ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

22
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP (Kurang Energi Protein) 1. PENDAHULUAN Kekurangan energi protein merupakan penyakit gangguan gizi yang cukup penting di Indonesia. Di Indonesia angka kejadiannya cukup tinggi pada anak di bawah 5 tahun. Untuk menentukan klasifikasi berat ringannya KEP dapat menggunakan beberapa cara, yang paling sering digunakan dan cukup mudah adalah dengan melihat berat badan dan umur anak disesuaiakan dengan grafik KMS (Kartu Menuju Sehat). Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah kekurangan energi dan protein (KEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis KEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium (Ngastiyah, 1997). Marasmus adalah suatu masalah serius di seluruh dunia yang melibatkan lebih dari 50 juta anak-anak di bawah 5 tahun. Menurut WHO, 49% dari 10.4 juta kematian terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun di negara berkembang yang dihubungan dengan kekurangan energi dan protein (Gehri, M, 2006).Menurut DEPKES bahwa standar nasional penderita KEP tidak lebih dari 1,12 % penderita KEP dari total anak di suatu wilayah. 1. TINJAUAN TEORI 1. Anatomi dan Fisiologi

description

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP

(Kurang Energi Protein)

 

 

1. PENDAHULUAN

    Kekurangan energi protein merupakan penyakit gangguan gizi yang cukup penting di

Indonesia. Di Indonesia angka kejadiannya cukup tinggi pada anak di bawah 5 tahun.

Untuk menentukan klasifikasi berat ringannya KEP dapat menggunakan beberapa cara,

yang paling sering digunakan dan cukup mudah adalah dengan melihat berat badan dan

umur anak disesuaiakan dengan grafik KMS (Kartu Menuju Sehat).

Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan

dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan

masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan

istilah kekurangan energi dan protein (KEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis KEP

yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi

badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan

pemeriksaan laboratorium (Ngastiyah, 1997).

Marasmus adalah suatu masalah serius di seluruh dunia yang melibatkan lebih dari 50

juta anak-anak di bawah 5 tahun. Menurut WHO, 49% dari 10.4 juta kematian terjadi

pada anak-anak di bawah 5 tahun di negara berkembang yang dihubungan dengan

kekurangan energi dan protein (Gehri, M, 2006).Menurut DEPKES bahwa standar

nasional penderita KEP tidak lebih dari 

1,12 % penderita KEP dari total anak di suatu wilayah.

 

1. TINJAUAN TEORI

1. Anatomi dan Fisiologi

 

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

 

 

 

 

 

 

 

 

(Gambar 1. Wikipedia, 2007)

 

Saluran gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri

atas duodenum, jenunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6 meter dan diameter

2,5 cm. Usus besar terdiri atas secum, colon, dan rectum yang kemudian bermura pada

anus. Panjangnya usus besar 1,5 meter dan diameternya kira-kira 6 cm. Usus menerima

zat makanan yang sudah berbentukchyme (setengah padat) dari lambung untuk

mengabsorbsi air, nutrien, dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus,potassium,

bikarbonat dan enzim. Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan

berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rektum

normalnya diperlurkan waktu 12 jam.

 

1. Definisi Penyakit

Kurang energi protein (KEP) adalah keadaan patologis yang disebabkan kekurangan

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

energi dan protein. KEP disebut pula sebagai protein energy malnutrition (PEM),

protein calorie malnutrition (PCM), dan kurang kalori protein (KKP). Salah satu jenis

KEP berat adalah marasmus atau kwasiorkor. 

Marasmus adalah bentuk PEM terutama disebabkan oleh kekurangan kalori berat

dalam jangka lama, terutama terjadi setelah tahun pertama kehidupan.

Kwashiorkor adalah suatu bentuk PEM yang ditimbulkan oleh defisiensi protein yang

berat (Dorland, 2002). Ahli penyakit anak-anak di Britania Cicely D. Williams

memperkenalkan nama Kwashiorkor ke dunia international sejak tahun 1935. Ketika

seorang anak sedangdalam perawatan, yang menerima protein tertentu, bahan yang

penting untuk pertumbuhan ini didapatkan dari air susu ibu. Ketika anak dipisahkan

dari ibu, sedangkan jika diet yang menggantikan susu adalah karbohidrat dengan tajin

yang tinggi, dan protein yangtak mencukupi pada umumnya kebutuhan diet anak, maka

anak akan berkembang kearah kwashiorkor (Wikipedia, 2007). 

