Ketuban Pecah Dini (Kel.1)
-
Upload
rerenrahmawati -
Category
Documents
-
view
164 -
download
0
Transcript of Ketuban Pecah Dini (Kel.1)
![Page 1: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN KELOMPOK DK 2 TRIGGER 1 BLOK REPRODUKSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. P DENGAN KETUBAN PECAH DINI
IK REGULER 2
KELOMPOK 1 :
GITA PUSPITASARI 115070200111026
DOMA MARTAPURA 115070200111028
MAULANA RAHMAT H. 115070200111030
ATIKA PUTRI AYU 115070200111038
RENI CATUR R. 115070200111040
JUMMANI 115070201111012
NADIFATUS SUSANA 115070213111002
AMIN AYU B. 115070207111004
RITA NOVITA SARI 115070207111006
YULIANTI 115070207111020
TEGUH FITRIYANTO 115070207111024
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
SEPTEMBER 2013
![Page 2: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/2.jpg)
PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Ketuban pecah
dini merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan berbagai akibatnya.
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada
kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm
insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada
kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu
minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada
kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh
prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas
dengan insidensi 30-40%.
Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak diketahui.
Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi sebagai
penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah
yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular
seksual misalnya disebabkan oleh chlamydia trachomatis dan nescheria gonorrhea.
Selain itu, infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput
amnion/ketuban yang abnormal, servik yang inkompetensia, serta trauma oleh
beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban
pecah dini. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual dan pemeriksaan dalam.
Penatalaksanaan KPD memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam Rahim. Terjadinya
kematian pada ibu dan anak dengan adanya masalah tersebut maka peran perawat yaitu
memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dan persalinan secara komprehensif
sehingga ibu dan janin mendapatkan perawatan yang optimal. Dengan demikian akan
menurunkan atau memperkecil resiko kematian ibu dan bayinya. Dari uraian di atas
penulis merasa tertarik untuk mengambil kasus ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA NY. P DENGAN KETUBAN PECAH DINI”
![Page 3: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/3.jpg)
1. Definisi Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan
(Manuaba,1998).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila
pembukaan pada primi < 3 cm, dan pada multi < 5 cm. (Sinopsis Obstetri, Prof. Dr.
Rustam Mochtar, MPH. jilid I )
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat
terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan
aterm.( Saifuddin, Abdul Bari, 2006)
Jadi, dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Ketuban pecah dini
(KPD) atau spontaneus/early/premature rupture of membrans (PROM) adalah
pecahnya selaput ketuban secara spontan yang ditandai dengan keluarnya cairan
dari vagina sebelum menunjukkan tanda-tanda persalinan/ inpartu (kontraksi
uterus teratur dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan terjadinya efficement
atau dilatasi serviks), atau bila satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal
persalinan, atau secara klinis bila ditemukan pembukaan kurang dari 3 cm pada
primigravida dan kurang dari 5 cm pada multigravida.
Selain itu, Ketuban pecah dini juga dapat diartikan dengan keluarnya cairan berupa
air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan
berlangsung dan dapat terjadi kapan saja baik pada kehamilan aterm maupun
preterm. Saat aterm sering disebut dengan aterm prematur rupture of membrans
atau ketuban pecah dini aterm. Bila terjadi sebelum umur kehamilan 37 minggu
disebut ketuban pecah dini preterm / preterm prematur rupture of membran
(PPROM) dan bila terjadi lebih dari 12 jam maka disebut prolonged PROM.
2. Epidemiologi dan Klasifikasi Ketuban Pecah Dini
Epidemiologi KPD
KPD dapat terjadi pada kondisi preterm, aterm, maupun midtrimester
dengan presentasi preterm 1%-3%, aterm 8%, dan midtrimester <1%.
KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kelahiran prematur.
