KONSEP NIFAS

23
KONSEP NIFAS (POST NATAL CARE) A. Nifas 1. Definisi Nifas Nifas adalah masa dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira – kira enam mingggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam waktu tiga bulan ( Hanifa, 2005 : 237 ). Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira- kira 6 minggu (Saifuddin, 2005 : 122 ). 2. Tujuan Masa Nifas a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik. b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. d. Memberikan pelayanan keluarga berencana. Asuhan masa nifas diperlukan pada peiode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan tejadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjasi 24 jam pertama.

description

KONSEP NIFAS

Transcript of KONSEP NIFAS

KONSEP NIFAS (POST NATAL CARE)

A.   Nifas

1.      Definisi Nifas

Nifas adalah masa dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira –

kira enam mingggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum ada

kehamilan dalam waktu tiga bulan ( Hanifa, 2005 : 237 ).

Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2005 : 122 ).

2.    Tujuan Masa Nifas

a.    Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

b.    Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c.    Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan

bayi sehat.

d.    Memberikan pelayanan keluarga berencana.

Asuhan masa nifas diperlukan pada peiode ini karena merupakan masa kritis

baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan

tejadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjasi 24 jam pertama.

Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga

kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi

baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan

asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat mencegah kematian beberapa

ini. (Saifuddin, 2006:122)

3.    Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas dibagi menjadi tiga, yaitu :

(Ambarwati, E.R, dkk, 2009:3)

a.    early puerperium (masa jam pertama setelah melahirkan)

b.    Intermediate puerperium (masa 1 sampai 7 hari setelah persalinan).

c.    Late puerperium (masa 7 hari sampai 40 hari setelah persalinan)

4.    Program dan Kebijakan Teknis

Menurut Saifuddin,2006:123 program dan kebijakan tekhnis dalam asuhan

masa nifas, diantaranya :

a.    Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)

1)    Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

2)     Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut.

3)     Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

4)     Pemberian ASI awal

5)     Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah (hipotermia.

b.    Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

1)    Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah

umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau

2)     Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

3)     Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

4)     Memastikan ibu menyusui dengan baik dan perhatikan tanda- tanda penyulit.

5)     Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga

bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari - hari.

c.    Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

1)    Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah

umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

2)    Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

3)    Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

4)    Memastikan ibu menyusui dengan baik dan perhatikan tanda- tanda penyulit.

5)     Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga

bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari- hari.

d.    Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

1)    Menanyakan pada ibu tenyang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.

2)    Memberikan konseling untuk KB secara dini.

e.    Proses laktasi dan menyusui

1)    Fisiologi laktasi

Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI

biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.

Pada hari ke dua atau ke tiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesterone

turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai

terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini, terjadi perangsangan putting

susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar.

Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu reflex

prolaktin dan reflex aliran timbul akibat perangsangan putting susu oleh hisapan

bayi.

a)    Refleks Prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada putting susu

terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di

dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin ke

dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk

memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang

diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya

bayi menghisap.

b)    Refleks Aliran (Let down refleks)

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi

hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga mempengaruhi hipofise

posterior mengeluarkan hormone okcytocin. Dimana setelah ocytocin dilepas ke

dalam darah akan mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus

berkontraksi sehingga menguras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju

putting susu.

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi

hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga mempengaruhi hipofise

posterior mengeluarkan hormone okcytocin. Dimana setelah ocytocin dilepas ke

dalam darah akan mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus

berkontraksi sehingga menguras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju

putting susu.

2)   Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI

Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap

hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut:

a)    Makanan

Produksi ASI sangan dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila

makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan

mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja

dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI

yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin

serta mineral yang cukup. Selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak ± 8-12

gelas/hari.

Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui :

         Yang merangsang, seperti : cabe, merica, jahe, kopi alkohol.

         Yang membuat kembung, seperti : Ubi, singkong, kol, sawi, dan daun bawang.

         Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.

b)    Ketenangan jiwa dan fikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh factor kejiwaan, ibu yang selalu berada

dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dalam berbagai bentuk

ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi

produksi ASI.Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.

c)    Penggunaan alat kontrasepsi

Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi hendaknya

diperhatikan kerena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi

produksi ASI.

d)    Faktor istirahat

Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan

fungsinya, dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.

e)    Perawatan payudara

Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hipofise untuk

mengeluarkan hormone progesterone dan estrogen lebih banyak lagi dan hormone

oksitosin.

f)     Anatomis buah dada

Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobules pun berkurang,

dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini yang menghisap

zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang.

g)    Fisiologis buah dada

Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormone terutama prolaktin, ini

merupakan hormone laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan

mempertahankan sekresi air susu.

h)    Faktor isapan anak

Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar maka

hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang.

i)     Faktor obat-obatan

Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormone prolaktin dan oksitosin

yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormone ini

terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran

ASI. (Ambarwati, E.R,dkk, 2009:27-29)

3)   Tanda bayi cukup ASI

a)    BAK > 6 kali/hari

b)    Warna air seni biasanya tidak berwarna kuning tapi pucat

c)    Bayi sering BAB berwarna kuning berbiji

d)    Bagyi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam

e)    Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui

f)     Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI detiap kali mulai menyusui

g)    Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI

h)    Bayi bertambah berat badannya. (Ambarwati, E.R, dkk, 2009:29-30)

4)   ASI ekslusif

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa

tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air the dan air putih, serta

tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan

nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan tambahan pendamping ASI

( MP ASI ). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.

Pengenalan makanan tambahan dimulai usia 6 bulan dan bukan 4 bulan, hal

ini dikarenakan :

a)    Dari hasil penelitian jumlah posisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi

berumur 6 bulan. Namun pada kenyataannya, 60 % bayi belum berumur 4 bulan

sudah mendapatkan tambahan susu sapi.

b)    Bayi saat berumur 6 bulan system pencernaannya mulai matur. Jaringan pada usus

halus bayi pada umunya seperti saringan pasir. Pori-porinya berongga sehingga

memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung masuk dalam system

peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus bayi ini akan

tertutup rapat setelah bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian usus bayi setelah

berumur 6 bulan mampu menolak factor alergi ataupun kuman yang masuk.

(Ambarwati, E.R,dkk, 2009:30-31)

f.     Perubahan fisiologis masa nifas

Menurut Varney, 2008 : 958 -962 perubahan fisiologis masa nifas, yaitu :

1)    Uterus

Segera setelah pelahiran bayi, plasenta, dan selaput janin, beratnya sekitar

1000 gram. Berat uterus menurun sekitar 500 gram pada akhir minggu pertama

pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak hamil yaitu 70

gram pada minggu kedelapan pascapartum.

2)    Tinggi fundus uteri

Penurunan ukuran yang cepat ini direfleksikan dengan perubahan lokasi

uterus, yaitu uterus turun dari abdomen dan kembai menjadi organ panggul. Segera

setelah pelahiran, tinggi fundus uteri (TFU) terletak sekitar dua per tiga hingga tiga

per empat bagian atas antara simfisis pubis dan umbilikus. Letak TFU kemudian

naik, sejajar dengan umbilikus dalam beberapa jam. TFU tetap terletak kira-kira

sejajar (atau satu ruas jari di bawah) umbilikus selama satu / atau dua hari dan

secara bertahap turun ke dalam panggil sehingga tidak dapat dipalpasi lagi di atas

simfisis pubis setelah hari kesepuluh pasca partum

Tabel 2.10

TFU dan berat uterus menurut masa involusiInvolusi TFU Berat UterusBayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gramPlacenta Lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

1 mingguPertengahan pusat simfisis

500 gram

2 mingguTidak teraba di atas simfisis

350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram8 minggu Normal 30 gram

                                                      (Mochtar, R, 1998:115)

3)    Serviks

Segera setelah pelahiran, serviks sangat lunak, kendur, dan terkulai. Serviks

mungkin memar dan edema, terutama di anterior jika terdapat tahanan anterior saat

persalinan. Serviks tampak mengalami kongesti, menunjukkan banyaknya

vaskularitas serviks. Serviks terbuka sehingga mudah dimasukkan dua hingga tiga

jari. Serviks kembali ke bentuk semula pada hari pertama dan kelunakan menjadi

berkurang.

4)    Lochea

Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina

selama puerperium. Karena perubahan warnanya, nama deskriptif lokia berubah:

lokia rubra, serosa, atau alba.

Tabel 2.11

Perubahan LocheaLokia Waktu Warna Ciri-ciriRubra 1-3 hari Merah

kehitamanTerdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah

Sanguinolenta 3-7 hari Merah kekuningan

Darah dan lendir

Serosa 7-14 hari Kekuningan/ kecoklatan

Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta

Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

5)    Vagina dan perineum

Vagina dan ×Perineum Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar,

mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada introitus.

Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus otot vagina kembali, celah

vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema. Sekarang vagina menjadi berdinding

lunak, lebih besar dari biasanya, dan umumnya longgar. Ukurannya menurun

dengan kembalinya rugae vagina sekitar minggu ketiga pascapartum.

6)    Payudara

Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi penampilan

dan integritas puting susu, memar atau iritasi jaringan payudara.karena posisi bayi

pada payudara, adanya kolostrum, apakah payudara terisi air susu, dan adanya

sumbatan duktus, kongesti, dan tanda-tanda mastitis potensial.

7)    Tanda-tanda vital

a)    Tekanan Darah Segera  setelah  melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan

sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan ke

tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari.

b)    Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode

intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum.Denyut nadi yang

meningkat selama persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa jam pertama

pascapartum. Hemoragia, demam selama persalinan, dan nyeri akut atau persisten

dapat memengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi di atas 100 selama puerperium,

hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi

pascapartum lambat.

8)    Sistem pernafasan

Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama

pascapartum. Napas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi

adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi asma, dan embolus

paru.

9)    Traktus Urinarius

Diuresis mulai segera setelah melahirkan dan berakhir hingga hari kelima

pascapartum. Haluaran urine mungkin lebih dari 3000 ml per hari. Diuresis adalah

rute utama tubuh untuk membuang kelebihan cairan interstisial dan kelebihan

volume darah. Hal ini merupakan, penjelasan terhadap perspirasi yang cukup

banyak yang dapat terjadi selama hari-hari pertama pascapartum.

10) Gastrointestinal

Perubahan Gastrointestinal Wanita mungkin kelaparan dan mulai makan satu

atau dua jam setelah melahirkan.Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerpe-

rium awal karena kurangnya makanan padat selama persalinan dan karena wanita

menahan defekasi Penurunan Berat Badan Wanita mengalami penurunan berat

badan rata-rata 12 pon (4,5 kg) pada waktu melahirkan. Penurunan ini mewakili

gabungan berat bayi, plasenta, dan cairan amnion.

11) Peritoneum dan dinding abdomen

Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendur dibanding kondisi saat

tidak hamil, dan ligamen – ligamen ini memerlukan waktu lama untuk pulih dari

pengamatan dan pengenduran yang berlangsung selama kehamilan. Dinding

Abdomen Striae abdomen tidak dapat dihilangkan secara sempuma, tetapi dapat

berubah menjadi garis putih-keperakan yang halus setelah periode beberapa

bulan.Dinding abdomen lunak setelah pelahiran karena dinding ini meregang selama

kehamilan. Semua wanita puerpera mengalami beberapa derajat diastasis rekti

pemisahan otot rektus abdomen.

g.    Perubahan psikologis masa nifas

Perubahan mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu

yang dalam masa nifas menjadi sensitive terhadap faktor-faktor yang keadaan

normal mampu diatasinya. Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya

sering sudah terkuras oleh tuntutan kehamilan serta persalinan, keadaan kurang

tidur, lingkungan yang asing baginya dan oleh kecemasannya akan bayi, suami atau

anak-anaknya yang lain.

h.    Kebutuhan dasar masa nifas

1)    Kebersihan diri

a)    Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

b)    Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun

dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva

terlebih dahulu, dan depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah

sekitar anus. Nasihatkan kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai

buang air kecil atau besar.

c)    Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali

sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di

bawah matahari atau disetrika.

d)    Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihkan daerah kelaminnya.

e)    Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, disarankan kepada ibu untuk

menghindari menyentuh daerah luka.

2)    Istirahat

a)    Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

b)    Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan,

serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

c)    Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

         Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi

         Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

         Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri

3)    Latihan

Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat

membantu, seperti :

a)    Tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik napas, tahan

napas ke dalam dan angkat dagu ke dada : tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi

sebanyak 10 kali.

b)    Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul (latihan Kegel)

c)    Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan tahan

sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.

d)    Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan

jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus

mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

4)    Gizi

Ibu menyusui harus :

a)    Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

b)    Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.

c)    Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).

d)    Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca

bersalin.

e)    Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya

melalui ASI-nya.

5)    Seksual

a)    Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu

dapat memasukkan satu atau dua jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah

berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri

kapan saja ibu siap.

b)    Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu

tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung

pada pasangan yang bersangkutan.

6)    Kontrasepsi

a)    Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, penggunaan kontrasepsi tetap lebih

aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.

b)    Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu :

         Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya.