Kejadian marasmus meningkat sebelum umur satu tahun sedangkan kejadian

kwashiorkor meningkat setelah umur 18 bulan. (Wikipedia, 2007).

 

1. Etiologi

Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena :

diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan

dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi

kongenital. (Nelson,1999). Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang

sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan

penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai

penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung,

malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada

saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116). Marasmus diakibatkan oleh suatu keseimbangan

energi ke arah negatif. Ketidakseimbangan ini dapat diakibatkan oleh suatu masukan

energi dikurangi, penggunaan energi yang ditingkatkan, atau kedua-duanya, seperti

halnya pada penyakit yang akut atau penyakit kronis. Anak-Anak beradaptasi terhadap

suatu defisit energi dengan suatu penurunan aktivitas phisik, kelesuan, suatu

penurunan metabolisme energi fundamental, lambat pertumbuhan, dan akhirnya

menimbang kehilangan berat badan (Gehri, M, 2006)

Kwashiorkor terjadi paling umum pada daerah yang kelaparan, persediaan makanan

yang terbatas, dan untuk tingkat rendah pendidikan, yang dapat mendorong kearah

pengetahuan yang tidak cukup tentang diet yang sesuai (Newmark, C, 2002). Faktor

yang utama yang menyebabkan suatu defisit kalori dan masukan protein meliputi yang

berikut: transisi dari masa menyusui ke nutrisi dari makanan pada masa kanak-kanak,

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

infeksi/peradangan yang akut pada traktus gastrointestinal, dan infeksi/peradangan

kronis seperti HIV atau Tuberkulose. Ketidak seimbangan antara masukan energi dan

protein (kurang dari kebutuhan mengakibatkan suatu keseimbangan energi yang

negative (Anonim, 2007).

 

4. PATOFISIOLOGI

KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan

sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga

diserta adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila

kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh

masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang

gizi.Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena

adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan

pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat,

penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan nutrisi.Makanan yang

tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk

menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan

karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik.

Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat,

sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi

pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD--3SD), maka terjadilah kwashiorkor

(malnutrisi akut/"decompensated malnutrition"). Pada kondisi ini penting peranan

radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi

dibawah -3 SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan

ini terus dapat teradaptasi sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik

(malnutrisikronik/compensated malnutrition). Dengan demikian pada KEP dapat

terjadi : gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum,

penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai

sintesa enzim.

 

Manifestasi Klinik

Kwashiorkor adalah kondisi yang disebabkan oleh suatu kekurangan masukan protein.

Gejala khas adalah lesu, sifat lekas marah dan cepat lelah. Jika kondisi

mengancam/lebih lanjut akan tampak penurunan massa otot dan pertumbuhan dan

perut bulat/membucit akibat kegagalan/bengkak. Tanda lebih lanjut adalah rambut

rontok warna putih yang tidak teratur pada badan. Biasanya shock dan coma akan

terjadi sebelum kematian. 

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

Sedangkan Marasmus adalah suatu kondisi yang terjadi yang disebabkan oleh

kekurangan beberapa bahan makanan seperti kekurangan protein dan masukan kalori.

Penyakit ini menyebabkan infeksi/peradangan serius dan ketidak-mampuan anak untuk

bertahan dari penyakit sehingga sering berlanjut ke kematian. Kebanyakan kematian

pada anak-anak muda dikaitkan dengan adanya kurang gizi yang disebabkan oleh

gangguan ini (Anonim, 2002). 