Dalam keadaan normal, 8 hingga 10% perempuan hamil aterm akan
![Page 4: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/4.jpg)
mengalami KetubanPecah Dini. Ketuban Pecah Dini Prematur pula terjadi pada
1% kehamilan. Mengikut referensi Ilmu Kebidanan, kejadian Ketuban Pecah
Dini pada umur kehamilan sebelum 34 minggu, kejadiannya sekitar
4%.Dikemukan bahwa kejadian ketuban pecah dini, 5 % diantaranya segera
diikuti oleh persalinan dalam 5-6 jam, sekitar 95 % diikuti oleh persalinan
dalam 7-95 jam, dan selebihnya memerlukan tindakan konservatif atau
aktif denganmenginduksi persalinan atau operatif. Menurut jurnal Acta
Medice Iranica 2003, berlaku perbedaan insiden mengikut ras yaitu,
berlaku peningkatan drastic pada wanita kulit hitam yaitu dari 5.1% ke
12.5% dan pada wanita kulit putih dari 1.5% menjadi 2.2%. Sosio
ekonomi rendah belum dapat dijadikan parameter yang mempengaruhi
Ketuban Pecah Dini. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematianibu (AKI) di Indonesia
masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau
setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai
sebab. Antaranya, 65% adalah disebabkan komplikasi dari Ketuban Pecah Dini
Klasifikasi KPD
Klasifikasi Ketuban pecah dini (Premature Rupture of
Membranes/PROM) mengacu kepada pasien yang melampaui usia
kehamilan 37 minggu dan ditampilkan dengan adanya pecah ketuban
(Rupture of Membranes/ROM) sebelum awal persalinan. Ketuban pecah
dini preterm (Preterm Premature Rupture of Membranes/PPROM)
adalah pecahnya ketuban (ROM) sebelum kehamilan 37 minggu. Dan
pecah ketuban berkepanjangan adalah setiap pecahnya ketuban
yang berlangsung selama lebih dari 24 jam dan lebih dahulu pecah pada
awal persalinan (Hamilton C, 2010). Dibagi menjadi dua yaitu :
a. PROM ( Premature Rupture of Membrane)
Ketuban pecah pada saat usia kehamilan ≥ 37 minggu. Pada
PROM penyebabnya mungkin karena melemahnya membran amnion
secara fisiologis. Kondisi klinis seperti inkompetensi serviks dan
polihidramnion telah diidentifikasi sebagai faktor risiko yang jelas
![Page 5: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/5.jpg)
dalam beberapa kasus ketuban pecah dini. Untuk penangananya
melalui Seksio Sesarea(Syaifuddin, 2002).
b. PPROM ( Preterm Premature Rupture of membrane)
Ketuban pecah dini premature (PPROM) mendefinisikan
ruptur spontan membran janin sebelum mencapai umur kehamilan 37
minggu dan sebelum onset persalinan (American College of
Obstetricians dan Gynecologists, 2007). Pecah tersebut kemungkinan
memiliki berbagai penyebab, namun banyak yang percaya infeksi
intrauterin menjadi salah satu predisposisi utama (Gomez dan rekan,
1997; Mercer, 2003)Sebuah tinjauan ilmiah penyebab PPROM
diidentifikasi penyebab potensial banyak dalam kasus tertentu. Ini
termasuk penurunan umum dalam kekuatan peregangan membran
amnion, cacat lokal pada membran amnion, penurunan kolagen
cairan ketuban dan perubahan dalam struktur kolagen, iritabilitas
uterus, apoptosis, degradasi kolagen, dan peregangan membran.
Pada jaringan Maternal-Fetal Medicine Unit (MFMU) menemukan
bahwa faktor risiko PPROM adalah PPROM sebelumnya, fibronektin
janin positif pada kehamilan 23 minggu, dan leher rahim pendek (<25
mm) pada umur kehamilan 23 minggu. Untuk penatalaksanaannya
dirawat di Rumah Sakit, tunda persalinan, berikan antibiotik
(Manuaba, 2001)
3. Etiologi dan Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini
Secara etiologi, penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti
penyebabnya.
Beberapa faktor resiko yang berpotensi terjadinya ketuban pecah dini antara lain:
Serviks inkompeten
Pada wanita dalam presentasi kecil dengan kehamilan yang jauh dari aterm,
servik yang inkompeten dapat menipis dan berdilatasi bukan sebagai akibat dari
peningkatan aktivitas uterus melainkan akibat dari kelemahan intrinsik uterus
sehingga menyebabkan ketuban pecah. Keadaan ini ditandai oleh dilatasi servik
tanpa rasa nyeri dalam trimester kedua atau awal trimester ketiga kehamilan
![Page 6: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/6.jpg)
yang disertai prolapsus mebran amnion lewat servik dan penonjolan membrane
tersebut kedalam vagina, peristiwa ini diikuti oleh pecahnya ketuban dan
selanjutnya ekspulsi janin imatur sehingga kemungkinan janin akan meninggal.
Tanpa tindakan yang efektif rangkaian peristiwa yang sama cenderung berulang
dengan sendirinya dalam setiap kehamilan. Meskipun penyebabnya masih
meragukan namun trauma sebelumnya pada servik, khususnya pada tindakan
dilatasi, kauteterisasi, kuretasi (Maria, 2007).
