Kel.1 mudharabah

19
MAKALAH MUDHARABAH Makalah ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Pada mata kuliah “AKUNTANSI LKS” Di susun oleh : 1) M. Arif Fahrurudin (081400112) 2) Nisa Ulfauziyyah (081400113) Ekis A/VI

description

 

Transcript of Kel.1 mudharabah

Page 1: Kel.1 mudharabah

MAKALAH

MUDHARABAH

Makalah ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Pada mata kuliah “AKUNTANSI LKS”

Di susun oleh :

1) M. Arif Fahrurudin (081400112)

2) Nisa Ulfauziyyah (081400113)

Ekis A/VI

FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI “IAIN”

SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

Page 2: Kel.1 mudharabah

BAB I

PENDAHULUAN

Pada dasarnya setiap manusia dalam aktifitasnya baik yang bersifat duniawi

maupun ukhrowi tidak lepas dari pada tujuan (maqosyid) dari apa yang akan ia peroleh

selepas aktifitas tersebut, dengan berbagai macam perbedaan sudut pandang manusia itu

sendiri terhadap esensi dari apa yang hendak ia peroleh, maka tidak jarang dan sangat

tidak menutup kemungkinan sekali proses untuk menuju pada tujuan maqosyidnya pun

berwarna-warni.

Salah satu contoh dalam aktifitas sosial-ekonomi, banyak dari manusia sendiri

yang terjebak dalam hal ini, lebih mengedepankan pada pemenenuhan hak pribadi dan

mengabaikan hak-hak orang lain baik hak itu berupa individu ataupun masyarakat

umum. Akan tetapi Islam sebuah agama yang rahmatan lil-alamin mengatur seluruh

tatanan kehidupan manusia, sehingga norma-norma yang diberlakukan islam dapat

memberikan solusi sebuah keadilan dan kejujuran dalam hal pencapaian manusia pada

tujuan daripada aktifitasnya itu, sehingga tidak akan terjadi ketimpangan sosial antara

mereka.

Maka tidak jarang diantara kita yang acap kali menemukan ayat dalam kitab suci

Al-Qur'an yang mendorong perdagangan dan perniagaan, dan Islam sanggat jelas sekali

menyatakan sikap bahwa tidak boleh ada hambatan bagi perdagangan dan bisnis yang

jujur dan halal, agar setiap orang memperoleh penghasilan, menafkahi keluarga, dan

memberikan sedekah kepada mereka yang kurang beruntung.

Melihat pada bahasan singkat diatas penulis berminat untuk membahasa lebih lanjut

tentang konsep transaksi Mudharabah.1

Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di

mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada

pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal.

1 http://www.canboyz.co.cc/2010/02/makalah-mudharabah.html

Page 3: Kel.1 mudharabah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Sumber Hukum, Rukun, Jenis, dan Sifat Mudharabah

a. Pengertian Mudharabah

Secara bahasa mudharabah berasal dari akar kata dharaba – yadhribu – dharban

yang bermakna memukul. Dengan penambahan alif pada dho’, maka kata ini memiliki

konotasi “saling memukul” yang berarti mengandung subjek lebih dari satu orang. Para

fukoha memandang mudharabah dari akar kata ini dengan merujuk kepada

pemakaiannya dalam al-Qur’an yang selalu disambung dengan kata depan “fi”

kemudian dihubungkan dengan “al-ardh” yang memiliki pengertian berjalan di muka

bumi.

Mudharabah merupakan bahasa yang biasa dipakai oleh penduduk Irak

sedangkan penduduk Hijaz lebih suka menggunakan kata “qirodh” untuk merujuk pola

perniagaan yang sama. Mereka menamakan qiradh yang berarti memotong karena si

pemilik modal memotong dari sebagian hartanya untuk diniagakan dan memberikan

sebagian dari labanya.

Kadang-kadang juga dinamakan dengan muqaradhah yang berarti sama-sama

memiliki hak untuk mendapatkan laba karena si pemilik modal memberikan modalnya

sementara pengusaha meniagakannya dan keduanya sama-sama berbagi keuntungan.

Dalam istilah fikih muamalah, mudharabah adalah suatu bentuk perniagaan di mana si

pemilik modal menyetorkan modalnya kepada pengusaha/pengelola, untuk diniagakan

dengan keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah

pihak sedangkan kerugian, jika ada, akan ditanggung oleh si pemilik modal. Para ulama

sepakat bahwa landasan syariah mudharabah dapat ditemukan dalam al-Qur’an, as-

Sunnah, Ijma’ dan qiyas.2

2 http://www.koperasisyariah.com/definisi-mudharabah/

Page 4: Kel.1 mudharabah

b. Sumber Hukum

1) Al-Qur’an

“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarkanlah kamu dimuka

bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (QS 62:10)

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil

perniagaan).”