 

(Gambar 2. WHO, 2000)

 

Beberapa kekurangan gizi mengambarkan adanya oedema kedua kaki, atau

pembuangan beberapa beberapa jenis bahanmakanan (< 70% berat badan atau <- 3SD

(a)), atau beberapa tanda klinis dari kekurangan gizi menjengkelkan. Tidak ada

perbedaan yang telah dibuat antara kondisi-kondisi kwashiorkor yang klinis, marasmus,

dan kwashiorkor marasmic sebab pendekatan keperawatan yang diberikan pada mereka

adalah serupa. Anak-Anak dengan beberapa kekurangan gizi berhadapan dengan

beberapa resiko masalah yang mengancam kehidupan seperti hypoglycaemia,

hypothermia, infeksi/peradangan serius, dan gangguan keseimbangan asam basa. Oleh

karena mempunyai sifat mudah luka, maka memerlukan pemeriksaan yang seksama dan

hati-hati, manajemen dan perawatan khusus, dengan pemberian makan reguler dan

monitoring. Perawatan di rumah sakit harus diorganisir baik dan diberikan oleh staff

yang terlatih secara khusus. Kesembuhan panyakit ini dapat dicapai dalam beberapa

minggu (WHO, 2000).

 

DIAGNOSA BANDING

Adanya edema serta ascites pada bentuk kwashiorkor maupun marasmik-kwashiorkor

perlu dibedakan dengan :

- Sindroma nefrotik

- Sirosis hepatis

- Payah jantung kongestif

- Pellagra infantil

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

 

Pemeriksaan untuk Diagnosis KEP 

Depkes RI, berdasarkan temu pakar gizi di Bogor tanggal 19-21 Januari dan di

Semarang 24-26Mei 2000, merekomendasikan baku WHO-NCHS untuk digunakan

sebagai baku antropometris di Indonesia sebagai berikut (Almatsier, 2004): 

 

Indeks   Simpangan Baku   Status gizi  

BB/U  

≥2 SD 

-2 SD sampai +2 SD 

<-2 SD sampai -3 SD 

<-3 SD  

Gizi lebih 

Gizi baik 

Gizi kurang 

Gizi buruk  

TB/U  Normal 

Pendek  

-2 SD sampai +2 SD

<-2 SD  

BB/TB  

≥2 SD 

-2 SD sampai +2 SD 

<-2 SD sampai -3 SD 

<-3 SD  

Gemuk 

Normal 

Kurus 

Sangat kurus  

Marie dan Mahan (1984) (dikutip dari Almatsier, 2004) menyebutkan salah satu cara 

untuk membedakan marasmus dan kwasiorkor adalah sebagai berikut: 

 

 

Tanda yang ada   Tetapan     Tanda yang ada   Tetapan 

Edema 

Dermatosis 

   Serum Albumin Protein total 

(gr/100ml) (gr/100ml)

  

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

Edema + dermatosis 

Perubahan rambut 

Hepatomegali

  

  

  

<1,00  (<3,25) 

1,00-1,49 (3,25-3,99) 

1,50-1,99 (4,00-4,74) 

2,00-2,49 (4,75-5,49) 

2,50-2,99 (5,50-6,24)  

3,00-3,49 (6,25-6,99) 

3,50-3,99 (7,00-7,74) 

>4,00  (>7,75)

0  

Skor 0-3 = marasmus 

Skor 4-8 = marasmik kwasiorkor 

Skor 9-15 = kwasiorkor 

 

Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi KEP ditetapkan

dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut: 

1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (KEP ringan) 

2) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (KEP berat) 

3) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (KEP berat)

4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (KEP berat) 

(Ngastiyah, 1997) 

Pemeriksaan Laboratorium:

Gula darah: Hipoglikemia (> 2 mmol/L)

Pemeriksaan hapus darah tepi secara mikroskopi tampak parasit bila disertai

dengan infeksi

Hemoglobin: pada tingkal < 40 g/L diindikasikan adanya anemia.

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

Pemeriksaan urine dan kultur, terdapat leukosit lebih dari 10 per high-power

field bila ada infeksi. 

Pada pemeriksaan feses secara mikroskopis dijumpai adanya parasit dan darah

mengindikasikan adanya disentri.

Albumin: Meskipun tidak selalu dijadikan sebagai dasar untuk mendiagnosis, jika

albumin < 35 g/L, dapat diartikan sintesis protein mengalami gangguan yang

masiv.

Electrolit: Pengukuran elektrolit dapat membantu dan dapat membantu terapi

yang tepat, terutama sehubungan dengan hiponatremia.

