keperawatan anak hisprung.doc

25
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hisprung merupakan penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan dan tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan (Mariunani, 2009). Beberapa kelainan baru ditemukan pada anak mulai tumbuh, yaitu sekitar 7,5% terdiagnosis ketika anak berusia 5 tahun, tetapi kebanyakan bersifat ringan. Kebanyakan bayi yang lahir dengan kelainan bawaan memiliki orangtua yang jelas-jelas tidak memiliki gangguan kesehatan maupun faktor resiko. Seorang wanita hamil yang telah mengikuti nasehat dokternya agar kelak melahirkan bayi yang sehat, mungkin saja nanti melahirkan bayi yang memiliki kelainan bawaan. Sebanyak 60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak diketahui sisanya disebabkan oleh faktor lingkungan atau genetic atau kombinasi dari keduanya. Kelainan struktur atau kelainan metabolisme terjadi akibat : hilangnya bagian tubuh tertentu, kelainan pembentukan bagian tubuh 1

Transcript of keperawatan anak hisprung.doc

Page 1: keperawatan anak hisprung.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hisprung merupakan penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion

dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketidakadaan ini

menimbulkan keabnormalan dan tidak adanya peristaltik serta tidak

adanya evakuasi usus spontan (Mariunani, 2009).

Beberapa kelainan baru ditemukan pada anak mulai tumbuh, yaitu

sekitar 7,5% terdiagnosis ketika anak berusia 5 tahun, tetapi kebanyakan

bersifat ringan. Kebanyakan bayi yang lahir dengan kelainan bawaan

memiliki orangtua yang jelas-jelas tidak memiliki gangguan kesehatan

maupun faktor resiko. Seorang wanita hamil yang telah mengikuti nasehat

dokternya agar kelak melahirkan bayi yang sehat, mungkin saja nanti

melahirkan bayi yang memiliki kelainan bawaan. Sebanyak 60% kasus

kelainan bawaan penyebabnya tidak diketahui sisanya disebabkan oleh

faktor lingkungan atau genetic atau kombinasi dari keduanya. Kelainan

struktur atau kelainan metabolisme terjadi akibat : hilangnya bagian tubuh

tertentu, kelainan pembentukan bagian tubuh tertentu, serta kelainan

bawaan pada kimia tubuh. Kelainan struktur tubuh yang paling sering

ditemukan adalah kelainan jantung, yang di ikuti oleh spina bifida dan

hipospadia (Muslhatun, 2010).

Penyakit hisprung terjadi pada 1/5000 kelhiran hidup. Insidensi

hisprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1

diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200

juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun

akan lahir 1400 bayi dengan penyakit hisprung.

Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung 1:5000 kelhiran hidup,

laki-laki lebih banyak diserang dibandingkan perempuan (4:1). Biasanya,

penyakit hisprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi premature.

1

Page 2: keperawatan anak hisprung.doc

Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat bawaan dan termasuk sindrom

down, sindrom waardenburg serta kelainan kardivaskuler.

Selain pada anak, penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu

adanya kegagalan mengeluarkan meconium dalam waktu 24-48 jam

setelah lahir, muntah berwarna hijau dan konstipasi faktor penyebab

penyakit hisprung diduga dapat terjadi karena factor genetik dan faktor

lingkungan.

Oleh karena itu, penyakit hisprung sudah dapat dideteksi melalui

pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaaan radiologi, barium,

enema, rectal, manometri anorektal dan melalui penatalaksaan dan

teraupetik yaitu pembedahan dan colostomy (Munahasrini,2012).

1.2. Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa/I dapat memahami tentang penyakit hisprung.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa/I :

1. Untuk mengidentifikasi defenisi penyakit hisprung

2. Untuk mengidentifikasi penyebab penyakit hisprung

3. Untuk mengidentifikasi tanda dan gejala penyakit hisprung

4. Untuk mengidentifikasi klasifikasi penyakit hisprung

5. Untuk mengidentifikasipenatalaksaan penyakit hisprung

6. Untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan penyakit hisprung

1.3. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas ini terdiri dari dari 4 BAB dengan

sistematika sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS

Berisi tentang teoritis tentang penyakit hisprung

BAB 3 : ASUHAN KEPERAWATAN

2

Page 3: keperawatan anak hisprung.doc

Berisi tentang intervensi dan rasionalisasi penyakit hisprung

BAB 4 : KESIMPULAN DAN SARAN

Penutup terdiri dari kesimpulan dari jawaban dari tujuan dan

saran yang merupakan tanggapan dari masalah.

