Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

38
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat serta karunianya-Nya kami dapat menyalesaikan makalah ini guna memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak 1 judul ”Asuhan Keperawatan pada anak dengan Autisme”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.Akhirnya kami ucapkan terimakasih dan semoga saja makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Padang, September 2014 Penulis i

description

askep anak autis

Transcript of Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

Page 1: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

serta karunianya-Nya kami dapat menyalesaikan makalah ini guna memenuhi

tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak 1 judul ”Asuhan Keperawatan pada

anak dengan Autisme”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

kami harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.Akhirnya kami ucapkan

terimakasih dan semoga saja makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

i

Page 2: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah........................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan............................................................................ 2

D. Manfaat Penulisan.......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

A. Defenisi .......................................................................................... 3

B. Etiologi ......................................................................................... 4

C. Patofisiologi.................................................................................... 7

D. Manifestasi klinis ........................................................................... 9

E. Penatalaksanaan.............................................................................. 12

F. Pemeriksaan Diagnostik................................................................. 13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................... 15

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 21

A. Kesimpulan .................................................................................... 21

B. Saran .............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 22

ii

Page 3: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Autisme adalah perkembangan kekacauan otak dan gangguan pervasif

yang di tandai dengan terganggunya interaksi sosial, keterlambatan dalam bidang

komunikasi, gangguan dalam bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan

emosi, interaksi social, gangguan dalam perasaan sensoris, serta tingkah laku yang

berulang – ulang. Gangguan yang membuat seseorang menarik diri dari dunia luar

dan menciptakan dunia fantasinya sendiri: berbicara, tertawa, menangis dan marah

– marah sendiri. Gejala autisme dapat terdeteksi pada usia sebelum 3 tahun.

(Huzaemah, 2010)

Berbagai pendekatan, metode, teknik, dan treatmen dikembangkan untuk

membantu anak – anak penyandang autisme dari mulai terapi modifikasi tingkah

laku, wicara, makanan makanan yang dikonsumsi, farmakoterapi, cognitive,

bahkan sampai pada masalah sensori yang dialami oleh penyandang auitsme. Dari

beberapa jenis terapi yang telah diimplementasikan secara meluas, ada yang

melibatkan peran serta orang tua. Ada terapi yang memerlukan bantuan ahli atau

terapis dan ada juga yang dilakukan sendiri oleh orang tua di rumah. Banyak hal

yang bisa dan harus dilakukan orang tua anak autis.

Berdasarkan uraian diatas, penulis akan membahas asuhan keperawatan

pada anak dengan autisme.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan autisme ?

2. Apa yang etiologi autisme ?

3. Bagaimana patofisiologi autisme ?

4. Apa saja manifestasi klinis autisme pada anak ?

5. Apa saja penatalaksanaan autisme pada anak ?

6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic autisme pada anak?

1

Page 4: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan autisme ?

C. Tujuan Masalah

1. Tujuan Umum

Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan

memahami tentang asuhan keperawatan pada anak dengan autisme

2. Tujuan Khusus

Penulisan makalah ini bertujuan untuk agar mahasiswa mengetahui dan

memahami:

a. Defenisi autisme

b. Etiologi autisme

c. Patofisiologi autisme

d. Manifestasi klinis autisme

e. Penatalaksanaan autisme

f. Pemeriksaan Diagnostik autisme

g. Asuhan keperawatan pada anak dengan autisme

D. Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk melatih dan

menambah pengetahuan tentang anak autis. Dan diharapkan agar

mahasiswa/mahasiswi dapat membuat asuhan keperawatan pada anak dengan

autisme. Disamping itu juga sebagai syarat dari tugas mata kuliah keperawatan anak

1 yang berjudul Asuhan keperawatan pada anak dengan autisme

2

Page 5: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. DEFENISI

Secara harfiah autisme berasal dari kata autos ( diri ) sedangkan isme

( paham/aliran). Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki

gangguan perkembangan dalam dunianya sendiri. Beberapa pengartian autis

menurut para ahli adalah sebagai berikut:

Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak, mengalami

kesendirian,

kecenderungan menyendiri. (Leo kanker handojo, 2003 )

Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami

kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan anak

mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan

perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak

Austistik”. ( American PsychiaticAssociation 2000 )

Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang Interaksi sosial,

komunikasi, perilaku, emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan

perkembangan terlambat atau tidak normal. Autisme mulai tampak sejak

lahir atau saat masi bayi ( biasanya sebulum usia3 tahun ). “Sumber dari

Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ III)

Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir

ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk

hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan

anak tersebut terisolasi dari anak yang lain. (Baron-Cohen, 1993).