Pada pemeriksaan roentgen dada dijumpai adanya infeksi pada paru seperti lesi

tuberculosis, kardiomegali atau tanda rakhitis

Tes kulit (tuberculin) menunjukkan adanya tuberkulosis

 

1. a.Pathways Marasmus

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

 

 

b. Pathways Kwashiorkor

1. Penatalaksaan Medis dan Keperawatan

Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :

 

1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama(diutamakan penanganan

kegawatan)

1.1. Penanganan hipoglikemi

1.2. Penanganan hipotermi

1.3. Penanganan dehidrasi

1.4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

1.5. Pengobatan infeksi

1.6. Pemberian makanan

1.7. Fasilitasi tumbuh kejar

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

1.8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro

1.9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental

1.10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

 

2. Pengobatan penyakit penyerta

1. Defisiensi vitamin A

Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau 

sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan 

vit. A dengan dosis :

* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali

* umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kali

* umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali

Bila ada ulkus dimata diberikan :

· Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam

selama 7-10 hari

· Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari

· Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali

2. Dermatosis

Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit 

mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi 

sekunder, antara lain oleh Candida.

Tatalaksana :

a. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1% 

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

selama 10 menit

b. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)

c. usahakan agar daerah perineum tetap kering

d. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral

 

3. Parasit/cacing

Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat 

antihelmintik lain.

4. Diare melanjut

Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan 

formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis 

merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan 

pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam 

selama 7 hari.

5. Tuberkulosis

Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) 

dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman 

pengobatan TB.

3. Tindakan kegawatan

a. Syok (renjatan)

Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit 

membedakan keduanya secara klinis saja.

Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan 

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap 

terjadinya overhidrasi.

Pedoman pemberian cairan :

Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan 

kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.

Evaluasi setelah 1 jam :

§ Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan 

status hidrasi ® syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti 

di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian 

Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, 

selanjutnya mulai berikan formula khusus (F-75/pengganti).

§ Bila tidak ada perbaikan klinis ® anak menderita syok septik. Dalam hal ini, 

berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah 

sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian 

mulailah pemberian formula (F-75/pengganti)

2. Anemia berat

Transfusi darah diperlukan bila :

· Hb <>

· Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung

 

 

Transfusi darah :

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

Ø Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.

Bila ada tanda gagal jantung, gunakan 'packed red cells' untuk transfusi dengan 

jumlah yang sama.

Ø Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.

Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak 

dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap <>

 

7. Pengkajian Keperawatan

Riwayat Keperawatan 

Riwayat Keluhan Utama

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat

badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan

lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi. 

Riwayat Keperawatan Sekarang 

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan

pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi,

status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.

Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi

anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama). 

Riwayat Kesehatan Keluarga 

Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan

dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan

kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang

penyakit klien dan lain-lain. 

Pengkajian Fisik 

.Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan

umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen,

ekstremitas dan genito-urinaria. 

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran

antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).

Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah: 

Penurunan ukuran antropometri 

Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut) 

Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra 

Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot

intercostal) 

Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi

diare. 

Edema tungkai 

Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama

pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki,

paha dan lipat paha) 

Pemeriksaan Penunjang 

Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik

normokrom.

Adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di

samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan

gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.

Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada

paru.

Pengkajian data Fokus

Menurut Suriyadi dan Yuliani, R (2001) pengkajian fokus yang dapat dilakukan pada

anak dengan malnutrisi kalori dan protein adalah sebagai berikut:

1. Kwashiorkor

1. Muka sembab

2. Lethargi

3. Edema

4. Jaringan otot mengecil

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

5. Jaringan subkutan tipis dan lembut

6. Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung

7. Kulit kering dan bersisik

8. Alopecia atau rambut rontok/ mudah dicabut

9. Anorexia/ kehilangan nafsu makan

10. Gagal dalam pertumbuhan

11. Tampak anemia

2. Marasmus

1. Badan kurus kering

2. Tampak seperti orang tua

3. Lethargi

4. Iritabel

5. Kulit keriput

6. Ubun-ubun cekung pada bayi

7. Jaringan subkutan hilang

8. Turgor kulit jelek

9. Malaise

10. Apatis

11. Kelaparan

 

 

 

8. Kemungkinan masalah /Diagnosa Keperawatan 

Diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak kekurangan energi dan

protein menurut Suriyadi dan Yuliani, R (2001) adalah:

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak

adekuatnya intake nutrisi. 

