76786888 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Encephalitis

33
MENINGITIS. ENCEPHALITIS, POLIOMYELITIS DAN SPINA BIFIDA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak Dosen Pembimbing Ibu Lucia Endang Hartati, Skep, MN Disusun Oleh : 1.Ayu Handari P.17420108035 2. Dyah Retno Wulandari P.17420108035 3. Evans Martha Felli P.17420108035 4. Mita Tri Astuti P.17420108022 5.Purwanti P.17420108035

Transcript of 76786888 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Encephalitis

MENINGITIS. ENCEPHALITIS,

POLIOMYELITIS DAN SPINA BIFIDADisusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing Ibu Lucia Endang Hartati, Skep, MN

Disusun Oleh :

1. Ayu HandariP.17420108035

2. Dyah Retno WulandariP.17420108035

3. Evans Martha FelliP.17420108035

4. Mita Tri AstutiP.17420108022

5. PurwantiP.17420108035

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG

2009/2010KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Anak yang berjudul Meningitis, Encephalitis, Poliomyelitis dan Spina BifidaPenulisan dan penyajian makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata kuliah Keperawatan Anak. Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini, penyusun menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Heru Supriyatno MNS selaku Ketua Prodi Keperawatan Poltekkes Depkes Semarang;

2. Ibu Lucia Endang Hartati, SKep, MN. selaku koordinator mata kuliah Keperawatan Anak3. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil;

4. Teman-teman, serta pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian tugas makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan atau kekurangan baik dari segi bahasa maupun isi. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan adanya masukan dan kritikan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, Desember 2009

PenyusunDAFTAR ISI

iiKATA PENGANTAR

iiiDAFTAR ISI

1BAB I

1PENDAHULUAN

1A.Latar Belakang

1B.Tujuan

2BAB II

2PEMBAHASAN

2A.MENINGITIS

21.Definisi

22.Etiologi

33.Klasifikasi

34.Patofisiologi

45.PATHWAY

46.Manifestasi klinis

57.Pemeriksaan Diagnostik

58.Komplikasi

6B.ENCEPHALITIS

61.Definisi

62.Patogenesis

73.Etiologi

74.Tanda dan Gejala

85.Patofisiologi

9C.POLIOMYELITIS

91.Pengertian

92.Gambaran Klinis

103.Etiologi

104.Penularan

115.Pencegahan

116.Patofisiologi

117.Komplikasi

128.Pemeriksaan Diagnostik

129.Penatalaksanaan Medis

13D.SPINA BIFIDA

131.Definisi

132.Penyebab

143.Gejala

144.Patofisiologi

155.Pathway

166.Diagnosa

167.Pengobatan

178.Pencegahan

18BAB III

18PENUTUP

18A.Kesimpulan

18B.Saran

19DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekarang ini begitu banyak penyakit yang menyerang anak-anak. Apalagi bila mengingat tubuh anak-anak yang masih rentan, menyakit ringan pun bias jadi membahayakan. Halitu juga yang berlaku untuk menyakit neurologist. Penyakit yang menerang persyarafan ini dapat disebabkan oleh berbagai factor. Diantaranya adalah trauma, infeksi atau bahkan memang bawaan dari lahir.

Pada makalah kali ini penulis akan membahas mengenai meningitis, encephalitis, poliomyelitis dan spina bifida. Sebenarnya penyakit ini bukan masalah yang baru di masyarakat. Fenomena penyakit ini sudah sering muncul. Akan tetapi mungkin masyarakat belum banyak tahu mengenai penyakit itu.Makalah ini akan membantu orang tua dalam mengawasi perkembangan fisik anak. Khususnya untuk melindungi dari penyakit neurologist. Pembahasan makalah in akan berfokus pada pengertian, penyebab, gejala, perjalanan penyakit dan cara penanganan secara medis

B. Tujuan1. Mengetahui dan memahami pengertian, penyebab, gejala dan penatalaksanaan medis penyakit meningitis2. Mengetahui dan memahami pengertian, penyebab, gejala dan penatalaksanaan medis penyakit encephalitis3. Mengetahui dan memahami pengertian, penyebab, gejala dan penatalaksanaan medis penyakit poliomyelitis4. Mengetahui dan memahami pengertian, penyebab, gejala dan penatalaksanaan medis penyakit spina bifidaBAB II

PEMBAHASAN

C. MENINGITIS1. Definisi

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

2. Etiologia. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosab. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia

c. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita

d. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan

e. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.

f. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan

3. Klasifikasi

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :

a. Meningitis serosa

Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.

b. Meningitis purulenta

Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.4. Patofisiologi

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.

Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus. 5. PATHWAY

Terlampir

6. Manifestasi klinis

Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :

1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)

2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, koma 3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:

a. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.

b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.

c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.

4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.

5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.

6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.

7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata7. Pemeriksaan Diagnostik

1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :

a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.

b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.

2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )

3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )

4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )

5. Elektrolit darah : Abnormal .

6. ESR/LED : meningkat pada meningitis

7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi

8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor

9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.8. Komplikasi

1. Hidrosefalus obstruktif

2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )

3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)

4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )

5. Efusi subdural

6. Kejang

7. Edema dan herniasi serebral

8. Cerebral palsy

9. Gangguan mental

10. Gangguan belajar

11. Attention deficit disorderD. ENCEPHALITIS

9. DefinisiEnsefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non purulent.10. Patogenesis

Virus masuk tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:1. Setempat : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah. Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.3. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf. Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat. Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.11. Etiologi

Penyebab terbanyak : adalah virusSering: - Herpes simplex

- Arbo virusJarang : - Entero virus

- Mumps

- Adeno virusPost Infeksi : - Measles

- Influenza

- VarisellaPost Vaksinasi

: - PertusisEnsefalitis supuratif akut :Bakteri penyebab Esenfalitis adalah : Staphylococcusaureus, Streptokok, E.Coli, Mycobacterium dan T. Pallidum.Ensefalitis virus

:Virus yang menimbulkan adalah virus R N A (Virus Parotitis) virus morbili,virus rabies, virus rubella, virus denque, virus polio, cockscakie A, B, Herpes, Zoster, varisela, Herpes simpleks, variola.12. Tanda dan Gejala

Gejala-Gejala yang mungkin terjadi pada Ensefalitis :1. Panas badan meningkat , photo fobi, sakit kepala , muntah-muntah lethargy , kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.2. Anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan , pendengaran , bicara dan kejang.13. Patofisiologi

Virus

Mengenai Jaringan Perenkim Otak

Encephalitis

TIK Kejaringan Susu Non Sraf PusatPanas/ SakitMuntah-muntah Kerusakan-kerusakan Susunan Rasa Nyaman

Mual

BB TurunSaraf Pusat

Nutrisi Kurang-Gangguan PenglihatanKejang Sapstik

-Gangguan Bicara

-Gangguan Pendengaran

Resiko Cedera

-Kelemahan GerakResiko Contuaktur

-Gangguan Sensorik

Motorik

E. POLIOMYELITIS 14. Pengertian

Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).15. Gambaran Klinis

Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu :Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.

Poliomielitis abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.

Poliomielitis paralitik : Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :

1. Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.

2. Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.

3. Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.

Kadang ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.

16. Etiologi

Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :

Brunhilde

LansingLeon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari

Klasifikasi virusGolongan: Golongan IV ((+)ssRNA)Familia: PicornaviridaeGenus: EnterovirusSpesies: Poliovirus17. Penularan

Cara penularannya dapat melalui :

a. Inhalasi

b. Makanan dan minuman

c.Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.

Penularan melalui oral berkembambang biak diususverimia virus+DC faecese beberapa minggu.18. Pencegahan

Cara pencegahan dapat dilalui melalui :

1. Imunisasi

2. Jangan masuk daerah endemis

3. Jangan melakukan tindakan endemis19. Patofisiologi

Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :

1. Medula spinalis terutama kornu anterior,

2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital,

3. Sereblum terutama inti-inti virmis,

4. Otak tengah midbrain terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-kadang nucleus rubra,

5. Talamus dan hipotalamus,

6. Palidum dan Korteks serebri, hanya daerah motorik.20. Komplikasi

1. Hiperkalsuria

2. Melena

3. Pelebaran lambung akut

4. Hipertensi ringan

5. Pneumonia

6. Ulkus dekubitus dan emboli paru

7. Psikosis21. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Lab :

Pemeriksaan darah, Cairan serebrospinal, Isolasi virus volio.

2. Pemeriksaan radiology22. Penatalaksanaan Medis

1. Poliomielitis aboratif

Diberikan analgetk dan sedative

Diet adekuat

Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.

2. Poliomielitis non paralitik

Sama seperti aborif

Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama 15 30 menit,setiap 2 4 jam.

3. Poliomielitis paralitik

Perawatan dirumah sakit

Istirahat total

Selama fase akut kebersihan mulut dijaga

Fisioterafi

Akupuntur

Interferon

Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.Poliomielitis abortif diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi.Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.

Fase akut :

Analgetik untuk rasa nyeri otot.Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai..Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan tergaggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.

