Keperawatan Anak dengan IRDS

28
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Sindrom Gawat Napas (RDS) merupakan ancaman utama untuk anak yang berada pada masa pemulihan dari penyakit berat. Sindrom ini dicirikan dengan gawat napas dan hipoksemia yang terjadi dalam 72 jam cedera berat atau pembedahan pada orang-orang yang sebelumnya memiliki paru-paru normal. Ciri utama RDS adalah peningkatan permeabilitas membrane kapiler alveolus yang menyebabkan edema pulmonal. Paru-paru menjadi kaku, difusi gas mengalami gangguan, dan akhirnya terdapat pembengkakan mukosa bronkiolar dan atelectasis kongestif. Sekresi surfaktan berkurang, dan atelectasis serta alveoli berisi cairan menjadi media yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri. Kriteria untuk diagnosis RDS pada anak-anak adalah penyakit atau cedera anteseden akut, gawat atau gagal napas akut, tidak ada bukti penyakit kardiopulmonal sebelumnya, dan infiltrate bilateral difus yang dapat dilihat dengan radiografi dada. 2. Rumusan masalah 1. Apa pengertian dari IRDS? 2. Apa etiologi IRDS? 3. Bagaimana patofisiologi IRDS? 4. Apa manifestasi klinis dari IRDS? 5. Apa saja komplikasi dari IRDS? 6. Apa saja pemeriksaan diagnostik IRDS? 7. Bagaimana penatalaksanaan dari IRDS? 8. Bagaimana asuhan keperawatan dari IRDS? 3. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian IRDS 1

description

Infant Respiratory Distress Syndrome

Transcript of Keperawatan Anak dengan IRDS

Page 1: Keperawatan Anak dengan IRDS

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar belakang

Sindrom Gawat Napas (RDS) merupakan ancaman utama untuk anak yang berada pada masa pemulihan dari penyakit berat. Sindrom ini dicirikan dengan gawat napas dan hipoksemia yang terjadi dalam 72 jam cedera berat atau pembedahan pada orang-orang yang sebelumnya memiliki paru-paru normal.

Ciri utama RDS adalah peningkatan permeabilitas membrane kapiler alveolus yang menyebabkan edema pulmonal. Paru-paru menjadi kaku, difusi gas mengalami gangguan, dan akhirnya terdapat pembengkakan mukosa bronkiolar dan atelectasis kongestif. Sekresi surfaktan berkurang, dan atelectasis serta alveoli berisi cairan menjadi media yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri. Kriteria untuk diagnosis RDS pada anak-anak adalah penyakit atau cedera anteseden akut, gawat atau gagal napas akut, tidak ada bukti penyakit kardiopulmonal sebelumnya, dan infiltrate bilateral difus yang dapat dilihat dengan radiografi dada.

2. Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari IRDS?2. Apa etiologi IRDS?3. Bagaimana patofisiologi IRDS?4. Apa manifestasi klinis dari IRDS?5. Apa saja komplikasi dari IRDS?6. Apa saja pemeriksaan diagnostik IRDS?7. Bagaimana penatalaksanaan dari IRDS?8. Bagaimana asuhan keperawatan dari IRDS?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian IRDS2. Untuk mengetahui etiologi IRDS3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi IRDS4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari IRDS5. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari IRDS6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik IRDS7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari IRDS8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari IRDS

1

Page 2: Keperawatan Anak dengan IRDS

BAB IIPEMBAHASAN

1. Definisi

Sindrom gawat pernapasanGawat pernapasan adalah sebutan yang disebutkan pada disfungsi respirasi pada

neonatus dan utamanya penyakit yang berhubungan pada keterlambatan perkembangan maturasi paru. Istilah sindrom gawat pernapasan (respiratory disstres syndrome,RDS) dan penyakit membrane hialin (hyaline membrane disease, HMD) sering di pakai untuk gangguan paru berat ini, yang tidak hanya menyebabkan lebih banyak kematian bayi dibandingkan penyakit lain, namun juga menimbulkan risiko tertinggi dalam hal komplikasi respirasi dan neurologis jangka panjang. Hampir secara ekslusif terjadi pada bayi preterm. Gangguan ini jarang terjadi pada bayi yang terpajan obat atau bayi yang mengalami stress intrauterin kronis (mis. preeklamsia atau hipertensi maternal).

