Laporan Pendahuluan Ketuban Pecah
-
Upload
fransiska-tantris -
Category
Documents
-
view
86 -
download
7
description
Transcript of Laporan Pendahuluan Ketuban Pecah
LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN INPARTU
DENGAN PERSALINAN NORMAL
I. Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar rahim ibu
(DepKes RI, 2002: 8)
Persalinan ialah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu (Sastrawinata, 2005).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar (Mansjoer, 2005: 291).
Proses kelahiran menuntut janin berhasil melalui pelvis keluar ke lingkungan ekstrauterin
(Walsh, 2008: 243).
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan membrane dari dalam
rahim melalui jalan rahim (Bobak, 2005: 245).
II. Teori yang mempengaruhi proses persalinan
1) Teori Keregangan
(1) Otot rahim mempunyai kamampuan meregang dalam batas tertentu
(2) Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai
2) Teori Penurunan Progesteron
(1) Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu
(2) Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap
oksitocin
(3) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesteron tertentu
3) Teori Oksitocin Internal
(1) Oksitocin dekeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior
(2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks
(3) Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitocin dapat
meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai
4) Teori Prostaglandin
(1) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu yang dikeluarkan oleh
decidua
(2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga
hasil konsepsi dikeluarkan
(3) Prostaglandin dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan
5) Teori hipotalamus – hipofise dan Glandula suprarenalis
(1) Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi kelambatan
persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus
(2) Pemberian kortikosteroid yang dapt menyebabkan maturitas janin, induksi (mulainya)
persalinan
(3) Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan
III. Faktor Esensial Persalinan
Menurut Bobak (2005: 235) ada 5 faktor yang mempengaruhi proses persalinan dan
kelahiran. Berbagai faktor ini mudah diingat sebagai 5 P yaitu passenger (janin dan plasenta),
passageway (jalan lahir), powers (kekuatan), posisi ibu dan psychologic respons.
1) Passenger (janin dan plasenta)
Cara bagi penumpang (passenger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan
posisi janin.presentasi janin harus mempunyai implikasi pada kemajuan persalinan (Walsh,
2007: 300)
Plasenta juga harus melewati jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang yang
menyertai janin. Namun, plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kelahiran
normal.
2) Passageway (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina dan
introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar
panggul ikut menunjang keluarnya bayi,
tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan
bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. Menurut Walsh, 2007: 300
menyebutkan bahwa tipe pelvis yang memberi prognosis baik untuk kelahiran pervaginam
adalah ginekoid dan anthropoid.
3) Power (kekuatan)
(1) Kekuatan primer
Kekuatan primer membuat serviks menipis (efficement) dan berdilatasi sehingga
janin turun. Efficement (penipisan) serviks adalah pemendekan dan penipisan serviks
selama tahap pertama persalinan. Dilatasi serviks adalah pembesaran atau pelebaran
muara dan saluran serviks yang terjadi pada awal persalinan. Diameter meningkat
dari 1 cm sampai dilatasi lengkap (sekitar 10 cm) supaya janin aterm dapat
dilahirkan.
(2) Kekuatan sekunder
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah
yakni bersifat mendorong keluar. Wanita merasa ingin mengedan. Usaha mendorong
ke bawah (kekuatan sekunder) dibantu dengan usaha volunter yang sama dengan
yang dilakukan seperti buang air besar (mengedan).
4) Posisi Ibu
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak memberi
sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman
dan memperbaiki sirkulasi. Jangan diberikan posisi terlentang secara terus – menerus.
5) Psikologis
Penampilan dan perilaku wanita serta pasangannya secara keseluruhan merupakan petunjuk
yang berharga tentang jenis dukungan yang ia akan perlukan. Wanita yang bersalin
biasanya mengutarakan berbagai kekhawatiran, tetapi mereka jarang dengan spontan
menceritakannya.
IV. Kala Persalinan
1) Kala 1
Dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas dan durasi yang
cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Kala 1
persalinan selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm) sehingga
memungkinkan kepala janin lewat. Kala 1 persalinan disebut stadium pendataran dan
dilatasi serviks.
