KETUBAN PECAH DINI.doc

22
KETUBAN PECAH DINI Pecahnya selaput ketuban secara spontan paling sering muncul pada saat  persalinan aktif. Pecahnya ketuban sebelum adanya onset persalinan pada fase apapun pada kehamilan disebut prematur ruptur membran atau ketuban pecah dini. Beberapa definisi yang dikemukakan tentang KPD diantaranya 1. Rob ekn ya selaput ketuban pada seti ap saat sebelu m persal ina n dimul ai atau inpartu. 2. pecah nya k etuban 12 j am at au le bih sebelum persali nan. 3. peca hnya ketuban se bel um inpartu yai tu bila pembukaan pada  primigraida.! 3 cm dan multigraida ! " cm. #. pecah nya ke tuban sebelu m pemb ukaan s eriks " cm pa da per salinan . Etiologi $tiologi PR% sampai saat ini masih belum diiketahui secara pasti& banyak teori yang dikemukakan tetapi penyebab tunggal yang paling sering masih belum ditemukan. 'akto(faktor predisposisinya diduga adalah inkompetensi dari serik& ri )aya t indu ksi abor si& abrupsio pl asenta dan infeksi agi na. Pene li ti lain me ny ebut kan bah)a ba kt er i loka l dapat me mproduksi pe roksidase yang meny ebabka n kelemahan pada membr an. Defisie nsi itamin * berka itan dengan adanya ga ngguan pemb entuka n da n pe me lih ar aan jarin gan kolag en yang me rupa kan jar ingan pemb ent uk selap ut amni on. +uga dike mukakan fak tor kelainan pada genitalia seperti serik inkompetens. Diagnosa

Transcript of KETUBAN PECAH DINI.doc

KETUBAN PECASH DIDNI

KETUBAN PECAH DINIPecahnya selaput ketuban secara spontan paling sering muncul pada saat persalinan aktif. Pecahnya ketuban sebelum adanya onset persalinan pada fase apapun pada kehamilan disebut prematur ruptur membran atau ketuban pecah dini. Beberapa definisi yang dikemukakan tentang KPD diantaranya

1. Robeknya selaput ketuban pada setiap saat sebelum persalinan dimulai atau inpartu.

2. pecahnya ketuban 12 jam atau lebih sebelum persalinan.

3. pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primigravida.< 3 cm dan multigravida < 5 cm.

4. pecahnya ketuban sebelum pembukaan serviks 5 cm pada persalinan.EtiologiEtiologi PRM sampai saat ini masih belum diiketahui secara pasti, banyak teori yang dikemukakan tetapi penyebab tunggal yang paling sering masih belum ditemukan. Fakto-faktor predisposisinya diduga adalah inkompetensi dari servik, riwayat induksi aborsi, abrupsio plasenta dan infeksi vagina. Peneliti lain menyebutkan bahwa bakteri lokal dapat memproduksi peroksidase yang menyebabkan kelemahan pada membran. Defisiensi vitamin C berkaitan dengan adanya gangguan pembentukan dan pemeliharaan jaringan kolagen yang merupakan jaringan pembentuk selaput amnion. Juga dikemukakan faktor kelainan pada genitalia seperti servik inkompetens.

DiagnosaPada umumnya penegakan diagnosa KPD tidaklah sukar akan tetapi kadang-kadang timbul kesulitan bila cairan yang keluar pervaginam sedikit.Anamnesa

Keluhan keluar air-air yang sekaligus banyak dari kemaluan, jumlahnya, warna, baunya dan tidak didahului dengan tanda-tanda inpartu.

Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Luar Bagian-bagian janin relatif lebih mudah dipalpasi.

2. Pemeriksaan Dalam Inspekulo : langsung melihat air ketuban dari OUE atau melihat penumpukan cairan di forniks posterior. Vaginal Toucher ( setelah inpartu ) : tidak teraba selaput ketuban.

Pada KPD, pemeriksaan dalam hanya dilakukan pada penderita yang telah inpartu atau yang yang diinduksi. Pemeriksaan dalam hanya akan dilakukan atas indikasi kuat dan sedapat mungkin dibatasi untuk mengurangi bahaya infreksi.