2. EtiologiGawat pernapasan yang bukan berasal dari paru pada neonatus bisa juga disebabkan

oleh sepsis, defek jantung (structural atau fungsional), pajanan dingin, obstruksi jalan napas (atresia), perdarahan intraventikular, hipoglikemia, asidosis metabolic, kehilangan darah akut, dan obat-obatan. Pneumonia pada periode neonatal adalah gawat pernapasan yang disebabkan oleh agens bakteri atau virus dan dapat terjadi sendiri atau sebagai komplikasi RDS.

3. Patofisiologi

Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk berfungsi

sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor kritis dalam terjadinya RDS.

Ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya tersebut terutama disebabkan oleh kekurangan atau

tidak adanya surfaktan.

Surfaktan adalah substansi yang merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga

tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi dan mampu memohon sisa udara fungsional (kapasitas

residu fungsional). Surfaktan juga menyebabkan ekspansi yang merata dan jarang ekspansi paru

pada tekanan intraalveolar yang rendah. Kekurangan atau ketidakmatangan fungsi sufaktan

menimbulkan ketidakseimbangan inflasi saat inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi tanpa

surfaktan, janin tidak dapat menjaga parunya tetap mengembang. Oleh karena itu, perlu usaha

yang keras untuk mengembangkan parunya pada setiap hembusan napas (ekspirasi), sehingga

untuk bernapas berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang lebih besar dengan

disertai usaha inspirasi yang lebih kuat. Akibatnya, setiap kali perapasan menjadi sukar seperti

2

Page 3: Keperawatan Anak dengan IRDS

saat pertama kali pernapasan (saat kelahiran). Sebagai akibatnya, janin lebih banyak

menghabiskan oksigen untuk menghasilkan energi ini daripada ia terima dan ini menyebabkan

bayi kelelahan. Dengan meningkatnya kekelahan, bayi akan semakin sedikit membuka

alveolinya, ketidakmampuan mempertahankan pengembangan paru ini dapat menyebabkan

atelektasis.

Tidak adanya stabilitas dan atelektasis akan meningkatkan pulmonary vaskular resistem

(PVR) yang nilainya menurun pada ekspansi paru normal. Akibatnya, terjadi hipoperfusi

jaringan paru dan selanjutnya menurunkan aliran darah pulmonal. Di samping itu, peningkatan

PVR juga menyebabkan pembalikan parsial sirkulasi, darah janin dengan arah aliran dari kanan

ke kiri melalui duktus arteriosus dan foramen ovale.

Kolaps paru (atelektasis) akan menyebabkan gangguan vektilisasi pulmonal yang

menimbulkan hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah kontraksi vaskularisasi pulmonal yang

menimbulkan penurunan oksigenasi jaringan dan selanjutnya menyebabkan metabolisme

anaerobik. Metabolisme anaerobik menghasilkan timbunan asam laktat sehingga terjadi asidosis

metabolik pada bayi dan penurunan curah jantung yang menurunkan perfusi ke organ vital.

Akibat lain adalah kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolus yang menyebabkan

terjadinya transudasi ke dalam alveoli dan terbentuknya fibrin. Fibrin bersama-sama dengan

jaringan epitel yang nekrotik membentuk suatu lapisan yang disebut membran hialin. Membran

hialin ini melapisi alveoli dan menghambat pertukaran gas.

Atelektasis menyebabkan paru tidak mampu mengeluarkan karbon dioksida dari sisa

pernapasan sehingga terjadi asidosis respiratorik. Penurunan pH menyebabkan vasokonstriksi

yang semakin berat. Dengan penurunan sirkulasi paru dan perfusi alveolar, PaO2 akan menurun

tajam, pH juga akan menurun tajam, serta materi yang diperlukan untuk produksi surfaktan tidak

mengalir ke dalam alveoli.

Sintesis surfaktan dipengaruhi sebagian oleh pH, suhu dan perfusi normal, asfiksia,

hipoksemia dan iskemia paru terutama dalam hubungannya dengan hipovolemia, hipotensi dan

stress dingin dapat menekan sintesis surfaktan. Lapisan epitel paru dapat juga terkena trauma

akibat kadar oksigen yang tinggi dan pengaruh penatalaksanaan pernapasan yang mengakibatkan

penurunan surfaktan lebih lanjut.

