Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

36
LAPORAN KELOMPOK DK 2 TRIGGER 1 BLOK REPRODUKSI ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. P DENGAN KETUBAN PECAH DINI IK REGULER 2 KELOMPOK 1 : GITA PUSPITASARI 115070200111026 DOMA MARTAPURA 115070200111028 MAULANA RAHMAT H. 115070200111030 ATIKA PUTRI AYU 115070200111038 RENI CATUR R. 115070200111040 JUMMANI 115070201111012 NADIFATUS SUSANA 115070213111002 AMIN AYU B. 115070207111004 RITA NOVITA SARI 115070207111006 YULIANTI 115070207111020 TEGUH FITRIYANTO 115070207111024 JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

Transcript of Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

Page 1: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

LAPORAN KELOMPOK DK 2 TRIGGER 1 BLOK REPRODUKSI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. P DENGAN KETUBAN PECAH DINI

IK REGULER 2

KELOMPOK 1 :

GITA PUSPITASARI 115070200111026

DOMA MARTAPURA 115070200111028

MAULANA RAHMAT H. 115070200111030

ATIKA PUTRI AYU 115070200111038

RENI CATUR R. 115070200111040

JUMMANI 115070201111012

NADIFATUS SUSANA 115070213111002

AMIN AYU B. 115070207111004

RITA NOVITA SARI 115070207111006

YULIANTI 115070207111020

TEGUH FITRIYANTO 115070207111024

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

SEPTEMBER 2013

Page 2: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda

persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Ketuban pecah

dini merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan berbagai akibatnya.

Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada

kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm

insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada

kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu

minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada

kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh

prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas

dengan insidensi 30-40%.

Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak diketahui.

Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi sebagai

penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah

yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular

seksual misalnya disebabkan oleh chlamydia trachomatis dan nescheria gonorrhea.

Selain itu, infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput

amnion/ketuban yang abnormal, servik yang inkompetensia, serta trauma oleh

beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban

pecah dini. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual dan pemeriksaan dalam.

Penatalaksanaan KPD memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat

menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam Rahim. Terjadinya

kematian pada ibu dan anak dengan adanya masalah tersebut maka peran perawat yaitu

memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dan persalinan secara komprehensif

sehingga ibu dan janin mendapatkan perawatan yang optimal. Dengan demikian akan

menurunkan atau memperkecil resiko kematian ibu dan bayinya. Dari uraian di atas

penulis merasa tertarik untuk mengambil kasus ini dengan judul “ASUHAN

KEPERAWATAN PADA NY. P DENGAN KETUBAN PECAH DINI”

Page 3: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

1. Definisi Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda

persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan

(Manuaba,1998).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila

pembukaan pada primi < 3 cm, dan pada multi < 5 cm. (Sinopsis Obstetri, Prof. Dr.

Rustam Mochtar, MPH. jilid I )

Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah

kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat

terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan

aterm.( Saifuddin, Abdul Bari, 2006)

Jadi, dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Ketuban pecah dini

(KPD) atau spontaneus/early/premature rupture of membrans (PROM) adalah

pecahnya selaput ketuban secara spontan yang ditandai dengan keluarnya cairan

dari vagina sebelum menunjukkan tanda-tanda persalinan/ inpartu (kontraksi

uterus teratur dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan terjadinya efficement

atau dilatasi serviks), atau bila satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal

persalinan, atau secara klinis bila ditemukan pembukaan kurang dari 3 cm pada

primigravida dan kurang dari 5 cm pada multigravida.

Selain itu, Ketuban pecah dini juga dapat diartikan dengan keluarnya cairan berupa

air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan

berlangsung dan dapat terjadi kapan saja baik pada kehamilan aterm maupun

preterm. Saat aterm sering disebut dengan aterm prematur rupture of membrans

atau ketuban pecah dini aterm. Bila terjadi sebelum umur kehamilan 37 minggu

disebut ketuban pecah dini preterm / preterm prematur rupture of membran

(PPROM) dan bila terjadi lebih dari 12 jam maka disebut prolonged PROM.

2. Epidemiologi dan Klasifikasi Ketuban Pecah Dini

Epidemiologi KPD

KPD dapat terjadi pada kondisi preterm, aterm, maupun midtrimester

dengan presentasi preterm 1%-3%, aterm 8%, dan midtrimester <1%.

KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kelahiran prematur.