Pada kasus yang lain perkembangan servik yang abnormal termasuk
penggunaan preparat diebstilbestrol in utero turot memainkan peranan. Dilatasi
servik yang menjadi ciri khas keadaan ini jarang terlihat menonjol sebelum
minggu ke 16 kehamilan karena hasil konsepsi pada umur kehamilan tersebut
belum cukup besar untuk menimbulkan pendataran dan dilatasi serviks, kecuali
terjadi kontraksi uterus dan nyeri. Penanganannya dengan pelaksanaan
penjahitan benang melingkar untuk menguatkan servik, namun harus ditunda
sampai sesudah kehamilan berusia 14 minggu. Factor resiko pada ketuban pecah
dini pada servik inkompeten adalah 25% (Maria, 2007).
Kelemahan Kulit Ketuban (Atmono, 2000)
Kelemahan kulit ketuban dapat terjadi akibat berbagai macam hal, di antaranya:
a. Perubahan degenerative pada kulit ketuban yang rupture
b. Perubahan elastisitas kulit ketuban
c. Perubahan biokimia pada kulit ketuban yang rupture, yang dapat
disebabkan oleh:
Defisiensi kolagen tipe III
Perubahan keseimbangan antara aktivitas enzim proteolitik dan
inhibitor protease
Agen sitotoksisk yang diuraikan oleh bakteri atau sel host inflamasi
Overdistensi uterus yang membuat tekanan pada kulit ketuban meningkat di
atas ostium internum pada serviks yang sudah terbuka atau meningkatnya
tekanan intrauterine. Penyebabnya antara lain (Atmono, 2000):
a. Polihidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah keadaan dimana banyaknya air
ketuban melebihi 2000cc. Penambahan air ketuban ini bisa mendariak
dalam beberapa hari disebut hidramnion akut, atau secara perlahan-lahan
![Page 7: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/7.jpg)
disebut hidramnion kronis. Insidennya berkisar antar 1:62 dan 1:754
persalinan, tetapi bentuk yang menyebabkan gangguan lebih jarang (1:1000
persalinan). Hidramnion yang disertai dengan kelainan konginital, terutama
dari susunan saraf sentral dan traktus gastrointestinal, cukup tinggi. Di
samping itu, sering ditemukan pada kehamilan ganda dan beberapa
penyakit ibu seperti diabetes mellitus, preeklampsia. (Rachimharii,T, 2005)
Sampai sekarang etiologi hidramnion belum jelas, tetapi diketahui bahwa
hidramnion terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila pengaliran air
ketuban terganggu atau kedua-duanya. Diriuga air ketuban dibentuk dari
sel-sel amnion. Di samping itu ditambah oleh air seni janin dan cairan otak
pada anensefalus. Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan
diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran ialah ditelan oleh
janin, diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya
masuk peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban akan terganggu bila janin
tidak bisa menelan seperti pada atresia esophagus atau tumor-tumor
plasenta (Rachimharihi, Trijatmo, 2005). Hidramnion dapat memungkinkan
ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah
sebelum waktunya (Maria, 2007).
b. Kehamilan Ganda (gamelli)
Kehamilan ganda adalah kehamilan dua janin atau lebih. Kehamilan kembar
dapat memberikan resiko yang lebih tinggi baik bagi janin maupun ibu. Oleh
karena itu, dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan
pengawasan hamil yang intensif. Frekuensi kehamilan kembar mengikuti
rumus dari Hellin, yaitu 1.89 untuk hamil kembar, triplet 1:892 dan
kuadruplet 1.893. Factor yang dapat meningkatkan kemungkinan hamil
kembar adalah factor ras, keturunan, umur, dan paritas. Factor resiko
ketuban pecah dini pada kembar dua 50% dan kembar tiga 90%
(Manuaba,dkk. 2007). Hamil ganda dapat memungkinkan ketegangan rahim
meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya
(Maria, 2007).
