Refarat Doc

20
BAGIAN RADIOLOGI REFERAT FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2015 UNIVERSITAS HALU OLEO “KARSINOMA MAMAE” OLEH : MUHAMMAD ALI BADAR K1A2 10 033 PEMBIMBING dr. METRILA HARWATI, M.Kes.,Sp. Rad

description

tumor mamae

Transcript of Refarat Doc

Microsoft Word - BAB III.doc

BAGIAN RADIOLOGI REFERATFAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2015UNIVERSITAS HALU OLEOKARSINOMA MAMAE

OLEH :MUHAMMAD ALI BADARK1A2 10 033 PEMBIMBING

dr. METRILA HARWATI, M.Kes.,Sp. RadDIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO/

KENDARI

2015

KARSINOMA MAMAEMuhammad Ali Badar, Metrila HarwatiA. PendahuluanKanker merupakan neoplasma ganas. Neoplasma didefinisikan sebagai masa jaringan abnormal yang tumbuh berlebihan dengan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal dan tetap tumbuh dengan cara berlebihan setelah stimulus yang menyebabkan perubahan tersebut berhenti. Pada dasarnya awal semua neoplasma ialah hilangnya tanggapan terhadap kendali pertumbuhan normal. Kanker dapat tumbuh dari satu atau lebih sel. Neoplasma terjadi akibat mutasi dari gen. Mutasi gen pada organisme terjadi akibat adanya faktor yang menyebabkan kerusakan gen.[1]Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada jaringan payudara seseorang. Payudara wanita terdiri dari lobulus (kelenjar susu), duktus (saluran susu), lemak dan jaringan ikat, pembuluh darah dan limfe. Sebagian besar kanker payudara bermula pada sel-sel yang melapisi duktus (kanker duktal), beberapa bermula di lobulus (kanker lobular), serta sebagian kecil bermula di jaringan lain [2]B. Insiden dan EpidemiologiDi dunia, kanker payudara merupakan lima besar kanker penyebab kematian setelah kanker paru, kanker lambung, kanker hati dan kanker kolon. Kanker payudara merupakan keganasan paling banyak ditemukan di dunia bahkan merupakan salah satu kanker tertua yang ditemukan di dunia. Di USA, kanker payudara merupakan kanker dengan prevalensi tertinggi untuk keganasan pada wanita dan penyebab kematian kedua setelah kanker paru. Pada tahun 2007, kanker payudara merupakan 7% penyebab kematian karena kanker dan 2% penyebab kematian pada umumnya di USA.1,2. Penelitian di Semarang melaporkan pada tahun 2001 ditemukan kasus kanker payudara sebanyak 769 kasus, dan masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya berada pada peringkat kedua tertinggi kasus keganasan pada wanita setelah kanker leher rahim3. Angka- angka diatas terus meningkat sejak tahun 1970 [1]Prevalensi penderita kanker payudara berdasarkan usia, dari rentang usia pasien kanker payudara 21 tahun sampai dengan di atas 50 tahun. Diperkirakan bahwa satu diantara 10 perempuan di Amerika akan mengidap kanker payudara selama masa hidup mereka. Perkiraan insiden di Amerika Serikat pada tahun 1979 adalah 75 kasus per 100.000 perempuan semua usia. Insiden meningkat sampai usia 45 tahun, kemudian mendatar atau turun sedikit selama sekitar 5-10 tahun, kemudian meningkat kembali dengan pesat [3]C. Etiologi dan PatogenesisEtiologi kanker payudara belum dapat di jelaskan. Terdapat factor genetic karena kanker payudara cenderung terjadi pada keluarga. Melahirkan sebelum usia 30 tahun tampaknya bersifat protektif [4]Patogenesis kanker payudara merupakan gangguan siklus sel dan mutasi gen. Pada genom manusia, terdapat sekitar 300 gen yang ditemukan mengalami mutasi pada kanker, yang membuat instabilitas genomik dan instabilitas kromosom; perubahan ini berkontribusi pada deregulasi kinase siklus sel, berdampak pada proliferasi sel kanker yang tidak terkendali. Telah diketahui pada tahun 2001 bahwa diperlukan kelainan cyclin D1 untuk terjadinya kanker payudara. Cyclin D1 memudahkan proliferasi sel kanker payudara. Kerja cyclin D1 secara spesifik adalah menonaktifkan protein retinoblastoma (Rb protein) yang fungsinya mencegah pembelahan sel. Lebih lanjut, kehadiran cyclin D1 berkorelasi dengan buruknya prognosis kanker payudara. Keberadaan cyclin D1a atau cyclin D1b dideteksi dengan pemeriksaan imunohistokimia. BRCA1 dan BRCA2 merupakan tumor supressor gene, mutasi familial padanya terjadi pada sekitar 5% kanker payudara di Amerika Serikat setiap tahun. BRCA1 berperan dalam tiga hal:

a) aktivasi respons terhadap kerusakan DNAb) aktivasi checkpoint siklus sel dan/atau c) perbaikan kerusakan DNA tipe double strand break (DSB). Jadi berperan agar sel yang mengalami kerusakan DNA tidak berlanjut ke siklus pembelahan sel. Peran BRCA2 terutama pada reparasi DNA dengan mekanisme rekombinasi homolog (homologous recombinant [5]D. Faktor ResikoMenurut (Hawari, 2004) [6], menemukan beberapa faktor resiko kanker pada payudara yang sudah diterima secara luas oleh kalangan pakar kanker didunia adalah :1. Wanita yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat kanker payudara dan resiko ini akan bertambah sampai umur 50 tahun dan setelah menopause2. Wanita yang tidak kawin resikonya 2-4 kali lebih tinggi dari pada wanita yang kawin dan mempunyai anak.3. Wanita yang melahirkan anak pertama setelah umur 35 tahun resikonya 2 kali lebih besar.4. Wanita yang mengalami menstruasi pertama (menarche) yang usianya kurang dari 12 tahun resikonya 1,7-3,4 kali lebih tinggi dari pada wanita dengan menarche yang datang pada usia normal atau lebih dari 12 tahun.5. Wanita yang mengalami masa menopause terlambat lebih dari 55 tahun, resikonya 2,5-5 kali lebih tinggi.6. Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma atau tomor jinak payudara, resikonya 3-9 kali lebih besar7. Wanita dengan kanker pada payudara kontra lateral, resikonya 3-9 kali lebih besar.8. Wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium resikonya 3-4 kali lebih tinggi.9. Wanita yang mengalami penyinaran (radiasi) didinding dada resikonya 2-3 kali lebih tinggi.10. Wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita kanker payudara pada ibu, satu darah perempuan ibu, saudara perempuan, adik/kakak, resikonya 2-3 kali lebih tinggi.11. Wanita yang memakai kontrasepsi oral penderita tumor payudara jinak akan meningkat resiko untuk mendapatkan kanker payudara 11 kali lebih tinggi.E. Anatomi dan Fisiologi1. Anatomi

Payudara atau Mammae terletak pada regio thorax yang berada disamping sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara melekat pada musculus pectoralis major dan digantung oleh ligamentum suspensorium dan diliputi oleh lapisan lemak yang bervariasi. [6]Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ujung yang meluas ke axilla (Axillaris Spence). Pada payudara terdapat bagian ujung berupa areola yaitu lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi merah muda pada wanita yang berkulit cerah lebih gelap pada wanita yang berkulit cokelat. Pada pusat areola mammae costa keempat, terdapat Papilla mammae yang merupakan jaringan erektil berpigmen. Permukaan papilla mammae berlubang-lubang berupa ostium papillare yang merupakan muara ductus lactifer. Ductus lactifer ini dilapisi oleh epitel. [6]

Payudara tersusun atas jaringan kelenjar dan lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi 15-20 lobus yang dibatasi jaringan fibrosa. Setiap lobus berisi kumpulan lobules yang juga berisi banyak alveolus yang dilapisi oleh sel-sel acini yang mensekresi air susu. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang akan berkontraksi bila dirangsang oleh oksitoin sehinga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer[6]Air susu yang dihasilkan di alveolus akan diteruskan melalui Tubulus Lactifer yang bermuara pada Ductus lectifer dan terkumpul di Ampulla yang merupakan tempat menyimpan air susu terletak di bawah areola[6]Drainase limfatik payudara melalui kelenjar limfonodi axillaris dan kelenjar limfonodi mammaria interna. Pembuluh limfatik limfonodi axilla dapat dibagi menjadi 4 area yakni level 1, level 2, dan level 3 (Apikal), dan suprasternal. Dimana pembuluh limfatik suprasternal berhubungan dengan pembuluh limfonodi mammaria interna[6]

2. Fisiologi [7]Kegiatan fungsional buah dada bayi yang baru lahir sering mengeluarkan susu, yang bahasa inggris disebut witchs milk, pada bayi laki-laki maupun wanita.Pada wanita, perubahan dalam perkembangan terjadi pada masa pubertas ketika terdapat penambahan jaringan kelenjar. Pada saat seorang gadis muda mendapat menstruasi pertama, terjadi sedikit pembesaran pada buah dada. Pembesaran ini disebabkan kegiatan estrogen dan progesterone yang dihasilkan ovarium, dan beberapa hari sebelum tiap masa menstruasi terdapat penambahan persediaan darah; pada beberapa orang hal ini lebih terasa daripada orang lain dan memberi perasaan berat dan sedikit bengkak.

Lama kelamaan payudara berkembang penuh dan penimbulan lemak didalam struktur menimbulkan pembesaran tetap, yang pada setiap orang berbeda. Pada menopause, yaitu akhir usia menstruasi seorang wanita, waktu ovarium lama kelamaan berhenti berfungsi, jaringan payudara mengerut.