Pemeriksaan Penunjang

Untuk memastikan diagnosis, dapat dilakukan berbagai pameriksaan penunjang diantaranya :

1. Tes Lakmus (kertas nitrazin)

Prinsip tes ini adealah dengan menggunakan kertas nitrazin yang berubah warna pada keadaan pH yang berbeda. Sekret vagian pada wanita hamil mempunyai pH antara 4,5- 5,5 , sedangkan cairan amnion 7,0-7,2. Cairan ketuban yang bersifat basa akan merubah lakmus merah jadi biru.

Dari tes lakmus ini bisa didapatkan hasil yang salah pada keadaan-keadaan :

False positif bila dalam cairan itu bercampur urine, darah, cairan antiseptik, dan lain-lain. False negatif bila vagina sudah kering.

2. Tes kristalisasi atau arborisasi ( ferning test )

Cairan ketuban di keringkan pada glass objek dan dilihat di bawah mikroskop akan tampak seperti pakis ( fam pattern ) berarti air ketuban positif. Kadang-kadang terjadi :

False positif jika ada lendir serviks.

False negatif jika air ketuban bercampur dengan urine, mekonium dan sel-sel epitel atau pecah ketuban telah berlangsung lama.

3. Fat staining technique

Dengan pewarnaan sudan III dapat diidentifikasikan butiran lemak dari fetus. 4. Identifikasi rambut lanugo yang diambil dari apusan vagina.

5. Identifikasi verniks kaseosa.

Pengaruh Ketuban Pecah Dini

a. Pengaruh terhadap janin

Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi karena infeksi intra uterine lebih duluan terjadi (meibomitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal.

b. Pengaruh terhadap ibu

Karena jalan lahir telah terbuka maka akan dijumpai :1. infeksi intrapartal apalagi bila terlalu sering diperiksa

2. infeksi puerpuralis (nifas)

3. pertionitis dan septikemia

4. dry labor

AmnionitisTanda-tanda terjadinya amnionitis atau infeksi cairan ketuban :

Demam dengan suhu yang lebih dari 37,20C.

Leukositosis dimana kadar leukosit lebih dari 16.000/uL.

Nyeri tekan pada uterus.

Takikardi dimana nadi ibu > 100x / mnt dan BJA > 160x/mnt

Cairan yang purulen dan berbau busuk.Penatalaksanaan Pada Kehamilan AtermTindakan yang paling tepat adalah dengan mengakhiri persalinan begitu diagnosis ditegakkan.lakukan observasi dalam 6 jam dengan melakukan pemeriksaan dalam dan menilai his. Bila his timbul (inpartu) observasi sampai pembukaan lengkap. Bila pembukaan belum lengkap beri oksitosin drip bila tidak ada kontra indikasi tertentu.Bila his belum muncul langsung beri oksitosin drip. Sebaiknya hanya satu kolf dan bila ada kemajuan nyata diteruskan dengan kolf kedua. Bila his mula-mula positif lalu negatif pada fase aktif, maka tunggu dua jam lagi. Bila drip oktitosin gagal maka indikasi untuk seksio sesaria.

Dengan tanda-tanda infeksi Bila timbul tanda-tanda infeksi seperti demam air ketuban berbau busuk, maka ini merupakan indikasi segera untuk terminasi kehamilan. Scott mengajurkan untuk seksio sesaria bila persalinan tidak dapat diselesaikan dalam 24 jam. Histerektomi harus dilakukan bila infeksinya hebat Pada Kehamilan Preterm Ada dua masalah yang sulit yaitu prematuritas dan infeksi. Kematian janin tidak dapat dihindari walaupun telah diberi antibiotik profilaks bila telah terjadi infeksi. Tapi bila belum timbul tanda-tanda infeksi maka menghindari kematian karena prematuritas adalah dengan cara mempertahankan kehamilan sampai fetus cukup matur untuk dapat hidup di dunia luar.Upaya untuk menghindari persalinan pada saat ini dibagi 2 :

1. Non intervensi atau penanganan menunggu, tidak dilakukan tindakan apa-apa, hanya menunggu persalinan spontan.

2. Intervensi yang dapat mencakup terapi kortikosteroid yang diberikan dengan atau tanpa preparat tokolitik untuk menhentikan persalinan preterm, sehingga kortikosteroid mempunyai cukup waktu untuk menginduksi maturitas pulmoner.Penanganan yang dilakukan menurut usia kehamilan yaitu :

1. Kehamilan kurang dari 28 minggu

Segera akhiri karena prognosis janin untuk hdup sangat kecil sekali, dapat terjadi deformitas pada anak dan mudah terjadi infeksi intra uterine.