2. Kurangnya volume cairan dan konstipasi berhubungan dengan kurangnya intake

cairan. 

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tidak adanya kandungan

makanan yang cukup. 

4. Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan respon imun sekunder dari

malnutrisi. 

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tidak tahu memberikan intake

nutrisi yang adekuat pada anak. 

6. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan albumin serum

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder terhadap

atropi otot

8. Risiko perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan

penurunan intake energi dan protein

 

9. Perencanaan Perawatan

Menurut Suriyadi dan Yuliani, R (2001) rencana keperawatan yang dapat diberikan

untuk mengatasi masalah keperawatan di atas antara lain

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak

adekuatnya intake nutrisi. 

o Tujuan: Anak akan memperlihatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi secara

adekuat yang ditandai dengan berat badan normal sesuai dengan usia,

napsu makan meningkat, dan tidak ditemukan manifestasi malnutrisi. 

o Intervensi :

Kaji antropometri 

Kaji pola makan 

Berikan intake makanan tinggi : kalori, protein, mineral dan

vitamin. 

Frekuensi makan dapat ditingkatkan setiap 3 – 4 jam dan selingi

dengan makanan kecil yang tinggi kalori dan protein. 

Timbang berat badan setiap hari 

Tingkatkan pemberian ASI dengan pemasukan intake nutrisi yang

adekuat pada orang tua (ibu) 

Kurangnya volume cairan dan konstipasi berhubungan dengan kurangnya intake

cairan. 

o Tujuan : Anak tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai

dengan ubun-ubun tidak cekung, turgor kulit normal, membran mukosa

lembab, output urine sesuai, berat jenis urine normal dan anak

menunjukkan kebiasaan buang air besar dengan konsistensi lembek. 

 

o Intervensi :

Berikan cairan yang adekuat sesuai dengan kondisi 

Berikan cairan per oral 

Berikan cairan atau nutrisi perparenteral, pantau kepatuhan infus 

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

Ukur intake dan output 2 – 3 ml / kg / jam 

Ukur berat jenis urine 

Auskultasi bising usus 

Kaji tanda-tanda dehidrasi 

Pantau adanya overload cairan

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tidak adanya kandungan

makanan yang cukup. 

o Tujuan : Anak menunjukkan keutuhan integritas kulit yang ditandai

dengan kulit tidak bersisik, tidak kering, dan elastisitas kulit normal.

o Intervensi :

Kaji keutuhan kulit setiap pergantian dinas 

Berikan suplemen vitamin 

Berikan alas matras yang lembut 

Berikan cream kulit 

Ganti segera pakaian yang lembab atau basah 

Lakukan kebersihan kulit 

Hindari penggunaan sabun yang dapat mengiritasi kulit 

Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan respon imun sekunder dari

malnutrisi. 

o Tujuan : Anak akan terbebas dari infeksi yang ditandai dengan suhu

tubuh normal dan lekosit dalam batas normal

o Intervensi

Kaji tanda-tanda infeksi, ukur suhu tubuh setiap 4 jam 

Gunakan standar pencegahan universal, kebersihan, mencuci

tangan yang benar bila akan kontak pada anak, menghindari dari

anak yang infeksi. 

Berikan immunisasi bagi anak yang belum immunisasi.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tidak tahu memberikan intake

nutrisi yang adekuat pada anak. 

o Tujuan :Orang tua memahami pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak.

o Intervensi : 

Ajarkan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi 

Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat 

Jelaskan kondisi yang terkait dengan malnutrisi 

Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk

meningkatkan produksi ASI.

Libatkan keluarga dalam perawatan anak untuk pemenuhan

kebutuhan sehari-hari. 

Susun perencanaan pulang:

Jelaskan kebutuhan nutrisi yang adekuat dengan

menggunakan gambar-gambar 

Jelaskan komplikasi yang dapat terjadi akibat malnutrisi 

Ajarkan dan jelaskan orang tua untuk mengkonsumi

makanan yang tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin. 

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

Berikan penjelasan tentang makanan yang perlu diberikan

pada anak. 