Laktasi ataupengeluaran susu serta penyalurannya keluar payudara sewaktu diisap adalah fungsi payudara. Hal ini dapat diuraikan dua tahap:

Sekresi air susu Pengeluaran dari payudara.F. Diagnosis Keganasan Pada Payudara1. Klinis [8]Dalam melakukan diagnosis secara klinis, secara umum 2 hal yang harus dilakukan ialah Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.Dalam anamnesis, yang harus ditanyakan kepada pasien adalah letak benjolan, onset, dan kecepatan tumbuhnya. Selain itu, perlu juga ditanya berbagai gejala penyerta, seperti ada tidaknya nyeri, jenis dan jumlah cairan yang keluar dari puting, perubahan bentuk dan besar payudara, hubungannya dengan haid, perubahan pada kulit, dan retraksi puting Selain itu, perlu ditanyakan beberapa Faktor risiko antara lain : riwayat keluarga yang terkena kanker payudara dan atau kanker ovarium, riwayat obstetri dan ginekologi, terapi hormonal (termasuk kontrasepsi hormonal), riwayat operasi/aspirasi benjolan di payudara sebelumnya Pemeriksaan fisik payudara paling baik dilakukan 1 minggu setelah haid. Massa harus bisa teraba secara 3 dimensi, batasnya jelas, konsistensinya berbeda dengan sekitar, dan tidak dipengaruhi oleh siklus haid. Pemeriksaan boleh diulang sebelum dan 1 minggu setelah haid. Dicurigai ganas apabila: konsistensi kenyal-keras, batas tidak tegas, terfiksasi ke jaringan sekitarnya, terdapat retraksi kulit dan atau putih susu, ditemukan luka, atau cairan sero-sanguinus dari puting susu. Perlu juga untuk dibandingkan dengan payudara sisi lainnya.

2. RadiologiPada pemeriksaan radiologis dalam mendiagnosis keganasan payudara secara umum dilakukan Mammografi dan Ultra Sonography, namun sekarang sudah mulai digunakan MRI sebagai sarana yang lebih modern dalam melakukan diagnosis[8]MamografiMamografi adalah foto payudara dengan sinar X dosis rendah. Pada mammografi dapat dilihat gambaran payudara secara keseluruhan. Mamografi merupakan alat yang terbaik untuk deteksi dini kanker payudara, karena sinar X pada mamografi mempunyai kemampuan menembus jaringan payudara yang mengalami kelainan berupa tumor dan menunjukkan kelainan dalam payudara tersebut secara memuaskan. Faktor-faktor yang dilihat pada saat pemeriksaan mamografi antara lain: [2]1. Intermediate FindingsVariabel yang menjelaskan keadaan sel atau jaringan yang terdapat dalam payudara, dimana variabel ini terdiri dari lima indikator yaitu well defined, developing, architectural, skin thickening, dan asymetry. Seorang wanita yang melakukan pemeriksaan mamografi memungkinkan untuk memiliki lebih dari satu indikator atau tidak sama sekali pada variabel ini.2. Suspicious for MalignancyVariabel yang menjelaskan bentuk tumor yang terdapat dalam payudara atau tanda-tanda keganasan yang terlihat pada payudara, dimana variabel ini terdiri dari tiga indikator yaitu mass, calcification, dan speculated sign.3. BIRADS CategoryBreast Imaging Reporting and Data System (BIRADS) digunakan untuk memprediksi tingkat keganasan pasien kanker payudara dalam skrining mamografi.4. Letak abnormalAkan dilihat letak dimana ada perubahan yang tidak wajar pada payudara kanan atau payudara kiri.Prediksi malignansi dapat dipermudah dengan menerapkan kategori BIRADS (Breast Imaging Reporting and Data System). Adapun kategori BIRADS adalah sebagai berikut: [2]C-0 : perlu pemeriksaan lanjutC-1 : normalC-2 : kelainan jinakC-3 : kelainan yang mungkin jinak, disarankan evaluasi ketatC-4 : kelainan yang mungkin mengarah keganasanC-5 : sangat mungkin ganasDAFTAR PUSTAKA

1) Marwali H. in Tinea manus et Pedis. Ilmu Penyakit Kulit. Penyakit. Yogyakarta: Hipokrates; 2006. p. 79-802) Robin G, dkk. In Tinea Pedis. Lecture Notes Dermatologi. Surabaya : EMS ; 2005. p. 233) Claire J. Carlo, MD. Patricia MacWilliams Bowe, RN, MS. Tinea pedis(Athletes Foot)4) Kumar V, Tilak R, Prakash P, Nigam C, Gupta R. In Tinea pedis: An Update. Asian Journal of Medical Sciences 2 (2011)5) Unandar B. Mikosis. In. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed. Jakarta: Balai penerbitan FKUI; 2007. p. 89- 1046) Kenneth, D.S. Rangkuman Kasus Klinik: Mikrobiologi dan Penyakit Infeksi. Tangerang: Karima Publish Group ; 20117) Siregar, R.S. in Tinea Pedis. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi 2. Palembang : EGC; 2004. p. 23-268) Ratna DK. Tesis Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Tinea Pedis Pada Pemulung Di TPA Jatibarang. Semarang : Undip ; 2006.9) Chamlin L Sarah, Lawley P Leslie. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Tinea Pedis. 7th edition.2. New York; McGraw-Hill Medicine 2008; 1815-181710) James D William, Berger G Timothy, Elston M Dirk. Andrews disease of the skin; Diseases resulting from fungi and yeast . 10th edition. Canada; Saunders Elsevier, 2008;p 303-305