2. Kehamilan 2837 minggu

Rawat tiga hari untuk observasi tanda inpartu ada atau tidak.

Perawatan diteruskan sampai akhir ketuban kering melalui jalan lahir.

Berikan progesteron 10 mg IM untuk menghambat rangsangan sel-sel miometrium dan mengurangi kontraksi uterus. Jika perlu rawat lama, sedangkan air keuban tidak keluar lagi maka pasien boleh pulang dengan nasehat antenatal care diperketat (1x seminggu), dilarang koitus, banyak istirahat dan kembali lagi pada kehamilan 37 minggu untuk induksi.

Bila perawatan dekat atau pendek, rawat sampai aterm, kemudian diinduksi.3. Kehamilan 28-37 minggu, infeksi (+)

Pada penderita ini tidak dilakukan penatalaksanaan pasif. Beri antibiotik dan segera lakukan induksi persalinan tanpa memandang usia kehamilan. Jika persalinan pervaginam tidak dapat dilakukan maka dilakukan seksio sesaria atau seksio sesaria + histerektomi bila infeksinya berat.4. Kehamilan > 37 minggu, infeksi (-)

Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis untuk mengurangi resiko infeksi streptokokus grup B :

Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam

Atau penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan

Jika tidak ada infeksi pascapersalinan, hentikan antibiotika

Nilai keadaan serviks :

Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin

Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infus oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesarea.

Penanganan Amnionitis :

Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan :

a. ampisilin 2 g IV setiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam.

b. Jika persalinan per vaginam, hentikan antibiotika pascapersalinan

c. Jika persalinan dengan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika dan berikan metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam sampai bebas demam selama 48 jam. Nilai serviks :

a. Jika servisk matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin

b. Jika serviks belum matang, matangkan dengan prostaglandin dan infus oksitosin atau lakukan seksio sesarea.

Jika terdapat metritis (demam, cairan vagina berbau) berikan antibiotika

Jika terdapat sepsis pada bayi baru lahir, lakukan pemeriksaan kultur dan berikan antibiotika.

Penanganan Konservatif KPD

Tindakan konservatif biasanya dilakukan pada kehamilan 28 37 minggu apabila dalam kehamilan dengan KPD ini belum timbul tanda-tanda infeksi dan tidak ada indikasi lain baik dari ibu maupun dari janin untuk segera dilahirkan, maka untuk menghindari kematian karena prematuritasadalah dengan cara mempertahankan kehamilan sampai fetus cukup matur untuk dapat hidup di dunia. Dalam hal ini tindakan yang dilakukan dibagi 2 : a. Non intervensi atau penanganan menunggu

Tidak dilakukan tindakan apa-apa, hanya mneunggu persalinan spontan.

b. Intervensi Rawat di rumah sakit

Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tak tahan) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.

Jika umur kehamilan ( 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.

Jika kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik, deksametason dan induksi sesudah 6 jam.

Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.

Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).

Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg tiap 6 jam sebanyak 4 kali.Penanganan Aktif KPDSeperti yang telah disebutkan sebelumnya penanganan aktif pada KPD hanya dilakukan pada indikasi-indikasi tertentu.

a. Induksi PersalinanInduksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu yang belum inpartu baik secara operatif maupun medisinal untuk merangsang timbulnya kontraksi sehingga diharapkan terjadi persalinan pervaginam. Indikasi ibu adalah kehamilan dengan diabetes melitus, Rh atau ABO incompability, sollutio plasenta, preeklampsia/eklampsia. Juga indikasi janin seperti kehamilan post aterm, ketuban pecah dini , IUFD. Sedangkan kontra indikasi induksi persalinan adalah malposisi dan malpresentasi, insufisiensi plasenta, CPD, cacat rahim, grandemultipara (>5), gamelli, plasenta previa.Terdapat 2 cara induksi persalinan yaitu medis dan manipulatif. Secara medis dengan infus oksitosin, prostagladin, cairan hipertonik intra uterin. Secara tindakan atau manipulatif dengan amniotomi, melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah janin, pemakaian rangsangan listrik dan rangsangan papilla mamae. Pemilihan secara induksi persalinan disesuaikan dengan kondisi ibu dan janin, masing-masing teknik memiliki efek samping dan komplikasi terhadap ibu dan janin.

Keberhasilan dari induksi mendekati persalinan tergantung dari usia kehamilan (aterm lebih sensitif), kasus KPD atau ibu yang pernah melahirkan akan memberikan keberhasilan tinggi. Sebaliknya kurang sensitif pada primipara, penilaian yang menggunakan skor Bishop yaitu makin matang serviks makin tinggi angka keberhasilannya.