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan albumin serum

o Tujuan : Klien menunjukkan keseimbangan cairan

o Interevensi

Monitor output dan input cairan 24 jam

Timbang BB tiap hari

Batasi intake cairan dan diet rendah garam

Rubah posisi 1-2 jam, tinggikan bagian kaki

Catat adanya edema

Monitor vital sign tiap 4 jam

Dengar kan bunyi nafas secara rutin

Kolaburasi pemberian diuretic

Kolaburasi pemberian diet tinggi protein

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot sekunder terhadap

atropi otot

o Tujuan : Klien mampu mentoleransi peningkatan aktivitas secara

progresif dengan kriteria hasil:

Tidak sesak nafas setelah aktivitas

Peningkatan frekuensi nadi kembali normal setelah 3 menit

o Intervensi

Anjurkan tirah baring pada fase sesak nafas

Sarankan melakukan aktivitas secara bertahap, misalnya membaca

ditempat tidur, sikat gigi di tempat tidur

Rujuk klien dalam latihan fisik di fisioterapi

Anjurkan klien latihan minimal selama 15 menit bagian pemanasan

Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi fisik dan mental untuk

mencegah ancaman serangan

Sarankan klien untuk menggunakan inhaler sebelum aktivitas

 

 

 

Risiko perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan

penurunan intake energi dan protein

Menurut Alimul Hidayat (2005) untuk mengatasi masalah keperawatan risiko

gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang mengalami

hospitalisasi akibat kejang demam antara lain :

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

o Tujuan : Klien dapat menjalankan tugas perkembangannya sesuai umur

dan dapat meminimalkan dampak serangan kejang

o Intervensi:

Berikan kesempatan anak untuk melaksanakan tugas

perkembangan anak. 

Lakukan tindakan keperawatan sesuai dengan kelompok usia

tumbuh kembang seperti di bawah ini : 

0 – 1 tahun 

Berikan stimulasi dengan menggunakan bermacam

mainan yang berwarna di tempat tidur seperti mobil,

mainan dengan musik, dan lain-lain.

Pangku atau gendong anak saat mau makan dalam

lingkungan yang tenang. 

Berikan waktu istirahat dan lakukan observasi

kepada orang tua selama interaksi dan makan. 

Berikan perawatan secara penuh (pengasuhan). 

Biarkan tangan dan kaki bebas jika memungkinkan. 

1 – 3 ½ tahun 

Anjurkan melakukan perawatan diri sendiri seperti

makan sendiri, pakai baju sendiri, mandi, dan lain-

lain. 

Berikan stimulasi atau dorong untuk mengemukakan

kata atau bahasa. 

Beri kesempatan bermain dengan kelompok

sebayanya seperti teka-teki, buku dengan gambar-

gambar, mobil-mobilan, balok mainan, dan lain-lain. 

Anjurkan orang tua untuk aktif dalam perawatan

anak. 

3 ½ - 5 tahun 

Anjurkan melakukan perawatan diri sendiri seperti

pakai baju sendiri, mandi, merawat mulut rambut,

dan lain-lain. 

Beri kesempatan bermain dengan kelompok seperti

model mainan musik, boneka, buku-buku, kendaraan

sepeda roda tiga, dan lain-lain. Dan berikan buku

cerita.

Anjurkan orang tua untuk aktif dalam perawatan

anak. 

5 – 11 tahun 

Bicarakan dengan anak tentang perawatan yang

akan dilakukan dan mintakan masukan dari anak. 

Beri kesempatan pada anak untuk berinteraksi

dengan anak-anak lainnya. dan Hargai perilaku yang

positif. 

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEP.docx

Berikan buku cerita dan mainan seperti buku teka-

teki, video games, melukis atau lainnya. 

Orientasikan dengan lingkungan sekitar. 

11 – 15 tahun 

Bicarakan dengan anak tentang perawatan yang

akan dilakukan dan mintakan masukan dari anak. 

Beri kesempatan pada anak untuk berinteraksi

dengan anak-anak lainnya. 

Libatkan dalam segala tindakan keperawatan. 

Anjurkan orang tua, saudaranya untuk berkunjung

atau berinteraksi dengan anak. 

Lakukan identifikasi minat atau hobi anak.