Sepalopelvik disproporsi (Manuaba, dkk, 2007)
Sepalopelvik disproporsi dapat terjadi akibat:
a. Kepala janin belum masuk PAP
![Page 8: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/8.jpg)
b. Pendular abdomen (perut gantung)
c. Multipara atau grandemultipara
Pada kehamilan yang terlalu sering maka proses embryogenesis akan
terpengaruh sehingga selaput atau kulit ketuban yang terbentuk akan lebih
tipis. Hal ini dapat mengakibatkan selaput ketuban mudah pecah sebelum
tanda-tanda inpartu terjadi.
d. Malpresentasi janin
Malpresentasi janin atau kelainan letak janin dapat membuat ketuban
bagian yang terendah langsung menerima tekanan intrauteri yang
dominant yaitu letak sungsang dan bokong (Mansjoer, 2001). Persalinan
pada letak sungsang merupakan kontroversi karena komplikasinya tidak
dapat diriuga sebelumnya, terutama pada persalinan kepala bayi. Sebab
terjadinya letak sungsang adalah terdapat plasenta previa, keadaan janin
yang menyebabkan letak sungsang (makrosemia, hidrosefalus,
anensefalus), keadaan air ketuban (oligohidramnion, hidramnion), keadaan
kehamilan (kehamilan ganda, kehamilan lebih dari dua), keadaan uterus
(uterus arkuatus), keadaan dinding abdomen, keadaan tali pusat (pendek,
terdapat lilitan tali pusat pada leher). Kejadian letak lintang tidak terlalu
banyak hanya sekitar 0,5% kehamilan. Penyebab letak lintang dari sudut
maternal (panggul sempit, multipara, kehamilan ganda,
hidramnion/oligohidramnion, tumor pada daerah pelvis) (Manuaba,dkk,
2007).
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan <32 minggu, jumlah air ketuban
relative lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa, dan demikian janin dapat menempatkan diri dalam letak
sungsang/letak lintang. Pada kehamilan trimester akhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena bokong
dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala maka
bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas difundus uteri,
sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil disegmen bawah
uterus. Letak sungsang dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat,
![Page 9: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/9.jpg)
sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya (Maria,
2007).
Faktor gaya hidup dan karakteristik ibu
Gaya hidup ibu yang buruk seperti merokok, minum minuman keras, pengguna
obat-obatan terlarang, dan lain-lain dapat meningkatkan resiko terjadinya
ketuban pecah dini.selain itu secara demografi ibu dengan usia tua, tinggi badan
rendah, factor pekerjaan, riwayat hubungan seksual baru-baru ini (Morgan &
Hamilton, 2009), stress psikologis, factor social ekonomi dan pendidikan yang
rendah lebih beresiko mengalami ketuban pecah dini. Factor yang berhubungan
dengan berat badan ibu yang beresiko KPD yaitu kelebihan berat badan sebelum
masa kehamilan dan peningkatan berat badan yang sedikit selama kehamilan
(Morgan & Hamilton, 2009).
Faktor keturunan (Manuaba, dkk, 2007)
Faktor keturunan yang beresiko menyebabkan KPD antara lain:
a. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
b. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
c. Defisiensi vitamin C dan ion Cu serum
Infeksi vagina/serviks
Infeksi Clamidydia trachomatis merupakan penyebab akibat hubungan seksual
yang kejadiannya semakin tinggi, kejadian infeksi ini pada serviks wanita hamil
yaitu 2-37%. Beberapa penelitian menunjukkan berbagai masalah meningkatnya
risiko kehamilan dan persalinan pada ibu dengan infeksi ini. Misalnya dapat
menimbulkan abortus, kematian janin, persalinan preterm, pertumbuhan janin
terhambat, ketuban pecah sebelum waktunya serta endometritis postabortus
maupun postpartum (Rachimharihi, 2005).
Penyakit bacterial vagionosis (BV) dahulu dikenal dengan sebagai vaginitis
nonspesifik atau vaginitis yang disebabkan oleh Haemophilus/ Gardnerella
vaginalis. Dalam kehamilan, penelitian membuktikan bahwa BV merupakan
salah satu faktor pecahnya selaput ketuban pada kehamilan dan persalinan
premature (Rachimharihi, 2005).
Streptokokus grup B (GBS) adalah bakteri gram positif betahemolitikus yang
umumnya ditemukan dalam saluran cerna. Diperkirakan 10 – 30% wanita hamil
memiliki penyakit GBS pada vaginan dan rectum. GBS dapat menyebabkan
![Page 10: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/10.jpg)
korioamnionitis, endometritis, infeksi saluran kemih, dan infeksi luka, dan hal itu
memiliki kaitan dengan persalinan premature dan ketuban pecah dini pada
persalinan premature (Varney. 2008).
4. Patofisiologi Ketuban Pecah Dini
(terlampir)
5. Manifestasi Klinis Ketuban Pecah Dini
Keluar ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau atau kecokelatan dalam
jumlah sedikit atau banyak.