Skor Pelvik menurut BishopSKOR0123

Pembukaan serviks01-23-45-6

Pendataran serviks0-30%40-50%60-70%80%

Penurunan kepala diukur dari bidang H III (cm)-3-2-1.0+1.+2

Konsistensi serviksKerassedangLunak

Posisi serviksKebelakangSearah sumbu jalan lahirKearah depan

Terdapatnya variasi pemberian oksitosin untuk drip induksi tetap memiliki prinsip yang sama adalah bagaimana mempergunakan dosis oksitosin seminimal mungkin dengan menaikkan kadar oksitosin dalam darah secara bertahap dan berkesinambungan sampai tercapai kadar yang membuat kontraksi adekuat. Bila dengan pemberian dosis 30-40 mU/mnt tidak dapat dipastikan his yang adekuat, induksi tidak perlu dilanjutkan lagi, dan biasanya dengan dosis 20 mU/mnt sudah didapatkan his yang adekuat. Bila his adekuat telah tercapai , dosis oksitosin dipertahankan dan apabila dengan dosis maksimal didapatkan kemajuan pembukaan maka induksi dapat dilanjutkan. b. Secsio CaesariaDalam keadaan tertentu dimana partus akan diperkirakan berlangsung lama sedangkan ketuban sudah lama pecah atau sudah ada tanda- tanda infeksi maka usaha untuk menghindari morbiditas dan mortalitas anak perlu dilakukan pengakhiran kehamilan dengan seksio sesaria, begitu juga halnya dalam kegagalan melakukan induksi persalinan.Komplikasi

Berbagai akibat yang muncul mengiringi kasus ketuban pecah dini antara lain adalah :

1. Prematuritas

Dilaporkan bahwa 30% kelahiran preterm disebabkan oleh ketuban pecah dini. Adapun tanda-tanda bayi lahir prematur adalah BB kurang dari 2500 gram, PB kurang dari 45 cm dan lingkaran kepala 33 cm serta lingkaran dada 30 cm. Masa gestasi biasanya di bawah 37 minggu. Kulit bayi biasanya tipis, transparan dengan lanugo banyak dan lemak sub kutan kurang. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura melebar dan genitalia tumbuh imatur. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, rambut tipis, halus dan mammae belum sempurna. Bayi kecil dengan posisi fetal dan pergerakan yang kurang dan lemah. Tangis bayi lemah dan banyak tidur, otot hipotonik serta ditemukan refleks morro yang positif dan reflek mengisap dan menelan yang belum sempurna.

2. Morbiditas dan mortalitas ibu

Dihubungkan dengan adanya kejadian infeksi yang menyertai kejadian ketuban pecah dini. Bisa juga timbul partus lama, atonia uteri dan perdarahan post partum.3. Morbiditas dan mortalitas bayi

Tingginya angka kematian perinatal berkaitan erat dengan terjadinya kelahiran prematur, BBLR, infeksi serta sindroma gawat pernafasan. LAPORAN KASUS

ANAMNESA

Seorang pasien wanita umur 32 tahun masuk KB RSU Solok tanggal 28 Maret 2005 jam 19.45 WIB kiriman bidan dengan :Keluhan Utama :

Keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 3 jam yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 3 jam yang lalu, membasahi satu helai kain sarung, warna jernih, bau amis.

Nyeri pinggang yang menjalar ke ari-ari tidak ada.

Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak ada.

Keluar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada.

Demam tidak ada.

Tidak haid sejak 9 bulan yang lalu.

HPHT : 23 06 2004

TP : 30 03 -2005

Gerak anak dirasakan sejak 5 bulan yang lalu.

Riwayat hamil muda : mual (+), muntah (+), perdarahan (-).

Prenatal care

: teratur 1 ( sebulan ke bidan

Riwayat hamil tua : mual (-), muntah (+), perdarahan (-)

Riwayat menstruasi : menarche umur 15 tahun, siklus teratur 1(28 hari, lamanya 5-7 hari, jumlah 2-3 ( ganti duk/hari, nyeri haid (-).

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada riwayat sakit jantung, paru, hati, ginjal, DM dan hipertensi.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada riwayat keluarga mempunyai penyakit keturunan, menular dan kejiwaan.