Jadi anak autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan yang

sangat kompleks yang dapat diketahui sejak umur sebelum 3 tahun

mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta perilakunya.

Anak autisme dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:

a. Segi pendidikan : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan

perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan

3

Page 6: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan

pendidikan secara khusus sejak dini.

b. Segi medis : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan otak yang

menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku

sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan

penanganan/terapi secara klinis.

c. Segi psikologi : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan

perkembangan yang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek

komunikasi sosial, perilaku, bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan

secara psikologis.

d. Segi sosial anak autis adalah anak yang mengalami gangguan

perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi

sosial, sehingga anak ini memerlukan bimbingan ketrampilan sosial

agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.

Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi

otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif,

bahasa, perilaku,komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga

ia mempunyai dunianya sendiri.

B. ETIOLOGI

Penyebab autisme menurut banyak pakar telah disepakat bahwa pada otak

anak autisme dijumpai suatu kelainan pada otaknya. Apa sebabnya sampai timbul

kelainan tersebut memang belum dapat dipastikan. Banyak teori yang diajukan

oleh para pakar, kekurangan nutrisi dan oksigenasi, serta akibat polusi udara, air

dan makanan. Diyakini bahwa ganguan tersebut terjadi pada fase pempentukan

organ (organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara 0 ± 4 bulan. Organ otak

sendiri baru terbentuk pada usia kehamilan setelah 15 minggu. 

Dari penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari banyak negara

diketemukan beberapa fakta yaitu 43% penyandang autisme mempunyai kelainan

pada lobus parietalis otaknya, yang menyebabkan anak cuek terhadap

lingkungannya. Kelainan juga ditemukan pada otak kecil (cerebellum), terutama

pada lobus ke VI dan VII. Otak kecil bertanggung jawab atas proses sensoris,

4

Page 7: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

daya ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian).Juga

didapatkan jumlah sel Purkinye di otak kecil yang sangat sedikit, sehingga terjadi

gangguan keseimbangan serotonin dan dopamine, akibatnya terjadi gangguan atau

kekacauan impuls di otak. 

Ditemukan pula kelainan yang khas di daerah sistem limbik yang disebut

hippocampus. Akibatnya terjadi gangguan fungsi control terahadap agresi dan

emosi yang disebabkan oleh keracunan logam berat seperti mercury yang banyak

terdapat dalam makanan yang dikonsumsi ibu yang sedang hamil, misalnya ikan

dengan kandungan logam berat yang tinggi. Pada penelitian diketahui dalam

tubuh anak-anak penderita autister kandung timah hitam dan merkuri dalam

kadar yang relatif tinggi.

Anak kurang dapat mengendalikan emosinya, seringkali terlalu agresif

atau sangat pasif. Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan

daya ingat.Terjadilah kesulitan penyimpanan informasi baru. Perilaku yang

diulang-ulang yang aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan hippocampus.

Faktor genetika dapat menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel – sel saraf dan

sel otak, namun diperkirakan menjadi penyebab utama dari kelainan autisme,

walaupun bukti-bukti yang konkrit masih sulit ditemukan.

Diperkirakan masih banyak faktor pemicu yang berperan dalam timbulnya

gejala autisme. Pada proses kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi

gangguan nutrisi dan oksigenasi pada janin dapat memicu terjadinya austisme.

Bahkan sesudah lahir (post partum) juga dapat terjadi pengaruh dari berbagai

pemicu, misalnya : infeksi ringan sampai berat pada bayi.

Pemakaian antibiotika yang berlebihan dapat menimbulkan tumbuhnya

jamur yang berlebihan dan menyebabkan terjadinya kebocoran usus (leaky getsyndrome) dan

tidak sempurna nya pencernaan protein kasein dan gluten. Kedua protein ini

hanya terpecah sampai polipeptida. Polipeptida yang timbul dari kedua

protein tersebut terserap ke dalam aliran darah dan menimbulkan efek morfin pada

otak anak. Dan terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan

dalam pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya

jamur dalam lambungnya, atau nutrisi tidak terpenuhi karena faktor ekonomi.