4. Manisfestasi klinisTanda dan gejala respirasi:

1. Takipnea (80 sampai 120 napas/menit) awalnya [tidak semua bayi lahir dengan RDS akan bermanifestasi dengan karakter ini; bayi BBLSR dan BBLER mungkin mengalami gagal napas dan syok saat lahir karena imanuritas fisiologisnya]

2. Dyspnea

3

Page 4: Keperawatan Anak dengan IRDS

3. Retraksi intercostal dan/atau substernal yang jelas.

4. Krepitasi inspirasi halus5. Grunt ekspirasi yang keras6. Cuping hidung eksternal7. Sianosis dan/atau palor

Manifestasi ketika penyakit berkembang:1. Apnea 2. Flaksiditas3. Tidak bergerak4. Tidak berespons5. Suara napas berkurang6. Bercak-bercak

Manifestasi berhubungan dengan penyakit berat:1. Keadaan umum sepeti syok2. Penurunan return jantung dan brakikardia3. Tekanan darah sistemik rendah

5. Evaluasi diagnostikDiagnosis RDS dibuat berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan radiografis. Temuan

radiografis khas untuk RDS meliputi:1. Pola granular difus pada kedua medan paru yang sangat mirip dengan ground glass dan

menunjukkan ateklektasis alveolar2. Gorsan hitam, atau bronkogram, dalam daerah ground glass yang menunjukkan bronkiole

berkembang terisi udara

Penting untuk membedakan antara RDS dan pneumonia pada bayi dengan gawat pernapasan. Luasnya fungsi respirasi dan keseimbangan asam basa ditentukan dengan analisis gas darah. Oksimetri nadi dan dan pemantauan karbondioksida, maupun penelitian fungsi paru, membantu membedakan penyakit pulmonal dan ekstrapulmonal dan digunakan pada penatalaksanaan RDS.

4

Page 5: Keperawatan Anak dengan IRDS

6. Penatalaksanaan medisPenanganan RDS pada dasarnya suportif dan meliputi semua upaya umum yang diperlukan

untuk setiap bayi premature, maupun yang diberikan untuk mengoreksi ketidakseimbangan. Upaya suportif yang paling krusial untuk memperoleh hasil yang diinginkan adalah dengan mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan oksigen hood atau dengan ventilasi mekanis, mempertahankan keseimbangan asam-basa, mempertahankan lingkungan termal netral, mempertahankan perfusi dan oksigenasi jaringan yang adekuat, mencegah hipotensi, dan mempertahankan status hidrasi dan elektrolit yang adekuat. Pemberian makan dengan puting atau garage dikontraindikasikan pada setiap keadaan yang menimbulkan peningkatan jelas frekuensi napas karena bahaya aspirasi. Selain itu, pemberian substrat enteral pada bayi hipoksia transien menimbulkan risiko necrolizing enterocolitis. Nutrisi diberikan melalui terapi parenteral selama tahap akut penyakit.

Pemberian surfaktan eksogen kepada neonatus preterm dengan RDS semakin diterima dan merupakan terapi yang biasa disebagian besar pusat neonatus di dunia. Berbagai percobaan klinis melibatkan pemberian surfaktan eksogen kepada bayi dengan atau beresiko tinggi RDS memperlihatkan perbaikan nilai gas darah dan pengesetan ventilatornya, berkurangnya insidens kebocoran udara paru, berkurangnya kematian karena RDS, penurunan angka mortalitas bayi (American Academy of Pediatrics, 1999).

Komplikasi pemberian surfaktan meliputi perdarahan paru dan sumbatan mucus. Surfaktan dapat diberikan pada saat lahir sebagai penanganan preventif atau profilaktik RDS atau kelak bila sudah terjadi RDS, sebagai penanganan pertolongan.

Surfaktan diberikan melalui slang endotrakeal (LT) langsung ke trakea bayi; jumlah dosis yang tepat (tunggal atau multiple) yang paling efektif masih belum ditentukan. Tanggung jawab keperawatan pada pemberian surfaktan meliputi membantu mengeluarkan produk, mengumpulkan dan memantau gas darah arteri, memantau ketat oksigenasi dengan oksimetri nadi, dan mengkaji toleransi bayi terhadap prosedur ini. Ketika surfaktan diabsorpsi, biasanya terjadi peningkatan komplians respirasi yang memerlukan penyesuaian pengesetan ventilator untuk menurunkan tekanan jalan napas rerata (mean airway pressure, MAP) dan mencegah inflasi berlebih atau hiperoksemia. Pengisapan biasanya ditunda sampai satu jam atau lebih (bergantung pada jenis surfaktan dan protocol unit) untuk memungkinkan terjadi efek maksimal.