Riwayat Perkawinan : 1 ( tahun 1990Riwayat Kehamilan / Abortus / Persalinan : 3 / 1 / 11. 1990, laki-laki, 7 bulan, spontan, di rumah, mati2. 1991, 5 bulan, kuret, di RSCM3. SekarangRiwayat KB : tidak adaRiwayat imunisasi : tiadak adaPemeriksaan Fisik

Keadaan umum: sedang

Keadaan gizi : sedang

Kesadaran : CMC

Demam : ( - )

Tekanan darah : 130 / 90 mmHgSianosis : ( - )

Frekuensi nadi : 82( /menit

Anemis : ( - )

Frekuensi nafas : 20 ( /menit

TB : 155 cm

Suhu

: 370C

BB : 65 kg

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher

: JVP 5-2 cm H2O, KGB tidak membesar

Thorak : Paru

I : Pergerakan simetris kiri ( kanan

P : Fremitus normal kiri ( kanan

Pk: Sonor, kiri dan kanan

A : Vesikuler normal, wheezing ( - ), ronkhi ( - )

Jantung

I : Iktus tidak terlihat

P : Iktus teraba satu jari medial LMCS RIC V

Pk: Batas jantung dalam batas normal

A : Murni, teratur, bising ( - )

Abdomen: Status obstetrikus

Genitalia : Status obstetrikus

Ekstremitas: edem -/-, RF + / +, RP-/-

Status Obstetrik

Muka : chloasma gravidarum (+)

Mammae: membesar,areola dan papilla hiperpigmentasi, kolostrum (+)

Abdomen:

Inspeksi :-tampak membuncit sesuai usia kehamilan aterm

-Linea mediana hiperpigmentasi,

-striae gravidarum (-)

-sikatrik (-).

Palpasi : L I :FUT 3 jari dibawah prosesus xypodeus

Teraba massa kurang bulat, lunak, tidak melenting.

L II :Teraba tahanan terbesar di sebelah kanan

Bagian-bagian kecil di sebelah kiri

L III :Teraba massa lunak

L IV :Bagian terbawah janin belum masuk PAP

TFU : 33 cmTBA : 3100 gramHis : -

Perkusi :Tymphani

Auskultasi :BU (+)/N BJA (+) 12-11-12

Genitalia

: Inspeksi : v/u tenang

Inspeculo :

Vagina : fluxus (- ), laserasi (- ), tumor (- ), tampak

cairan menumpuk di forniks posterior

Portio : Multipara, ukuran sebesar jempol kaki dewasa, OUE terbuka, tampak cairan merembes dari canalis sevicalis, fluxus (- ), laserasi (- ), tumor (-).

VT : ( 1 jari

Portio tebal 1 cm, posterior, lunak

Ketuban (-), sisa jernih, bau (-)

Teraba sacrum HI

UPD :Promontorium : tak tercapai

Linea Inominata : 1/3 1/3

Sakrum : cekung

DSP

: lurus

Spina Ischiadika : tidak menonjol

Os. Coccygeus : mudah digerakkan

Arcus pubis : ( 90 derajat

Kesan : panggul luas

Diagnosis Kerja :

G3 P1 A1 H0 Gravid aterm (3940 minggu)+ PRM 3 jam

Anak hidup tunggal intra uterin let. sungsang bokong HISikap :

Kontrol KU, Vital Sign, DJJ, tanda-tanda in partu

Antibiotika : Ampicilin 1 gr (skin tes), Gentamisin 80 mg

Observasi 3 jam Tidur telentang

Follow Up

28-3-2005 jam 22.45 WIB

Dilakukan observasi inpartu selama 3 jam

ANAMNESA

Keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada

Nyeri pinggang yang menjalar ke ari-ari tidak ada Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak ada.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum: sedang

Kesadaran

: komposmentis kooperatif

Tekanan darah : 130 / 80 mmHg

Frekuensi nadi : 88( /menit

Frekuensi nafas : 24 ( /menit

Suhu

: 370C

His

: -BJA

: 12-11-12 Genitalia

: Inspeksi : v/u tenangVT: pembukaan 1 2 cm, ketuban (-) sisa jernih, bau (-)

teraba sacrum HIUPD : panggul luas

DIAGNOSIS :

G3 P1 A1 H0 Gravid aterm (3940 minggu)+ PRM 6 jam

Anak hidup tunggal intra uterin let. sungsang bokong HIAnak mahal + Infertilitas 8 tahunSIKAP :

Kontrol KU, Vital Sign, DJJ, His Infus RL 28 tetes/menitRENCANA : Seksio Sesarea LAPORAN OPERASIJam 23.15 :

Lahir dengan tindakan SCTPP seorang anak perempuan dengan

Berat badan 2400 gram

Panjang badan 47 cm

A/S : 6/9Plasenta lahir manual lengkap 1 buah, berat 500 gram, ukuran 16 x 15 x 2 cm, Pjg TP 50 cm, insersi parasentral. Pendarahan selama persalinan 300 cc.