Dalam keadaan normal, 8 hingga 10% perempuan hamil aterm akan

Page 4: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

mengalami KetubanPecah Dini. Ketuban Pecah Dini Prematur pula terjadi pada

1% kehamilan. Mengikut referensi Ilmu Kebidanan, kejadian Ketuban Pecah

Dini pada umur kehamilan sebelum 34 minggu, kejadiannya sekitar

4%.Dikemukan bahwa kejadian ketuban pecah dini, 5 % diantaranya segera

diikuti oleh persalinan dalam 5-6 jam, sekitar 95 % diikuti oleh persalinan

dalam 7-95 jam, dan selebihnya memerlukan tindakan konservatif atau

aktif denganmenginduksi persalinan atau operatif. Menurut jurnal Acta

Medice Iranica 2003, berlaku perbedaan insiden mengikut ras yaitu,

berlaku peningkatan drastic pada wanita kulit hitam yaitu dari 5.1% ke

12.5% dan pada wanita kulit putih dari 1.5% menjadi 2.2%. Sosio

ekonomi rendah belum dapat dijadikan parameter yang mempengaruhi

Ketuban Pecah Dini. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematianibu (AKI) di Indonesia

masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau

setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai

sebab. Antaranya, 65% adalah disebabkan komplikasi dari Ketuban Pecah Dini

Klasifikasi KPD

Klasifikasi Ketuban pecah dini (Premature Rupture of

Membranes/PROM) mengacu kepada pasien yang melampaui usia

kehamilan 37 minggu dan ditampilkan dengan adanya pecah ketuban

(Rupture of Membranes/ROM) sebelum awal persalinan. Ketuban pecah

dini preterm (Preterm Premature Rupture of Membranes/PPROM)

adalah pecahnya ketuban (ROM) sebelum kehamilan 37 minggu. Dan

pecah ketuban berkepanjangan adalah setiap pecahnya ketuban

yang berlangsung selama lebih dari 24 jam dan lebih dahulu pecah pada

awal persalinan (Hamilton C, 2010). Dibagi menjadi dua yaitu :

a. PROM ( Premature Rupture of Membrane)

Ketuban pecah pada saat usia kehamilan ≥ 37 minggu. Pada

PROM penyebabnya mungkin karena melemahnya membran amnion

secara fisiologis. Kondisi klinis seperti inkompetensi serviks dan

polihidramnion telah diidentifikasi sebagai faktor risiko yang jelas

Page 5: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

dalam beberapa kasus ketuban pecah dini. Untuk penangananya

melalui Seksio Sesarea(Syaifuddin, 2002).

b. PPROM ( Preterm Premature Rupture of membrane)

Ketuban pecah dini premature (PPROM) mendefinisikan

ruptur spontan membran janin sebelum mencapai umur kehamilan 37

minggu dan sebelum onset persalinan (American College of

Obstetricians dan Gynecologists, 2007). Pecah tersebut kemungkinan

memiliki berbagai penyebab, namun banyak yang percaya infeksi

intrauterin menjadi salah satu predisposisi utama (Gomez dan rekan,

1997; Mercer, 2003)Sebuah tinjauan ilmiah penyebab PPROM

diidentifikasi penyebab potensial banyak dalam kasus tertentu. Ini

termasuk penurunan umum dalam kekuatan peregangan membran

amnion, cacat lokal pada membran amnion, penurunan kolagen

cairan ketuban dan perubahan dalam struktur kolagen, iritabilitas

uterus, apoptosis, degradasi kolagen, dan peregangan membran.

Pada jaringan Maternal-Fetal Medicine Unit (MFMU) menemukan

bahwa faktor risiko PPROM adalah PPROM sebelumnya, fibronektin

janin positif pada kehamilan 23 minggu, dan leher rahim pendek (<25

mm) pada umur kehamilan 23 minggu. Untuk penatalaksanaannya

dirawat di Rumah Sakit, tunda persalinan, berikan antibiotik

(Manuaba, 2001)

3. Etiologi dan Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini

Secara etiologi, penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti

penyebabnya.

Beberapa faktor resiko yang berpotensi terjadinya ketuban pecah dini antara lain:

Serviks inkompeten

Pada wanita dalam presentasi kecil dengan kehamilan yang jauh dari aterm,

servik yang inkompeten dapat menipis dan berdilatasi bukan sebagai akibat dari

peningkatan aktivitas uterus melainkan akibat dari kelemahan intrinsik uterus

sehingga menyebabkan ketuban pecah. Keadaan ini ditandai oleh dilatasi servik

tanpa rasa nyeri dalam trimester kedua atau awal trimester ketiga kehamilan

Page 6: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

yang disertai prolapsus mebran amnion lewat servik dan penonjolan membrane

tersebut kedalam vagina, peristiwa ini diikuti oleh pecahnya ketuban dan

selanjutnya ekspulsi janin imatur sehingga kemungkinan janin akan meninggal.