Tujuan terapi oksigen adalah memberikan oksigen secara adekuat ke jaringan, mencegah akumulasi asam laktat yang mengakibatkan hipoksia, dan pada saat yang sama menghindari potensial efek negative barotrauma oksigen.

Pencegahan. Pendekatan paling berhasil untuk mencegah RDS adalah pencegahan kelahiran premature, terutama kelahiran dini atau sesar elektif. Metode yang lebih baik untuk mengkaji maturitas paru fetal adalah dengan amniosentesis. Meskipun bukan merupakan prosedur rutin, tetapi metode ini memungkinkan prediksi yang masuk akal adanya pembentukan surfaktan yang adekuat. Karena perkiraan tanggal kelahiran bias salah hitung sampai 1 bulan, maka uji ini terutama bermanfaat bila kita merencanakan sesar elektif. Kombinasi pemberian steroid maternal sebelum persalinan dan pemberian surfaktan pascanatal tampaknya memiliki efek sinergis terhadap paru bayi, dengan hasil akhir berkurangnya mortalitas bayi, penurunan insiden perdarahan intraventrikular, lebih sedikit kebocoran udara paru, dan lebih sedikit masalah seperti emfisema interstisial paru dan RDS.

5

Page 6: Keperawatan Anak dengan IRDS

7. Komplikasi

1. Pneumotoraks / pneumomediastinum

2. Pulmonary interstitial dysplasia

3. Patent ductus arteriosus (PDA)

4. Hipotensi

5. Asidosis

6. Hiponatermi / hipernatremi

7. Hipokalemi

8. Hipoglikemi

9. Intraventricular hemorrhage

10. Retinopathy pada prematur

11. Infeksi sekunder

1.8 Asuhan Keperawatana. Pengkajian

1. Identitas klien

Meliputi nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.

2.      Riwayat kesehatan

a.   Riwayat maternal

Menderita penyakit seperti diabetes mellitus, kondisi seperti perdarahan plasenta, tipe dan

lamanya persalinan, stress fetal atau intrapartus.

b.   Status infant saat lahir

Prematur, umur kehamilan, apgar score (apakah terjadi asfiksia), bayi lahir melalui

operasi caesar.

3.      Data dasar pengkajian

a. Cardiovaskuler

Bradikardia (< 100 x/i) dengan hipoksemia berat

Murmur sistolik

Denyut jantung DBN

b. Integumen

Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi peripheral

Pitting edema pada tangan dan kaki

Mottling

c. Neurologis

Immobilitas, kelemahan

6

Page 7: Keperawatan Anak dengan IRDS

Penurunan suhu tubuh

d. Pulmonary

Takipnea (> 60 x/i, mungkin 30-100 x/i)

Nafas grunting

Pernapasan cuping hidung

Pernapasan dangkal

Retraksi suprasternal dan substernal

Sianosis

Penurunan suara napas, crakles, episode apnea

e. Status behavioral

Letargi

4.      Pemeriksaan Diagnostik

a. Sert rontgen dada : untuk melihat densitas atelektasi dan elevasi diafragma dengan over

distensi duktus alveolar

b. Bronchogram udara : untuk menentukan ventilasi jalan napas

c. Data laboratorium :

Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk

janin yang mempunyai predisposisi RDS)

Lesitin/spingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru

Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu

Tingkat phospatydylinositol

AGD : PaO2 < 50 mmHg, PaCO2 > 50 mmHg, saturasi oksigen 92%-94%, pH 7,3-

7,45.

Level potassium : meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar

yang rusak.

7

Page 8: Keperawatan Anak dengan IRDS

b. Diagnosa Keperawatan

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakadekuatan kadar surfaktan,

ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi/kelelahan, keterbatasan

pengembangan otot.

Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan penurunan lemak subkutan,

peningkatan upaya pernapasan sekunder akibat RDS.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan

metabolisme akibat stress.

Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif.

Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan ventilasi

pulmonal

Risiko tinggi cidera berhubungan dengan gangguan perfusi ke otak, gangguan fungsi

serebral.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan metabolisme yang meningkat.

Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi

bayinya.

8

Page 9: Keperawatan Anak dengan IRDS

Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Pertukaran gas, kerusakan berhubungan dengan ketidak seimbangan perfusi ventilasi ketidakadekuatan kadar surfaktan dan stress dingin

Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam diharapkan pertukaran gas adekuat

- Sianosis (-)- Bayi tampak

tenang- Sesak (-)- Ronchi (-)- RR 30-60 x/i- GDA DBN- PaCO2 : 35-45

mmHg- PaO2 : 50-70

mmHg- pH : 7,35-7,45- Nadi : 120-140

x/i

Mandiri :- Perhatikan usia

gestasi, berat badan dan jenis kelamin

- Kaji status pernapasan, perhatikan tanda-tanda distress pernapasan (misal takipnea, pernapasan cuping hidung, mengorok, retraksi, ronki atau krekels)

- Gunakan pemantau oksigen transkutan

- Neonatus lahir sebelum gestasi minggu ke 30 dan/atau berat badan kurang dari 1500 g berisiko tinggi terhadap terjadinya RDS. Selain itu, pria dua kali rentannya dari pada wanita (catatan : mayoritas kematian berhubungan dengan RDS terjadi pada bayi dengan berat badan kurang dari 1500 g).

- Takipnea menandakan distress pernapasan, khususnya bila pernapasan lebih besar dari 60 x/menit setelah 5 jam pertama kehidupan. Pernapasan mengorok menunjukkan upaya untuk mempertahankan ekspansi alveolar, pernapasan cuping hidung adalah mekanisme kompensasi untuk menambah diameter hidung dan meningkatkan masukan oksigen. Krekels/ronki dapat menandakan vasokontriksi pulmonary yang berhubungan dengan PDA, hipoksemia, asidemia, atau imaturitas otot ateriol, yang gagal untuk konstruksi sebagai respon terhadap peningkatan kadar oksigen.

- Memberikan pemantauan non

9

Page 10: Keperawatan Anak dengan IRDS

atau oksimeter nadi. Catat kadar setiap jam, ubah sisi alat setiap 3-4 jam.

- Hisap hidung dan orofaring dengan hati-hati, sesuai kebutuhan. Batasi waktu obstruksi jalan napas dengan kateter 5-12 detik. Observasi pemantau oksigen transkutan atau oksimeter nadi sebelum dan selama penghisapan. Berikan kantung ventilasi setelah penghisapan.

- Pertahankan kenetralan suhu dengan suhu tubuh pada 97,7oF (dalam 0,5oF)

- Pantau masukan dan saluran cairan : timbang berat badan sesuai indikasi berdasarkan protokol.

- Tingkatkan istirahat : minimalkan rangsangan dan penggunaan energi.

invansif konstan terhadap kadar oksigen (catatan : insufisiensi pulmonary biasanya memburuk selama 24-48 jam pertama, kemudian mencapai plateu).

- Mungkin perlu untuk mempertahankan kepatenan jalan napas, khususnya pada bayi yang menerima ventilasi terkontrol.

- Stressnya meningkatkan konsumsi oksigen bayi, dapat meningkatkan asidosis dan selanjutnya kerusakan produksi surfaktan.

- Dehidrasi merusak kemampuan untuk membersihkan jalan nafas saat mukus menjadi kental. Hidrasi berlebihan dapat memperberat infiltrate alveolar/edema pulmonal. Penurunan berat badan dan peningkatan saluran urin dapat menandakan fase diuretic dari RDS biasanya mulai pada 72-96 jam dan mendahului resolusi kondisi.

- Menurunkan laju metaoblik dan konsumsi oksigen.

- Sianosis adalah tanda

10

Page 11: Keperawatan Anak dengan IRDS

- Observasi terhadap tanda dan lokasi sianosis.

Kolaborasi :Pantau pemeriksaan laboratorium, dengan tepat :

- Grafik seri GDA

- Hb/Ht

lanjut dari PaO2rendah dan tidak tampak sampai ada sedikit lebih dari 3 g/dl penurunan Hb pada darah arteri sentral atau 4-6 g/dl pada darah kapiler atau sampai saturasi oksigen hanya 75%-85% dengan kadar PO2 42 sampai 41 mmHg.

- Hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis menurunkan produksi surfaktan, kadar PaO2 harus 50 sampai 70 mmHg atau lebih tinggi kadar PaCO2 harus sampai 35-45 mmHg dan oksigen harus sampai 92% sampai 94%.

- Penurunan simpanan besi pada kelahiran, pengulangan pengambilan sampel darah, pertumbuhan cepat dan episode hemoragis meningkatkan kemungkinan bahwa bayi preterm akan anemic sehingga menurunkan kapasitas pembawa oksigen darah (catatan : pemberian sel kemasan mungkin perlu untuk menggantikan darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium)

- Atelektasis, kongesti, bronkogram udara

11

Page 12: Keperawatan Anak dengan IRDS

- Tinjau ulang seri sinar-sinarnya

- Berikan oksigen, sesuai kebutuhan dengan masker, kap selang endotrakeal atau ventilasi mekanik dengan menggunakan tekanan jalan napas positif konstan (CPAP) dan ventilasi mendatar intermiten (imv) atau pernapasan tekanan positif intermitten (IPPB) dan tekanan ekspirasi aktif positif (PEEP).

- Pantau jumlah pemberian oksigen dan durasi pemberian

- Aspirasi isi lambung untuk tes shake

- Berikan makanan dengan selang nasogastrik atau

menunjukkan terjadinya RDS.

- Hipoksemia dan asidemia dapat berlanjut menurunkan produksi surfaktan, meningkatkan tahanan vaskular pulmonal dan vasokontriksi dan menyebabkan duktus arteriosus tetap terbuka. Imaturitas hipotalamus dapat memerlukan bantuan ventilasi untuk mempertahankan pernapasan. Penggunaan PEEP dapat menurunkan kolaps jalan napas, meningkatkan pertukaran gas dan menurunkan kebutuhan oksigen tingkat tinggi.

- Kadar oksigen serum tinggi yang lama disertai dengan tekanan tinggi yang lama diakibatkan dari IPPB dan PEEP (barotraumas) dapat mempredisposisikan bayi pada dysplasia bronkopolmunal

- Memberikan informasi yang segera akan ada tau tidak adanya surfakan, surfakan yang perlu untuk meningkatkan ekspansi normal dan elastisitas alveoli, biasnaay tidak ada dalam kuantitas yang cukup sampai gestasi minggu ke 32 sampai ke 33.

- Menurunkan kebutuhan oksigen, meningkatkan istirahat menghemat energi dan menurunkan risiko aspirasi karena

12

Page 13: Keperawatan Anak dengan IRDS

orogastrik sebagai pengganti pemberian makan dengan ASI bila tepat.

- Berikan obat-obatan sesuai indikasi :

- Natrium bikarbonat

- Surfaktan (artificial atau eksogen)

perkembangan refleks yang buruk.

- Bila tindakan meningkatkan frekuensi pernapasan atau memperbaiki ventilasi tidak cukup untuk memperbaiki asidosis, penggunaan natrium bikarbonat yang hati-hati dapat membantu mengembalikan pH ke dalam rentang normal.

- Mungkin diberikan pada kelahiran atau setelah diagnosis RDS untuk menurunkan beratnya kondisi dan komplikasi yang berhubungan, efek dapat berakhir sampai 72 jam.

Pola pernapasan tidak efek berhubungan dengan keterbatasan perkembangan otot  penurunan  energi/kelelahan

Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam diharapkan pola napas efektif

-Sianosis (-)-GDH DBN-Bayi tampak

tenang-Apnea (-)-Pernapasan

efektif-Tidak pucat

Mandiri :- Kaji frekuensi

pernapasan dan pola pernapasan, perhatikan adanya apena dan perubahan frekuensi jantung, tonus otot dan warna kulit berkenaan dengan prosedur atau perawatan, lakukan pemantauan jantung pernapasan atau/dan pernapasan yang kontinu.

- Hisap jalan napas sesuai kebutuhan

- Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang dapat memperberat depresi pernapasan pada bayi.

- Posisikan bayi pada

- Membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dari serangan apneik sejati, yang terutama sering terjadi sebelum gestasi minggu ke 30.

- Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas.

- Magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan aktivitas ssp.

- Posisi ini dapat memudahkan

13

Page 14: Keperawatan Anak dengan IRDS

abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok di bawah baku untuk menghasilkan sedikit hiperekstensi

- Pertahankan suhu tubuh optimal.