Diagnosis Akhir : Para 2 Abortus 1 Hidup 1 gravid aterm (39-40 mg) post

SCTPP a/i Anak mahal + Infertilitas 8 tahun Ibu dan Anak baik.

Sikap

: Bed Rest total 24 jam pakai bantal

IVFD RL 28 tetes/menit dan antibiotikaBAB III

DISKUSI

Telah ditampilkan kasus seorang multigravida berumur 32 tahun yang masuk Kamar Bersalin RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan diagnosis awal G3P1A1H0 Gravid Aterm (39-40 mg) + PRM 3 jam, Anak Hidup Tunggal Intra Uterin Letak sungsang bokong HI, Anak mahal dengan infertilitas 8 tahun.

Diagnosis PRM pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis diketahui pasien mengeluh keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 3 jam sebelum masuk RS, yang membasahi sehelai kain sarung dengan bau amis dan warna jernih. Pada pemeriksaan fisik dengan inspekulo didapatkan adanya cairan yang menumpuk di fornik posterior vagina.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak didapatkan tanda-tanda persalinan (in partu), disimpulan pasien belum in partu. Sehingga diagnosa PRM pada pasien ini sudah sesuai dengan definisi PRM, yaitu pecahnya ketuban sebelum proses persalinan.

Sesuai dengan protap bagian obstetri dan ginekologi maka rencana penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan menunggu munculnya tanda-tanda inpartu sampai 6 jam sejak pecahnya ketuban. Setelah ditunggu selama 3 jam, pada pasien ini tidak ada tanda tanda inpartu, maka penanganan selanjutnya dilakukan secara aktif, dengan dasar anak mahal dan infertilitas selma 8 tahun dilakukan tindakan seksio sesarea karena usia kehamilan sudah aterm. Kerugian yang lain apabila ditunggu persalinan mulai secara spontan adalah semakin besarnya kemungkinan kompresi pada tali pusat. Dapat disimpulkan bahwa tindakan seksio sesarea pada pasien ini sudah tepat..

Pada pasien ini juga diberikan antibiotika sebagai tindakan pencegahan infeksi. POGI dalam Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi untuk pasien PRM dengan tindakan konservatif menganjurkan pemberian antibiotika bila ketuban sudah pecah > 6 jam. Dalam buku acuan nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, antibiotika dosis tinggi diberikan apabila ditemukan tanda-tanda infeksi.

Setelah dikonsulkan kepada anestesi, jam 23.15 dilakukan seksio sesarea dan lahir seorang anak perempuan dengan berat badan 2400 gram, panjang badan 47 cm dan Skor Apgar 6/7.

BAB IV

KESIMPULAN

1. Diagnosis ketuban pecah dini pada pasien ini didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik.

2. Etiologi ketuban pecah dini pada pasien ini belum dapat ditentukan.

3. Penatalaksanaan pasien ini sudah sesusuai dengan kepustakaan dan protap bagian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Andersen, HF. Hopkins, MK. Hayashi, RH. Premature Rupture of the Membranes. In : Sciarra, JJ (Ed). Gynecology and Obstetrics. JB.Lippincott Company. Philadelphia.1992.

2. Saifuddin, AB : Ketuban Pecah Dini : Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, edisi pertama 2000, JNPKKR-POGI-Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001.3. Cunningham, Normal Labour and Delivery; Williams Obstetrics, 21th edition. Appleton & Lange New York, 2001.

4. Wiknjosastro,H : Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal; Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga Cetakan Keempat, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999.

5. Knupple, R.A : Premature Rupture of The membranes ; High Risk Pregnancy, Second Edition, W.B. Saunders Company, 1993.

6. Hannah, ME. Ohlsson, A. Farine, D. et al. Induction of Labor Compared with Expectant management for Prelabor Rupture of the Membrane at Term. The new England Journal of Medicine 1996.

PAGE 18