Tanpa tindakan yang efektif rangkaian peristiwa yang sama cenderung berulang

dengan sendirinya dalam setiap kehamilan. Meskipun penyebabnya masih

meragukan namun trauma sebelumnya pada servik, khususnya pada tindakan

dilatasi, kauteterisasi, kuretasi (Maria, 2007).

Pada kasus yang lain perkembangan servik yang abnormal termasuk

penggunaan preparat diebstilbestrol in utero turot memainkan peranan. Dilatasi

servik yang menjadi ciri khas keadaan ini jarang terlihat menonjol sebelum

minggu ke 16 kehamilan karena hasil konsepsi pada umur kehamilan tersebut

belum cukup besar untuk menimbulkan pendataran dan dilatasi serviks, kecuali

terjadi kontraksi uterus dan nyeri. Penanganannya dengan pelaksanaan

penjahitan benang melingkar untuk menguatkan servik, namun harus ditunda

sampai sesudah kehamilan berusia 14 minggu. Factor resiko pada ketuban pecah

dini pada servik inkompeten adalah 25% (Maria, 2007).

Kelemahan Kulit Ketuban (Atmono, 2000)

Kelemahan kulit ketuban dapat terjadi akibat berbagai macam hal, di antaranya:

a. Perubahan degenerative pada kulit ketuban yang rupture

b. Perubahan elastisitas kulit ketuban

c. Perubahan biokimia pada kulit ketuban yang rupture, yang dapat

disebabkan oleh:

Defisiensi kolagen tipe III

Perubahan keseimbangan antara aktivitas enzim proteolitik dan

inhibitor protease

Agen sitotoksisk yang diuraikan oleh bakteri atau sel host inflamasi

Overdistensi uterus yang membuat tekanan pada kulit ketuban meningkat di

atas ostium internum pada serviks yang sudah terbuka atau meningkatnya

tekanan intrauterine. Penyebabnya antara lain (Atmono, 2000):

a. Polihidramnion

Hidramnion atau polihidramnion adalah keadaan dimana banyaknya air

ketuban melebihi 2000cc. Penambahan air ketuban ini bisa mendariak

dalam beberapa hari disebut hidramnion akut, atau secara perlahan-lahan

Page 7: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

disebut hidramnion kronis. Insidennya berkisar antar 1:62 dan 1:754

persalinan, tetapi bentuk yang menyebabkan gangguan lebih jarang (1:1000

persalinan). Hidramnion yang disertai dengan kelainan konginital, terutama

dari susunan saraf sentral dan traktus gastrointestinal, cukup tinggi. Di

samping itu, sering ditemukan pada kehamilan ganda dan beberapa

penyakit ibu seperti diabetes mellitus, preeklampsia. (Rachimharii,T, 2005)

Sampai sekarang etiologi hidramnion belum jelas, tetapi diketahui bahwa

hidramnion terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila pengaliran air

ketuban terganggu atau kedua-duanya. Diriuga air ketuban dibentuk dari

sel-sel amnion. Di samping itu ditambah oleh air seni janin dan cairan otak

pada anensefalus. Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan

diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran ialah ditelan oleh

janin, diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya

masuk peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban akan terganggu bila janin

tidak bisa menelan seperti pada atresia esophagus atau tumor-tumor

plasenta (Rachimharihi, Trijatmo, 2005). Hidramnion dapat memungkinkan

ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah

sebelum waktunya (Maria, 2007).

b. Kehamilan Ganda (gamelli)

Kehamilan ganda adalah kehamilan dua janin atau lebih. Kehamilan kembar

dapat memberikan resiko yang lebih tinggi baik bagi janin maupun ibu. Oleh

karena itu, dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan

pengawasan hamil yang intensif. Frekuensi kehamilan kembar mengikuti

rumus dari Hellin, yaitu 1.89 untuk hamil kembar, triplet 1:892 dan

kuadruplet 1.893. Factor yang dapat meningkatkan kemungkinan hamil

kembar adalah factor ras, keturunan, umur, dan paritas. Factor resiko

ketuban pecah dini pada kembar dua 50% dan kembar tiga 90%

(Manuaba,dkk. 2007). Hamil ganda dapat memungkinkan ketegangan rahim

meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya

(Maria, 2007).