         Kelebihan/keuntungannya

         Kekurangannya

         Efek samping

         Bagaimana menggunakan metode itu

         Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pascasalin yang menyusui.

(Saifuddin, 2006)

Tabel 2.12

Macam-macam metode kontrasepsiMetode kontrasepsi

Waktu post partum

Ciri-ciri khusus Catatan

MAL a.   Mulai segera saat post partum

b.   Efektifitas tinggi sampai 6 bulan post partum/ belum haid

a.    Manfaat kesehatan bagi ibu dan bayi

b.    Memberikan waktu untuk memilih kontrasepsi lain

a. Harus benar-benar Asi akslusif.

b.Efektifitas berkurang jika mulai suplemen Asi.

Kontrasepsi kombinasi

Jika menyusui:a.   Jangan dipakai

sebelum 6-8 minggu post partum.

b.   Sebaiknya tidak dipakai dalam waktu 6 minggu- 6 bulan post partum.Jika pakai MAL tunda sampai 6 bulanlmenyusui dapat×Jika tidak menyusui dimulai 3 minggu pasca persalinan.

a.    Selama 6-8 minggu post partum, kontrasepsi kombinasi akan mengurangi ×Asidan mempengaruhi tumbuh kembang bayi.

b.    Selama 3 minggu pasca post partum kontrasepsi kombinasi akan meningkatkan resiko masalah pembekuan darah.

c.    Jika ibu tidak mendapat haid dan sudah berhubungan seksual mulailah kontrasepsi kombinasi setelah yakin tidak ada kehamilan

a. Kontrasepsi kombinasi merupakan pilihan terakhir pada ibu menyusui.

b.Dapat diberikan pada ibu dengan riwayat preeklamsi atau hipertensi dalam kehamilan.

c. Sesudah 3 minggu post partumtidak menngkatkan resiko pembekuan darah.

Kontrasepsi progestin

a.   Sebelum 6 minggu post partum ibu menyusu jangan

a.    Selama 6 minggu pertama pasca persalinan, progestin mempengaruhi

Pendarahn irreguler dapat terjadi.

memakai progestin.

b.   Jika menggunakan MAL kontrasepsi progestin dapat ditunda sampai 6 bulan.

c.   Jika tidak menyusui dapat segera dimulai.

d.   Jika tidak menyusui lebih dari 6 minggu post partum atau sudah dapat haid kontrasepsi progestin dpat dimulai setelah yakin tidak ada kehamilan.

tumbuh kembang bayi.

b.    Tidak ada pengaruh terhadap Asi.

AKDR a.   Dapat dipasang langsung aat post partum, sewaktu seksio sesarea atau 48 jam post partum.

b.   Jika tidak insersi ditunda sampai 4-6 minggu post partum.

c.   Jika laktasi atau haid sudah dapat insersi dilakukan sesudah yakin tidak ada kehamilan.

a.    Tidak ada pengaruh terhadap Asi.

b.    Efek samping lebih sedikit pada klien yang menyusui.

a.  Insersi post partum memerlukan petugas yang khusus.

b.Konseling perlu dilakukan sewaktu antenatal.

c. Angka encabutan AKDR tahun pertam lebih tinggi daripada ibu menyusui.

d.Ekspulsi spontan lebih tinggi (6-10%) pada pemasangan postpartum.

e. Sesudah 4-6 minggu post partum teknik sama dengan pemasangan waktu interval.

Kondom/ spermisida

Dapat digunakan setiap saat.

a.    Tidak ada pengaruh terhada Asi.

b.    Sebagai cara

Sebaiknya dipakai kondom yang diberi pelicin.

sementara sambil memilih metode lain.

Diafragma Sebaiknya ditunggu sampai 6 minggu post partum

Tidak ada pengaruh terhadap terhadap Asi.

a. Perlu pemeriksaan dalam oleh petugas.

b.Penggunaan spermisida membantu mengatasi masalh keringnya vagina.

KB alamiah Tdak dianjurkan sampai siklus haid kembali teratur

Tidak ada pengaruh terhadap laktasi

a. Lendir serviks tidak keluar seperti haid reguler lagi.

b.Suhu basal tubuh kurang akurat jika ibu sering terbangu di malam hari untuk menyusui.

Koitus interuptus atau Abtinensi

Dapat digunakan setiap waktu.

a.    Tidak ada pengaruh terhadap Asi.

b.    Abtinensi 100 % efektif

Beberapa pasangan tidak sangup untuk abtinensi dan perlu konseling terlebih dahulu.