Kala 1 dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
(1) Fase laten : berlangsung 8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mancapai
ukuran diameter 3 cm
(2) Fase aktif
Fase aktif terjadi ketika dilatasi serviks paling besar dan bagian presentasi janin
turun lebih lanjut ke dalam pelvis, Fase aktif dibagi 3 fase, yaitu:
a) Fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
b) Fase akselerasi maximal dalam waktu 2 jam. Pembukaan berlangsung sangat cepat
dari 4 menjadi 9 cm
c) Fase diselarasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi lengkap
2) Kala 2
Dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap dan berakhir ketika janin sudah lahir.
Kala 2 persalinan disebut juga sebagai stadium ekspulsi janin.
His menjadi lebih kuat, kontraksinya 50 – 100 detik, datangnya tiap 2-3 menit.
Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya cairan yang
kekuning-kuningan secara sekonyong-konyong dan banyak.. Ada kalanya ketuban pecah
dalam kala I dan malahan selaput janin dapat robek sebelum persalinan mulai. Pasien mulai
mengejan.
Tanda – tanda inpartu pada ibu menurut Mochtar tahun 1989: 101 disebutkan :
Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
Keluar lender bercampur darah (Show) yang lebih banyak karena robekan –
robekan kecil pada serviks.
Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya
Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar, pembukaan telah ada
Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai dasar panggul, perineum
menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka. Dipuncak his, bagian kecil dari kepala
nampak dalam vulva, tetapi hilang lagi waktu his terhenti. Pada his berikutnya bagian
kepala yang nampak lebih besar lagi, tetapi surut kembali kalau his berhenti, Kejadian ini
disebut kepala membuka pintu. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai
lingkaran terbesar dari kepala terpegang oleh vulva, sehingga tak dapat mundur lagi. Pada
saat ini tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada dibawah symphysis. Saat
ini disebut kepala keluar pintu, karena pada his berikutnya dengan extensi lahirnya ubun
ubun besar, dahi dan mulut pada commissural posterior.
Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dan kemudian terjadi putaran paksi luar,
sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh
jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan. His berikutnya bahu lahir,
bahu belakang dulu kemudian bahu depan, disusul oleh seluruh badan anak dengan
fleksilateral, sesuai dengan paksi jalan lahir. Sesudah anak lahir, sering keluar sisa air
ketuban, yang tidak keluar waktu ketuban pecah, kadang-kadang bercampur darah.
Menurut Mochtar, 1989: 106 lama kala II pada primi : 1,5 – 2 jam dan pada multi : 0,5 – 1
jam.
3) Kala 3
Dimulai segera setelah janin lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban janin. Kala 3 persalinan disebut juga sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi
plasenta dimana menurut Mochtar, 1989: 106 seluruh proses berlangsung 5 – 30 menit
setelah bayi lahir namun kita dapat menunggu paling lama 1 jam. Tetapi bila perdarahan
banyak atau bila pada persalinan – persalinan yang lalu ada sejarah perdarahan postpartum
tak boleh menunggu, sebaiknya langsung lakukan plasenta dikeluarkan dengan tangan.
Juga kalau perdarahan sudah lebih dari 500cc atau satu nierbekken sebaiknya uri langsung
di manual dan diberikan uterus tonika.
Setelah anak lahir his berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa menit timbul lagi. His
ini dinamakan his pelepasan uri yang melepaskan uri sehingga terletak pada segmen bawah
rahim atau bagian atas dari vagina. Setelah anak lahir uterus teraba sebagai tumor yang
keras, segmen atas lebar karena mengandung placenta, fundus uteri teraba sedikit kebawah
pusat. Kalau placenta telah lepas bentuknya menjadi bundar dan tetap bundar hingga
perubahan bentuk ini dapat diambil sebagai tanda perlepasan placenta. Jika keadaan
dibiarkan, maka setelah placenta lepas fundus uteri naik sedikit hingga setinggi pusat atau
lebih dan bagian tali pusat di luar vulva menjadi lebih panjang.
Naiknya fundus uteri disebabkan karena placenta jatuh dalam segmen bawah rahim
atau bagian atas vagina dan dengan demikian mengangkat uterus yang kontraksi; dengan
sendirinya dengan lepasnya placenta bagian tali pusat yang lahir menjadi lebih panjang.