Sesudah fase akut :

Kontraktur.atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.F. SPINA BIFIDA23. Definisi

Spina Bifida (Sumbing Tulang Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh. 24. Penyebab

Resiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan. Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau di bagian bawahnya. Gejalanya tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan terjadi di punggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena penutupan vertebra di bagian ini terjadi paling akhir.

Kelainan bawaan lainnya yang juga ditemukan pada penderita spina bifida:

Hidrosefalus

Siringomielia

Dislokasipinggul. 25. Gejala

Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala; sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar saraf yang terkena. Terdapat beberapa jenis spina bifida:

1. Spina bifida okulta : merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak menonjol.

2. Meningokel : meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit.

3. Mielokel : jenis spina bifida yang paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan kulit diatasnya tampak kasar dan merah. Gejalanya berupa: - penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir - jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya - kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki - penurunan sensasi - inkontinensia uri (beser) maupun inkontinensia tinja - korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).

Gejala pada spina bifida okulta: - seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang) - lekukan pada daerah sakrum. 26. Patofisiologi

Cacat terbentuk pada trisemester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (prosesus nasalis dan maksilaris) pecah kembali. (Media Aesculapius. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 Jilid 2. 2000. Jakarta: MA.)Hidrosefalus seringsepalus empuan 3 kali lebih dominan. pusatsi i foramen Luschkahasilkan peningkatan tekanan dan dilatasi dari aliran proksikali dihubungkan dengan Mielomeningokel yang seharusnya diamati perkembangannya pada bayi. Pada kasus yang masih tersisa terdapat riwayat infeksi intrauterin (toksoplasmosis, sitomegalovirus), perdarahan perinatal (anoksik atau traumatik), dan meningoensepalitis neonatal (bakteri atau virus).

27. PathwayKelainan kongenital

Perkembangan awal embrio pada minggu ke 2-4Asam folat mengalami penurunanKegagalan Penutupan elemen saraf dan kanalis spinalis

Defek pada arkus posterior

CSS Keluar Kegagalan fungsi arkus posterior vertebra pada daerah lumbosakral

Spina bifida okulta

spina bifida aperta

Paralisis spastikpengingkatan TIKTerlibatnya sruktur saraf

Resiko tinggi cideraResti herniasi

Defisit neurologis

Paralisis viseraParalisis motorikParalisis sensorik

Inkontinensia

gangguan gerak bawahkehilangan sensoris

Urine dan alvi

anggota gerak bawah

Hambatan mobilitas fisik

28. Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan lainnya. 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki kadar serum alfa fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina bifida. Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban).

Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut: - Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan. - USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis

Maupun vertebra - CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi

dan luasnya kelainan.29. Pengobatan

Tujuan dari pengobatan awal adalah: - mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida - meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi) - membantu keluarga dalam menghadapi kelainan ini.

Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk mengobati hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai spina bifida. Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi otot.

Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya, diberikan antibiotik.

Untuk membantu memperlancar aliran air kemih bisa dilakukan penekanan lembut diatas kandung kemih. Pada kasus yang berat kadang harus dilakukan pemasangan kateter. Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan. Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu campur tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik. Kelainan saraf lainnya diobati sesuai dengan jenis dan luasnya gangguan fungsi yang terjadi. Kadang pembedahan shunting untuk memperbaiki hidrosefalus akan menyebabkan berkurangnya mielomeningokel secara spontan .

30. Pencegahan

Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat. Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini. Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.BAB III

PENUTUP

G. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non purulent.Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.Spina Bifida (Sumbing Tulang Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh. H. Saran

Penyakit- penyakit neurologist yang telah di bahas diatas dapat timbul karena berbaga factor. Baik karena infeksi, tertular, kelainan bawaan ataupun karena trauma. Untuk itu para ibu harus berusaha menjaga anak sebaik mungkin. Beik setelah lahir dan berkembang maupun saat masih berada dalam kandunagn. Hal ini dimaksudkan agar tumbuh kembang anak dpat berjalan sesuai usianya dan terhindar dari hal yang tidak diinginkan

LAMPIRAN

Pathway PoliomyelitisVirus

Fekal-oral

Mulut

Sistem Saraf Pusat

Saluran cerna

Menyebar sepanjang

Batang Otak (Mengatur

serabut saraf

pernafasan &saraf karanial)

Infeksi saluran menghancurkan saraf perintah bernafasSaraf kranial

cerna

motorik tak direspon

MelenaSel saraf tidak mampuotot nafas tidak Sulit menelan

regenerasidpt digerakkan

Otot tidak rangsangKematian

Sekresi lendir

dari SSP

gigi

Tungkai lemas

Tracheostomi

Kelumpuhan kaki

DAFTAR PUSTAKAii