Keluarga Binaan TBC

24
1.PENDAHULUAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan berkatnya kami dapat menyelesaikan laporan keluarga binaan ini. Program keluarga binaan ini merupakan salah satu persyaratan dalam program Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Pelita Harapan periode 5 November – 29 Desember 2012. Laporan keluarga binaan ini berisi tentang kegiatan kami dalam membina keluarga binaan dalam bidang kesehatan dan merupakan program keluarga binaan lanjutan dari Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat sebelum kami. Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Shirley I. Moningkey, M.Kes selaku pembimbing, dr. Reka I. selaku Kepala Puskesmas Curug, Ibu Dyah selaku penanggung jawab kegiatan Tuberkulosis, dan keluarga Tn. P sebagai keluarga binaan kami. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan kami dan semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. 1 LAPORAN KELUARGA BINAAN TBC IKM PERIODE 5 NOVEMBER- 29 DESEMBER 2012

Transcript of Keluarga Binaan TBC

LAPORAN KELUARGA BINAAN TBCIKM PERIODE 5 NOVEMBER- 29 DESEMBER 2012

1. PENDAHULUAN

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan berkatnya kami dapat menyelesaikan laporan keluarga binaan ini. Program keluarga binaan ini merupakan salah satu persyaratan dalam program Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Pelita Harapan periode 5 November 29 Desember 2012.

Laporan keluarga binaan ini berisi tentang kegiatan kami dalam membina keluarga binaan dalam bidang kesehatan dan merupakan program keluarga binaan lanjutan dari Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat sebelum kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Shirley I. Moningkey, M.Kes selaku pembimbing, dr. Reka I. selaku Kepala Puskesmas Curug, Ibu Dyah selaku penanggung jawab kegiatan Tuberkulosis, dan keluarga Tn. P sebagai keluarga binaan kami.

Kami mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan kami dan semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Tim Penulis

2. LAPORAN KELUARGA BINAAN

2.1 IDENTITAS KELUARGA

Keluarga binaan kami terdiri dari 3 orang, terdiri dari :

1. Kepala keluarga

: Tn. P (26 tahun)2. Istri

: Ny. Z (24 tahun)

3. Anak

: An. D (5 tahun)

Kepala Keluarga

Nama

: Tn. P

Jenis Kelamin

: Laki-laki

TTL

: Tangerang, 5 Juli 1986Usia

: 26 tahun

Asal daerah

: Curug, TangerangStatus

: Menikah

Tempat tinggal: Desa Curug Kulon, RT 02/RW 04

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: BuruhKewarganegaraan: Indonesia

Agama

: Islam

Istri Tn. P

Nama

: Ny. Z

Jenis Kelamin

: Perempuan

TTL

: Tangerang, 19 Maret 1988

Usia

: 24 tahun

Asal daerah

: Serang, Tangerang

Status

: Menikah

Tempat tinggal: Desa Curug Kulon, RT 02/RW 04

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Kewarganegaraan: Indonesia

Agama

: Islam

Anak

Nama

: An. D

Jenis Kelamin

: Laki-laki

TTL

: Tangerang, 23 Oktober 2007

Usia

: 5 tahun

Asal daerah

: Curug, Tangerang

Status

: Belum menikah

Tempat tinggal: Desa Curug Kulon, RT 02/RW 04

Pendidikan

: -

Pekerjaan

: -

Kewarganegaraan: Indonesia

Agama

: Islam

2.2 TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

Keluarga Tn. P termasuk ke dalam tahap perkembangan keluarga dengan ibu hamil dan anak prasekolah.2.3 GENOGRAM

2.4 MASALAH DALAM KELUARGA & TUJUAN YANG INGIN DICAPAI

Kepala Keluarga (Tn. P)

Tn. P adalah kepala keluarga, oleh sebab itu ia memiliki tangggung jawab yang besar sebagai tulang punggung keluarga terutama dalam hal keuangan. Tn. P bekerja sebagai buruh dengan gaji Rp. 1.250.000,00 per bulan. Hal ini kurang cukup untuk pembiayaan kebutuhan keluarga sehari-hari. Terkadang pekerjaan Tn. P mengharuskan ia bekerja pada malam hari. Keseharian Tn. P setelah berkerja adalah dirumah untuk berkumpul dengan keluarganya.. Maka waktu bersosialisasi dengan keluarganya cukup. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada tanda-tanda vital; tekanan darah 120/70 mmHg.