Lamanya kala uri + 8,5 menit, dan pelepasan placenta hanya memakan waktu 2-3
menit (Sastrawinata, 1983: 263).
Sebagai ringkasan maka tanda-tanda pelepasan placenta adalah :
1. Uterus menjadi bundar.
2. Perdarahan.
3. Memanjangnya bagian tali pusar yang lahir.
4. Naiknya fundus uteri karena naiknya rahim ia juga lebih mudah dapat digerakkan.
Perasat yang dapat dilakukan untuk mengetahui lepasnya Uri menurut Mochtar,
1989: 120 meliputi:
1. KUSTNER
Meletakkan tangan dengan tekanan pada atau diatas simfisis; tali pusat ditegangkan, maka
bila tali pusat masuk berarti belum lepas; diam atau maju berarti sudah lepas.
2. KLEIN
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat kembali berarti belum lepas, jika
tali pusat diam atau turun berarti lepas.
3. STRASSMAN
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti belum lepas, jika
tak bergetar berarti sudah lepas.
4. Rahim menonjol diatas simfisis
5. Tali pusat bertambah panjang
6. Rahim bundar dank eras
7. Keluar darah secara tiba – tiba.
4) Kala 4
Kala ini penderita masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena perdarahan atonia
uteri masih mengancam. Maka dalam kala ini penderita tetap diruang bersalin tugas kita
adalah:
(1) Mengawasi perdarahan postpartum
(2) Setelah plasenta lahir diperiksa dengan teliti apakah lengkap atau tidak.
(3) Fundus uteri.
(4) Kontraksi rahim.
(5) Keadaan umum, tanda-tanda vital.
V. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Anamnesis
(1) Identitas klien
(2) HPHT dan perkiraan persalinan
(3) Sejak kapan mulai sakit perut
(4) Jarak setiap rasa sakit
(5) Lamanya rasa sakit
(6) Apakah sudah mengeluarkan: lendir campur darah, darah, cairan
(7) Bagaimana rasa / kesan perut bagian bawah
(8) Bagaimana gerak janin dalam perut
2) Pemeriksaan fisik
Meliputi keadaan umum Ibu, Tanda tanda vital, pemeriksaan Leopold, DJJ, his.
Pemeriksaan dalam (vagina toucher) meliputi portio, efficement, dilatasi serviks, ketuban
apakan sudah pecah atau belum, letak kepala, keadaan panggul apakah ada kelainan atau
tidak, dataran, keadaan rektum apakah berisi feses atau tidak.
3) Riwayat sakit dan kesehatan
Meliputi penyakit yang pernah diderita, riwayat penyakit keluarga, riwayat alergi makanan
dan obat-obatan.
4) Psikososial spiritual
Pengkajian mekanisme koping digunakan untuk menilai respon klien terhadap kondisi saat
ini dan pengaruhnya terhadap keluarga.