5

Page 8: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

Penyebab Autisme diantaranya :

a. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot)

terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan

kemampuan bicara).

b.  Kelainan kromosom (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).

c. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).

d. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,

keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan

syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.

e. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan

sensori serta kejang epilepsi

f. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak

g. Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh

Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak,

anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak

mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua

memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan

cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan

terganggu dan tampak berteriak-teriak.

h. Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon

yang abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan

tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat

mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan

kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya

anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan

intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan

fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian

bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas

panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorasi

lingkungannya.

6

Page 9: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

C. PATOFISIOLOGI

Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk

mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik

(dendrit). Sel saraf terdapat dilapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks).

Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih.

Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.Sel saraf terbentuk saat usia

kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester ketiga, pembentukan sel saraf

berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut

sampai anak berusia sekitar dua tahun.

Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa

bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini

dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain

growth factors dan proses belajar anak.

Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson,

dendrit,dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak

yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan

sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel,

berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.kelainan genetis, keracunan logam berat,

dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada

proses – proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan

sel saraf.

Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan

abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan

neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive

intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat kimia otak

yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi,

diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain growth

factors ini penting bagi pertumbuhan otak.

Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan

abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autisme terjadi kondisi growth

without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara

tak beraturan.

7

Page 10: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel

saraf lain.Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf

tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada

autisme. Berkurangnya selPurkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia

(jaringan penunjang pada system saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi

pertumbuhan otak secara abnormal atausebaliknya, pertumbuhan akson secara

abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived

neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematiansel Purkinye.

Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder.

Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan

gangguan primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan karena ibu

mengkomsumsi makanan yang mengandung logam berat.

Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang,

kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye.

Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau

obat seperti thalidomide.

Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami

aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motorik, atensi,

proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan

reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target,

overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi lingkungan.

Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian

depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Menurut kemper dan Bauman

menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak

besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian

samping depan otak besar yang berperandalam proses memori).

Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain

kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng,

yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.

Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara

lain alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang

diderita ibu pada masa kehamilan.

8

Page 11: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal

Meliputi kemampuan berbahasa dan mengalami keterlambatan atau

sama sekali tidak dapat bicara. Menggunakan kata-kata tanpa

menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam

waktu singkat. Kata-katanya tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Tidak

mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai.

Ekolalia (meniru atau membeo), meniru kata, kalimatatau lagu tanpa tahu

artinya. Bicara monoton seperti robot.

2. Gangguan dalam bidang interaksi social

Meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka.

Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak

senang atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan

orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu

untuknnya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain

bila didekati malah menjauh.

3. Gangguan dalam bermain

Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh, misalnya

menderetkan sabun menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada

mobil dan mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada

kedekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling,

terus dipegang dibawa kemana saja diapergi. Bila senang satu mainan

tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, gelang karet, baterai

atau benda lainnya. Tidak spontan, reflaks dan tidak berimajinasi dalam

bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai

permainan yang bersifat pura-pura. Sering memperhatikan jari- jarinya

sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang

ritualistik sering terjadi, sulit mengubah rutinitas sehari-hari, misalnya bila

bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus

melalui rute yang sama.

9

Page 12: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

4. Gangguan perilaku

Dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anak yang senang

kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat

terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama

kali ia datangi, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari dan

berlari-lari tentu arah.Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan

tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti dirinya sendiri

seperti memukul kepala didinding. Dapat menjadi sangat hiperaktif atau

sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong denagn tatap mata kosong. Marah

tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda,

ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya.

Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif

tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.

5. Gangguan perasaan dan emosi

Dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau

marah tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper

tantrum), terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya,

bahkan bisa menjadi agresif dan merusak. Tidak dapt berbagi perasaan

(empati) dengan anak lain.

6. Gangguan dalam persepsi sensori

Meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya (penglihata),

pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan

sampai berat. Menggigit, menjilatatau mencium mainan atau benda apa

saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali

dicuci rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu.

Tidak menyukai pelukan, bila digendong sering merosotatau melepaskan

diri dari pelukan.

7. Intelegensi

Dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara

fungsional. Kecerdasan sering diukur melalui perkembangan nonverbal,

karena terdapat gangguan bahasa. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70%

penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar 5% mempunyai IQ

10

Page 13: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

diatas 100. Anak autis sulitmelakukan tugas yang melibatkan pemikiran

simbolis atau empati. Namun adayang mempunyai kemampuan yang

menonjol di suatu bidang, misalnya matematika atau kemampuan memori.