Diagnosis: Biologis : baik ; Psikologis : baik ; Sosial : baik.Ny. Z (Istri Tn. P)

Ny. Z seorang ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan sampingan. Kegiatan Ny. Z sehari-hari adalah memasak dan mengurusi anaknya yang memang masih kecil. Ia juga membersihkan rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya. Ny. Z memiliki riwayat penyakit tuberkulosis. Pengobatan 6 bulan Ny. Z sudah tuntas. Saat ini Ny. Z sedang hamil anak kedua dengan usia kehamilan 32 minggu. Selama kehamilan Ny. Z mengaku tidak memiliki keluhan apapun. Pada pemeriksaan fisik, tekanan darahnya 110/70 mmHg dengan berat badan 62 kg dan tinggi 158 cm. Dimana BMI Ny. J 24,8 kg/m2 Dan masuk dalam kategori ideal. Ny.Z tidak pernah bekerja sebelumnya dan tidak ada pemikiran untuk buka usaha seperti berjualan minuman ringan atau berjualan nasi.

Diagnosis: Biologis : baik ; Psikologis : baik ; Sosialekonomi : baik.An. D (Anak dari Tn. P dan Ny. Z)

An. D merupakan anak pertama dari Tn. P dan Ny. Z. Ia bertumbuh dengan sehat dan aktif. Ia masih belum bersekolah. Kesehariannya, ia selalu bermain dengan teman-temannya yang merupakan anak tetangga rumahnya. Status gizi An. D baik, BB 20 kg, TB 100 cm, BMI 20 kg/m2.

Diagnosis: Psikologis : Baik ; Biologis : Baik.2.5 KEADAAN RUMAH & LINGKUNGAN SEKITARNYA

Gambar 2: Bagian Dalam Rumah Tn. P

2.6 UPAYA YANG SUDAH DILAKUKAN PADA PEMBINAAN KELUARGA SEBELUMNYA DAN DAMPAKNYA.

NAMAUPAYADAMPAK

Tn. P1. Memakan makanan sehat dengan pola makan teratur (tiga kali sehari) dan tidak telat makan.2. Berolahraga jalan atau perengangan otot kali seminggu dua kali.3. Komitmen untuk semangat bekerja sehingga dapat mencukupi kebutuhan istri dan anak.1. Tn. P telah berusaha untuk makan teratur sehari 3x tetapi untuk makanan sehat masih belum dilakukan akibat seringnya mendapat jatah makan di tempatnya bekerja yang kadang kurang sehat.2. Tn. P tidak pernah berolahraga karena sudah kelelahan dengan pekerjaannya yang padat dan adanya shift malam.

3. Tn. P sudah cukup mengerti tentang komitmen untuk bekerja keras untuk anak dan istrinya. Sehari-harinya pun ia semangat bekerja dan tidak pernah bolos bekerja.

Ny. Z1. Memakan makanan sehat dengan pola makan teratur (tiga kali sehari).2. Minum obat pengobatan tuberkulosis secara teratur selama enam bulan.

3. Mengedukasi agar setiap bulannya Ny. Z memeriksakan kandungannya ke puskesmas untuk atenatal care.1. Karena sedang hamil, Ny. Z selalu makan makanan yang sehat setiap harinya.2. Pengobatan tuberkulosis Ny. Z telah selesai.3. Setiap bulannya Ny. Z selalu datang ke puskesmas untuk atenatal care.

An. D1. Memakan makanan sehat dengan pola makan teratur (tiga kali sehari).

2. Selalu menjaga kebersihan diri.

3. Termotivasi untuk selalu sekolah dengan baik.

1. An. D memiliki pola makan teratur.

2. Keluarga selalu memotivasi untuk menjaga kebersihan seperti mandi teratur dan cuci tangan. Mandi secara teratur (2x sehari), berganti pakaian 2x sehari dan menggunakan alas kaki bila keluar rumah.