B. Masalah dan Intervensi
I. Kala I
a. Fase Laten
1) Ansietas
(1) Orientasikan klien pada ruangan staff dan rposedur
R : Pendidikan kepada klien dapat menurunkan stress dan ansietas dan meningkatkan
kemajuan persalinan
(2) Kaji tingkat ansietas dan penyebab ansietas, kesiapan melahirkan anak, latar belakang
budaya
R : Ansietas memeperberat persepsi nyeri, mempengaruhi teknik koping
(3) Observasi tekanan darah, nadi sesuai dengan indikasi
R : Stress memacu sistem adrenokortikal yang pada akhirnya dapat meningkatakan kerja
jantung
(4) Anjurkan klien mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut
R : Stress, rasa takut, ansietas mempunyai efek pada persalinan sering memperlama fase
pertama. Ungkapan perasaan dan rasa takut dapat menurunkan tingakat ansietas yang
dirasakan
2) Kurang pengetahuan
(1) Kaji tingkat pengetahuan dan harapan klien
R : Membantu menentukan kebutuhan akan informasi/ belajar
(2) Berikan informasi tentang prosedur dan kemajuan persalinan
R : pendidikan sebelum persalinan dapat memudahkan persalinan dan proses kelahiran,
membantu klien untuk memepertahankan kontrol selama persalinan, membantu
meningkatkan sikap positif dan merununkan ketergantungan pada medikasi
(3) Demostrasikan teknik pernafasan / relaksasi dengan tepat untuk setiap fase persalinan
R : Klien dengan persiapan sebelumnya dapat memperoleh keuntungan dari tinjauan dan
penguatan. Teknik relaksasi yang tepat dapat membantu klien dalam proses persalinan
(4) Jelaskan prosedur rutin dan kemungkinan resiko berhubungan dengan persalinan
R : Informasi yang tepat dapat membantu klien dalam membuat pilihan persetujuan
3) Resiko tinggi infeksi terhadap maternal
(1) Lakukan pemeriksaan vagina awal, ulangi pada kontraksi yang menunjukkan kemajuan
R : pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam insiden infeksi saluran asenden
(2) Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik dan tepat sebalum melakukan tindakan
R : Menurunkan resiko yang memerlukan atau menyebarkan infeksi kuman penyakit
(3) Gunakan teknik aseptik selama pemeriksaan vagina
R : Membantu mencegah pertumbuhan bakteri, membatasi kontaminan dari pencapaian ke
vagina
(4) Observasi temperatur dan nadi klien
R : Dalam 4 jam setelah membran ruptur, insiden korioamnionitis meningkat secara progesif
sesuai waktu ditunjukkan dengan peningkatan tanda – tanda vital
(5) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik jika diperlukan
R : Antibiotik melindungi perkembangan korioamninitis pada klien yang beresiko
b. Fase Aktif
II. Kala II
III. Kala III
1) Ansietas
(1) Libatkan keluarga dalam memberikan motivasi.
R: Dukungan sosial dapat meningkatkan kemampuan koping individu.
(2) Jelaskan apa yang sedang terjadi dan apa yang diharapkan. Berikan informasi faktual
tentang penyebab, implikasi dan tujuan tindakan.
R: Penjelasan yang diberikan dapat meningkatkan kesadaran klien akan situasi sehingga
dapat menurunkan kecemasan.
(3) Berikan informasi secara terus menerus.
R: Dapat mengurangi kecemasan.
(4) Observasi ulang riwayat obstetric.
R: Tingkat ansietas tergantung pada sifat situasi, riwayat kehilangan janin, pemahaman
klien akan kejadian dan tujuan intervensi, perilaku koping klien baik masa lalu maupun
saat ini.
(5) Anjurkan penggunaan teknik relaksasi.
R: Memungkinkan klien mendapat keuntungan maksimal dari periode istirahat,
mencegah kelelahan otot dan memperbaiki aliran darah uterus.
(6) Kolaborasi dengan sumber yang lainnya untuk konseling atau pendukung bila ansietas
berlebihan atau sistem pendukung tidak adekuat.
R: Dapat membantu penilaian tehadap situasi jangka panjang.
2) Nyeri
(1) Bantu dalam penggunaan teknik pernafasan/ relaksasi yang tepat dan pada massase
abdomen.
R: Dapat memblok impuls nyeri dalam korteks serebral melalui respons kondisi dan
stimulasi kutan. Memudahkan kemajuan persalinan normal.
(2) Bantu tindakan kenyamanan misalnya mengubah posisi.
R: Meningkkatkan relaksasi dan perasaan sejahtera, selain itu posisi miring kiri
menurunkan tekanan uterus pada vena kava, tetapi perubahan posisi secara periodik
mencegah iskemia jaringan dan/ atau kekakuan otot sehingga meningkatkan
kenyamanan.
(3) Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam.
R: Mempertahankan kandung kemih bebas distensi, yang dapat meningkatkan
ketidaknyamanan, mengurangi kemungkinan terjadi trauma, mempengaruhi penurunan
janin dan memperlambat proses persalinan.
(4) Berikan informasi tentang ketersediaan analgesic, respons/ efek samping pada klien
dan janin dan durasi efek analgesic.
R: Memungkinkan klien membuat pilihan persetujuan tentang cara pengontrolan nyeri.