Volume air ketuban pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml, warna agak keruh,
serta mempunyai bau yang khas : agak amis dana manis. Cairan amnion
mempunyai berat jenis 1,007-1,008 terdiri atas 97-98% air. Sisanya terdiri atas
garam organik serta bahan organik. Protein ditemukan rata-rata 2,6%
perliter,sebagian besar sebagai albumin. Warna air ketuban menjadi kehijau-
hijauan karena tercampur dngan meconium (kotoran pertama yang dikeluarkan
bayi dan mengeluarkan empedu).
Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
Janin mudah teraba
Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah kering
Inspekulo, tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban ketuban sudah kering (Mansjoer, 2001).
6. Pemeriksaan Diagnostik Ketuban Pecah Dini
- Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan
dengan kertas nitrazine,kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari
vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut
dapat memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan
trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni.
- Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim.
7. Penatalaksanaan Medis dan Pencegahan Ketuban Pecah Dini
![Page 11: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/11.jpg)
Penatalaksanaan Medis
a) Konservatif (Mempertahankan kehamilan)
1. Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada
ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
2. Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisisn bila tidak
tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes
buss negatif bed deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24
jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, bed antibiotik dan
lakukan induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra
uterin).
8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu
kematangan pare janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4
kali.
b) Aktif
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50,xg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan
persalinan diakhiri :
1. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
2. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
![Page 12: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/12.jpg)
c) Agresif
1. Jel prostaglandin/misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya
dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter).
2. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi Pitocin bila serviks tidak
berespon.
3. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak
ada tanda, mulai pemberian Pitocin.
4. Berikan cairan per IV, pantau janin.
5. Peningkatan risiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
6. Bila pengambilan keputusan berlangsung pada kelayakan serviks untuk
induksi, kaji nilai Bishop setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan
untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan,
baik manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai
persalinan/induksi dimulai.
7. Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan
pada hari berikutnya sampai pelahiran/lebih sering tanda infeksi
terlihat.
8. Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardi janin
yang merupakan salah satu tanda infeksi.
9. Mulai induksi persalinan setelah konsultasi dengan dokter jika:
- Suhu tubuh ibu meningkat signifikan
- Terjadi takikardia janin
- Lokia tampak keruh
- Iritabilitas/nyeri tekan uterus yang signifikan
- Kultur vagina menunjukkan streptokokus beta hemolitikus
- Hitung darah lengkap menunjukkan kenaikan sel darah putih
Pencegahan
1. Obati infeksi gonokokus, klamidia, dan vaginosis bacterial.
2. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung usaha
untuk mengurangi atau berhenti.
3. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil.
![Page 13: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/13.jpg)
4. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester akhir bila
ada faktor predisposisi.
5. Kontrol kehamilan secara teratur.
Trimester I : 4 minggu sekali
Trimester II : 2 minggu sekali
Trimester III : 1 minggu sekali
Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum klien, status gizi, kelainan bentuk badan, dan
tingkat kesadaran
- Adakah anemia, sianosis, ikterus, atau dispnea
- Keadaan jantung dan paru-paru
- Adakah oedema
Dapat disebabkan oleh toxaemia gravidarum atau oleh tekanan
rahim yang membesar pada vena-vena dalam panggul yang
mengalirkan darah dari kaki, tetapi juga oleh hipovitaminose B1,
hipoproteinemia dan penyakit jantung
- Tekanan darah
Tensi orang hamil tidak boleh mencapai 140/90 mmHg.
Perubahan 30 sistolis dan 15 diastolis di atas tensi sebelum
hamil mengindikasikan toxaemia gravidarum
- Berat badan
- Pemeriksaan laboratorium
Air kencing
Ada glukosa Diabetes
Ada protein nefritis, toxaemia gravidarum, dan
radang dari saluran kencing
Darah
Pada orang hamil, sering timbul anemia karena
defisiensi Fe
Pemeriksaan Obstetri
a) Inspeksi (muka, leher, dada, perut, vulva, dan anggota bawah)
![Page 14: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/14.jpg)
b) Palpasi
o Tujuan :
- Untuk menentukan besarnya rahim & usia kehamilan
- Menentukan letak anak dalam rahim
- Mengetahui apakah ada tumor dalam rongga perut, kista,
mioma, dan limpa yang membesar
o Menurut Leopold, cara melakukan palpasi terdiri dari 4 macam
yaitu:
1. Manuver I
Untuk mengetahui bagian fundus uteri (kepala/pantat)
& menentukan usia kehamilan.
Prosedur :
- Kaki klien dibengkokkkan pada lutut dan lipat paha.
- Pemeriksa berdiri sebelah kanan klien dan melihat
ke arah muka klien.