Sepalopelvik disproporsi (Manuaba, dkk, 2007)

Sepalopelvik disproporsi dapat terjadi akibat:

a. Kepala janin belum masuk PAP

Page 8: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

b. Pendular abdomen (perut gantung)

c. Multipara atau grandemultipara

Pada kehamilan yang terlalu sering maka proses embryogenesis akan

terpengaruh sehingga selaput atau kulit ketuban yang terbentuk akan lebih

tipis. Hal ini dapat mengakibatkan selaput ketuban mudah pecah sebelum

tanda-tanda inpartu terjadi.

d. Malpresentasi janin

Malpresentasi janin atau kelainan letak janin dapat membuat ketuban

bagian yang terendah langsung menerima tekanan intrauteri yang

dominant yaitu letak sungsang dan bokong (Mansjoer, 2001). Persalinan

pada letak sungsang merupakan kontroversi karena komplikasinya tidak

dapat diriuga sebelumnya, terutama pada persalinan kepala bayi. Sebab

terjadinya letak sungsang adalah terdapat plasenta previa, keadaan janin

yang menyebabkan letak sungsang (makrosemia, hidrosefalus,

anensefalus), keadaan air ketuban (oligohidramnion, hidramnion), keadaan

kehamilan (kehamilan ganda, kehamilan lebih dari dua), keadaan uterus

(uterus arkuatus), keadaan dinding abdomen, keadaan tali pusat (pendek,

terdapat lilitan tali pusat pada leher). Kejadian letak lintang tidak terlalu

banyak hanya sekitar 0,5% kehamilan. Penyebab letak lintang dari sudut

maternal (panggul sempit, multipara, kehamilan ganda,

hidramnion/oligohidramnion, tumor pada daerah pelvis) (Manuaba,dkk,

2007).

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap

ruangan dalam uterus. Pada kehamilan <32 minggu, jumlah air ketuban

relative lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan

leluasa, dan demikian janin dapat menempatkan diri dalam letak

sungsang/letak lintang. Pada kehamilan trimester akhir janin tumbuh

dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena bokong

dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala maka

bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas difundus uteri,

sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil disegmen bawah

uterus. Letak sungsang dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat,

Page 9: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya (Maria,

2007).

Faktor gaya hidup dan karakteristik ibu

Gaya hidup ibu yang buruk seperti merokok, minum minuman keras, pengguna

obat-obatan terlarang, dan lain-lain dapat meningkatkan resiko terjadinya

ketuban pecah dini.selain itu secara demografi ibu dengan usia tua, tinggi badan

rendah, factor pekerjaan, riwayat hubungan seksual baru-baru ini (Morgan &

Hamilton, 2009), stress psikologis, factor social ekonomi dan pendidikan yang

rendah lebih beresiko mengalami ketuban pecah dini. Factor yang berhubungan

dengan berat badan ibu yang beresiko KPD yaitu kelebihan berat badan sebelum

masa kehamilan dan peningkatan berat badan yang sedikit selama kehamilan

(Morgan & Hamilton, 2009).

Faktor keturunan (Manuaba, dkk, 2007)

Faktor keturunan yang beresiko menyebabkan KPD antara lain:

a. Kelainan bawaan dari selaput ketuban

b. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih

c. Defisiensi vitamin C dan ion Cu serum

Infeksi vagina/serviks

Infeksi Clamidydia trachomatis merupakan penyebab akibat hubungan seksual

yang kejadiannya semakin tinggi, kejadian infeksi ini pada serviks wanita hamil

yaitu 2-37%. Beberapa penelitian menunjukkan berbagai masalah meningkatnya

risiko kehamilan dan persalinan pada ibu dengan infeksi ini. Misalnya dapat

menimbulkan abortus, kematian janin, persalinan preterm, pertumbuhan janin

terhambat, ketuban pecah sebelum waktunya serta endometritis postabortus

maupun postpartum (Rachimharihi, 2005).

Penyakit bacterial vagionosis (BV) dahulu dikenal dengan sebagai vaginitis

nonspesifik atau vaginitis yang disebabkan oleh Haemophilus/ Gardnerella

vaginalis. Dalam kehamilan, penelitian membuktikan bahwa BV merupakan

salah satu faktor pecahnya selaput ketuban pada kehamilan dan persalinan

premature (Rachimharihi, 2005).

Streptokokus grup B (GBS) adalah bakteri gram positif betahemolitikus yang

umumnya ditemukan dalam saluran cerna. Diperkirakan 10 – 30% wanita hamil

memiliki penyakit GBS pada vaginan dan rectum. GBS dapat menyebabkan

Page 10: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

korioamnionitis, endometritis, infeksi saluran kemih, dan infeksi luka, dan hal itu

memiliki kaitan dengan persalinan premature dan ketuban pecah dini pada

persalinan premature (Varney. 2008).

4. Patofisiologi Ketuban Pecah Dini

(terlampir)

5. Manifestasi Klinis Ketuban Pecah Dini

Keluar ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau atau kecokelatan dalam

jumlah sedikit atau banyak.