3

Page 4: keperawatan anak hisprung.doc

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi

Hisprung adalah anomali congenital yang mengakibatkan obstruksi

mekanik karena ketidakadekuatan motilitas sebagian dari usus. (Donna L

Wong, 2004 ; 507).

Hisprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan fase usus

tersering pada neonates, kebanyakan terjadi pada bayi atern dengan berat lahir

> 3 kg.

( Mansjoer Arif, 2000 ; 380 ).

Hisprung adalah suatu gangguan perkembangan dari sistem saraf

enterik dengan karakteristik tidak adanya sel-sel ganglion (tidak adanya

fleksus mienterik) pada bagian distal kolon dan kolon tidak bisa mengembang

dengan memberikan manifestasi perubahan struktur dari kolon (Arif

Muttaqin,2011).

B. Etiologi

o Sering terjadi pada anak dengan down syndrome

o Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal

eksistensi kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa dinding

plexus.

o Dilatasi Kolon

C. Anatomi Fisiologi

Saluran gastrointestinal adalah jalur yang berjalan dari mulut melalui

esofagus lambung dan usus sampai anus. Usus terdiri dari usus halus dan usus

besar. Usus halus terdiri dari 3 kolon bagian anatomik ;bagian atas

(duodenum), bagian tengah (yuyenum), bagian bawah (illeum). Usus besar

terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen , segmen transulisum

yang menunjang dari abdomen atas dan kiri dan segmen desenden pada sisi

4

Page 5: keperawatan anak hisprung.doc

kiri abdomen bagian ujung dan usus besar terdiri dari 2 bagian kolon sigmoid

dan rektum. Rektum berlanjut pada anus. Jalan keluar anal diatur jaringan alat

tolek yang membentuk hinglum intermal dan eksternal.

D. Pathofisiologi

5

Page 6: keperawatan anak hisprung.doc

E. Klasifikasi

Berdasarkan panjang segmen yang terkena Hisprung dapat dibedakan

menjadi 2 type yaitu :

Hisprung segmen pendek

Segmen aganglionik mulai dari anus sampai sigmoid merupakan 70% dari

kasus hisprung lebih sering ditemukan pada anak laki- laki dari pada

perempuan.

Hisprung segmen panjang

Kelainan ini dapat melebihi sigmoid bahwa dapat mengenai seluruh kolon

/usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak lelaki maupun perempuan.

F. Manifestasi Klinis

– Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan

– Konstipasi kronik mulai bulan pertama kehidupan dengan terlihat

tinja seperti pita.

– Obstruksi usus dalam periode neonatal.

– Nyeri abdomen dan distensi

(Arif Muttaqin, 2011).

– Serabut saraf menebal

– Serabut otot hipertropi

– Trias gejala :

Mekonium terlambat keluar (lebih dari 24 jam)

Perut kembung

Muntah berwarna hijau

( Ilmu Kesehatan anak. 1985 ; 205 )

G. Komplikasi

– Enterokilitis

– Abses perikolon

– Perforasi

6

Page 7: keperawatan anak hisprung.doc

– Septikimia

– Pneumatosis usus

( Arif Mansjoer ,2000 ; 381)

H. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemerikasaan colok dubur

Pada penderita Hisprung, pemeriksaan colok dubur anus sangat

penting untuk dilakukan. Saat pemeriksaan ini, jari akan merasakan jepitan

karena lumen rectum yang sempit, pada saat ditarik akan diikuti dengan

keluarnya udara dan meconium (feses) yang menyemprot.

b. Pemeriksaan lain

• Foto polos abdomen tegak akan memperlihatkan usus-usus melebar

atau terdapat gambaran obstruksi usus rendah

• Pemeriksaan radiologi akan memperlihatkan kelainan pada kolon

setelah enema barium.Radiografi biasa akan memperlihatkan dilatasi

dari kolon di atas segmen aganglionik

• Biopsi rectal dilakukan dengan anestesi umum,hal ini melibatkan

diperolehnya sampel lapisan otot rectum untuk pemeriksaan adanya sel

ganglion dari pleksus Aurbach (biopsi) yang lebih superficial untuk

memperoleh mukosa dan submukosa bagi pemeriksaan pleksus

meissner.

• Manometri anorektal merupakan uji dengan suatu balon yang

ditempatkan dalam rectum dan dikembangkan. Secara normal,

dikembangkannya balon akan menghambat sfingter ani internal. Efek

inhibisi pada penyakit hirsprung tidak ada dan jika balon berada dalam

usus aganglionik,dapat diidentifikasi gelombang rektal yang abnormal.