- Rahim dibawa ke tengah.
- Tinggi fundus uteri ditentukan.
- Tentukan bagian apa yang terdapat dalam fundus.
Bila kepala akan teraba keras, rata, bulat, mudah
bergerak, dan ballofable. Sedangkan bila pantat,
akan teraba lembut, tidak beraturan, melingkar,
dan sulit digerakkan.
2. Manuver II
Untuk mengetahui letak punggung & bagian-bagian
kecil janin.
Prosedur :
- Pemeriksa menghadap ke muka klien. Letakkan
kedua tangan pada kedua sisi abdomen.
Pertahankan uterus dengan tangan yang satu dan
palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi punggung
janin. Bagian punggung akan teraba jelas, rata,
cembung, kaku, dan tidak dapat digerakkan. Bagian-
bagian kecil (tangan & kaki) akan teraba kecil:
![Page 15: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/15.jpg)
bentuk atau posisi tidak jelas dan menonjol serta
mungkin dapat bergerak aktif atau pasif.
- Kadang-kadang di samping terdapat kepala atau
pantat letak lintang.
3. Manuver III
Untuk mengetahui bagian bawah (bagian yang terdekat
dengan serviks).
Prosedur :
- Letakkan 3 ujung jari kedua tangan pada kedua sisi
abdomen klien tepat di atas simfisis dan minta klien
menarik nafas dalam dan menghembuskan
nafasnya. Pada saat klien menghembuskan nafas,
tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan
dalam sekitar bagian presentasi. Catat kontur,
ukuran, dan konsistensi.
- Bagian kepala akan teraba keras, rata, dan mudah
digerakkan jika tidak terikat atau tertahan. Bagian
pantat akan teraba lembut dan tidak rata.
4. Manuver IV
Untuk mengetahui letak ujung kepala.
Prosedur :
- Perawat atau bidan menghadap ke kaki klien,
secara perlahan gerakkan jari tangan ke sisi bawah
abdomen ke atas pelvis sehingga ujung jari salah
satu tangan menyentuh tulang terakhir. Ini adalah
bagian ujung kepala.
- Jika bagian ujung terletak di bagian yang
berlawanan dengan punggung, ini adalah bagian
pundak bayi dan kepala pada posisi fleksi. Jika
kepala pada posisi ekstensi, ujung kepala akan
terletak pada bagian yang sama dengan punggung
dan bagian oksiput menjadi ujung kepala.
- Hasil :
![Page 16: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/16.jpg)
Convergen
Sebagian kecil kepala turun ke dalam rongga
panggul
Sejajar
Separuh dari kepala masuk ke dalam rongga
panggul
Divergen
Bagian terbesar dari kepala masuk ke dalam
rongga panggul & ukuran terbesar kepala
sudah melewati PAP
o Mengukur tinggi fundus uteri
Untuk memeriksa usia kehamilan. Pengukuran ini dapat
dilakukan pada trimester II dan III.
Untuk mendapatkan ketepatan pengukuran, digunakan rumus
Mc. Donald’s sebagai berikut :
a) Usia kehamilan (hitungan bulan)
= tinggi fundus uteri (dalam cm) x 2/7
b) Usia kehamilan (hitungan minggu)
= tinggi fundus uteri (dalam cm) x 8/7
c) Auskultasi
Bunyi jantung anak dapat didengar pada akhir bulan ke-V,
walaupun dengan ultrasound sudah dapat didengar pada akhir
bulan ke-III.
Normalnya berkisar antara 120-140x/menit. Apabila denyut
kurang/lebih dari normal ataupun tidak teratur, maka anak dalam
keadaan asphyxia (kekurangan O2).
Cara menghitung : Mendengarkan 3 x 5 detik, kemudian jumlah
bunyi jantung dalam 3 x 5 detik dikalikan 4.
(Mufdlilah, 2009; Sastrawinata, 1983)
![Page 17: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/17.jpg)
8. Komplikasi Ketuban Pecah Dini
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan.
Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia
karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya
persalinan normal. (buku ilmu kebidanan 2008 hal. 678)
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode
laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam
24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50%
persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan
terjadi dalam 1 minggu.
Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu
terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,
omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada
ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara
umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan
lamanya periode laten.
Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya
gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin
semakin gawat.
Sindrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan
janin, serta hipoplasi pulmonal.
9. Asuhan Keperawatan Klien dengan Ketuban Pecah Dini
Ny. P usia 25 th G1 Poooo Abooo usia kehamilan 37 minggu dating ke rumah sakit dengan
keluhan keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir sejak kemarin pagi.