Volume air ketuban pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml, warna agak keruh,

serta mempunyai bau yang khas : agak amis dana manis. Cairan amnion

mempunyai berat jenis 1,007-1,008 terdiri atas 97-98% air. Sisanya terdiri atas

garam organik serta bahan organik. Protein ditemukan rata-rata 2,6%

perliter,sebagian besar sebagai albumin. Warna air ketuban menjadi kehijau-

hijauan karena tercampur dngan meconium (kotoran pertama yang dikeluarkan

bayi dan mengeluarkan empedu).

Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi

Janin mudah teraba

Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah kering

Inspekulo, tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air

ketuban ketuban sudah kering (Mansjoer, 2001).

6. Pemeriksaan Diagnostik Ketuban Pecah Dini

- Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan

dengan kertas nitrazine,kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari

vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut

dapat memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan

trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni.

- Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim.

7. Penatalaksanaan Medis dan Pencegahan Ketuban Pecah Dini

Page 11: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

Penatalaksanaan Medis

a) Konservatif (Mempertahankan kehamilan)

1. Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada

ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.

2. Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisisn bila tidak

tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.

3. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih

keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

4. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes

buss negatif bed deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan

kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.

5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,

berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24

jam.

6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, bed antibiotik dan

lakukan induksi.

7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra

uterin).

8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu

kematangan pare janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin

dan spingomielin tap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis

tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4

kali.

b) Aktif

Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio

sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50,xg intravaginal tiap 6 jam

maksimal 4 kali

Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan

persalinan diakhiri :

1. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi.

Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.

2. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.

Page 12: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

c) Agresif

1. Jel prostaglandin/misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya

dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter).

2. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi Pitocin bila serviks tidak

berespon.

3. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak

ada tanda, mulai pemberian Pitocin.

4. Berikan cairan per IV, pantau janin.

5. Peningkatan risiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.

6. Bila pengambilan keputusan berlangsung pada kelayakan serviks untuk

induksi, kaji nilai Bishop setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan

untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan,

baik manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai

persalinan/induksi dimulai.

7. Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan

pada hari berikutnya sampai pelahiran/lebih sering tanda infeksi

terlihat.

8. Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardi janin

yang merupakan salah satu tanda infeksi.

9. Mulai induksi persalinan setelah konsultasi dengan dokter jika:

- Suhu tubuh ibu meningkat signifikan

- Terjadi takikardia janin

- Lokia tampak keruh

- Iritabilitas/nyeri tekan uterus yang signifikan

- Kultur vagina menunjukkan streptokokus beta hemolitikus

- Hitung darah lengkap menunjukkan kenaikan sel darah putih

Pencegahan

1. Obati infeksi gonokokus, klamidia, dan vaginosis bacterial.

2. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung usaha

untuk mengurangi atau berhenti.

3. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil.

Page 13: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

4. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester akhir bila

ada faktor predisposisi.

5. Kontrol kehamilan secara teratur.

Trimester I : 4 minggu sekali

Trimester II : 2 minggu sekali

Trimester III : 1 minggu sekali

Pemeriksaan Umum

- Keadaan umum klien, status gizi, kelainan bentuk badan, dan

tingkat kesadaran

- Adakah anemia, sianosis, ikterus, atau dispnea

- Keadaan jantung dan paru-paru

- Adakah oedema

Dapat disebabkan oleh toxaemia gravidarum atau oleh tekanan

rahim yang membesar pada vena-vena dalam panggul yang

mengalirkan darah dari kaki, tetapi juga oleh hipovitaminose B1,

hipoproteinemia dan penyakit jantung

- Tekanan darah

Tensi orang hamil tidak boleh mencapai 140/90 mmHg.

Perubahan 30 sistolis dan 15 diastolis di atas tensi sebelum

hamil mengindikasikan toxaemia gravidarum

- Berat badan

- Pemeriksaan laboratorium

Air kencing

Ada glukosa Diabetes

Ada protein nefritis, toxaemia gravidarum, dan

radang dari saluran kencing

Darah

Pada orang hamil, sering timbul anemia karena

defisiensi Fe

Pemeriksaan Obstetri

a) Inspeksi (muka, leher, dada, perut, vulva, dan anggota bawah)

Page 14: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

b) Palpasi

o Tujuan :

- Untuk menentukan besarnya rahim & usia kehamilan

- Menentukan letak anak dalam rahim

- Mengetahui apakah ada tumor dalam rongga perut, kista,

mioma, dan limpa yang membesar

o Menurut Leopold, cara melakukan palpasi terdiri dari 4 macam

yaitu:

1. Manuver I

Untuk mengetahui bagian fundus uteri (kepala/pantat)

& menentukan usia kehamilan.