(QS 2:198).

2) As-Sunnah

Dari shalih bin suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal

yang didalamnya terdapat keberkatan: Jual beli secara tanngguh,

muqaradhah (mudharabah) dan mencampur adukan dengan tepung untuk

keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).

3) Ijma

Diantara ijma mudharabah adanya riwayat yang menyatakan bahwa

jemaah dari sahabat menggunakan harta anak yatim untuk mudharabah,

perbuatan tersebut tidak ditentang oleh sahabat lainnya.

4) Qiyas

Mudharabah diqiyaskan kepada al-musyaqoh (menyuruh seorang untuk

mengelola kebun) selain diantara manusia ada yang miskin ada pula yang

kaya, disuatu sisi lain banyak orang kaya yang tidak dapat

mengusahakan hartanya, di sisi lain tidak sedikit orang miskin yang mau

bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian adanya

mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua

golongan diatas, yakni untuk kemashalatan manusia dalam rangka

memenuhi kebutuhan mereka.

c. Rukun Mudharabah

Ulama hanafiyah berpendapat bahwa rukun mudharabah adalah ijab dan qobul,

yakni lafad yang menunjukan ijab dan qobul dengan menggunakan mudharabah,

muqaridhah, muamalah, atau kata-kata yang searti dengannya.

Jumhur ulama berpendapat bahwa rukun mudharabah ada tiga, yaitu dua orang

melakukan akad (al-aqidani), modal (ma’qud alaih), dan shiqad (ijab dan qabul),

Page 5: Kel.1 mudharabah

sedanngkan ulama syafi’iyah lebih merici lagi menjadi lima rukun yaitu: modal,

pekerjaan, laba, shighat, dan dua orang yang akad.

c. Jenis Mudharabah

Jenis Mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu: mudharabah

Muthalaqoh, Mudharabah Muqayyadah, dan Mudharabah Musytarakah.

1. Mudharabah Muthalaqoh adalah mudharabah di mana pemilik dananya

memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelola

investasinya. Dan mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat.

2. Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana

memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi,

cara, atau objek investasi atau sektor usaha.

3. Mudharabah Musytarakah adalah mudharabah di mana pengelola dana

menyerahkan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.

d. Sifat Mudharabah

Ulama fiqih sepakat bahwa akad dalam mudharabah sebelum dijalankan oleh

pekerja termaksud akad yang tidak lazim. Apabila sudah dijalankan oleh pekerja,

diantara ulama terdapat perbedaan pendapat, ada yang berpendapat termaksud akad

yang lazim, yakni dapat diwariskan seperti pendapat imam malik, sedangkan menurut

ulama syafi’iyah, malikiyah dan hanabilah akad tersebut tidak lazim, yakni tidak dapat

diwariskan.

B. Syarat Sah Mudharabah

1. Syarat Aqidani

Di syaratkan bagi orang yang melakukan akad, yakni pemilik modal dan

pengusaha adalah ahli dalam mewakilkan atau menjadi wakil sebab mudharib

mengusahakan harta pemilik modal, yakni menjadi wakil.

Page 6: Kel.1 mudharabah

2. Syarat Modal

a. Modal harus berupa uang, seperti dinar, dirham, atau sejenisnya, yakni

segala sesuatu yang memungkinkan dalam perkongsian

b. Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran

c. Modal harus ada, bukan berupa utang, tetapi tidak harus ada tempat akad.

Juga dibolehkan mengusahakan harta yang dititipkan kepada oranng lain,

seperti mengatakan:”Ambil harta saya di si fulan kemudian jadikan

modal usaha”

d. Modal harus diberikan kepada pengusaha, hal itu dimaksudkan agar

pengusaha dapat mengusahakannya, yakni menggunakan harta tersebut

sebagai amanah

3. Syarat-syarat Laba

a. Laba harus memiliki ukuran

Mudharabah yang dimaksudkan untuk mendapatkan laba, dengan

demikian pengusaha dibolehkan menyerahkan laba sebesar Rp.5000,00

misalnya untuk dibagi diantara keduanya tanpa menyebutkan ukuran laba

yang diterimanya.

b. Laba harus berupa bagian yang umum (Masyhur)

Pembagian laba harus sesuai dengan keadaan yang berlaku secara umum,

seperti kesepakatan diantara orang yang melangsungkan akad bahwa

setengah laba adalah untuk pemilik modal, sedanngkan setengah lainnya

lagi diberikan kepada pengusaha. Akan tetapi tidak boleh menetapkan

jumlah tertentu bagi satu pihak lain, seperti menetapkan laba Rp.1000

bagi pemilik modal dan menyerahkan sisanya bagi pengusaha.