Pasien mengatakan sejak keluar cairan dari jalan lahir Ny. P tidak berani beraktivitas
![Page 18: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/18.jpg)
berat, pasien hanya tiduran sepanjang hari. Pasien mengeluh badannya demam, saat
di RS hasil pemeriksaan perawat didapatkan TD= 120/80 mmHg, N= 98x/menit, RR=
18x/menit, suhu 37oC, DJJ= 120x/menit, pasien tidak merasakan adanya his. Hasil
pemeriksaan cairan amnion menunjukkan pH netral & warnanya keruh. Pasien
tampak tegang, penurunan konsentrasi, pucat, dan gelisah. Berdasarkan anamnesa
perawat, pasien mengatakan jarang kontrol kehamilan ke Puskesmas.
a) Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.P
Usia : 25 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Menikah
No. RM : 01
2. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama : Keluar cairan berwarna keruh merembes dari
jalan lahir sejak kemarin
b. Lama Keluhan : 1 hari
c. Kualitas Keluhan : -
d. Faktor pencetus : -
e. Faktor pemberat : jarang kontrol kehamilan ke puskesmas
f. Upaya yang dilakukan : tidak berani beraktivitas berat, pasien hanya
tiduran sepanjang hari
g. Diagnose medis : ketuban pecah dini
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien mengeluh keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir
sejak kemarin pagi. Pasien tidak berani beraktivitas berat dan hanya tiduran
sepanjang hari. Pasien mengeluh badannya demam dan tidak merasakan
adanya his. Pasien tampak tegang, penurunan konsentrasi, pucat, dan
gelisah.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
Pasien jarang kontrol kehamilan ke Puskesmas
5. Riwayat Kesehatan Keluarga : -
6. Pemeriksaan Fisik
![Page 19: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/19.jpg)
a. Keadaan umum
- Kesadaran : komposmentis
- TTV :
Suhu : 370 C, RR : 18x/menit, DJJ : 120x/menit, Nadi : 98x/menit,
TD : 120/80 mmHg
b. Genetalia dan anus
- Inspeksi : keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir
- Tidak merasakan adanya his
c. Kulit dan kuku
- Badan terasa demam
7. Pola Aktivitas-Latihan
Pasien tidak berani beraktivitas berat sejak keluar cairan dari jalan lahir
8. Pola Istirahat-Tidur
Pasien hanya tiduran sepanjang hari sejak keluar cairan dari jalan lahir
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan cairan amnion menunjukkan pH netral dan warnanya keruh
b) Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
D.S =
- Pasien mengeluh
keluar cairan berwarna
keruh merembes dari
jalan lahir sejak kemarin
pagi
- Pasien mengeluh
badannya demam
D.O =
Hasil pemeriksaan cairan
amnion menunjukkan
pH netral & warnanya
keruh
Infeksi genitalia
↓
Bakteri naik ke uterus melalui vagina dan
serviks↓
Aktivitas prostaglandin dan IL 1 meningkat
↓
Degradasi kolagen↓
Selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah
↓Ketuban pecah dini
↓Cairan merembes keluar
melalui jalan lahir↓
Risiko infeksi
![Page 20: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/20.jpg)
Terjadi perubahan flora normal di vagina dan
serviks↓
Bakteri naik ke uterus melalui vagina dan
serviks↓
Terjadi infeksi dan inflamasi lokal
↓Risiko infeksi
D.S =
Pasien mengatakan
sejak keluar cairan dari
jalan lahir Ny. P tidak
berani beraktivitas berat
D.O =
Pasien tampak tegang,
penurunan konsentrasi,
pucat, dan gelisah
Infeksi genitalia
↓
Bakteri naik ke uterus melalui vagina dan
serviks↓
Aktivitas prostaglandin dan IL 1 meningkat
↓
Degradasi kolagen↓
Selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah
↓Ketuban pecah dini
↓Cairan merembes keluar
melalui jalan lahir↓
Gelisah, bingung, tegang↓
Ansietas
Ansietas b.d perubahan
dalam status kesehatan
D.S =
- Pasien mengatakan
sejak keluar cairan dari
jalan lahir Ny. P tidak
berani beraktivitas
berat, hanya tiduran
sepanjang hari
- Pasien mengatakan
Infeksi genitalia
↓
Bakteri naik ke uterus melalui vagina dan
serviks↓
Aktivitas prostaglandin dan IL 1 meningkat
↓
Degradasi kolagen
Ketidakefektifan
manajemen kesehatan
diri b.d kurang
pengetahuan
![Page 21: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/21.jpg)
jarang kontrol
kehamilan ke Puskesmas
D.O = -
↓Selaput ketuban tipis,
lemah dan mudah pecah↓
Ketuban pecah dini
↓
Pasien tidak tahu tentang KPD (jarang control
kehamilan ke Puskemas)↓
Ketidakefektifan manajemen kesehatan
diri
c) Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa 1 : Risiko Infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, risiko infeksi
pada klien terkendali/terkontrol.