Uji ini efektif dilakukan pada masa neonatus karena dapat diperoleh

hasil lebih baik positif palsu ataupun negatif palsu.

7

Page 8: keperawatan anak hisprung.doc

I. Penatalaksanaan

Menurut Yudha (2010), penatalaksaan hisprung ada dua cara,yaitu:

pembedahan dan konservatif.

a) Pembedahan

Pembedahan pada mega kolon atau penyakit hisprung dilakukan dalam dua

tahap.Mula-mula dilakukan kolostomy loop atau double barrel sehingga tonus

dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali

normal (memerlukan waktu kira-kira 3-4 bulan).

Tiga peosedur dalam pembedahan di antaranya:

1. Prosedur Duhamel

Dengan cara penarikan colon normal ke arah bawah dan

menganastomosiskannya di belakang usus aganglionik, membuat di dinding

ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian posterior colon normal yang

telah ditarik.

2. Prosedur Swenson

Membuang bagian aganglionik kemudian menganastomosisikan end to

end pada colon yang berganglion dengan saluran anal yang dilatasi dan

pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior.

3. Prosedur Soave

Dengan cara membiarkan dinding otot dari segmen rectum tetap utuh

kemudian colon yang bersyaraf normal ditarik sampai ke anus tempat

dilakukannya anastomis antara colon normal dan jaringan oto rektosigmoid

yang tersisa.

b) Konservatif

Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui

pemasangan sonde lambung serta pipa rectum untuk mengeluarkan

mekonimum dan udara.

8

Page 9: keperawatan anak hisprung.doc

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A.Pengkajian

A. Pengkajian Preoperatif

Pemeriksaan Fisik

1. Abdomen

a) Ukuran lingkaran abdomen

b) Amati adanya distensi abdomen

c) Dengarkan bising usus (4 kuadran)

d) Perkusi abdomen

e) Palpasi abdomen

f) Amati riwayat konstipasi dan diare

Kaji Status Nutrisi

a) Timbang berat badan

b) Amati adanya muntah

c) Kaji kekuatan obat

Tanda-tanda Vital

a) Ukur suhu badan (umumnya terjadi peningkatan)

b) Ukur frekuensi pernafasan (terjadinya takikardi dan dispnea)

c) Ukur tekanan darah

d) Ukur nadi (terjadi takikardi)

B. Pengkajian Pasca Operasi

a. Kaji integritas kulit meliputi tekstur, warna, suhu, kulit

b. Amati tanda-tanda infeksi

c. Amati apakah ada kebocoran anastomisis

d. Amati pola eliminasi

9

Page 10: keperawatan anak hisprung.doc

B.Diagnosa Keperawatan

1. Pre Operatif

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

b. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi karena aganglion pada usus

c. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

muntah

d.Resiko kekurangan volume cairan b.d muntah, diare dan pemasukan terbatas karena mual.

2.Post Operatif

a. Resiko kekurangan volume cairan b.d muntah, diare dan pemasukan terbatas karena mual.

b. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan dan adanya insisi.c. Cemas keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga

mengenai pengobatan dan perawatan post operasi.

C.Intervensi

Pre Operatif

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil

Intervensi

1 Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam pola nafas berangsur efektifNOC : Respiratory Status

Kriteria Hasil :1.    - Frekuensi

pernafasan normal

Respiratory Monitoring

1.     - Monitor frekuensi, ritme dan kedalaman pernafasan

2.     - Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan

3.     - Monitor pola nafas seperti, bradipneu, takipneu, hiperventilasi

4.     - Auskultasi suara pernafasan

10

Page 11: keperawatan anak hisprung.doc

2.    - Ekspansi dada optimal dan simetris

3.    -Bernafas mudah

4.   

Oxygen terapy1.    - Pertahankan jalan

nafas yang paten

2.    -Pertahankan posisi pasien dengan kepala lebih tinggi

3.   - Siapkan peralatan oksigenasi

4.    - Monitor dan atur aliran oksigen

2 Konstipasi b.d defek persyarafan terhadap aganglion usus

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam konstipasi berangsur teratasiNOC :Bowel Elimination

Kriteria Hasil :1.    - Pola eliminasi

dalam batas normal

2.    - Warna feses dalam batas normal

3.    - Bau feses tidak menyengat

4.    - Konstipasi tidak terjadi

Bowel Irigation1.    - Tetapkan alasan

tindakan membersihkan saluran pencernaan

2.    - Pilih pemberian enema yang tepat

3.    - Jelaskan prosedur pada pasien

4.    - Monitor efek samping dari tindakan pengobatan

5.    - Catat perkembangan baik

6.    - Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali

7.    - Observasi pengeluaran feces per rektal – bentuk, konsistensi, jumlah

8.    - Konsultasikan dengan dokter rencana pembedahan

11

Page 12: keperawatan anak hisprung.doc

5.    - Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik

3 Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam mual muntah dapat teratasi sehingga resiko tidak terjadiNOC :Status Nutrisi