Prosedur :

- Kaki klien dibengkokkkan pada lutut dan lipat paha.

- Pemeriksa berdiri sebelah kanan klien dan melihat

ke arah muka klien.

- Rahim dibawa ke tengah.

- Tinggi fundus uteri ditentukan.

- Tentukan bagian apa yang terdapat dalam fundus.

Bila kepala akan teraba keras, rata, bulat, mudah

bergerak, dan ballofable. Sedangkan bila pantat,

akan teraba lembut, tidak beraturan, melingkar,

dan sulit digerakkan.

2. Manuver II

Untuk mengetahui letak punggung & bagian-bagian

kecil janin.

Prosedur :

- Pemeriksa menghadap ke muka klien. Letakkan

kedua tangan pada kedua sisi abdomen.

Pertahankan uterus dengan tangan yang satu dan

palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi punggung

janin. Bagian punggung akan teraba jelas, rata,

cembung, kaku, dan tidak dapat digerakkan. Bagian-

bagian kecil (tangan & kaki) akan teraba kecil:

Page 15: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

bentuk atau posisi tidak jelas dan menonjol serta

mungkin dapat bergerak aktif atau pasif.

- Kadang-kadang di samping terdapat kepala atau

pantat letak lintang.

3. Manuver III

Untuk mengetahui bagian bawah (bagian yang terdekat

dengan serviks).

Prosedur :

- Letakkan 3 ujung jari kedua tangan pada kedua sisi

abdomen klien tepat di atas simfisis dan minta klien

menarik nafas dalam dan menghembuskan

nafasnya. Pada saat klien menghembuskan nafas,

tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan

dalam sekitar bagian presentasi. Catat kontur,

ukuran, dan konsistensi.

- Bagian kepala akan teraba keras, rata, dan mudah

digerakkan jika tidak terikat atau tertahan. Bagian

pantat akan teraba lembut dan tidak rata.

4. Manuver IV

Untuk mengetahui letak ujung kepala.

Prosedur :

- Perawat atau bidan menghadap ke kaki klien,

secara perlahan gerakkan jari tangan ke sisi bawah

abdomen ke atas pelvis sehingga ujung jari salah

satu tangan menyentuh tulang terakhir. Ini adalah

bagian ujung kepala.

- Jika bagian ujung terletak di bagian yang

berlawanan dengan punggung, ini adalah bagian

pundak bayi dan kepala pada posisi fleksi. Jika

kepala pada posisi ekstensi, ujung kepala akan

terletak pada bagian yang sama dengan punggung

dan bagian oksiput menjadi ujung kepala.

- Hasil :

Page 16: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

Convergen

Sebagian kecil kepala turun ke dalam rongga

panggul

Sejajar

Separuh dari kepala masuk ke dalam rongga

panggul

Divergen

Bagian terbesar dari kepala masuk ke dalam

rongga panggul & ukuran terbesar kepala

sudah melewati PAP

o Mengukur tinggi fundus uteri

Untuk memeriksa usia kehamilan. Pengukuran ini dapat

dilakukan pada trimester II dan III.

Untuk mendapatkan ketepatan pengukuran, digunakan rumus

Mc. Donald’s sebagai berikut :

a) Usia kehamilan (hitungan bulan)

= tinggi fundus uteri (dalam cm) x 2/7

b) Usia kehamilan (hitungan minggu)

= tinggi fundus uteri (dalam cm) x 8/7

c) Auskultasi

Bunyi jantung anak dapat didengar pada akhir bulan ke-V,

walaupun dengan ultrasound sudah dapat didengar pada akhir

bulan ke-III.

Normalnya berkisar antara 120-140x/menit. Apabila denyut

kurang/lebih dari normal ataupun tidak teratur, maka anak dalam

keadaan asphyxia (kekurangan O2).

Cara menghitung : Mendengarkan 3 x 5 detik, kemudian jumlah

bunyi jantung dalam 3 x 5 detik dikalikan 4.

(Mufdlilah, 2009; Sastrawinata, 1983)

Page 17: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

8. Komplikasi Ketuban Pecah Dini

Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan.

Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia

karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya

persalinan normal. (buku ilmu kebidanan 2008 hal. 678)

Persalinan Prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode

laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam

24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50%

persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan

terjadi dalam 1 minggu.

Infeksi

Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu

terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,

omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada

ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara

umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan

lamanya periode laten.

Hipoksia dan asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat

hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya

gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin

semakin gawat.

Sindrom deformitas janin

Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan

janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan

janin, serta hipoplasi pulmonal.

9. Asuhan Keperawatan Klien dengan Ketuban Pecah Dini

Ny. P usia 25 th G1 Poooo Abooo usia kehamilan 37 minggu dating ke rumah sakit dengan

keluhan keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir sejak kemarin pagi.