Ciri yang khas pada anak yang austik :

a. Defisit keteraturan verbal

b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik

c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan

orang lain).

Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:

a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal

b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal

c.  Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan

tidak imajinatif.

Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

Tanda autis berbeda pada setiap interval umurnya :

Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi

tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orang tuanya, tidak bersemangat

dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya

menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik

pada boneka atau binatang mainan untuk bayi, menolak makanan keras

atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua

tangannya sendiri.

Pada usia 2-3 tahun dengan gejala suka mencium atau menjilati benda-

benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai

benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya

tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya.

Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa

sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak

akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang

apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan

11

Page 14: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya bernada

tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki),

tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan

merangsang diri sendiri.

E. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dibagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan

keperawatan :

1. Penatalaksanaan Medis

Umumnya terapi yang diberikan ialah terhadap gejala, edukasi dan

penerangan kepada keluarga, serta penanganan perilaku dan edukasi bagi

anak. Manajemen yang efektif dapat mempengaruhi outcome. Intervensi

farmakologi, yang saat ini dievaluasi, mencakup obat fenfluramine,

lithium, haloperidol dan naltrexone. Terhadap gejala yang menyertai.

Terapi anak dengan autisme membutuhkan identifikasi diri. Intervensi

edukasi yang intensif, lingkungan yang terstruktur, atensi individual, staf

yang terlatih baik, peran serta orang tua dapat meningkat prognosis.Terapi

perilaku sangat penting untuk membantu para anak autis untuk lebih bias

menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan saja guru yang harus

menerapkan terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap anggota

keluarga di rumah harus bersikap sama dan konsisten dalam menghadapi

anak autis.

Terapi peilaku terdiri dari tetapi wicara, terapi okupasi, dan

menghilangkan perilaku yang asosial. Dalam terapi farmakologi

dinyatakan belum ada obat atau terapi khusus yang menyembuhkan

kelainan ini. Medikasi (terapi obat) berguna terhadap gejala yang

menyertai, misalnya haloperidol, risperidone dan obat anti-psikotik

teradap perilaku agresif, ledakan-ledakan perilaku, instabilitas mood

(suasana hati). Obat antidepresi jenis SSRI dapat digunakan terhadap

ansietas, kecemasan, mengurangi stereotip dan perilaku perseveratif dan

mengurangi ansietas dan fluktuasi mood. Perilaku mencederai diri sendiri

dan mengamuk kadang dapat diatasi dengan obat naltrexone.

12

Page 15: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk:

1. Mengurangi masalah perilaku.

2. Terapi perilaku dengan memanfaatkan keadaan yang terjadi dapat

meningkatkan kemahiran berbicara. menagement perilaku dapat

mengubah perilaku destruktif danagresif.

3. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan

terutama bahasa.Latihan dan pendidikan dengan menggunakan

pendidikan (operant conditioning yaitu dukungan positif (hadiah)

dan dukungan negatif (hukuman).

4. Anak bisa mandiri dan bersosialisasi. Mengembangkan

ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi

bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes

secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme,

maka beberapa instrumen screening yang saat ini telah berkembang dapat

digunakan untuk mendiagnosa autisme:

Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa

kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang

didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 1:5

anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan

gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan

komunikasi verbal

The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan

autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur

18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.

The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri

dari 40 skala item yang digunakan pada anak diaatas usia 4 tahun untuk

mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka.

13

Page 16: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tesscreening autisme

bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di

Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain,

imitasi motor dan konsentrasi.

14

Page 17: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1.    Pengkajian

      > Kaji riwayat  kehamilan ibu,nutrisi saat hamil dan terjadi

ganguan pada saat hamil atau tidak.