Hal ini dilakukan bila tindakan konservatif tidak efektif dan meningkatkan ketegangan
otot, menghalangi kemajuan persalinan. Penggunaan medikasi yang minimal dapat
meningkatkan relaksasi, memperpendek persalinan, membatasi keletihan dan mencegah
komplikasi.
(5) Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan durasi pola kontraksi uterus setiap 30
menit.
R: Memantau kemajuan persalinan dan memberikan informasi untuk klien.
(6) Berikan tindakan pengamanan (pertahankan penghalang tempat tidur).
R: Analgesik yang diberikan dapat dapat mengubah persepsi dan klien dapat jatuh
karena mencoba turun tempat tidur.
(7) Ajarkan cara mengedan yang benar jika pembukaan sudah lengkap
R : Mengurangi kelelahan dan mempercepat proses persalinan.
(8) Anjurkan klien untuk istirahat miring kiri jika tidak sedang kontraksi
R : Mengurangi penekanan vena cava, meminimalkan hipoksia jaringan.
(9) Berikan analgesik bila diperlukan
R: Memberikan kelegaan bila persalinan aktif dilakukan.
(10) Kaji derajat kenyamanan dan pola pernafasan serta nadi.
R: Tindakan dan reaksi nyeri adalah individual dan berdasarkan pengalaman masa lalu,
pemahaman perubahan fisologis dan latar belakang budaya. Gangguan fungsi
pernafasan terjadi bila analgesic terlalu tinggi sehingga menimbulkan paralisis
diafragma.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta.
Carpenito & Moyet (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. (2002). Pelatihan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: EGC
Mansjoer, dkk. (2005). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius.
Saifuddin, Abdul Bari. (2008). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi 4. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sastrawinata, Sulaiman, dkk. (2005). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Walsh, Linda W. (2007). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Alih Bahasa: Wilda Eka Handayani, dkk. Jakarta: EGC
Weller, Barbara F. (2005). Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nic Noc. Jakarta: EGC.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS
Intranatal
Pengkajian tgl.Tanggal MRSRuang/Kelas
: 10-03-2009: 10-03-2009: Ruang bersalin 1/III
JamNO.RMDx. Masuk
: 07.30: 02-06-72: GIV P21003 UK 38-39 mgg inpartu
Iden
tita
s
Nama IbuUmurAgamaPendidikanPekerjaanSuku/BangsaAlamatKawin
: Ny L.P: 23 tahun: Islam: DIII: Ibu Rumah Tangga: Jawa/ Indonesia: Surabaya: satu x, Lama : 7 bulan
Nama suamiUmurAgamaPendidikanPekerjaanSukuAlamat
: Tn F.R : 24 Tahun: Islam: DIII: Karyawan Hotel: Jawa: Surabaya
Keluhan Utama: ibu menanyakan kapan akan keluar bayinya
Riw
ayat
Men
stru
asi Menarche usia
Banyaknya
HPHT
Perkiraan persalinan
: 14 tahun
: darah keluar
: 3-6-2008
: 10-3-2009
Siklus
Lamanya
Keluhan
: 30 hari
: 7 hari
: tidak nyeri saat haid
Riw
ayat
keh
amil
an s
ekar
ang
Tgl Keluhan sekarang
Tekanan darah
BB Umur kehamilan
T.F.U Letak janin/su/Li
DJJ reflek
oedem
terapi
17/10
14/11
5/11
9/1
20/2
6/3
t.a.a
pelipatan paha gatal
pelipatan paha gatal
t.a.a
t.a.a
t.a.a
110/60
100/70
100/70
110/70
100/70
110/70
45
46
46
491/2
51
50,5
19-20
24-25
26-27
31-32
37
40
Setinggi pusat
3 ja at pst
½ px – pst
4 ja ba px
3 ja ba px
3 ja ba px
Ball +
Ball+
Let kep U puka
Let kep U puka
Let kep U puka
Let kep U puka
+ dop
+ dop
+ dop
+
+
+
+/+
+/+
+/+
+/+
+/+
+/+
-/-
-/-
-/-
-/-
-/-
-/-
Kalk, staal, BCo
TT IV, kalk, Folamil
Kalk, livron, B12
Kalk, livron,B12
Livron, B1
Riw
ayat
sak
it d
an