- Berikan rangsang taktil yang segera (misal : gosokan punggung bayi) bila terjadi apnea, perhatikan adanya sianosis, bradikardia atau hipotania, anjurkan kontak orang tua.

- Tempat bayi pada matras bergelombang.

Kolaborasi :- Pantau pemeriksaan

laboratorium (misal GDA, glukosa serum, elektrolit, kultur dan kadar obat), sesuai indikasi

- Berikan oksigen sesuai indikasi

- Berikan obat-obatan sesuai indikasi :

- Natrium bikarbonat- Antibiotik

pernapasan dan menurunkan episode apneik, khususnya pada adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnia.

- Bahkan hanya sedikit peningkatan atau penurunan suhu lingkungan dapat menimbulkan apnea.

- Merangsang ssp untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembali pernapasan spontan. Kadang-kadang bayi mengalami kejadian apnea lebih sedikit atau tidak ada atau bradikardia bila orang tua menyentuh dan bicara pada mereka.

- Gerakan memberikan rangsangan, yang dapat menunjukkan kejadian apneik.

- Hipoksia, asidosis metaoblik, hiperkapnia, hipoglikemia, hipokalsemia dan sepsis dapat memperberat serangan apneik, toksisitas obat yang menekan fungsi pernapasan dapat terjadi karena keterbatasan ekskresi dan waktu paruh obat yang lama.

- Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan fungsi pernapasan.

-  Memperbaiki asidosis- Mengatasi infeksi

14

Page 15: Keperawatan Anak dengan IRDS

- Kalsium glukonat

- Aminofilin

Mandiri :- Pankuromium

bromide

- Larutan glukosa

pernapasan atau sepsis- Hipokalsemi

mempredisposisikan bayi pada apnea.

- Dapat meningkatkan aktivitas pusat pernapasan dan menurunkan sensitivitas terhadap karbondioksida, menurunkan frekuensi apnea.

- Mengakibatkan relaksasi otot rangka yang mungkin perlu bila bayi secara mekanis terventilasi.

- Mencegah hipoglikemia (rujuk pada DK : nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap).

Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan penurunan lemak subkutan, peningkatan upaya pernapasan sekunder akibat RDS

Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam diharapkan termoregulasi efektif

-Suhu tubuh stabil (36,5-37oC)

-Sianosis (-)-Bradikardia (-)-Hipoglikemia (-)-Apnea (-)-TTV DBN :-TD : 50 mmHg

(sekreta)-RR : 30-60 x/i-N : 120-140 x/i

Mandiri :- Kaji suhu dengan

sering, periksa suhu rectal pada awalnya, selanjutnya periksa suhu aksila atau gunakan alat thermostat dengan dasar terbuka dengan penyebar hangat. Ulangi setiap 15 menit selama penghangatan ulang.

- Tempatkan bayi pada penghangat, isolette, inkubator, tempat tidur terbuka dengan penyebar hangat atau tempat tidur bayi terbuka dengan pakaian tempat untuk bayi yang lebih besar atau lebih tua.

- Hipotermia cenderung membuat bayi pada stress dingin penggunaan simpanan lemak coklat yang tidak dapat diperbaharui bila ada dan penurunan. Sensitivitas untuk meningkatkan kadar karbondioksida (hiperkapnia) atau penurunan kadar oksigen (hipoksia)

- Mempertahankan lingkungan termonetral membantu mencegah stress dingin.

15

Page 16: Keperawatan Anak dengan IRDS

- Gunakan lampu pemanas selama prosedur, tutup penyebar hangat atau bayi dengan penutup plastik atau kertas alumunium bila tepat.

- Kurangi pemajanan pada aliran udara, hindari pembukaan pagar isolette yang tidak semestinya.

- Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah. Pertahankan kepala bayi tetap tertutup

- Pantau sistem pengatur suhu, penyebar hangat atau inkubator (pertahankan batas akan pada 98,6oF, tergantung pada ukuran atau usia bayi)

- Pertahankan kelembaban relatif 50%-80% oksigen lembab hangat 88oF-93oF (31oC-34oC).

- Perhatikan adanya takipnea atau apnea, sianosis umum, akrosianosis atau kulit belang, bradikardia, menangis buruk atau letargi, evaluasi derajat dan lokasi ikterik.

