim, 1999. Kurus Pengelolaan Kualitas Air. Proyek PCI, Jakarta.

    Jhony Wahyudi, 1996. Dampak Industri Penyamakan Kulit. Jakarta.

  • 8/3/2019 hayu's doc.

    23/23

    Anonim. Industri Pengolahan Air Limbah Industri Penyamakan Kulit.

    http:wwwkimpraswil.go.id/balitbang. Diakses 3 oktober 2005.

    Anonim. Limbah Industri Kulit Garut Cemari Lingkungan Sejak 1920.

    http:www.suarapembaharuan.com diakses 26 Oktober 2005.

    Anonim. Pengolahan dan Pemanfaatan Industri Penyamakan Kulit. http:www. Kompas.com

    cetak 0302/06., diakses 26 Oktober 2005.

    Anonim. Pemerintah Kota Pekanbaru Panggil Pengusaha Pencemaran Sungai

    Siak.http:///rds.yahoo.com/ylt=AjxOaAgN, diakses 4 November 2005.

    Udin Djabu, dkk. 1990. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja dan Air Limbah.

    Pusdiknakes, Jakarta.

    by zaenab

    Wijayadi Swarnam. 2005. Teknologi Limbah Edisi Spesial. Pusat Pengembangan Teknologi

    Limbah Cair. Jakarta.