      > Kaji riwayat partum dan post partum

      > Uji perkembangan

      * Psikososial

Menarik diri dan tidak responsive terhadap orang tua

Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem

Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek

Perilaku menstimulasi diri

Pola tidur tidak teratur

Permainan stereotip

Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain

Tantrum yang sering

Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan

Kemampuan bertutur kata menurun

Menolak mengonsumsi makanan yang tidak halus

      * Neurologis

Respons yang tidak sesuai terhadap stimulasi

Reflex mengisap buruk

Tidak mampu menangis ketika lapar

* Gastrointestinal

Penurunan nafsu makan

penurunan berat badan

* Gangguan tingkah laku

Gangguan komunikasi verbal dan nonverbal.contoh:sulit bicara atau bicara

berulang-ulang

Gangguan pola bermain.contohnya:tidak suka bermain dengan teman

sebaya

15

Page 18: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

Gangguan sensori,seperti tidak sensitive terhadap rasa  sakit/takut

Gangguan respon emosi.contoh:sering  marah-marah dan tertawa tanpa

alas an

Gangguan interaksi social

2.    Diagnosa Keperawatan

a. Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap

stimulasi

b. Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan

dengan rawat inap di rumah sakit

c. Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan gangguan

3.    Intervensi Keperawatan

a.  Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap

stimulasi

Hasil yang diharapkan :

Anak mengkomunikasikan kebutuhannya dengan menggunakan kata-kata

atau gerakan tubuh yang sederhana,konkret; bayi dengan efektif dapat

mengomunikasikan kebutuhannya (keinginan akan makan, kenyamanan,

dan sebagainya).

INTERVENSI RASIONAL

Ketika berkomunikasi

dengan anak,bicaralah

dengan kalimat singkat  yang

terdiri atas satu hingga tiga

kata,dan ulangi perintah

sesuai yg diperlukan.

Kalimat yang sederhana dan

diulang-ulang mungkin

merupakan satu-satunya cara

berkomunikasi karena anak yang

autistic mungkin tidak mampu

mengembangkan tahap

operasional yang konkret

Gunakan irama,music,dan

gerakan tubuh untuk

membantu perkembangan

komunikasi sampai anak

Gerakan fisik dan suara

membantu anak mengenali

integritas tubuh serta batasan-

batasannya sehingga

16

Page 19: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

dapat memahami bahasa. mendorongnya terpisah dari objek

dan orang lain.

Bantu anak mengenali

hubungan antara sebab akibat

dengan cara menyebutkan

perasaannya yang khusus dan

mengidentifikasi penyebab

stimulus bagi mereka.

Memahami konsep penyebab dan

efek membantu anak membangun

kemampuan untuk terpisah dari

objek serta orang lain dan

mendorongnya mengekspresikan

kebutuhan serta perasaannya.

Ketika berkomunikasi

dengan anak,bedakan

kenyataan dengan

fantasi,dalam pernyataan

yang singkat dan jelas.

Biasanya anak autistic tidak

mampu membedakan antara

realitas dan fantasi,dan gagal

untuk mengenali nyeri atau

sensasi lain serta peristiwa hidup

dengan cara yang bermakna.

Sentuh dan gendong bayi,

tetapi semampu yang dapat

ditoleransi

Menyentuh dan menggendong

mungkin tidak membuat bayi

yang autistic merasa nyaman

b.    Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan

dengan rawat inap di rumah sakit

Hasil yang diharapkan :

Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau

perilaku merusak diri sendiri,yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap

agresi atau destruksi berkurang,serta peningkatan kemampuan mengatasi

frustasi.

INTERVENSI RASIONAL

Sediakan lingkungan

kondusif dan sebanyak

mungkin rutinitas sepanjang

anak yang autistic dapat

berkembang melalui

lingkungan yang kondusif

17

Page 20: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

periode perawatan di rumah

sakit.

dan rutinitas,dan biasanya

tidak dapat beradaptasi

terhadap perubahan dalam

hidup mereka.

Lakukan intervensi

keperawatan dalam sesi

singkat dan sering.Dekati

anak dengan sikap lembut

dan bersahabat,dan jelaskan

apa yang akan anda lakukan

dengan kalimat yang

jelas,dan sederhana.

Sesi yang singkat dan sering

memungkinkan anak mudah

mengenal perawat serta

lingkungan rumah

sakit.Mempertahankan

sikap tenang,ramah,dan

mendemonstrasikan

prosedur pada orang

tua,dapat membantu anak

menerima intervensi.

Gunakan restrain fisik

selama prosedur ketika

membutuhkannya, untuk

memastikan keamanan anak

dan untuk mengalahkan

amarah dan frustasinya.

Restrain fisik dapat

mencegah anak dari

tindakan mencederai diri

sendiri.Biarkan anak terlibat

dalam perilaku yang tidak

terlalu membahayakan.