Pasien mengatakan sejak keluar cairan dari jalan lahir Ny. P tidak berani beraktivitas

Page 18: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

berat, pasien hanya tiduran sepanjang hari. Pasien mengeluh badannya demam, saat

di RS hasil pemeriksaan perawat didapatkan TD= 120/80 mmHg, N= 98x/menit, RR=

18x/menit, suhu 37oC, DJJ= 120x/menit, pasien tidak merasakan adanya his. Hasil

pemeriksaan cairan amnion menunjukkan pH netral & warnanya keruh. Pasien

tampak tegang, penurunan konsentrasi, pucat, dan gelisah. Berdasarkan anamnesa

perawat, pasien mengatakan jarang kontrol kehamilan ke Puskesmas.

a) Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : Ny.P

Usia : 25 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Pernikahan : Menikah

No. RM : 01

2. Status Kesehatan Saat Ini

a. Keluhan utama : Keluar cairan berwarna keruh merembes dari

jalan lahir sejak kemarin

b. Lama Keluhan : 1 hari

c. Kualitas Keluhan : -

d. Faktor pencetus : -

e. Faktor pemberat : jarang kontrol kehamilan ke puskesmas

f. Upaya yang dilakukan : tidak berani beraktivitas berat, pasien hanya

tiduran sepanjang hari

g. Diagnose medis : ketuban pecah dini

3. Riwayat Kesehatan Saat Ini

Pasien mengeluh keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir

sejak kemarin pagi. Pasien tidak berani beraktivitas berat dan hanya tiduran

sepanjang hari. Pasien mengeluh badannya demam dan tidak merasakan

adanya his. Pasien tampak tegang, penurunan konsentrasi, pucat, dan

gelisah.

4. Riwayat Kesehatan Terdahulu :

Pasien jarang kontrol kehamilan ke Puskesmas

5. Riwayat Kesehatan Keluarga : -

6. Pemeriksaan Fisik

Page 19: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

a. Keadaan umum

- Kesadaran : komposmentis

- TTV :

Suhu : 370 C, RR : 18x/menit, DJJ : 120x/menit, Nadi : 98x/menit,

TD : 120/80 mmHg

b. Genetalia dan anus

- Inspeksi : keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir

- Tidak merasakan adanya his

c. Kulit dan kuku

- Badan terasa demam

7. Pola Aktivitas-Latihan

Pasien tidak berani beraktivitas berat sejak keluar cairan dari jalan lahir

8. Pola Istirahat-Tidur

Pasien hanya tiduran sepanjang hari sejak keluar cairan dari jalan lahir

9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan cairan amnion menunjukkan pH netral dan warnanya keruh

b) Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan

D.S =

- Pasien mengeluh

keluar cairan berwarna

keruh merembes dari

jalan lahir sejak kemarin

pagi

- Pasien mengeluh

badannya demam

D.O =

Hasil pemeriksaan cairan

amnion menunjukkan

pH netral & warnanya

keruh

Infeksi genitalia

Bakteri naik ke uterus melalui vagina dan

serviks↓

Aktivitas prostaglandin dan IL 1 meningkat

Degradasi kolagen↓

Selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah

↓Ketuban pecah dini

↓Cairan merembes keluar

melalui jalan lahir↓

Risiko infeksi

Page 20: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

Terjadi perubahan flora normal di vagina dan

serviks↓

Bakteri naik ke uterus melalui vagina dan

serviks↓

Terjadi infeksi dan inflamasi lokal

↓Risiko infeksi

D.S =

Pasien mengatakan

sejak keluar cairan dari

jalan lahir Ny. P tidak

berani beraktivitas berat

D.O =

Pasien tampak tegang,

penurunan konsentrasi,

pucat, dan gelisah

Infeksi genitalia

Bakteri naik ke uterus melalui vagina dan

serviks↓

Aktivitas prostaglandin dan IL 1 meningkat

Degradasi kolagen↓

Selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah

↓Ketuban pecah dini

↓Cairan merembes keluar

melalui jalan lahir↓

Gelisah, bingung, tegang↓

Ansietas

Ansietas b.d perubahan

dalam status kesehatan

D.S =

- Pasien mengatakan

sejak keluar cairan dari

jalan lahir Ny. P tidak

berani beraktivitas

berat, hanya tiduran

sepanjang hari

- Pasien mengatakan

Infeksi genitalia

Bakteri naik ke uterus melalui vagina dan

serviks↓

Aktivitas prostaglandin dan IL 1 meningkat

Degradasi kolagen

Ketidakefektifan

manajemen kesehatan

diri b.d kurang

pengetahuan

Page 21: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

jarang kontrol

kehamilan ke Puskesmas

D.O = -

↓Selaput ketuban tipis,

lemah dan mudah pecah↓

Ketuban pecah dini

Pasien tidak tahu tentang KPD (jarang control

kehamilan ke Puskemas)↓

Ketidakefektifan manajemen kesehatan

diri

c) Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa 1 : Risiko Infeksi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, risiko infeksi

pada klien terkendali/terkontrol.