- Berikan penghangatan bertahap untuk bayi dengan stress dingin

- Kaji saluran dan berat jenis urin

- Menurunkan kehilangan panas pada lingkungan yang lebih dingin dari ruangan.

- Menurunkan kehilangan panas karena konveksi/konduksi membatasi kehilangan panas melalui radiasi.

- Menurunkan kehilangan melalui evaporasi.

- Hipertermia dengan akibat peningkatan pada laju metabolisme kebutuhan oksigen, dan glukosa dan kehilangan air tidak kasat mata dapat terjadi bila suhu lingkungan yang dapat dikontrol, terlalu tinggi.

- Mencegah evaporasi berlebihan, menurunkan kehilangan cairan tidak kasat mata.

- Tanda-tanda ini menandakan stress dingin, yang meningkatkan konsumsi oksigen dan kalori serta membuat bayi cenderung pada asidosis berkenaan dengan metabolisme anaerobik.

- Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan dapat menyebabkan konsumsi oksigen berlebihan dan apnea.

- Penurunan haluaran dan peningkatan berat jenis urine dihubungkan dengan

16

Page 17: Keperawatan Anak dengan IRDS

- Pantau penambahan berat badan berturut-turut bila penambahan berat badan tidak adekuat, tingkatkan suhu lingkungan sesuai indikasi

- Pantau suhu bayi bila keluar dari lingkungan hangat. Berikan informasi tentang termoregulasi kepada orang tua.

- Perhatikan perkembangan takikardia, warna kemerahan, diaphoresis, letargi, apnea, koma atau aktivitas kejang.

Kolaborasi :- Pantau pemeriksaan

laboratorium, sesuai indikasi (misal : GDA, glukosa serum, elektrolit dan kadar bilirubin)

penurunan persuasi ginjal selama periode stress dingin.

- Ketidakadekuatan penambahan berat badan meskipun masukan kalori adekuat dapat menandakan bahwa kalori digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh, memerlukan peningkatan suhu lingkungan.

- Kontak di luar tempat tidur, khususnya dengan orang tua mungkin singkat saja, bila dimungkinkan, untuk mencegah stress dingin.

- Tanda-tanda hipertermia ini (suhu tubuh lebih besar dari 99oF (37,7oC) dapat berlanjut pada kerusakan otak bila tidak teratasi.

- Stress dingin meningkatkan kebutuhan terhadap glukosa dan oksigen serta dapat mengakibatkan masalah asam basa bila bayi mengalami metabolisme anaerobik, bila kadar oksigen yang cukup tidak tersedia peningkatan kadar bilirubin indirek dapat terjadi karena pelepasan asam lemak dari metabolisme lemak coklat, dengan asam lemak bersaing dengan bilirubin pada bagian ikatan di albumin,

17

Page 18: Keperawatan Anak dengan IRDS

- Berikan obat sesuai indikasi :

Natrium bikarbonat

asidosis metabolik dapat juga terjadi pada hipertermia.

- Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hipotermia dan hipertermia.

BAB IIIPENUTUP

1.1. Kesimpulan

18

Page 19: Keperawatan Anak dengan IRDS

Gawat pernapasan adalah sebutan yang disebutkan pada disfungsi respirasi pada neonatus dan utamanya penyakit yang berhubungan pada keterlambatan perkembangan maturasi paru. Istilah sindrom gawat pernapasan (respiratory disstres syndrome,RDS) dan penyakit membrane hialin (hyaline membrane disease, HMD) sering di pakai untuk gangguan paru berat ini, yang tidak hanya menyebabkan lebih banyak kematian bayi dibandingkan penyakit lain, namun juga menimbulkan risiko tertinggi dalam hal komplikasi respirasi dan neurologis jangka panjang. Hampir secara ekslusif terjadi pada bayi preterm. Gangguan ini jarang terjadi pada bayi yang terpajan obat atau bayi yang mengalami stress intrauterin kronis (mis. preeklamsia atau hipertensi maternal).

1.2. Saran Makalah ini tidak membahas secara keseluruhan tentang IRDS dan hal-hal yang mengenai

IRDS dengan kata lain makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengajak pembaca untuk mencari sumber lain yang sesuai dengan materi dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: Keperawatan Anak dengan IRDS

Doengoes, Marilynn E 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC

Wong, Donna L 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta : EGC

Wong, Donna L 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. Jakarta : EGC

20