C. Hukum Mudharabah

Hukum mudharabah terbagi dua yaitu: Mudharabah Sahih dan Mudharabah Fasid

1) Hukum mudharabah fasid

Beberapa hal dalam mudharabah fasid yang mengharuskan pemilik modal

memberikan upah kepada pengusaha antara lain:

Page 7: Kel.1 mudharabah

a) Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha dalam membeli,

menjual, atau mengambil barang

b) Pemilik modal mengharuskan pengusaha untuk bermusyawarah sehingga

pengusaha tidak bekerja, kecuali atas seizinnya

c) Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha agar

mencampurkan harta modal tersebut dengan harta orang lain atau barang

lain miliknya

2) Hukum mudharabah shahih

Hukum mudharabah shahih yang tergolong shahih diantaranya:

Tanggung jawab pengusaha

Apabila pengusaha berutang ia memiliki hak atas laba secara bersama-

sama dengan pemilik modal. Jika mudharabah rusak karena adanya

beberapa sebab yang menjadikannya rusak, pengusaha menjadi pedagang

sehingga ia pun memiliki hak untuk mendapat upah, jika harta rusak

tanpa disengaja ia tidak bertanggung jawab atas rusaknya modal tersebut,

dan jika mengalami kerugian pun ditanggung oleh pengusaha saja

D. Perkara yang Membatalkan Mudharabah

1) Pembatalan, Larangan Berusaha, dan Pemecatan

Mudharabah menjadi batal dengan adanya pembatalan mudharabah, larangan

untuk mengusahakan (tasharuf) dan pemecatan. Semua ini jika memenuhi syarat

pembatalan dan larangan, yakni orang yang melakukan akad mengetahui

pembatalan dan pemecatan tersebut, serta modal telah diserahkan ketika

pembatalan atau larangan.

2) Salah seorang Aqid Meninggal dunia

Jumhur ulama berpendapat bahwa mudharabah batal, jika salah seorang akad

meninggal dunia, baik pemilik modal, maupun pengusaha. Sedangkan ulama

Malikiyah berpendapat bahwa mudharabah tidak batal dengan meninggalnya

Page 8: Kel.1 mudharabah

salah seorang yang melakukan akad, tetapi dapat diserahkan kepada ahli

warisnya, jika dapat dipercaya.

3) Salah seorang Aqid Gila

ahwa gila membatalkan mudharabah, sebab gila atau sejenisnya membatalkan

keahlian dalam mudharabah.

4) Pemilik Modal Rusak

Apabila pemilik modal murtad (keluar dari Islam) atau terbunuh dalam keadaan

murtad, atau tergabung dengan musuh serta karena diputuskan oleh hakim atas

pemberontakan hal itu membatalkan mudharabah sebab bergabung dengan

musuh sama saja dengan mati.

5) Modal rusak ditangan Pengusaha

Jika harta rusak sebelum dibelanjakan, mudharabah menjadi batal. Hal ini

karena modal harus dipegang oleh pengusaha. Jika modal rusak, mudharabah

batal. Begitu pula nudharabah dianggap rusak jika modal diberikan kepada

orang lain atau dihabiskan sehingga tidak tersisa untuk diusahakan.3

E. Prinsip Pembagian Hasil Usaha Mudharabah

Dalam mudharah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena

yang dibagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugian (loss).

Sehingga untuk pembahasan selanjutnya akan digunakan istilah prinsip bagi hasil

seperti yang digunakan dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998, karena apabila usaha

3 Syafe’i, rachmad. 2002. Fiqih Muamalah. Bandung : Pustaka Setia. Hal 229-238.

Page 9: Kel.1 mudharabah

tersebut gagal kerugian tidak dibagi diantara pemilik dana dan pengelola dana tetapi

harus ditanggung sendiri oleh pemilik dana.

Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan

penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi

hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan

mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. Jika mudharabah melebihi satu periode

pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai

nisbah yang disepakati.

F. Perlakuan Akuntansi dalam Mudharabah

1. Akuntansi untuk Pemilik Dana

a) Dana yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah

pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana.

b) Pengukuran investasi mudharabah

1. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang

dibayarkan.

2. Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar

aset non-kas pada saat penyerahan.

c) Penyaluran nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas

1. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai

Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan

rusak, hilang atau faktor lain yang bukan karena kelalaian atau kesalahan

pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian

dan mengurangi saldo investasi mudharabah.

2. Penurunan nilai setelah usaha dimulai

Jika sebagai investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa

adaya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut tidak

langsung mengurangi jumlah investasi mudharabah namun diperhitungkan

pada saat pembagian bagi hasil.

d) Kerugian

Page 10: Kel.1 mudharabah

kerugian yang terjadi dalam satu priode sebelun akad mudharabah berakhir,

pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad

mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan

kerugian investasi.

e) Hasil Usaha

Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai

piutang.

f) Akad mudharabah berakhir

Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah setelah

dikurangi penyisihan kerugian investasi dan pengembalian investasi

mudharabah, diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

g) Penyajian

Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporang keuangan

sebesar nilai tercatat yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan

kerugian (jika ada).

h) Pengungkapan

Pemilik dana mengungkapan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah,

tetapi tidak terbatas pada:

1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah seperti: porsi dana, pembagian hasil

usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.

2. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya.

3. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan.

4. Pengungkapan yang diperlukan sesuai penyajian laporan keuangan syari’ah.

2. Akuntansi untuk Pengelola

a) Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai

dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang

diterima.

b) Pengukuran dana syirkah temporer.

Page 11: Kel.1 mudharabah

Dana syirkah diukur sebesar jumlah kata atau nilai wajar aset nonkas yang

diterima.

c) Penyaluran kembali dana syirkah temporer

Jika pengelola dana menyalurkan kembali dana syirkah temporer yang diterima

maka pengelola dana mengakui sebagai aset. Sama seperti akuntansi untuk

pemilik dana. Dan ia akan mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi

dengan bagian hak pemilik dana.

d) Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti

ada pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatannya sama dengan

akuntansi konvensional.

e) Kerugian yang di akibatkan oleh kesalahn atau kelalaian pengelola dana diakui

sebagai beban pegelola dana.

f) Di akhir akad

g) Penyajian

Pengelola dana menyajikan transaski mudharabah dalam laporan kuangan:

1. dana srirkah temporer dari pemilik dana di sajikan sebesar nilai tercatatnya

untuk setiap jenis mudharabah.

2. bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah di perhitungkan tetapi belum

diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum

di bagikan sebagai kewajiban.

h) Pengungkapan

pengungkapan dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam laporan

keuangan:

1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil

usaha, aktifitas usaha mudharabah, dan lain lain.

2. Rincian dana syirkah temporer yang di terima berdasarkan jenisnya.

3. Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah, muqayyadah, pengungkapan

yang diperlukan sesuai penyajian laporan keuangan syariah.4

4 Nurhayati, sri dan Wasilah. 2011. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. Jakarta: Salemba

Empat. Hal 126-133.

Page 12: Kel.1 mudharabah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akad mudharabah merupakan akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan

pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha.

Oleh sebab itu, akad mudharabah merupakan suatu transaksi pembiayaan atau

investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting

dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana.

Hal ini disebabkan bahwa laba dibagi atas dasar nishab bagi hasil menurut kesepakatan

kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik

dana kecuali disebabkan oleh pengelola dana.

Tedapat beberapa jenis akad mudharabah, namun seluruh jenis akad mudharabah

tersbut harus memenuhi rukun dan ketentuan syari’ah yang mengacu pada Al-Qur’an,

As-Sunah, Ijma, dan Qiyas.

Kaum Muslimin sudah terbiasa melakukan kerja sama semacam mudharabah hingga

jaman sekarang ini, di berbagai masa dan tempat tanpa ada ulama yang

menyalahkannya. Ini merupakan konsensus yang diyakini umat, karena cara ini sudah

digunakan bangsa Quraisy secara turun-temurun, dari zaman jahiliyah hingga zaman

Nabi, kemudian beliau mengetahui, melakukan dan tidak mengingkarinya.

“Allah telah menghalalkan Jual beli dan mengharamkan riba...(Q.S.Al-Baqarah:275)

“Dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah” (QS.Al

Mujammil:20)

Page 13: Kel.1 mudharabah

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (Rezeki hasil perniagaan) dari

Tuhanmu”. (QS.Al Baqarah: 19

DAFTAR PUSTAKA

Syafe’i, rachmad. 2002. Fiqih Muamalah. Bandung : Pustaka Setia

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2011. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. Jakarta: Salemba

Empat

http://www.koperasisyariah.com/definisi-mudharabah/

http://www.canboyz.co.cc/2010/02/makalah-mudharabah.html