kese
hata
n
Penyakit yang pernah diderita : ibu tidak mempunyai sakit DM,HT, Jantung, asma dan tidak pernah operasi
Penyakit yang pernah diderita keluarga : keluarga tidak ada yang menderita penyakit asma, jantung, kencing manis, maupun hipertensi
Riwayat alergi : ya tidak ada baik obat maupun makanan
Riw
ayat
K
ontr
asep
si
Jenis KB yang pernah digunakan: belum pernah Keluhan selama menggunakan KB: -
Riw
ayat
pen
yaki
t S
ekar
ang
Ibu mengungkapkan sudah keluar air mulai jam. 02.30 tgl 10/3 kemudian oleh suami dibawa ke RS, MRS di BKIA RSK jam. 04.50 KU datang: baik, nadi 80 x/mnt, suhu 37/37,4ºC, Tensi 110/80; RR 20 x/mnt; BB 50,5 Kg; TB 154 cm; TFU 3 jari bawah prosesus xyphoideus letak kepala sudah masuk PAP punggung kiri; DJJ + 12-12-12 terdengar disebalah kiri linea nigra. His sedang lama ¾ tiap 4', dilakukan VT hasil portio lunak, Eff 50%, Ǿ 4 cm, ketuban -, letak kepala ubun-ubun kecil, kanan melintang, dat HII, panggul tak ada kelainan, rectum: isi gliserin spuit berhasil, NST reaktif, terapi amoxicillin 500 mg 1 caps, Vit B1 2 ampul
PO
LA
PE
ME
NU
HA
N K
EB
UT
UH
AN
SE
HA
RI-
HA
RI
Istirahat/ TidurIbu sebagai ibu rumah tangga, aktivitasnya mengerjakan pekerjaan sehari-hari, tidur malam mulai Jam 21.00-04.00, kadang sering terbangun karena kencingGangguan Tidur : O Tidak O Ya, ..............Nutrisi & CairanFrekwensi makan :.....3......X/hariJenis Makanan nasi, lauk, sayur, selama hamil tidak ada keluhan Nafsu Makan: O Baik O Menurun, alasan..........................Keluhan : O Mual O Muntah O Lain-lain.: tidak ada keluhanMinum: 1500 - 2000.cc/hari, jenis: air putih, susu kadang teh
Personal HygieneMandi :.....2....x/hariKeramas: 3-4 x/mggGanti Pakaian :....2........x/hariOral Hygiene : ......3......x/hari O Pagi O Sore O setelah Makan O sebelum TidurVulva Hygiene: Cara Cebok: dari depan kebelakang menggunakan: air+sabun kemudian dikeringkan dengan handuk keringPerawatan Payudara: 2.x/minggu saat mandi, menggunakan O Sabun O baby Oil O Tidak
Aktivitas GerakKegiatan dalam pekerjaan: mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehari-hariSenam hamil : O Ya, ......1..........X/minggu, Sejak umur Kehamilan 30 minggu Keluhan dalam aktivitas: tidak ada keluhan.
EliminasiBAK : Frekwensi 7 -8 x/hari Warna: kuning jernih Keluhan : tidak ada keluhan Saat dikaji ibu belum bisa bak mulai jam. 04.30, blaas teraba penuhBAB : Frekwensi : 1x/hr Karakteristik Feses: lembek, kadang keras Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatanMerokok O Tidak O Ya, Konsumsi obat : tidakJamu O Ya O Tidak
PE
ME
RIK
SA
AN
FIS
IK
Keadaan Umum O Baik O Cukup O LemahTanda – tanda vital : Tekanan Darah:.120/80 .mmHg Nadi: 100.x/menit RR: 20.x/menit Suhu:.36,1.oC
KepalaMata : Konjungtiva O anemis O Tidak anemis Sklera O Ikterus O Tidak Ikterus Palpebra O Edema O Tidak edema Gangguan Penglihatan O Tidak O Ya, Jelaskan................................Wajah : O Sembab O Tidak sembab Chloasma Gravidarum O Ya O TidakHidung : Sekret O Ya,................. O Tidak Pernafasan cuping hidung O Ya O Tidak Mulut & Bibir : Mukosa bibir O Lembab O Kering Candidiasis O Ya O Tidak Sariawan O Ya O Tidak Sianosis O Ya O Tidak Kesulitan Menelan O Ya O TidakGigi & Gusi : Karies pada gigi O Ya,.................... O Tidak Kesulitan mengunyah O Ya O Tidak Perdarahan O Ya O TidakLain-lain.................................................................................................................