3. An. D belum bersekolah dan selalu dimotivasi untuk masuk sekolah tahun depan.

4. DASAR TEORI

Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan bisa berakibat fatal, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum. Tuberkulosis menunjukkan penyakit yang paling sering disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, tetapi kadang disebabkan oleh M.bovis atau M.africanum.Tuberkulosis ditularkan melalui udara yang terkontaminasi oleh bakteri M.tuberculosis. Udara terkontaminasi oleh bakteri karena penderita tuberculosis aktif melepaskan bakteri melalui batuk dan bakteri bisa bertahan dalam udara selama beberapa jam. Janin bisa tertular dari ibunya sebelum atau selama proses persalinan karena menghirup atau menelan cairan ketuban yang terkontaminasi. Bayi bisa tertular Karen amenghirup udara yang mengandung bakteri.

Di negara-negara berkembang, anak-anak terinfeksi oleh mikrobakterium lainnya yang menyebabkan tuberculosis. Organisme ini disebut M. bovis, yang bisa disebarkan melalui susu yang tidak disterilkan.

Sistem kekebalan seseorang yang terinfeksi oleh tuberculosis biasanya menghancurkan bakteri atau menahannya di tempat terjadinya infeksi. Kadang bakteri tidak dimusnahkan tetapi tetap berada dalam bentuk tidak aktif (dorman) di dalam makrofag (sejenis sel darah putih) selama bertahun-tahun. Sekitar 80% infeksi tuberculosis terjadi akibat pengaktivan kembali bakteri yang dorman. Bakteri yang tinggal di dalam jaringan parut akibat infeksi sebelumnya (biasanya di puncak salah satu atau kedua paru-paru) mulai berkembangbiak. Pengaktivan bakteri dorman ini bisa terjadi jika system kekebalan penderita menurun (misalnya karena AIDS, pemakaian kortikosteroid atau lanjut usia).Biasanya seseorang yang terinfeksi oleh tuberculosis memiliki peluang sebesar 5% untuk mengalami suatu infeksi aktif dalam waktu 1-2 tahun. Perkembangan tuberculosis pada setiap orang bervariasi, tergantung kepada berbagai factor:

Suku : tuberculosis berkembang lebih cepat pada orang kulit hitam dan penduduk asli Amerika. Sistem kekebalan : infeksi aktof lebih sering dan lebih cepat terjadi pada penderita AIDS. Pemderita AIDS memiliki peluang sebesar 50% untuk menderita infeksi aktif dalam waktu 2 bulan. Jika bakteri menjadi resisten terhadap antibiotic, maka kemungkinan meninggal pada penderita AIDS dan tuberculosis dalam waktu 2 bulan adalah sebesar 50%.Manifestasi Klinis (Gejala) pada tuberkulosis paru adalah : Pada awalnya penderita hanya merasa tidak sehat atau batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.

Jumlah dahak biasanya akan bertambah banyak sejalan dengan perkembangan penyakit. Pada akhirnya dahak akan berwarna kemerahan karena mengandung darah.

Masa inkubasi berkisar antara 4 12 minggu.

Salah satu gejala yang paling sering ditemukan adalah berkeringat di malam hari tanpa aktivitas. Penderita sering terbangun di malam hari karena tubuhnya basah kuyup oleh keringat sehingga pakaian atau bahkan sepreinya harus diganti.

Keluhan dapat berupa demam, malaise, penurunan berat badan, nyeri dada, batuk darah, sesak nafas.

Sesak nafas merupakan pertanda adanya udara (pneumotoraks) atau cairan (efusi pleura) di dalam rongga pleura. Sekitar sepertiga infeksi ditemukan dalam bentuk efusi pleura.

Pada infeksi tuberkulosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-paru ke dalam kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru. Jika sistem pertahanan tubuh alami bisa mengendalikan infeksi, maka infeksi tidak akan berlanjut dan bakteri menjadi dorman.

Pada anak-anak, kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan tabung bronkial dan menyebabkan batuk atau bahkan mungkin menyebabkan penciutan paru-paru. Kadang bakteri naik ke saluran getah bening dan membentuk sekelompok kelenjar getah bening di leher. Infeksi pada kelenjar getah bening ini bisa menembus kulit dan menghasilkan nanah.

Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang berobat ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dengan gejala tersebut di atas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.