KH :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi yaitu demam (suhu : 37 0C).
2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi:
mengurangi demam.
Intervensi :
1. Kaji tanda dan gejala infeksi (kemerahan, panas, drainase)
2. Monitor jumlah granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien yang beresiko
5. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik seperti ampicilin 4x500
mg atau eritomicin bila tidak tahan ampicilin dan metronidozol
2x500mg selama 7 hari
6. Ajarkan pasien dan keluarga tanda gejala infeksi
7. Ajarkan cara menghindari infeksi
8. Laporkan kecurigaan infeksi
9. Laporkan kultur positif
Diagnosa 2 : Ansietas b.d perubahan dalam status kesehatan
![Page 22: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/22.jpg)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam ansietas yang di
alamai klien terkontrol atau terkendali
KH :
1. Klien mampu mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan
teknik untuk mengontrol cemas
2. Klien menunjukan postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktifitas mengalami penurunan kecemasan
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan
2. Gunakan pendekatan yang menyenangkan
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
6. Intruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
7. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan sesuai indikasi
Diagnosa 3 : Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri b.d kurang
pengetahuan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien
mampu memanejemen kesehatan dirinya (kesadaran akan pentingnya
kontrol kehamilan)
KH :
1. Klien mampu menyeimbangkan aktifitas dan istirahat
2. Klien mengerti pentingnya kepelayanan kesehatan
Intervensi :
1. Gunakan teknik intervensi sesuain usia klien
2. Identifikasi faktor internal dan eksternal yang mengurangi motifasi
klien
3. Ajarkan dalam membuat jadwal kegiatan yang sesuai
4. Kolaborasi dengan keluarga untuk mempermudah klien menuju
pelayanan kesehatan
5. Yakinkan klien agar rutin memeriksakan kesehatannya
![Page 23: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/23.jpg)
KESIMPULAN
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan suatu
masalah yang harus mendapatkan penanganan yang sesuai dengan prosedur agar tidak
terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Penanganan segera pada ketuban pecah dini
yaitu dengan pemberian antibiotik dan segera lakukan induksi persalinan jika umur
kehamilan sudah aterm tapi jika belum aterm (prematur) pertahankan. Asuhan ini
dilaksanakan dengan tujuan agar janin dan ibu bisa menjalani proses persalinan dengan
normal dan tanpa adanya komplikasi. Pada proses persalinan ini membutuhkan asuhan
yang optimal dan dukungan dari semua pihak khususnya keluarga dan penolong yang
terampil agar proses persalinan berjalan dengan lancar, bayi dan ibu sehat sehingga
dapat menurunkan adanya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.
![Page 24: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081418/55cf9c04550346d033a840fd/html5/thumbnails/24.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Atmono, BD. 2000. Keluaran Perinatal Pengelolaan Konservatif kehamilan Belum Genap
Bulan dengan ketuban Pecah Dini. Semarang: FKUNDIP.
Dochterman, Butcher & Bulechek. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). Ed.5.
Philadelphia: Mosby Elsevier.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Manuaba.I.B.G. 2001. Ketuban Pecah Dini dalam Kapita Selekta
Penatalaksanaan Obstetri Ginekologi dan KB . Jakarta: EGC. hal : 221-
225.
Maria. 2007. Ketuban Pecah Dini Berhubungan Erat Dengan Persalinan Preterm dan
Infeksi Intrapartum. Jakarta: EGC.
Mochtar R. 1998. Ketuban Pecah Dini. Dalam: Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif dan
Obstetri Sosial. Jilid I. Ed. II. Jakarta: EGC. p . 2 5 5 - 8 . 2.
Moorhead, dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed. 4. Philadelphia: Mosby
Elsevier.
Morgan, G dan Hamilton C. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktis. Jakarta: EGC.
Mufdlilah. 2009. Panduan Asuhan Keperawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika
Press.
Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. Sinopsis Obstetri, jilid I.
Rachimhadhi, T. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal . Jakarta: YBP-SP.
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung.
Varney, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta: EGC.