Kontrasepsi mantap/ tubektomi

a.   Dapat dilakukan dalam 48 jam post partum.

b.  Jika tidak tunggu sampai 6 minggu post partum

       Tidak ada pengaruh terhadap laktasi atau tumbuh kembang bayi.

        Minilaparotomi post partum paling mudah dilakukan 48 jam post partum

a.    Perlu anestesi lokal

b.    Konseling sudah harus dilakukan sewaktu asuhan antenatal

                           i.    Komplikasi masa nifas

1)    Definisi

Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya

kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan

nifas. (Ambarwati, E.R,dkk, 2009:122)

2)    Etilogi

a)    Berdasarkan masuknya kuman ke dalam alat kandungan

         Ektogen (kuman datang dari luar)

         Autogen (kuman masuk dari tempat lain dari tubuh)

         Endogen (dari jalan lahir sendiri)

b)    Berdasarkan kuman yang sering menyebabkan infeksi

         Streptococcus Haemolyticus Aerobic

Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari

penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong.

         Staphylococcus Aureus

Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang yang banyak ditemukan sebagai

penyebab infeksi di rumah sakit.

         Eschericiacolli

Sering berasal dari kandung kemih dan rectum yang menyebabkan infeksi terbatas.

         Clostridium welchii

Kuman aerobic yang berbahaya sering ditemukan pada abortus kriminalis dan

partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit. (Ambarwati, E.R,dkk,

2009:122-123)

3)    Patofisiologi

Setelah kala III daerah bekas insersio plasenta plasenta merupakan sebuah

luka dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol-benjol

karena banyaknya vena yang ditutupi thrombus. Daerah ini merupakan tempat yang

baik untuk tumbuhnya kuman dan masuknya jenis yang pathogen dalam tubuh

wanita. Servik sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva,

vagina dan perineum yang merupakan tempat masuknya kuman pathogen.

Infeksi nifas dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

a)    Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, servik dan endometrium.

b)    Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena-vena, melalui jalan limfe dan melalui

permukaan endometrium.  (Ambarwati, E.R,dkk, 2009:123)

4)    Tanda dan gejala

Infeksi akut ditandai dengan demam, sakit di daerah infeksi, berwarna

kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas dapat

berbentuk:

a)    Infeksi lokal

Pembengkakan luka episiotomy, terjadi penanahan, perubahan warna kulit,

pengeluaran lokea bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena rasa nyeri dan

temperature badan dapat meningkat.

b)    Infeksi umum

ampak sakit dan lemah temperature meningkat, tekanan darah menurun dan nadi

meningkat, pernafasan bisa meningkat dan terasa sesak, kesadaran gelisah sampai

menurun dan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lokea berbau dan bernanah

serta kotor. (Ambarwati, E.R,dkk, 2009:124)

5)    

\Cara terjadinya infeksi

a)    Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau periksa dalam yang berulang-ulang

yang dapat membawa bakteri yang sudah ada ke dalam rongga rahim.

b)    Alat-alat yang tidak suci hama

c)    Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infeksi, kontaminasi yang berasal

dari hidung, tenggorokan dari penolong.

d)    Infeksi Rumah Sakit.

e)    Koitus pada akhir kehamilan pada ketuban pecah dini.

f)     Infeksi intrapartum

(Ambarwati, E.R,dkk, 2009:124-125)

6)    Faktor predisposisi

a)    Persalinan yang berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar

b)    Tindakan operasi persalinan

c)    Tertinggalnya plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah

d)    Ketuban pecah dini

e)    Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum.

(Ambarwati, E.R,dkk, 2009:125)

7)    Pencegahan

a)    Lakukan mobilisasi dini sehingga darah lochea keluar denga lancar

b)    Perlukaan di rawat dengan baik

1.    Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi nosokomial. (Ambarwati,

E.R,dkk, 2009:125)

i.      Diagnosa masa nifas

Diagnosa masa nifas dibuat untuk menentukan apakah masa nifas seorang

ibu berjalan normal atau ada masalah. Diagnosa masa nifas dinuat berdasarkan:

1)    Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan yang dapat

hidup. Abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar,

berat janin < 500 gram dan usia kehamilan < 20minggu.

2)    Masa nifas dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 40 hari atau 6

minggu. (Sarwono, 2005: 180).