Diagnosis pada tuberkulosis paru adalah sebagai berikut :1. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu pagi sewaktu (SPS). Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa sewaktu pagi sewaktu :

S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. P (pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK. S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

2. Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.3. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Pada sebagian besar TB paru, diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan dengan indikasi sebagai berikut :

Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasil BTA nya positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif. Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus (seperti pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).

4. Upaya pertama dalam diagnosis TB paru pada anak adalah melakukan uji tuberkulin. Hasil positif yaitu > 10 mm atau > 15 mm pada anak yang telah mendapatkan BCG, ditambah dengan gambaran radiologi dada yang menunjukkan infeksi spesifik, LED yang tinggi, limfadenitis leher dan limfositisis relatif sudah dapat digunakan untuk membuat diagnosis kerja TB paru.

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Obat Anti Tuberkulosis)

1. Jenis dan Dosis OAT (Obat Anti Tuberkulosis)Tabel 1 Jenis dan Dosis OAT

Jenis OATDosis(mg/kgbb/hari)Dosis yang Dianjurkan (mg/kgbb)

Harian3 x Seminggu

Rifampicin (R)8 121010

Isoniazid (H)4 6510

Pyrazinamide (Z)20 302535

Ethambutol (E)15 201530

Streptomycin (S)12 1815-

2. Prinsip Pengobatan OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) sangat dianjurkan.

Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan.

a. Tahap Awal (Intensif)

Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

b. Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu lebih lama.

Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

3. Panduan OAT-KDT dan Peruntukannyaa. Kategori 1Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru :

Pasien baru TB paru BTA positif

Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

Pasien TB ekstra paru

Tabel 2 Dosis paduan OAT KDT kategori 1: 2(RHZE)/4(RH)3

Berat BadanTahap Intensiftiap hari selama 56 hariRHZE (150/75/400/275)Tahap Lanjutan3 x seminggu selama 16 mingguRH (150/150)

30 37 kg2 tablet 4KDT2 tablet 2KDT

38 54 kg3 tablet 4KDT3 tablet 2KDT

55 70 kg4 tablet 4KDT4 tablet 2KDT

> 71 kg5 tablet 4KDT5 tablet 2KDT

b. Kategori 2

Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya :

Pasien kambuh

Pasien gagal

Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Tabel 3 Dosis paduan OAT KDT kategori 2 ; 2(RHZE)S/(RHZE)/5(HR)3E3

Berat BadanTahap Intensif tiap hariRHZE (150/75/400/275) + STahap Lanjutan 3 x semingguRH (150/150) + E (400)

Selama 58 hariSelama 28 hariSelama 2 minggu

30 37 kg2 tab 4KDT +

500 mg Streptomisin inj2 tab 4KDT2 tab 2KDT +

2 tab Etambutol

38 54 kg3 tab 4KDT +

750 mg Streptomisin inj3 tab 4KDT3 tab 2KDT +

3 tab Etambutol

55 70 kg4 tab 4KDT +

1000 mg Streptomisin inj4 tab 4KDT4 tab 2KDT +

4 tab Etambutol

> 71 kg5 tab 4KDT +

1000 mg Streptomisin inj5 tab 4KDT5 tab 2KDT +

5 tab Etambutol

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Keluarga Tn. P adalah sebuah keluarga yang terdiri dari 3 anggota dalam satu rumah dengan 1 calon bayi. Karena hanya ada Tn. P sebagai kepala keluarga dan satu-satunya sumber penghasilan dikeluarga itu, keluarga Tn. P memiliki perekonomian yang pas-pasan. Penghasilan Tn. P hanya 1.200.000 tiap bulannya. Penghasilan tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah tangganya, untuk menghidupi anak dan istrinya. Tn. P tidak begitu memperhatikan kesehatannya karena adanya shift malam dalam pekerjaannya. Dalam seminggu setidaknya ada 2 hari dimana ia bekerja pada malam hari. Oleh karena itu, keadaan fisik Tn. P rentan sakit. Tn. P tidak memiliki penyakit kronis. Dalam kesehariannya Tn. P belum bisa memakan makanan yang sehat, karena kesehariannya ia mendapat makanan dari pabrik. Tn. P tidak pernah berolahraga karena ia sudah kecapaian dengan pekerjaannya.Ny. Z termasuk tipikal ibu rumah tangga yang hanya mengurusi urusan rumah tangga dan tidak memiliki pekerjaan sampingan. Latar belakang Ny. Z yang tidak pernah bekerja sebelumnya membuat dirinya tidak ada kemauan untuk bekerja agar setidaknya membantu perekonomian keluarganya. Ny. Z memiliki riwayat penyakit tuberkulosis paru. Namun, ia sudah menyelesaikan pengobatan 6 bulannya. Saat ini Ny. Z sedang hamil anak kedua dengan usia kehamilan 32 minggu. Selama kehamilan Ny. Z mengaku tidak memiliki keluhan apapun. Setiap bulannya ia rajin kontrol ke puskesmas untuk atenatal care.Anak D, adalah anak yang sangat aktif dan ramah. Sehari-hari ia sering bermain dengan tetangganya. An. D sudah termotivasi untuk menjaga kebersihan dirinya. Contohnya mandi dua kali sehari, mengganti pakaian dua kali sehari, menggosok gigi, dan memakai alas kaki ketika keluar rumah.