Dada & AxillaMammae : O Membesar O Menggantung O Lembek O KerasAreolla : Hiperpigmentasi O Ya O TidakPapilla : O Menonjol O Mendatar O Tenggelam O Bersih O KotorColostrum: O Ya, sejak ................. O TidakParu-ParuIrama Nafas : O Teratur O Tidak teraturSuara Nafas : O Vesikuler O Stridor O Wheezing O RonchiSesak nafas : O Ya O TidakBatuk : O Ya O TidakPenggunaan otot bantu nafas : O Ya O TidakJantungIrama jantung : O Reguler O Irreguler O S1S2 Tunggal O lain-lain.................Nyeri dada O Ya O TidakLain – lain : ................................................................................................................AbdomenPerut : O Membesar O MenggantungLuka Bekas operasi : O Tidak O Ya, .................................................................. Linea Nigra O Ya O TidakStriae O Ya, jenis................. O TidakPalpasi Leopold : TFU: 3 j.ari bawah prosesus xypoideus / Letak: kepala Punggung: kiri , kepala sudah.masuk PAP Auskultasi DJJ: .12-12-12Kontraksi/ HIS : O Tidak Ada O Ya, Tgl & Jam :Sejak tanggal 10-3-2009 jam 4.00Saat dikaji HIS sedang lama ¾ menit tiap 4 menitPembesaran Hepar : O tidak O Ya,……….Pembesaran Lien : O Tidak O YaKandung Kemih : O Kosong O Keras O Nyeri TekanPengukuran panggul Luar: Distansia Spinarum:...........cm Distansia Cristarum:...........cm Boudeloque :......................cm Lingkar Pinggul :..................cmLain-lain: . pengukuran panggul luar tidak dilakukan
Vulva & PerineumKeadaan Vulva: O Bersih O KotorPengeluaran pervaginam darah, cairan putih keruh dan lendir, perineum utuhHyperpigmentasi +Varises pada vulva O Ya O TidakOdema pada vulva O Ya O Tidak
AnusHemoroid: O Tidak O Ya, Grade III.
Ekstremitas Edema -/-
DA
TA
P
SIK
OO
SO
SIO
SP
IRIT
UA
L
Ibu tampak gelisah, teriak-teriak dan selalu menanyakan kapan anaknya akan lahir, dan tidak tahan menahan sakitnya. Saat tidak merasakan his, ibu tampak berdoa terlihat bibir ibu mengeluarkan kata-kata.
DA
TA
PE
NU
NJA
NG Laboratorium: -
USG: -
NST: Reaktif
Terapi: Amoxicillin 500 mg 1 tablet Vit. B1 2 ampul IV
DOKUMENTASI DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
No MASALAH KEPERAWATAN TANGGAL PARAF CATATAN
DITEMUKAN TERATASI
1 Resiko infeksi 10-3-2009
Jam 08.00
10-3-2009
Jam.10.30
Erlin
2 Kecemasan 10-3-2009
Jam 08.00
10-3-2009
Jam 10.30
Erlin
3 Resti Retensio urine 10-3-2009
Jam 08.00
10-3-2009
Jam 10.30
Erlin
Dokumentasi Rencana KeperawatanMASALAH TUJUAN RENCANA WAKTU TINDAKAN EVALUASI PARAF
Kecemasan
Resti Retensi
urine
Kecemasan klien teratasi
setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama proses
persalinan dengan kriteria
evaluasi
- Klien mampu
melaksanakan aktifitas
yang dibutuhkan
- Klien kooperatif dengan
tindakan yang dilakukan
Kencing kembali normal
setelah dilakukan tindakan 6
jam setelah persalinan dengan
kriteria:
- ibu mengungkapkan sudah
1. Bina hubungan saling percaya
dengan klien
2. Jelaskan kepada klien informasi
yang dibutuhkan seperti
- Tindakan induksi persalinan
yang dilakukan
- Tindakan observasi yang
dilakukan