Gunakan teknik modifikasi

perilaku yang tepat untuk

menghargai perilaku positif

dan menghukum perilaku

yang negative.

Pemberian imbalan dan

hukuman dapat membantu

mengubah perilaku anak

dan mencegah episode

kekerasan.

Ketika anak berperilaku

destruktif, tanyakan apakah

ia mencoba menyampaikan

sesuatu untuk dimakan atau

diminum atau apakah ia

Setiap peningkatan perilaku

agresif menujukkan

perasaan stress meningkat,

kemungkinan muncul dari

kebutuhan untuk

18

Page 21: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

perlu pergi ke kamar mandi mengkomunikasikan

sesuatu

c.    Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan gangguan

Hasil yang diharapkan :

Orang tua mendemonstrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang

tepat yang ditandai oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi

anak dan mencari nasihat serta bantuan.

INTERVENSI RASIONAL

Anjurkan orang tua untuk

mengekspresikan

perasaan  dan kekhawatiran

mereka.

Membiarkan orang tua

mengekspresikan perasaan

dan kekhawatiran mereka

tentang kondisi kronis

anak membantu mereka

beradaptasi terhadap

frustasi dengan baik.

Rujuk orang tua ke kelompok

pendukung autism setempat

dan ke sekolah khusus jika

diperlukan.

Kelompok pendukung

memperbolehkan orang

tua menemui orang tua

dari anak lain yang

menderita autis untuk

berbagi informasi dan

memberikan dukungan

emosional.

Anjurkan orang tua untuk

mengikuti konseling

Kontak dengan kelompok

swabantu membantu orang

tua memperoleh informasi

tentang masalah

terkini,dan perkembangan

yang berhubungan dengan

autisme

19

Page 22: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

4. IMPLEMENTASI

Setelah rencana disusun , selanjutnya diterapkan dalam tindakan yang

nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus bersifat khusus agar

semua perawat dapat menjalankan dengan baik, dalam waktu yang telah

ditentukan. Dalam implementasi keperawatan perawat langsung melaksanakan

atau dapat mendelegasikan kepada perawat lain yang dipercaya.

5. EVALUASI

Merupakan tahap akhir dimana perawat mencari kepastian keberhasilan

yang dibuat dan menilai perencanaan yang telah dilakukan dan untuk mengetahui

sejauh mana masalah klien teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan

balik atau pengkajian ulang jika yang ditetapkan belum tercapai dalam proses

keperawatan.

BAB IV

PENUTUP

20

Page 23: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

A. Kesimpulan

Autisme suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang

secara klinis ditandai oleh gejala– gejala diantaranya kualitas yang kurang dalam

kemampuaninteraksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam

kemampuan komunikasitimbal balik, dan minat yang terbatas, perilaku tak wajar,

disertai gerakan-gerakanberulang tanpa tujuan (stereotipik). Selain itu tampak

pula adanya respon tak wajarterhadap pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum

usia 3 tahun. Sampai saat inipenyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa

hal yang dapat memicu adanyaperubahan genetika dan kromosom, dianggap

sebagai faktor yang berhubungandengan kejadian autis pada anak, perkembangan

otak yang tidak normal atau tidak seperti biasanya dapat menyebabkan terjadinya

perubahan pada neurotransmitter, danakhirnya dapat menyebabkan adanya

perubahan perilaku pada penderita. Dalamkemampuan intelektual anak autis tidak

mengalami keterbelakangan, tetapi padahubungan sosial dan respon anak terhadap

dunia luar, anak sangat kurang. Anak cenderung asik dengan dunianya sendiri.

Dan cenderung suka mengamati hal – hal kecil yang bagi orang lain tidak

menarik, tapi bagi anak autis menjadi sesuatu yangmenarik.

Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup dengan

normalseperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk bisa bersosialisasi

dengan lingkungan sekitar.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca ksususnya

bagi mahasiswa-mahasiswi Poltekkes Kemenkes Padang dapat memahami

asuhan keperawatan pada anak dengan autisme dan khususnya bagi orang tua

yang memiliki anak autisme.

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 24: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme

Aziz Alimul.2006. Pengantar Ilmu Keperawatan 2. Edisi pertama. Jakarta :

Salemba Medika

Betzz, Cicilia. 2002. Keperawataan Pediatric. Jakarta : EGC

Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih

Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta

Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Ed.2. Jakarta : Salemba

Medika

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

22