Keadaan lingkungan Tn. P dikatakan kurang bersih. Rumah tersebut adalah peninggalan orangtua Tn. P, lantainya terbuat dari ubin dan tidak memiliki langit-langit (langsung genteng). Jadi apabila hujan akan bocor kemana kemana. Untuk ruang tamu, keluarga, dan kamar tidur memiliki kebersihan yang cukup dan ventilasi yang baik. Tetapi ruang mandi keluarga ini sangatlah kotor. Letak dapur yang dekat dengan kamar mandi dan tempat cuci baju tidaklah baik dari segi kesehatan dan kenyamanan. Di rumah keluarga Tn. P tidak ada keranjang sampah. Untuk membuang sampah ia hanya memiliki satu gundukan tanah yang terletak di belakang rumahnya.NAMASARAN

Tn. P Makan makanan sehat dan istirahat yang cukup Memperbanyak aktivitas fisik (olahraga)

Ny. Z Mencari pekerjaan sambilan untuk membantu perekonomian keluarganya Makan makanan yang bergizi. Mengubah pola makan yang tidak sehat, menghindari makanan yang digoreng dan bersantan, serta indomie. Lebih sering mengkonsumsi sayur dan makanan yang bergizi demi kesehatan janin yang sedang dikandungnya. Lebih memperhatikan tentang kebersihan rumahnya

Tetap datang ke puskesmas untuk kontrol kandungan dan mempersiapkan persalinan

An. D Memakan makanan yang bergizi Memotivasi agar mau bersekolah tahun depan

Kurangi jajan diluar

Tetap menjaga kebersihan dirinya dan lingkungannya

Berikut ini adalah beberapa saran yang kami berikan:

Program Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Saran kepada Program Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan untuk tetap konsisten menjalankan program keluarga binaan, memberikan bimbingan di awal program pembinaan keluarga mengenai tujuan yang akan dicapai selama program pembinaan keluarga, hal-hal yang dapat dilakukan, dan lainnya. Puskesmas Curug

Puskesmas Curug diharapkan lebih dapat membimbing dalam pemilihan keluarga yang benar-benar membutuhkan pembinaan di wilayahnya. Selain itu, memberikan bimbingan mengenai hal-hal penting yang perlu kami ketahui dalam membimbing keluarga seperti keadaan sosial budaya di wilayah Puskesmas Curug, dan lainnya.

Keluarga Tn. P

Keluarga Tn. P untuk tetap menjaga bahkan meningkatkan kesehatannya anggota keluarganya.

5. DAFTAR PUSTAKA1. Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi II. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

2. Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.Jakarta : EGC.

3. Smeltzer, S.C & Bare,B.G.2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Edisi 8. Jakarta: EGC.

4. Tjokronegoro,A & Utama, H.2004. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Jakarta : EGC.Keterangan:

Laki-Laki

Perempuan

G6P5A0 + KEK

Hipertensi

Keterangan:

Laki-Laki

Riwayat Tuberkulosis Paru

Keterangan:

Laki-Laki

Perempuan

G6P5A0 + KEK

Hipertensi

Keterangan:

Laki-Laki

Perempuan

G6P5A0 + KEK

Hipertensi

PAGE 1