- Informasi tentang hasil
pemeriksaan
3. Berikan dukungan positif (pujian)
terhadap tindakan adaptif yang
dilakukan klien
4. Berikan pendampingan dan motivasi
kepada ibu
5. Berikan kesempatan keluarga untuk
mendampingi klien
1. berikan kompres dengan washlap
diatas sympisis
2. berikan kompres dengan cara
menyiram air sedikit-sedikit pada alat
kelamin
07.30
07.45
Memberitahukan kepada pasien bahwa pasien
harus tirah baring dan untuk BAK atau BAB di
tempat tidur dengan menggunakan pispot akan
dibantu oleh petugar karena hal tersebut dapat
meminimalkan masuknya kuman ke dalam
kandungan
Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri
disebabkan karena regangan pada otot-otot
perut, dan desakan kepala anak pada jalan lahir
dimana adanya kontraksi tersebut akan
membuka jalan lahir dan semakit kuat dan
sering kontraksi maka semakin cepat jlan lahir
membuka dan anak bisa lahir
Mengajarkan tehnik relaksasi dengan tarik nafas
panjang dari hidung tahan sebentar kemuadian
dihembuskan sambil meniup melalui mulut (Ibu
dapat melakukan dengan baik menarik nafas
melalui hidung dan mengeluarkannya sambil
meniup)
Palpasi His dan menghitumg DJJ
DJJ 12-12-12 his sedang lama ¾ tiap 3 menit
Bantu ibu untuk posisi miring kiri
Memberikan masase pada daerah lumbal saat
uterus berkontraksi
Tgl 10/3 jam.10.30
- ibu tampak tenang
- ibu tampak
tersenyum dan
tampak rileks
- bayi lahir jam.
08.04 ♂, BB 2850
gr, TB 52 cm
Tgl 10/3 jam. 10.30
- ibu
mengungkapkan
sudah bisa kencing
- blaas teraba
lembek
Erlin
Resiko infeksi
bisa kencing
- ibu tampak tenang
- blaas teraba lembek
- produksi urine 100 cc
Tidak terjadi infeksi selama
proses persalinan dengan
kriteria evaluasi
- Suhu ibu 36,5˚-37,5˚ C
- Nadi 60-100 x/mnt
- DJJ 120-160 x/mnt
- Pengeluaran pervagina
tidak berbau busuk
- Bayi lahir spontan sehat
AS : 8-10
3. anjurkan pada ibu untuk banyak
minum
4. anjurkan pada ibu untuk kencing
sambil duduk
5. Observasi produksi urine, warna dan
keluhan saat bak
1. Anjurkan ibu untuk tirah baring total dan bantu kebutuhan klien .
2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic amoxicillin 500mg 1 tablet
3. Observasi frekuensi jantung janin
4. Lakukan tehnik aseptik (vulva
higeine) saat pemeriksaan dalam
(VT)
5. Observasi suhu aksila/rectal, nadi,
pengeluaran pervagina tiap 3 jam
08.00
08.15
10.00
Mendampingi ibu dan memberikan motivasi
kepada ibu agar berdoa supaya persalinannya
berjalan lancar.
Mengukur suhu aksila dan menghitung nadi
(nadi 100x/mnt, suhu aksila 36.1˚C)
Menghitung DJJ dan HIS
DJJ 12-12-12 his sedang lama ¾ tiap 4 menit
Menyuap pasien dan memberikan minum teh
manis hangat
Membantu ibu BAK dengan memberikan
kompres washlap di atas sympisis di tempat
tidur (tidak bisa BAK)
Memberikan pujian pada ibu karena dapat
melakukan tehnik relaksasi dengan benar
(menarik nafas panjang)
Membantu ibu BAK di tempat tidur dengan
duduk di pispot (BAK sedikit)
- produksi urine 1x
100 cc tercampur
darah
tgl 10/3 jam. 10.30
infeksi tidak terjadi
tidak ditemukan
tanda – tanda
infeksi