KH :

1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi yaitu demam (suhu : 37 0C).

2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi:

mengurangi demam.

Intervensi :

1. Kaji tanda dan gejala infeksi (kemerahan, panas, drainase)

2. Monitor jumlah granulosit, WBC

3. Monitor kerentanan terhadap infeksi

4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien yang beresiko

5. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik seperti ampicilin 4x500

mg atau eritomicin bila tidak tahan ampicilin dan metronidozol

2x500mg selama 7 hari

6. Ajarkan pasien dan keluarga tanda gejala infeksi

7. Ajarkan cara menghindari infeksi

8. Laporkan kecurigaan infeksi

9. Laporkan kultur positif

Diagnosa 2 : Ansietas b.d perubahan dalam status kesehatan

Page 22: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam ansietas yang di

alamai klien terkontrol atau terkendali

KH :

1. Klien mampu mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan

teknik untuk mengontrol cemas

2. Klien menunjukan postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan

tingkat aktifitas mengalami penurunan kecemasan

Intervensi :

1. Kaji tingkat kecemasan

2. Gunakan pendekatan yang menyenangkan

3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis

6. Intruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi

7. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan sesuai indikasi

Diagnosa 3 : Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri b.d kurang

pengetahuan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien

mampu memanejemen kesehatan dirinya (kesadaran akan pentingnya

kontrol kehamilan)

KH :

1. Klien mampu menyeimbangkan aktifitas dan istirahat

2. Klien mengerti pentingnya kepelayanan kesehatan

Intervensi :

1. Gunakan teknik intervensi sesuain usia klien

2. Identifikasi faktor internal dan eksternal yang mengurangi motifasi

klien

3. Ajarkan dalam membuat jadwal kegiatan yang sesuai

4. Kolaborasi dengan keluarga untuk mempermudah klien menuju

pelayanan kesehatan

5. Yakinkan klien agar rutin memeriksakan kesehatannya

Page 23: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

KESIMPULAN

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan

mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan suatu

masalah yang harus mendapatkan penanganan yang sesuai dengan prosedur agar tidak

terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Penanganan segera pada ketuban pecah dini

yaitu dengan pemberian antibiotik dan segera lakukan induksi persalinan jika umur

kehamilan sudah aterm tapi jika belum aterm (prematur) pertahankan. Asuhan ini

dilaksanakan dengan tujuan agar janin dan ibu bisa menjalani proses persalinan dengan

normal dan tanpa adanya komplikasi. Pada proses persalinan ini membutuhkan asuhan

yang optimal dan dukungan dari semua pihak khususnya keluarga dan penolong yang

terampil agar proses persalinan berjalan dengan lancar, bayi dan ibu sehat sehingga

dapat menurunkan adanya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.

Page 24: Ketuban Pecah Dini (Kel.1)

DAFTAR PUSTAKA

Atmono, BD. 2000. Keluaran Perinatal Pengelolaan Konservatif kehamilan Belum Genap

Bulan dengan ketuban Pecah Dini. Semarang: FKUNDIP.

Dochterman, Butcher & Bulechek. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). Ed.5.

Philadelphia: Mosby Elsevier.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.

Jakarta: EGC.

Manuaba.I.B.G. 2001. Ketuban Pecah Dini dalam Kapita Selekta

Penatalaksanaan Obstetri Ginekologi dan KB . Jakarta: EGC. hal : 221-

225.

Maria. 2007. Ketuban Pecah Dini Berhubungan Erat Dengan Persalinan Preterm dan

Infeksi Intrapartum. Jakarta: EGC.

Mochtar R. 1998. Ketuban Pecah Dini. Dalam: Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif dan

Obstetri Sosial. Jilid I. Ed. II. Jakarta: EGC. p . 2 5 5 - 8 . 2.

Moorhead, dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed. 4. Philadelphia: Mosby

Elsevier.

Morgan, G dan Hamilton C. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktis. Jakarta: EGC.

Mufdlilah. 2009. Panduan Asuhan Keperawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika

Press.

Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. Sinopsis Obstetri, jilid I.

Rachimhadhi, T. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Jakarta.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal . Jakarta: YBP-SP.

Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran Bandung.

Varney, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta: EGC.