Kriteria Hasil :1.     - Berat badan

pasien sesuai umur

2.     - Stamina3.     Tenaga 4.     Kekuatan

menggenggam

5.     - Penyembuhan jaringan

6.     Daya tahan tubuh

7.     - Konjungtiva tidak anemis

8.     Pertumbuhan

Management Nutrisi1.    - Kaji riwayat makanan

yang biasa dimakan dan kebiasaan makan

2.    - Timbang berat badan3.    Anjurkan ibu untuk

tetap memberikan asi rutin

4.    - Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan

Monitoring Nutrisi1.    - Monitor turgor kulit

2.    - Monitor mual dan muntah

3.    - Monitor intake nutrisi4.    Monitor pertumbuhan

dan perkembangan anak

4 Resiko kekurangan

Tujuan : Setelah

NIC :Fluid Management

12

Page 13: keperawatan anak hisprung.doc

volume cairan b.d muntah dan pemasukan terbatas karena mual

dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam resiko kekurangan cairan dapat diatasiNOC :Fluid bala

Kriteria Hasil :1.     - Keseimbangan

intake dan output 24 jam

2.     - Berat badan stabil

3.     - Mata tidak cekung

4.     - Membran mukosa lembab

5.     - Kelembaban kulit normal

1.     - Timbang popok jika diperlukan

2.     - Pertahankan intake dan output yang akurat

3.     - Monitor status hidrasi

4.     - Monitor vital sign

5.     - Kolaborasikan pemberian cairan IV

6.     - Dorong masukan oral seperti ASI

Post Operasi

5 Nyeri b.d insisi pembedahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4 x 24 jam nyeri berangsur teratasiNOC :Pain Level

Kriteria Hasil :1.    - Mengenali faktor

dan penyebab nyeri

NIC :Pain Management

1.    - Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi : lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor – faktor presipitasi

2.     - Observasi isyarat –

13

Page 14: keperawatan anak hisprung.doc

2.    - Menggunakan metode pencegahan nyeri

3.    - Mengenali gejala nyeri

isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif

3.     - Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri

4.     - Kontrol faktor – faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (ex : temperatur ruangan , penyinaran).

5.     - Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya : relaksasi, guided imagery, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas).

Analgetik Administration

1.     - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.

14

Page 15: keperawatan anak hisprung.doc

2.     - Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi

3.     - Pilih analgetik yang diperlukan / kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu.

4.     - Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri.

6 Resiko infeksi b.d insisi luka post operasi dan imunitas menurun

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan resiko infeksi dapat teratasi dan luka sembuh sempurnaNOC :Imune Status

Kriteria Hasil :1.    - Pasien bebas dari

gejala infeksi

2.    - Mengetahui proses penularan penyakit

3.   - Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

4.    - Menunjukan perilaku hidup sehat

NIC :Infection Protection

1.    - Monitor tanda gejala infeksi sistemik dan lokal

2.    - Monitor kerentanan terhadap infeksi

3.    - Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase

4.    - Inspeksi kondisi luka / insisi bedah

5.    - Dorong masukan nutrisi yang cukup

6.    - Anjurkan banyak istirahat

15

Page 16: keperawatan anak hisprung.doc

7 Cemas keluarga b.d kurang pengetahuan keluarga mengenai pengobatan dan perawatan luka

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, kecemasan keluarga berkurang dan termotivasi untuk membentuk perawatan agar cepat sembuh serta dapat merawat di rumah.

Kriteria Hasil :- Keluarga klien mampu mengungkapkan kecemasan

2.     - Keluarga klien mengungkapkan keinginan belajar ikut merawat klien

3.     - Keluarga klien memahami tujuan pengobatan dan perawatan klien

4.     - Keluarga klien mampu melakukan perawatan dirumah.

1.     - Bina hubungan saling percaya

2.     -Berikan kesempatan keluarga klien untuk mengungkapkan keinginan dan harapan

3.     - Pertahankan kondisi senyaman mungkin

4.     - Berikan penjelasan mengenai prosedur pengobatan, perawatan

5.     - Berikan penjelasan, pelatihan bagaimana perawatan klien dirumah dari perawatan kolostomi, menjaga kebersihan.

16

Page 17: keperawatan anak hisprung.doc

17